Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut
didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan
memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam
kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air, tubuh menyerap mineral,
vitamin dan makanan dalam bentuk larutan.Sejalan dengan pesatnya
perkembangan penelitian di bidang obat, saat ini tersedia berbagai pilihan
obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat
untuk mengobati suatu penyakit, kelarutan sangat besar pengaruhnya
terhadap pembuatan obat dimana bahan-bahan dapat dicampurkan menjadi
suatu larutan sejati, larutan koloid, dan dispersi kasar.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui
dalam pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup,
eliksir, obat tetes mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan
pembawa air. Bahkan untuk sediaan obat lainnya seperti suspensi, tablet
atau kapsul yang diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena
didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna
yang komponen utamanya adalah air agar dapat diabsorpsi.
Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam
keadaan telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis.
Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati
suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu adalah
suhu, pH, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik
bahan pelarut dan penambahan surfaktan.
Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat
mengetahui dan dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang
paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi
kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan
farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai
standar atau uji kelarutan.
Oleh karena itu , percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar
kita dapat mengetahui usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kelarutan suatu obat yang dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh
manusia.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif.
2. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan satu zat.
3. Menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan
suatu zat aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair.
1.3 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami perbandingan kelarutan
paracetamol di dalam air, alkohol dan propilenglikol.
3. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam, jika ada endapan yang
larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah asam salisilat
sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
4. Saring larutan, tentukan kadar asam salisilat yang larut.
5. Buat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstatnta
dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.
C. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
1. Buat 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1:0,5; 1; 10; 50
dan 100 mg/ml air.
2. Tambahkan asam benzoat sedikit demi sedikit sampai diperoleh
larutan jenuh.
3. Kocok larutan selama 2 jam, kalau ada endapan yang larut selama
pengocokan, tambahkan lagi asam salisilat sampai didapat larutan
yang jenuh kembali.
4. Saring dan tentukan kadar asam benzoat yang terlarut dalam masing-
masing larutan.
5. Buat grafik antara kelarutan asam benzoat dengan konsentrasi tween
80 yang digunakan.
6. Tentukan konsentrasi misel kritik tween 80
D. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
1. Buat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4,5,6,7, dan 8.
2. Ambil 25 ml larutan masing-masing larutan lalu ditambahkan 0,5 g
natrium diklofenak ke dalamnya.
3. Kocok larutan selama 2 jam, kalau ada endapan yang larut selama
pengocokan, tambahkan lagi asam salisilat sampai didapat larutan
yang jenuh kembali.
4. Saring larutan dan tentukan kadar natrium diklofenak yang terlarut
dalam masing-masing larutan dapar dengan cara spektrofotometri UV
pada panjang gelombang 274-278 nm. Bila konsentrasi larutan terlalu
pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai.
Propilen glikol : 32
Alkohol : 23,3
Pelarut A :
60
Air : 100 𝑥 80,4 = 48,24
40
Propilen glikol : 100 𝑥 32 = 12,8
Pelarut F :
60
Air : 100 𝑥 80,4 = 48,24
30
Alkohol : 100 𝑥 23.3 = 6,99
10
Propilen glikol : 100 𝑥 32 = 3,2
100 ml
𝑘𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =
0,3219 gr
= 310,65 𝑚𝑙/𝑔𝑟
Tween 1,0 %
Residu sampel = 2,0013 gr – 1,4547 gr
= 0,5466 gr
Sampel yang larut = 1 gr – 0,5466 gr
= 0,4534 gr/100 ml
100
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =
0,4534
= 220,55 𝑚𝑙/𝑔𝑟 (sukar larut)
Tween 5,0%
Residu sampel = 0,8882 gr – 0,8124 gr
= 0,0758 gr
Sampel yang larut = 1,5 gr – 0,0758 gr
= 1,4242 gr/100 ml
100 ml
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =
1,4242 gr
= 70,214 𝑚𝑙/𝑔𝑟 (agak sukar larut)
Tween 5%
Residu sampel = 1,6948 gr – 1,1097 gr
= 0,5851 gr
Sampel yang larut = 1 gr – 0,5851 gr
= 0,4149 gr/100 ml
100 ml
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =
0,4149 gr
= 241,02 𝑚𝑙/𝑔𝑟 (sukar larut)
Tween 10%
Residu sampel = 1,5625 gr – 1,0805 gr
= 0,482 gr
Sampel yang larut = 1 gr – 0,482 gr
= 0,518 gr/100 ml
AYU MELINDA FARADILA KARIM
1502010081
KELARUTAN
100 ml
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =
0,518 gr
= 193,05 𝑚𝑙/𝑔𝑟 (sukar larut)
4. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
pH 6
Residu sampel = 2,1662 gr – 1,4653 gr
= 0,6969 gr
Sampel yang larut = 1 gr – 0,6969 gr
= 0,3031gr/100 ml
53,6 ml
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =
0,303 g
= 176,897 𝑚𝑙/𝑔𝑟(sukar larut)
pH 8
Residu sampel = 1,7176 gr - 1,0541 gr
= 0,6635 gr
Sampel yang larut = 1 gr – 0,6635 gr
= 0,3365 gr
55, 6 ml
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 =
0,3365 g
= 165,23 𝑚𝑙/𝑔𝑟 (sukar larut)
pH 10
Residu sampel = 1,9833 gr – 1,4607 gr
= 0, 5226 gr
Sampel yang larut = 1gr – 0,5226 gr
= 0, 4774gr
79,1 ml
Kelarutan =
0,4774 g
= 165,689𝑚𝑙/𝑔𝑟 (sukar larut)
4.2 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu.
Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah
larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam
konsentrasi yang maksimal. Larutan lewad jenuh terjadi pada saat zat
terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya
yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Lautan tak jenuh
terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya.
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi
zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara
kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Menurut U.S.
Pharmacopeia dan National Formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah
ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut.
Proses kelarutan diatur oleh tiga factor. Factor pertama adalah gaya
kohesi zat terlarut. Factor kedua adalah gaya kohesi pelarut dan yang ketiga
adalah hasil interaksi antara zat terlarut yang terdisolusi dan molekul pelarut
setelah pemutusan.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. pH
Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat
aktif yang sering digunakan dalam dunia pengobatan. Kelarutannya
dipengaruhi pH, yakni untuk dapat larut. Zat organik yang bersifat asam
lemah diberikan atau dicampurkan dulu dengan larutan basa agar
berbentuk garam organik yang mudah larut dalam air, demikian
sebaliknya.
2. Temperatur
Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh
temperature yaitu :
Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati
suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
Adapun kesalahan yang diperoleh karena beberapa faktor yaitu :
Kurang teliti dalam melihat endapannya, sehingga dilakukan
penambahan terus-menerus walaupun sudah lewat jenuh
Kurang teliti dalam menimbang hasil residu
Terlalu sebentar dikocok di stirrer , sehingga asam salisilat belum larut
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar.
Anief, Moh. 2003. Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press; Yogyakarta.
Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisika jilid I dan II Edisi III. Press;
Yogyakarta.