BAB I Agama
BAB I Agama
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama yang diyakini oleh Negara yaitu agama yang memiliki kitab suci dan memiliki suatu
kepercayaan dan keyakinan di dalam Beragama, agama hindu memiliki kitab suci yang namaya
weda dan ajaran yang ada di dalam dunia ini semunya datangnya dari kitab suci weda. Nama
agama hindu atau hindu dharma ini sedemikian rupa berkembang dan bahkan diberikan oleh orang
barat yang datang ke india. Hindu dharma dewasa ini mengacu berbagai sumber baik tradisi
maupun utamanya adalah kitab suci weda. Tradisi agama yang tersimpan dalam itihasa dan purana
dikenal adanya murti (arca) dan mandir (pura). Upacar weda hingga kiniberlangsung dalam bentuk
yang berbeda-beda. Namun dalam kenyataannya tradisi upacar korban Nampak pengaruh local.
BAB II
PEMBAHASAN
4.1 Wedangga
Kelompok Wedangga Yang terdiri dari enam bidang yaitu (I ketut pasek gunawan.2013.64) :
4.1.1 Siksa (phonetika)
Yang berisikan tentang cara yang tepat dalam pengucapan mantra serta tinggi rendahnya
tekanan suara yang di sebut pratisakya yang terdiri dari Rg Wedapraktiyasa, Taittiriyapratikyasa
dari krisna (hitam) yajurweda, Wajasaneyipratikya, dari sukla (putih Yajurweda), samapratiaksaya
untuk samaweda dan Atarwawedapratiasa untuk kitab Atarwaweda.
4.1.4 Nirukta
Yang memuat tentang penafsiran autansik mengenai kata-kata yang terdapat dalam weda.
Kitab ini ditulis dengan oleh bhagawan yaska pada tahun 800 Sm yang membahas 3 masalah yaitu
pertama memuat kata-kata yang sama artinya, kedua memuat kata-kata berate ganda dan ketiga
menghimpun nama dewa yang diangkasa, bumi dan surga.
4.1.6 Kalpa
Yang terdiri dari bidang srauta tentang ajaran mengenai tata cara melakukan yadnya,
penebusan dosa. Bidang Grhya tentang ajaran peraturan pelaksaan yadnya yang dilakukan orang
yang berkeluarga. Bidang dharma tentang aspek peraturan hidup masyarakat dan bernegara yang
ditulis oleh bhagawan manu, apastamba, bhudayana, harita, wisnu, wasista, waikanasa, sankha,
yajnawaklya dan parasara.
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Agama hindu banyak memiliki kitab suci tapi yang pertam ialah kitab suci weda dan ada
beberapa kitab yang yang isinya di ambil dari kitab suci weda, Weda merupakan himpunan wahyu-
wahyu Tuhan. Kitab suci weda berisikan tentang ajaran-ajaran agama hindu baik maupun buruk,
dan ajaran tentang yang ada di alam bhuana agung ini. purana merupakan suatu ajaran yang
menceritakan terciptanya alam semesta beserta isinya dan mengenai ajaran-ajaran yang ada di
dalam agama hindu seperti halnya cara untuk memuja tuhan dan yang lainnya, di dalam kitb suci
purana juga ada kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia.
6.1 Saran
Apabila didalam pembuatan makalah ini ada kalimat yang sama dengan karya ilmiah orang
lain dan belum dicantumkan nama pengarang penulis mohon maaf, dan penulis mohon kritik dan
saran dari yang membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Dalam mempelajari data-data tertentu yang bersumber pada weda, seperti Manawadharmasastra
II, secara tegas menandaskan bahwa sumber dharma atau hukum tidak saja Sruti dan Smrti tetapi
juga sila (tingkah laku orang-orang beradab), acara (adat-istiadat atau kebiasaan setempat) dan
Atmanastuti (apa yang memberi kepuasan pada diri sendiri).
Hukum tidak memperlakukan atas dasar waktu walaupun masalah waktu berpengaruh pada
pertumbuhan hukum itu. Demikian pula hukum Hindu yang disebut dharma. Penerapan Dharma
didasarkan pada azas-azas tertentu yang disebut berdasarkan samaya (waktu), desa (lokal, tempat,
daerah, wilayah), acara (kebiasaan), kula (keluarga), warna (golongan), samanya (sifat-sifat
umum) yang berarti ilmu sosiologi berperan sekali dalam menunjang sumber-sumber hukum
Hindu itu.
Di dalam mempelajari data-data tertentu yang bersumber pada kitab Veda, kitab Nirukta
menjelaskan sebagai berikut.
“Sakṣat kṛta dharmana ṛṣayo, bubhuvuste’ sakṣat kṛta dharmabhya upadesena mantran
sampraduh”.
Terjemahannya :
“Para ṛṣi adalah mereka yang memahami dan mampu merealisasikan dharma dengan sempurna.
Beliau mengajarkan hal tersebut kepada mereka yang mencari kesempurnaan yang belum
merealisasikan hal itu” (Nirukta I. 19).
Kitab suci tersebut secara tegas menyatakan bahwa sumber hukum (dharma) bukan saja hanya
kitab-kitab sruti dan smerti, melainkan juga termasuk sila (tingkah laku orang-orang beradab),
acara (adat-istiadat atau kebiasaan setempat) dan atmanastusti yaitu segala sesuatu yang
memberikan kebahagiaan pada diri sendiri. Oleh karena aspek sosiologi tidak hanya sebatas
mempelajari bentuk masyarakat tetapi juga kebiasaan dan moral yang berkembang dalam
masyarakat setempat.
Sloka-sloka yang menggariskan Veda sebagai sumber hukum yang bersifat universal di dalam
kitab Manawa Dharmasastra dinyatakan sebagai berikut.
“Kamatmata na prasasta na caiwehastya kamatakamyohi Veda dhigamah karmayogas ca
waidikah”
Terjemahannya:
“Berbuat hanya karena nafsu untuk memperoleh phala tidaklah terpuji namun berbuat tanpa
keinginan akan phala tidak dapat kita jumpai di dunia ini karena keinginan-keinginan itu
bersumber dari mempelajari Veda dan karena itu setiap perbuatan diatur oleh Veda”
(Manawa Dharmasastra, II.2).
“Teṣu samyag warttamāno gacchatya mara lokatām, yathā samkalpitāṁṡceha sarvān kāmān
samaṡnute”
Terjemahannya :
“Ketahuilah bahwa ia yang selalu melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diatur dengan
cara yang benar, mencapai tingkat kebebasan yang sempurna kelak dan memperoleh semua
keinginan yang ia mungkin inginkan” (Manawa Dharmasastra, II.5).
“Yo’ wamanyeta te mūle hetu sāstrā srayad dwijaá, sa sādhubhir bahiskāryo nāstiko
wedanindakaá”
Terjemahannya:
“Setiap dwijati yang menggantikan dengan lembaga dialektika dan dengan memandang rendah
kedua sumber hukum (Sruti dan Smerti) harus dijauhkan dari orang-orang bijak sebagai seorang
atheis dan yang menentang Veda” (Manawa Dharmasastra, II.11).
“Pitridewamanusyanam wedascaksuh sanatanah, asakyamca ‘prameyamca weda sastram iti
sthitah”
Terjemahannya:
“Veda adalah mata yang abadi dari para leluhur, dewa-dewa, dan manusia; peraturan-peraturan
dalam Veda sukar dipahami manusia dan itu adalah kenyataan”
(Manawa Dharmasastra, XII.94).
“Ya wda wahyah smrtayo yasca kasca kudrstayah, sarwastanisphalah pretya tamo nisthahitah
smrtah”
Terjemahannya:
“Semua tradisi dan sistim kefilsafatan yang tidak bersumber pada Veda tidak akan memberi
pahala kelak sesudah mati karena dinyatakan bersumber dari kegelapan” (Manawa
Dharmasastra, XII.95)
“Utpadyante syawante ca yanyato nyani kanicit, tanyar wakalika taya nisphalanyanrtaani ca”
Terjemahannya:
“Semua ajaran yang timbul, yang menyimpang dari Veda segera akan musnah, tidak berharga
dan palsu karena tak berpahala”
(Manawa Dharmasastra, XII. 96)
“Wibharti sarwabhutani wedasastram sanatanam, tasmadetat param manye yajjantorasya
sadhanam”
Terjemahannya:
“Ajaran Veda menyangga semua mahkluk ciptaan ini, karena itu saya berpendapat, itu harus
dijunjung tinggi sebagai jalan menuju kebahagiaan semua insani” (Manawa Dharmasastra, XII.
99)
“Senapatyam ca rajyam ca dandanetri twamewa ca, sarwa lokadhipatyam ca wedasastra
widarhati”
Terjemahannya:
“Panglima angkatan bersenjata, Pejabat pemerintah, Pejabat pengadilan dan penguasa atas semua
dunia ini hanya layak kalau mengenal ilmu Veda itu” (Manawa Dharmasastra, XII.100).
Sesungguhnya banyak sloka-sloka suci Veda yang menekankan betapa pentingnya Veda, baik
sebagai ilmu maupun sebagai alat di dalam membina masayarakat. Oleh karena itu, berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang ada itu penghayatan Veda bersifat sangat penting karena bermanfaat
bukan saja kepada orang itu tetapi juga yang akan dibinanya. Karena itu Veda bersifat obligator
baik untuk dihayati, diamalkan, maupun sebagai ilmu.
Dengan mengutip beberapa sloka yang bersangkutan dalam menghayati Veda, nampaknya
semakin jelas mengapa Veda, baik Sruti maupun Smrti sangat penting. Kebajikan dan
kebahagiaan berfungsi sebagaimana mestinya. Inilah yang menjadi hakikat dan tujuan dari
penyebaran Veda itu.