PENDAHULUAN
memperkirakan pada tahun 1999 di seluruh dunia terdapat sekitar 340 juta kasus
baru penyakit menular yang salah satunya adalah penyakit herpes. Penyakit
herpes ini disebabkan oleh virus Herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan tipe 2.
Penyakit herpes adalah penyakit yang sangat umum. Di Amerika Serikat kurang
lebih 20 persen orang di atas usia 12 tahun terinfeksi virus herpes simpleks, dan
diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Angka prevalensi infeksi
HSV sudah meningkat secara bermakna selama dasa warsa terakhir. Sekitar 80
lebih satu dari empat perempuan dan satu dari lima laki-laki terinfeksi HSV-2.
HSV berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. HSV paling
mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini
termasuk orang dengan HIV, dan siapapun berusia di atas 50 tahun. Beberapa
ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang
yang sangat lelah atau mengalami banyak stres. HSV tidak termasuk infeksi
yang mendefinisikan AIDS. Namun orang yang terinfeksi dengan HIV dan
HSV bersamaan biasanya mengalami jangkitan herpes kambuh lebih sering.
Jangkitan lebih parah dan bertahan lebih lama dibanding dengan orang HIV-
negatif.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum diketahui yang terinfeksi oleh
virus herpes. Akan tetapi, menurut hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat
bahwa banyak masyarakat kita yang terinfeksi oleh HIV. Hal ini akan menjadi
transportasi pada saat ini, tidak menutup kemungkinan virus herpes bisa
virus ini sangat mudah menular dan pengobatan yang dilakukan kepada
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
B. Anamnesa
1. KU : Plentingan dikemaluan
mula plentingan timbul seperti bentukan cacar air yang mudah dipecahkan
oleh pasie selain itu kemaluan terasa perih dah nyeri apa saat melakukan
hubungan sexual sejak 2 hari yang lalu serta dan badan yang mudah
lelah.
3. RPD :
Status Dermatologi
Lokasi : Penis
Distribusi : Terlokalisir
Ruam :
D. Diagnosa Banding
Tzank test
Pengecatan gram
Dark field
F. Diagnosa
G. Penatalaksaan
Terapi Simtomatis : Kompres dingin dengan air matang dingin dan kasa
steril pada area luka selama + 10 menit, kemudian kasa diangkat dengan
H. Edukasi
Obat tablet yang diberikan harus diminum sampai tuntas, terapi simtomatis
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks
virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
3.2 Etiologi
Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang
pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan lokasi klinis tempat
predileksi (Handoko, 2010). HSV tipe I sering dihubungkan dengan infeksi oral
infeksi HSV tipe I di daerah genital dan infeksi HSV tipe II di daerah oral
2004).
frekuensi infeksi HSV-1. Prevalensi tertinggi antibodi terhadap HSV-2 terjadi pada
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap: infeksi primer, fase
laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi primer herpes simpleks tipe I tempat
predileksinya pada daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak. Sedangkan
infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat predileksinya daerah pinggang
ke bawah terutama daerah genital. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih
berat sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam,
malaise dan anoreksia. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi
seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami ulserasi (Handoko, 2010).
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis, tetapi herpes
simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis
(Handoko, 2010).
Pada tahap infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif di
ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu (misalnya: demam, infeksi,
hubungan seksual) lalu mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang
lebih ringan dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai gejala
prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul
pada tempat yang sama atau tempat lain di sekitarnya (Handoko, 2010)
3.4 Analisa Kasus
Pasien laki- laki, 31 tahun, sudah menikah, dan aktif secara seksual. Telah aktif
secara seksual merupakan salah satu kunci dari anamnesa herpes genitalis, dimana
penularannya terutama oleh hubungan seksual. Pada kasus ini di diagnosis Herpes
didapatkan timbul pelintingan dan keluhan nyeri pada daerah kemaluannya. Pasien
mengatakan terasa nyeri dan terasa perih pada saat melalukan hubungangan sexual.
Keluhan dirasakannya sejak kurang lebih 2 hari yang lalu. Hubungan seksual
terakhir diketahui 2 minggu yang lalu dan pasien mengaku belum pernah
mengalami gejala serupa sebelumnya. Dari data ini, infeksi HSV yang dialami
pasien kemungkinan besar merupakan infeksi primer. Masa inkubasi infeksi genital
dengan dasar eritema, bentuk bulat, batas tegas, dan distibusi terlokalisir.
simpleks genitalis. Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa
vesikel berkelompok dengan dasar eritem. Gejala dan tanda dihubungkan dengan
HSV-2.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik (status dermatologis) secara garis besar
dapat menyingkirkan diagnosis banding yang lain. Diagnosis banding dari ulserasi
primer dari herpes genitalis adalah chancroid dan sifilis primer. Ulserasi chancroid¸
disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, ditandai dengan lesi yang nyeri, lunak, tidak
ada indurasi, tepi menggaung dengan kulit di sekitar ulkus berwarna merah,
dasarnya kotor dan mudah berdarah, multipel. Sífilis primer disebabkan oleh
Treponema pallidum, ditandai dengan lesi yang tidak nyeri, sekitar ulkus teraba
keras (indurasi), dasar ulkus bersih dan berwarna merah, soliter (biasanya hanya 1
– 2 ulkus). Kondisi noninfeksi yang dapat menyerupai herpes genitalis antara lain
gram. Pewarnaan gram yang dilakukan untuk mencari koinfeksi bakteri dan untuk
pewarnaan gram dari sediaan yang diambil dengan mengorek tepi ulkus akan
ditemukan gambaran khas kelompok basil gram negatif yang tersusun seperti
barisan ikan. Tzank test digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap sel-sel
yang berasal dari vesikel, bulla, atau daerah erosi yang bersih. Pemeriksaan tzank
pada pasien ini didapatkan nucelated giant cell dimana sel-sel ini jauh lebih besar
dibanding sel epidermis dan mengandung inti (umumnya multipel) di dalam satu
sel. Nilai diagnostiknya digunakan pada herpes zoster, varcella, herpes simplex,
pemphigus, dan infeksi staphylococcus. Dark field, hasil positif jika ditemukan T.
(ulkus durum) dimana bahan yang digunakan adalah serum yang keluar dari ulkus
kemudian dijepit dengan pinset ditaruh di object glass dan tepi sediaan diberi
Terapi yang diberikan untuk pasien adalah terapi kausatif yaitu Asiklovir 5
x 200 mg selama 7 hari dan terapi suportif yaitu kompres dingin Padalesi yang
ringan dapat diberikan pengobatan simptomatis dan asiklovir topical. Jika timbul
Prognosis hasil pengobatan pada pasien ini adalah baik bila mengingat waktu
datang berobat masih pada saat-saat awal munculnya gejala, tinggal bagaimana