Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Evolusi merupakan ilmu yang mempelajari perubahan yang berangsur-angsur menuju kearah
yang sesuai dengan masa dan tempat. Teori evolusi mempelajari proses perubahan yang terjadi
pada makhluk hidup. Pemikiran tentang teori evolusi terus berkembang seiring dengan
perubahan zaman. Pada masa evolusi modern konsep evolusi dikembangkan dengan tinjauan
struktur DNA. Saat ini telaah tentang DNA mengungkapkan bahwa ada mekanisme perubahan
pada tingkat molekul DNA, sehingga membawa pemahaman yang lebih baik pada proses
perubahan organisasi makhluk hidup.

Seperti diketahui bahwa keanekaragaman muncul melalui cladogenesis. Cladogenesis


merupakan bentuk penyimpangan dari perbedaan genetic dari nenek moyangnya. Perbedaan
genetic ini disebabkan karena adanya variasi genetic dalam satu keturunan. Variasi ini sebagai
hasil meiosis dan rekombinasi pada fertilisasi organisme. Jadi fertilisasi organisme merupakan
factor yang sangat penting dalam proses terjadinya variasi ini. Pindah silang, translokasi, dan
aberasi kromosom merupakan rekombinasi selanjutnya. Semakin bervariasi, semakin
beranekaragam spesies yang dihasilkan, dalam arti semakin banyak spesies baru yang
bermunculan.

Spesies merupakan unit dasar dalam pengklasifikasian makhluk hidup. Terbentuknya beberapa
spesies baru yang berasal dari satu nenek moyang disebut dengan spesiasi. Berdasarkan latar
belakang diatas maka di susunlah makalah yang berjudul “Spesiasi”.

1. B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan spesies dan spesiasi?
2. Bagaimanakah dua pengaruh utama Spesiasi?
3. Bagaimanakah model-model spesiasi?
4. Bagaimana perbedaan model spesiasi alotropik, paratrik, dan simpatrik?

1. C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan spesies dan spesiasi
2. Untuk mengetahui dua pengaruh utama Spesiasi
3. Untuk mengetahui model-model spesiasi beserta contohnya
4. Untuk mengetahui perbedaan model spesiasi alotropik, paratrik, dan simpatrik
BAB II

PEMBAHASAN

1. A. Spesies dan Spesiasi

Biologi mengenal dua arti pokok spesies yaitu konsep spesies reproduktif dan morfologi (atau
fenetik). Menurut konsep spesies reproduktif, spesies adalah komunitas organisme yang bisa
kawin satu sama lain, suatu individu termasuk dalam spesies yang anggota-anggotanya berhasil
bereproduksi dengannya. Jadi satu definisi spesies yang umum diketahui menurut Ernst Mayr,
spesies adalah kelompok populasi alamiah yang secara aktual maupun potensial bisa saling
kawin, dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi dari kelompok lain. Menurut konsep
morfologis, spesies didefinisikan menurut ciri penampilannya. Individu dalam alam masuk ke
dalam kategori tersendiri berdasarkan perangkat fenotipnya, kriteria keanggotaan suatu spesies
menurut konsep morfologis cukup dengan melihat persamaan ciri anggota yang lain dalam
spesies yang bersangkutan.

Jika spesies merupakan satuan-satuan yang secara artifisial dipertemukan dalam alam, seperti
yang dikehendaki oleh nominalisme, maka setiap organisme yang hidup (dari setiap spesies)
harus bisa saling kawin dengan organisme hidup lain yang berjenis kelamin berbeda, atau
setidak-tidaknya harus ada perubahan bertahap, manakala saling kawin menjadi semakin kurang
efisien dengan semakin jauhnya jarak individu. Namun hal ini tidaklah benar dalam alam.
Organisme hidup benar-benar terjadi dalam satuan-satuan yang cukup jelas berdiri sendiri-
sendiri yang didalamnya mereka bisa saling kawin dengan efisiensi yang hampir sama dan yang
diluar itu mereka jarang sekali kawin.

Sedangkan Spesies menurut Ernst Meyer adalah kelompok populasi alamiah yang secara aktual
maupun potensial bisa saling kawin, dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi dari
kelompok lain.

Dalam sejumlah referensi menyatakan bahwa dalam membicarakan spesiasi (terbentuknya


spesies baru) akan dititiktolakkan pada spesiasi divergen, yaitu satu nenek moyang berkembang
menjadi lebih dari satu spesies keturunan, selama mereka berevolusi terjadi penyimpangan yang
sangat besar.

1. B. Dua Pengaruh Utama Spesiasi


2. Isolasi Geografis

Sebagian besar para ahli Biologi berpendapat bahwa faktor awal yang mempengaruhi spesiasi
adalah pemisahan geografi, karena selama populasi dari spesies yang sama masih berhubungan
secara langsung atau tidak, gen flow masih dapat terjadi. Namun, jika terbentuk hambatan bagi
penyebaran spesies (sebab-sebab geografis) maka, tidak akan ada pertukaran susunan gen dalam
sistem populasi dan evolusi akan berlangsung sendiri-sendiri. Semakin lama kedua populasi
tersebut akan semakin berbeda karena telah mengalami evolusi dengan caranya sendiri.
Sejalan dengan waktu pemisahan geografi dari sistem populasi akan mengalami penyimpangan,
sebabnya adalah sebagai berikut:

a) Kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen permulaan yang
berbeda. Jadi, jika dua populasi memiliki potensi genetik yang berbeda sejak awal
pemisahannya, sudah barang tentu akan menempuh jalan yang berbeda.

b) Mutasi terjadi secara random. Pemisahan dalam dua sistem populasi tersebut mungkin
disebabkan adanya mutasi.

c) Pengaruh tekanan seleksi alam sekeliling setelah mereka menempati posisi pemisahan yang
berbeda.

d) Pergeseran susunan gen (genetic drift). Ini berpeluang bagi terbentuknya koloni baru.

1. Isolasi Reproduksi

Isolasi geografis di atas dapat dikatakan sebagai faktor luar (ekstrinsik) yang menjadi penyebab
terjadinya spesiasi. Selanjutnya, dalam rentang waktu yang lama akan terjadi mekanisme isolasi
intrinsik, dimana sifat-sifat yang dipunya oleh populasi tersebut dapat mencegah bercampurnya
dua populasi atau mencegah inbreeding jika kedua populasi itu berkumpul lagi setelah batas
pemisahannya sudah tidak ada.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa spesiasi dimulai dengan adanya penghambat (barier) luar
yang menjadikan dua sistem populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang
berbeda). Namun keadaan ini belum sempurna sampai populasi ini mengalami proses intrinsik
yang menjaga supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah meskipun
mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama).

1. C. Model-model Spesiasi

Menurut Starr dan Taggart (1984:492-493) model spesiasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Spesiasi Allopatrik

Kata Allopatrik berasal dari bahasa latin allos yang artinya berbeda, dan patria yang artinya
daerah asal (Starr dan Taggart, 1984: 492). Odum (1993, 297-298) menyatakan bahwa
pengertian alopatrik adalah spesies-spesies yang terdapat di daerah-daerah geografis yang
berlainan (atau dipisahkan oleh adanya barier ruang). Spesiasi allopatrik yaitu pembentukan jenis
baru yang terjadi melalui pemisahan populasi-populasi yang diturunkan dari nenek moyang
bersama dalam geografis yang berbeda. Kebanyakan spesies timbul dikarenakan spesiasi
allopatrik ini. Proses spesiasi allopatrik didahului oleh pemisahan suatu populasi menjadi dua
group (subpopulasi) yang dikarenakan adanya barier ruang. Selanjutnya kedua subpopulasi
tersebut akan menempuh rute evolusi yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan tempat
tinggalnya dan membentuk subpopulasi yang berbeda antara satu dengan lainnya pada akhirnya.
Sehingga pada saat kedua subpopulasi tersebut bertemu kembali di suatu wilayah, mereka tidak
dapat melakukan perkawinan (tidak dapat melakukan pertukaran gen-gen) (Wallace, 1992: 266).

Barier

A B C

Waktu

Gambar: skema terjadinya spesiasi allopatrik: A. Populasi terbagi menjadi 2 subpopulasi; B.


Kedua subpopulasi tersebut mengalami seleksi (rute evolusi) yang berbeda; C. Kedua
subpopulasi tersebut mengalami isolasi reproduksi sehingga tidak dapat kawin kembali pada saat
bertemu di suatu wilayah (sumber: Stearns dan Hoekstra, 2003: 221).

Contoh dari spesies yang mengalami spesiasi allopatrik adalah burung-burung finches di
kepulauan Galapagos. 2 jenis “ground finches” (Geopisa) yang terdapat pada beberapa pulau-
pulau yang lebih kecil (terisolasi secara geografis) mempunyai kemiripan dalam ukuran dan
bentuk paruhnya dan tupai Abert dan Kaibab yang berasal dari Grand Canyon (Wallace, 1992:
266).

1. Spesiasi Parapatrik

Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow diantara populasi-
populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang berdampak pada terjadinya isolasi
reproduktif pada populasi tersebut. Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat
melakukan perkawinan (pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54).
Contohnya adalah munculnya spesies baru tupai tanah terjadi karena munculnya pul gen baru
gara-gara spesiasi alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke
populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis. Meski hanya terhalang sungai, setelah
spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin. Meyr menyebutkan seleksi
parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi pendiri dibanding populasi induk.

1. Spesiasi Simpatrik

Kata Simpatrik artinya adalah daerah asal yang sama (Starr dan Taggart, 1984: 493). Pada
spesies simpatrik terdapat pemisahan morfologi yang sangat kuat, sehingga dapat dengan mudah
dibedakan antara satu dengan yang lainnya (Odum, 1993: 298). Jadi Spesiasi Simpatrik yaitu
terbentuknya jenis baru yang terjadi karena tinggal/terdapat pada daerah yang sama. Dalam hal
ini perbedaan-perbedaan yang dimiliki seringkali ditonjolkan sehingga dapat dibedakan dengan
mudah. Mekanisme terjadinya spesiasi simpatrik adalah diawali dengan adanya suatu populasi.
Selanjutnya bagian dari populasi tersebut mengalami perbedaan genetik. Dari perubahan genetik
tersebut maka terjadilah isolasi reproduksi.

A B

Gambar: skema terjadinya spesiasi simpatrik: A. Pada suatu populasi terjadi perbedaan genetik;
B. Karena adanya perubahan genetik, maka terjadilah isolasi reproduksi pada populasi tersebut
(sumber: Stearns dan Hoekstra, 2003: 222).

Salah satu model spesiasi simpatrik adalah spesiasi poliploid. Poliploidi terjadi karena
penggandaan perangkat komosom secara keseluruhan. Dalam hal ini individu-individu yang
tergolong diploid dapat muncul turunan yang triploid maupun tetraploid. Fenomena poliploidi
lebih sering dijumpai pada spesies tumbuhan daripada hewan, tetapi pada kelompok amphibi dan
pisces poliploidi masih lazim terjadi (Corebima, 2000: 116).

Pada poliploidi dengan jumlah kromosom homolog yang seimbang (jumlah kromosom genap)
lebih berpeluang fertil daripada spesies poliploidi yang kromosom homolognya tidak seimbang
(jumlah kromosom ganjil). Spesies poliploidi yang kromosom homolognya tidak seimbang
(jumlah kromosom ganjil) umumnya bersifat steril, sehingga tidak dapat dijumpai pada spesies
yang bereproduksi secara generatif (Corebima, 2000: 118).

Sebagai contoh spesiasi simpatrik adalah 2 burung kicau (Nuthatches) yang memiliki perbedaan
yang sangat kuat dalam hal morfologi sehingga mereka dapat dibedakan dengan mudah. Pada 1
jenis, paruhnya dan garis muka hitam menjadi membesar, sementara jenis yang lain mengecil.
Perbedaan yang ditonjolkan tersebut bertujuan untuk mengurangi tumpang tindih relung
makanan. Perbedaan yang nyata dalam garis muka meningkatkan pengenalan jenis dan
menghalangi terjadinya pembastaran.

1. D. Perbedaan model spesiasi allotropik, paratrik, dan simpatrik

Model Spesiasi Allotropik Model Spesiasi Model Spesiasi

Paratrik Simpatrik
 Pembentukan jenis baru
yang terjadi melalui
pemisahan populasi-
populasi yang diturunkan
dari nenek moyang
bersama dalam geografis
yang berbeda.
Kebanyakan spesies
timbul dikarenakan
spesiasi allopatrik ini.
 Pada spesiasi ini isolasi
reproduksi berkembang
dalam beberapa gen flow
diantara populasi-
populasi. Pada populasi
tersebut terdapat suatu
alela yang berdampak
pada terjadinya isolasi
reproduktif pada populasi
tersebut. Sehingga
spesies-spesies dalam
populasi tersebut tidak
dapat melakukan
perkawinan (pertukaran
gen)
 Terbentuknya jenis baru
yang terjadi karena
tinggal/terdapat pada
daerah yang sama. Dalam
hal ini perbedaan-
perbedaan yang dimiliki
seringkali ditonjolkan
sehingga dapat dibedakan
dengan mudah.

 Model spesiasi alopatrik


dapat dibuktikan melalui
studi variasi geografi
 Model spesiasi parapatrik
adanya isolasi reproduktif
 Model Spesiasi simpatrik
meliputi gradual dan
spontan
o Contoh dari
spesies yang
mengalami
spesiasi allopatrik
adalah burung-
burung finches di
kepulauan
Galapagos
o Contoh:
munculnya spesies
baru tupai tanah
terjadi karena
munculnya pul gen
baru akibat
spesiasi alopatrik
o Contoh: 2 burung
kicau (Nuthatches)
yang memiliki
perbedaan yang
sangat kuat dalam
hal morfologi
sehingga mereka
dapat dibedakan
dengan mudah
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

 Spesies menurut Ernst Meyer adalah kelompok populasi alamiah yang secara aktual
maupun potensial bisa saling kawin, dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi dari
kelompok lain.
 Spesiasi adalah terbentuknya spesies baru
 Biologi mengenal dua arti pokok spesies yaitu konsep spesies reproduktif dan morfologi
(atau fenetik)
 Dua Pengaruh Utama Spesiasi:

1. Isolasi Geografis
2. Isolasi Reproduksi

 Menurut Starr dan Taggart (1984:492-493) model spesiasi dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu:

1. Spesiasi Allopatrik yaitu pembentukan jenis baru yang terjadi melalui pemisahan
populasi-populasi yang diturunkan dari nenek moyang bersama dalam geografis yang
berbeda. Kebanyakan spesies timbul dikarenakan spesiasi allopatrik ini.
2. Spesiasi Parapatrik

Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow diantara populasi-
populasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang berdampak pada terjadinya isolasi
reproduktif pada populasi tersebut. Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak dapat
melakukan perkawinan (pertukaran gen).

3. Spesiasi Simpatrik yaitu terbentuknya jenis baru yang terjadi karena tinggal/terdapat pada
daerah yang sama. Dalam hal ini perbedaan-perbedaan yang dimiliki seringkali
ditonjolkan sehingga dapat dibedakan dengan mudah.

DAFTAR PUSTAKA

Corebima, A.D. 2000. Genetika Mutasi dan rekombinasi. Malang: UM.

Odum, Eugene. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: UGM press


Starr, Cecie dan Ralph Taggart. 1984. Biology the Unity and Diversity of Life.California:
Wadsworth Publishing company.

Stearns, Stephen C dan Rolf. F. Hoekstra. 2003. Evolution an


Introduction.USA:OxfordUniversity Press.

Soemarwoto, Idjah, dkk. 1988. Biologi Umum III.Jakarta: PT Gramedia.

Wallace, A. 1992. Biology The World of Life. USA: Harper Collins Publisher Inc.

Widodo, dkk. 2003. Evolusi. Malang: UM.

Anda mungkin juga menyukai