Anda di halaman 1dari 20

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

( SNP )

BAB I

PENDAHULUAN

Standar Penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) diberi tugas


untuk mengimplemen-tasikan SNP (Standar Nasional Pendidikan) agar dapat di
jadikan sebagai kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum NKRI. Sehingga SNP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu. Dalam Pasal 1 ayat (17) Undang – undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yungto pasal 1 ayat (1) PP No.
19 2005 dinyatakan bahwa lingkup dari SNP meliputi 8 standar yaitu : (1)
standar kompetensi kelulusan, (2) standar isi, (3) standar proses, (4) standar
pendidik dan tenaga pendidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar
pengolahan, (7) standar pembiyaan, dan (8) standar penilaian.

Bila kita cermati bahwa standar peneliaian pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik. Pada Peraturan Pemerintah tersebut
diamanatkan tiga jenis penilaian yaitu : (1) penilaian yang dilakukan oleh
pendidik secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil pembelajaran, (2) penilaian oleh satuan pendidikan bertujuan
menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran
sesuai programnya sebagai bentuk traspiransi, profesional dan akuntabel
lembaga, (3) penilaian oleh pemerintah bertujuan menilai pencapaian
kompetensi secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

Standar penilaian merupakan salah satu bagian dari SNP tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah NKRI. Sebab itu, setiap pendidik harus
memahami landasan yuridis maupun filosofis yang melatarbelakangi
munculnya standar penilaian,mekanisme dan prosedur evaluasi. Termasuk
dalam hal tersebut, bagaimana pendidik menetapkan indikator keberhasilan
pembelajaran dan merancang pengalaman belajar siswa.
BAB II

ISI

A. Latar Belakang Standar Penilaian Pendidikan

1. Standar Penilaian dalam Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional


Pendidikan merupakan Pelaksanaan dari Undang – Undang Nomor 20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Ditetapkannya PP No 19 tersebut mengisyaratkan
betapa pentingnya standar yang terkait dengan masalah pendidikan yang dapat
dijadikan rujukan bagi siapapun yang berkepentingan terhadap maslah
pendidikan di Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah ini juga
mengatur dan menentukan berbagai standar dalam pendidikan yang dapat
dijadikan panduan ataupun pelaksanaan pendidikan di Indonesia.

Dalam pasal 1 ayat (17) Undang – Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Yungto pasal 1 ayat 91) PP No.19 Tahun 2005 dinyatakan
bahwa lingkup dari SNP meliputi 8 standar yaitu :

1. Standar kompetensi lulusan : adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang


mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi
lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam nmenentukan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

2. Standar isi : adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi ini memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

3. Standar proses : adalah standar berkaitan dengan pelaksanaan


pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai stanndar
kompetensi lulusan.

4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan : adalah kriteria pendidikan


prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan, pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan yang mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

5. Standar sarana dan prasarana : adalah standar nasional pendidikan yang


berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, dll.

6. Standar pengolahan : adalah standar nasional pendidikan yang berkaiatan


dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan.

7. Standar pembiayaan : adalah standar yang mengatur komponen dan


besarnya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan meliputi biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya personal.

8. Standar penilaian pendidikan : adalah standar nasional pendidikan yang


berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik.

1. 2. Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian

1. a. Landasan Filosofis

Proses pendidikan adalah proses untuk mengembangkan potensi siswa menjadi


kemampuan dan keterampilan tertentu, namun harus menjadi pemahaman setiap
siswa mendapatkan dan diperlakukan secara adil dalam proses pembelajaran
dan termasuk dalam pemberian nilai.

1. b. Landasan Yuridis

Dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 57 Ayat (1) dinyatakan
bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional, sebagai akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak – pihak
yang berkepentingan, kemudian pada Ayat (2) dijelaskan bahwa evaluasi
dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur
formal dan non formal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan.
Selanjutnya pada pasal 58 Ayat (1) dijelaskan bahwa evaluasi proses dan hasil
belajar peserta didik di lakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan,
sedangkan pada ayat (2) menjelaskan secara lebih jauh bahwa evaluasi peserta
didik, satuan pendidikan dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga
mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan dan sistemik mencapai standar
nasional pendidikan.
1. Badan Standar nasional Pendidikan

Dalam UU Nomor 20 tahun 2003, pasal 35 Ayat (3) dijelaskan bahwa


pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pencapaianya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi,
penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan, yang kemudian eksistensi dari
badan tersebut dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, pada
pasal 73 sampai pasal 77, badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian
mutu pendidikan tersebut, disebut dengan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Pasal 76, PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa tugas utama BSNP adalah
membantu Menteri dalam mengembangkan, memantau, dan mengendalikan
standar nasional pendidikan. Ditegaskan pada ayat berikutnya semua satuan
yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan mengikat semua satuan
pendidikan secara nasional setelah ditetapkan dengan peraturan Menteri.
Ketentuan tentang tugas dan wewenang BSNP tertuang pada ayat (3) yang
menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas – tugasnya BSNP mempunyai
wewenang untuk :

1. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;

2. menyelenggarakan ujian nasional;

3. memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah dalam penjaminan


dan pengendalian mutu pendidikan;

4. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pada jenjang pendidikan dasar


dan menengah.
Ditambahkan pada pasal 77 bahwa dalam menjalankan tugasnya, BSNP
didukung dan berkoordinasi dengan departemen yang menangani urusan
pemerintah di bidang agama, dan dinas yang menangani pendidikan di
provinsi/kabupaten/kota.

B. Standar Penilaian Pendidikan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan

1. 1. Prinsip Penilaian menurut BSNP


Pelaksanaan penialaian hasil belajar peserta didik didasarkan pada data sahih
yang diperoleh melalui prosedur dan instrument yang memenuhi persyaratan
dengan mendasarkan diri pada prinsip – prinsip sebagai berikut :

1. Mendidik, artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu


memberikan sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil
belajar peserta didik.

2. Terbuka atau transparan, artinya bahwa prosedur penilaian, kriteria


penilaian ataupun pengembilan keputusan harus disampaikan secara
terbuka dan diketahui oleh pihak – pihak terkait secara obyektif.

3. Menyeluruh, artinya penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakkan


harus meliputi berbagai aspek kompetensi yang dinilai yang terdiri dari
ranah pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor, sikap dan nilai
afektif.

4. Terpadu dengan pembelajaran, artinya bahwa dalam melakukan penilaian


kegiatan pembelaran harus mempertimbangkan kognitif, afektif, dan
psikomotor.

5. Obyektif, artinya proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan


pengaruh – pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai.

6. Sistematis, yaitu penilaian harus dilakuakn secara terencana dan bertahap


serta berkelanjutan.

7. Berkesinambungan, yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus menerus


sepanjang rentang waktu pembelajaran.

8. Adil, mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaian tidak ada


siswa yang diuntungkan atau dirugikan.

9. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu menggunakan


kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan yang telah ditetapkan.

1. Pedoman Penilaian oleh Pendidik

BSNP dalam pedoman umum penilaian mengemukakan adanya standar


penilaian oleh pendidik dan standar penilaian oleh satuan pendidikan. Standar
penilaian oleh pendidik merupakan standar yang mencakup standar umum,
standar perencanaan, standar pelaksanaan penilaian, standar pengolahan dan
penyajian hasil penilaian serta tindak lanjut, yang masing – masing bagian dapat
dijabarkan sebagai berikut :

1. Standar umum penilaian

Standar umum penilaian adalah aturan main dari aspek – aspek umum dalam
pelaksanaan penilaian, BSNP menjabarkan standar umum penilaian ini dalam
prinsip – prinsip sebagai berikut:

1) Pemilihan teknik penilaian yang disusuaiakan dengan karakteristik mata


pelajaran.

2) Informasi yang dihimpun mencakup ranah – ranah yang sesuai dengan


standar isi dan standar kompetensi lulusan.

3) Informasi mengenai perkembangan perilaku siswa dilakukan secara


berkala pada kelompok mata pelajaran masing – masing.

4) Pendidik harus selalu mencatat perilaku siswa yang menonjol baik yang
bersifat positif ataupun negatif.

5) Melakukan sekurang – kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang


ulangan tengah semester dan tiga kali menjelang ujian akhir semester.

6) Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai


dengan kebutuhan.

7) Pendidik harus selalu memeriksa dan memberikan balikan kepada peserta


didik atas hasil kerjanya.

8) Pendidik harus memiliki catatan komulatif tentang hasil penilaian setiap


siswa yang berada dibawah tanggung jawabnya.

9) Pendidik melakukan ulangan tengah semester dan akhir semester.

10) Pendidik yang diberi tugas menangani pengembangan diri harus


melaporkan kegiatan siswa pada wali kelas.

11) Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi siswa dan tidak disampaikan pada
pihak manapun tanpa seijin yang bersangkutan maupun orang tua murid/wali.
b. Standar perencanaan penilaian oleh pendidik

Standar perencanaan penilaian oleh pendidik merupakan prinsip – prinsip yang


harus dipedomi oleh pendidik dalam melakukan perencanaan penilaian,prinsip –
prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pendidik harus membuat perencanaan penilaian secara terpadu dengan


silabus dan rencana pembelajarannya.

2) Pendidik harus mengembangakan kriteria pencapaian kompetensi dasr


sebagai dasar untuk penilaian.

3) Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrumen penilaiannya.

4) Pendidik harus menginformasikan se awal mungkin kepada serdik tentang


aspek – aspek yang dinilai.

5) Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian kedalam kisi – kisi


penilaian.

6) Pendidik membuat instrumen penilaian berdasarkan kisi – kisi.

7) Pendidik menggunakan acuan kriteria dalam menentukan nilai siswa.

1. c. Standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik

Menurut pedoman umum yang disusun BSNP standar pelaksanaan penilaian


oleh pendidik meliputi:

1) Pendidik melakukan penilaian sesuai dengan rencana penilaian yang ada.

2) Pendidik menganalsis kualitas instrumen dengan mengacu persyaratan


instrumen.

3) Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian bebas dari kecurangan.

4) Pendidik memeriksa pekerjaan serdik dan memberikan umpan balik.

1. d. Standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian oleh pendidik


Standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian, yang ada pada pedoman
umum penilaian yang disusun oleh BSNP meliputi;

1) Pemberian skor pada tiap komponen yang dinilai.

2) Penggabungan skor nilai yang diperoleh dari berbagai teknik dengan


bobot tertentu sesuai dengan aturan yang berlaku.

3) Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran.

4) Pendidik menulis deskripsi naratif tentang kepribadian serdik.

5) Pendidik bersama dengan wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya


dalam rapat untuk menentukan kenaikan kelas.

6) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada rapat


dewan guru untuk menentukan kelulusan serdik pada akhir satuan pendidikan.

7) Pendidik bersama wali kelas menyampiakan hasil penilaiannya kepada


orang tua murid/wali murid.

8) Standar pemanfaatan hasil penilaian


Berdasarkan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, ada lima
standar yaitu :

1) Pendidik mengklasifikasi siswa berdasar tingkat ketuntasan pencapaian


standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2) Pendidik menyampaikan balikan kepada serdik tentang tingkat pencapaian


hasil belajar pada setiap KD.

3) Bagi siswa yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus


melakuka pembelajaran remedial.

4) Kepada siswa yang telah mencapai standar ketuntasan yang


dipersyaratkan dianggap memiliki keunggulan.

5) Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi dan


merencanakan berbagai upaya tindak lanjut.

1. Standar Penilaian Oleh Satuan pendidikan


Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63 PP No 19, Tahun 2005, bertujuan menilai pencapaian kompetensi
lulusan untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dsb.

Dalam memberikan batasan standar penilaian hasil belajar yang harus dilakukan
oleh satuan pendidikan BSNP menegemukakan dua standar pokok yaitu (a)
standar penentuan kenaikan kelas dan (b) standar penentuan kelulusan.

Penjelasan tentang kedua standar penilaian tersebut adalah sebagai berikut.

1. a. Standar Penentuan Kenaikan Kelas

Standar penentuan kenaikan kelas yang dikeluarkan oleh BSNP dalam pedoman
penilaian umum terdiri dari tiga hal pokok yaitu :

1) Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan ulangan


kenaikan kelas.

2) Satuan pendidikan menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal


(SKBM) pada setiap mata pelajaran, SKBM tersebut harus di tingkatkan secara
berkala.

3) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat Dewan pendidik untuk


menentukan kenaikan kelas setiap siswa.

1. b. Standar penentuan kelulusan

Dalam menetapkan standar kelulusan, BSNP membuat ketetapan yang


meliputi :

1) Pada akhir jenjang pendidikan satuan pendidikan menyelenggarakan ujian


sekolah pada kelompok mata pelajaran IPTEKS.

2) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidik untuk


menentukan nilai akhir peserta didik pada (a) Kelompok mata pelajaran agama,
(b) kelompok mata pelajaran kewargwnwgaraan, (c) kelompok mata pelajaran
estitika dan (d) kelompok mata pelajaran jasmani dan olahraga.

3) Satuan pendidikan menentukan kelulusan serdik berdasarkan kriteria


kelulusan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemeritah Nomor 19 Tahun
2005.
C. Mekanisme dan Prosedur Penilaian Menurut BSNP

1. 1. Mekanisme dan Prosedur Penilaian

Dalam pedoman penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP ditegaskan bahwa


dalam proses penilaian perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut :

1. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Untuk itu


harus dipahami bahwa proses penilaian merupakan bagian integral dari
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui
tingkat pencapaian standar kompetensi lulusan.

2. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yakni keputusan diambil bedasar


apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh serdik setelah mengikuti
proses pembelajaran, sesuai dengan penerapan dari kurikulum yang
berbasis kompetensi, penilaian harus berdasarkan pada kriteria yaitu
membadingkan hasil yang telah dicapai serdik dengan kriteria yang telah
ditetapkan.

3. Penilaian dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan.

4. Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tindak lanjut.

5. Penilaian harus sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dengan


proses pembelajaran.

Sesuai dengan amanat PP No.19 Tahun 2005, penilaian dalam proses


pendidikan terbagi menjadi 3 kelompok yaitu : penilaian hasil belajar oleh
pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil
belajar oleh pemerintah.

1. Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik


Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk
membantu proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar, sehingga secara
terperinci dapat dijelaskan bahwa penilaian oleh pendidik ini digunakan untuk :

1. Menilai pencapaian kompetensi serdik, dimana penilaian yang dilakukan


oleh pendidik harus berbasis kompetensi, terencana,terpadu, menyeluruh
dan berkesinambungan.

2. Sebagi bahan penyusunan laporan hasil belajar.

3. Memperbaiki proses pembelajaran.

4. Fungsi penilaian dalam kegiatan pembelajaran ataupun pendidikan


diharapkan akan mampu menyediakan informasi yang membantu
pendidik meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, serta membantu
siswa untuk mencapai perkembangan optimal dalam proses dan hasil
pembelajaran.

5. Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis


kompetensi.
Untuk mendapatkan hasil optimal guru harus menyediakan dan
mengkomunikasikan hasil penilaian kelas serta umpan baliknya secara
priodik kepada orang tua murid/wali kelas untuk dapat meningkatkan dan
mempertahankan proses dan hasil belajar yang sudah dicapai oleh peserta
didik.

1. 3. Penilaian Hasil Belajar Oleh Satuan Pendidikan

Penilaian oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar


kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran dimana penilaian hasil belajar
untuk semua mata pelajaran ini merupakan penilaian akhir dalam menentukan
kelulusan siswa dari satuan pendidikan tertentu. Dijelaskan lebih jauh bahwa
ada dua sistem yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk mempromosikan
siswanya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu:

1. Sistem kredit atau beban belajar: yaitu sistem yang tidak mengenal kelas
dimana siswa dapat menyelesaikan program belajarnya sesuai dengan
kemampuan individual.

2. Sistem kenaikan kelas adalah sistem yang program belajar siswanya


terstruktur, dimana siswa yang dapat menyelesaikan beban belajar lebih
cepat karena memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi, tetapi ada
pula siswa yang membutuhkan waktu lebih lama dibanding teman yang
lain.
Secara konseptual kegiatan kenaikan kelas memegang peranan strategis untuk
pengendalian kualitas dan sekaligus menjadi motivasi bagi siswa dan pendidik
dalam upaya peningkatan kualitas pembelajarannya.

Dijelaskan dalam panduan penilaian BSNP bahwa secara teoritik kenaikan kelas
dapat dilakukan dalam beberapa hal yaitu :

1. Menggunakan kriteria untuk dapat membedakan antara yang sudah dapat


mencapai standar kemampuan minimal dengan siswa yang belum
mencapai standar kompetensi minimal tersebut.

2. Menerapkan prinsip kenaikan kelas secara otomatis, dimana setiap siswa


dapat naik kelas secara otomatis pada setiap akhir tahun pelajaran dengan
predikat – predikat tertentu.

3. Mengunakan bentuk perpaduan antara dua pendekatan tersebut, dimana


siswa dapat naik kelas secara otomatis pada setiap akhir tahun pekajaran,
tetapi harus mengulang sejumlah mata pelajaran yang dianggap belum
memenuhi standar kemampuan minimal meskipun cukup bagus.

1. 4. Penilaian hasil Belajar Oleh Pemerintah

Dalam menyelenggarakan ujian nasional BSNP bekerja sama dengan instansi


terkait dilingkungan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten
serta satuan pendidikan. Pada Pasal 68 ditegaskan bahwa hasil ujian nasional
digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk:

1. Pemetaan mutu program dan mutu satuan pendidikan.

2. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

3. Penentuan kelulusan peserta didik dari program satuan pendidikan.

4. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam


upaya meningkatkan mutu pendidikan.

1. 5. Teknik Penilaian Menurut BSNP

Menurut pedoman umum BSNP, teknik penilaian yang dapat dilakukan secara
komplementer ataupun sendiri – sendiri sesuai dengan kompetensi yang akan
dinilai anatara lain:

1. Tes Kinerja adalah berbagai jenis tes yang dapat berbentuk tes
keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes simulasi, tes petik kerja dan
sebagainya. Melalui tes kinerja ini serdik mendemontrasikan unjuk kerja
sebagai perwujutan kompetensi yang telah dikuasai.

2. Demonstrasi adalah teknik yang dapat dilakukan dengan cara


mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan kompetensi
yang dinilai.

3. Observasi adalah teknik dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar
dapat dilakukan secara formal.

4. Penugasan adalah teknik yang dapat dilakukan dengan model proyek


yang berupa sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan dan
diselesaikan oleh serdik di luar kegiatan kelas dan dilaporkan secara
tertulis maupun lisan.

5. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya – karya serdik dalam


karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat
perkembangan belajar dan prestasi siswa.

6. Tes tertulis adalah teknik penilaian yang paling banyak dilakukan oleh
pendidik, tes ini bisa berupa tes dengan jawaban pilihan atau isian.

7. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap
muka antara serdik dengan pendidik.

8. Jurnal adalah merupakan catatan siswa selama berlangsungnya proses


pembelajaran, sehingga jurnal berisi deskripsi proses pembelajran dengan
kekuatan dan kelemahan siswa terkait dengan kinerja atau sikap.

9. Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang


diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau
aspek kepribadian serdik.

10.Inventori adalah skala psikologis yang digunakan untuk mengungkap


sikap, minat, dan persepsi serdik terhadap obyek psikologis ataupun
fenomena yang terjadi.

11.Penilaian diri adalah teknik yang digunakan agar serdik dapat


mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam berbagai hal.

12.Penilaian antar teman (penilaian sejawat) dapat dilakukan dengan


meminta siswa mengemukakan kelebihan dan kekurangan teman dalam
berbagai hal, penilaian ini dapat berupa sosiometri untuk mendapat
informasi anak – anak yang favorit dan anak – anak yang terisolasi dalam
kelompoknya.

Berbagai teknik penilaian tersebut dapat dilakukan secara kombinasi untuk bisa
memperoleh informasi yang selengkapnya dan sedetail mungkin tentang proses,
kemajuan dan hasil belajar peserta didik.

D. Ujian Nasional Sebagai Standar Penilaian

1. Evaluasi Hasil Oleh Pemerintah

Sampai tahun 2000 pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional
telah menyelenggarakan evaluasi hasil belajar yang diberlakukan secara
nasional yang disebut dengan EBTANAS. Pada sekitar tahun 2000, banyak
sekali kritik dari berbagai lapisan masyarakat terhadap Evaluasi Belajar Tahap
Akhir yang dilaksanakan secara nasional tersebut. Ada kelompok yang menilai
bahwa banyak sekali kelemahan yang ada dalam penyelenggaraan EBTANAS
tersebut, diantaranya adalah:

1) bentuk soal yang sebagaian digunakan pilihan ganda dianggap kurang


mendidik siswa untuk menggunakan penalarannya untuk menjawab soal.

2) sering terjadi kebocoran soal sehingga hasilnya kurang obyektif

3) nilai EBTANAS murni merupakan satu – satunya alat seleksi untuk masuk
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

4) penyelenggraan memerlukan biaya yang cukup besar sehingga dirasa tidak


sebanding dengan manfaat ebtanas. Untuk merespon berbagai kritik yang
muncul ini pemerintah mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai lapisan
yang kemudian menjadi landasan dikeluarkanya Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor: 001/U/2002, Tanggal 28 Januari 2002 yang berisi
penghapusan EBTANAS untuk SD, SDLB, SLB tingkat Dasar dan MI.
Pemerintah juga menguluarkan Surat keputusan Mendiknas Nomor;
047/U/2002, Tanggal 4 April 2002 yang berisi pernyataan bahwa nama
EBTANAS untuk tingkat SLTP, SLTPLB, SMU, SMLB, MA dan SMK diganti
dengan menjadi Ujian Akhir Nasional atau disebut dengan UAN.

Dalam Surat Keputusan tersebut dijelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan


UAN adalah:

1. Alat pengendali mutu pendidikan secara nasional, dengan


diselenggarakannya UAN ini diharapkan mutu pendidikan secara
nasional dapat dikendalikan.
2. Mendorong peningkatan mutu pendidikan, dengan penyelenggaraan UAN
ini diharapkan memotivasi sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaraannya dan berusaha untuk mencapai hasil UAN yang
optimal.

3. c. Bahan pertimbangan untuk mementukan tamat belajar dan predikat


prestasi siswa.

4. Pertimbangan dalam seleksi penerimaan siswa baru pada jenjang


pendidikan yang lebih tinggi.

Pada Tahun 2004 UAN juga banyak mendapatkan kritikan dari berbagai
kalangan masyarakat bahkan ada sebagian besar anggota DPR tidak
menyetujuinya, ketidak setujuan anggota Dewan ini terutama terhadap besarnya
usulan anggaran pelaksanaan UAN, kritikan – kritikan dalam pelaksanaan UAN
tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi permasalahan utama,
yaitu:

1) UAN dianggap bertentangan dengan Undang – Undang Nomor 20 Tahun


2003, Pasal 58, dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa evaluasi hasil belajar
serdik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan
hasil belajar serdik secara berkesinambungan.

2) UAN dianggap tidak bermanfaat dan hanya menghambur – hamburkan


biaya.

3) Konversi skor yang digunakan dalam pelaksanaan UAN dianggap


membodohi masyarakat, karena memotong skor anak pandai diberikan kepada
siswa yang kurang.
Menganggapi kritikan tersebut hasil penelitian Mardapi juga
merekomendasikan perlunya kegiatan – kegiatan yang bermanfaat untuk
penyempurnaan pelaksanaan UAN diantaranya adalah:

1. Dalam penyelenggaraan UAN hendaknya;

1) Mengikutsertakan daerah dalam penyusunan soal

2) Biaya ujian sepenuhnya ditanggung pemerintah

3) Peningkatan kualitas soal

4) Peningkatan obyektivitas sistem scoring

5) Peningkatan keamanan soal


6) Pengamanan dan koreksi silang antar sekolah yang setingkat

7) Pengiriman hasil UAN segera mungkin

8) Pemenuhan fasilitas minimum dalam penyelenggaraan UAN

1. Diperlukan adanya pelatihan penyusunan soal bagi guru daerah untuk


meningkatkan kualitas soal ujian

2. Perlunya inovasi dalam pembelajaran dengan menggunakan berbagai


media untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam
memepelajarai materi yang dianggap sulit

3. Analisis UAN secara rinci sesegera mungkin disampaikan ke sekolah


agar informasi tentang pokok bahasan atau materi yang sulit dapat
diketaui pihak sekolah dan para guru dapat mengambil strategi untuk
mengatasinya.

4. Sosialisasi dan informasi UAN perlu dilakukan seawal mungkin yang


meliputi kisi – kisi ujian, bentuk soal, proses penskoran dan kriteria
kelulusannya sehingga sekolah maupun siswa dapat lebih mempersiapkan
diri menghadapi UAN

5. Pemerintah perlu membantu fasilitas dan peralatan yang memadai dalan


pelaksanaan ujian sehingga mata pelajaran yang memerlukan media
tertentu dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan UAN.

6. 2. Pro dan Kontra Pelaksanaan Ujian Nasional

Dengan mempertimbangkan bahwa dalam pengembangan pembelajaran di


berbagai sekolah di Indonesia masih menggunakan kurikulum yang bervariasi,
dimana sebagian sekolah masih menggunakan Kurikulum 1994, ada sekolah
yang secara bertahap menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
pada kelas tertentu dan kelas yang lain masih menggunakan Kurikulum 1994,
ada pula sekolah secara keseluruhan telah meleksanakan KBK, dan ada sekolah
yang telah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dengan mulai berlakunya PP 22 Tahun 2006 tentang standar isi, maka dalam
sosialisasi pelaksanaan Ujian Nasional telah ditetapkan bahwa ; soal- soal ujian
yang dikembangkan untuk Ujian Nasional Tahun 2007, didasarkan pada irisan
antara ; (1) Kurikulum Berbasis Kompetensi, (2) Kurikulum 1994, dan (3)
KTSP, yang secara visual dapat digambarkan sebagai berikut:

Dengan gambaran tersebut maka diharapkan bahwa tidak akan muncul kecaman
terhadap soal UNAS dari sekolah – sekolah yang menggunakan berbagai
kurikulum. Dalam penentuan kelulusan BSNP juga menetapkan nilai sebagai
standar ketuntasan atau standar kelulusan yang akan dinaikkan secara bertahap
setiap tahun. Perlu dipahami juga oleh semua pihak bahwa Ujian Nasional
adalah penilaian hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu
pada kelompok mata pelajaran pengetahuan dan teknologi.

Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan
mutu program atau satuan pendidikan, sebagai dasar seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya.
Kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan ujian nasional ini menjadi
polemik berkepanjangan, sikap pro dan kontra muncul di berbagai media
dengan berbagai alasan rasional maupun sekedar rasionalisasi. Persoalan
sebenarnya bukan ujian nasional itu sendiri, tetapi perlu kajian dari berbagai
sudut pandang diantaranya adalah:

(1) ketidaksiapan siswa, guru ataupun sekolah menghadapi kenyataan dari


“cermin prestasi diri” yang disebut ujian nasional tersebut

(2) proses pendidikan yang selama ini berlangsung banyak memberikan


kemudahan, termasuk dalam pembelajaran, yang menyebabkan banyak pihak
baik siswa, guru maupun orang tua yang terbuai oleh keberhasilan semu yang
berupa angka – angka yang bisa dibuat oleh siapa saja

(3) adanya kecenderungan umum bahwa evaluasi yang kehilangan makna,


karena evaluasi yang seharusnya menjadi sarana atau cerminan diri, selama ini
bukan lagi menjadi sarana tetapi menjadi tujuan.

Selanjutnya, yang perlu mendapat perhatian adanya upaya sosialisasi dan


penyadaran kepada semua stakeholder tentang pemahaman fungsi UNAS dan
Standar Kompetensi Lulusan kepada siswa, orang tua,guru maupun semua staf
sekolah. Agar semua termotivasi untuk mengarahkan pembelajaran ke
pencapaian standar komptensi minimal yang harus dikuasai siswa; orang tua
akan memotivasi dan membimbing belajar anaknya, guru akan mengoptimalkan
proses pembelajarannya untuk membelajarkan siswa mencapainya, demikian
juga staf sekolah maupun berbagai pihak terkait. Bila secara nyata standar
kompetensi ini telah dicapai, kapanpun di evaluasi, siapapun yang melakukan
evaluasi, bentuk soal manapun, termasuk penyelenggaraan UNAS bukan lagi
menjadi permasalahan yang besar.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Standar Penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) diberi tugas


untuk mengimplemen-tasikan SNP (Standar Nasional Pendidikan) agar dapat di
jadikan sebagai kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum NKRI. Sehingga SNP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu.

Dalam pasal 1 ayat (17) Undang – Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Yungto pasal 1 ayat 91) PP No.19 Tahun 2005 dinyatakan
bahwa lingkup dari SNP meliputi 8 standar yaitu :

a. Standar kompetensi lulusan

b. Standar isi

c. Standar proses

d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan

e. Standar sarana dan prasarana

f. Standar pengolahan

g. Standar pembiayaan

h. Standar penilaian pendidikan

Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 001/U/2002, Tanggal 28


Januari 2002 yang berisi penghapusan EBTANAS untuk SD, SDLB, SLB
tingkat Dasar dan MI. Pemerintah juga menguluarkan Surat keputusan
Mendiknas Nomor; 047/U/2002, Tanggal 4 April 2002 yang berisi pernyataan
bahwa nama EBTANAS untuk tingkat SLTP, SLTPLB, SMU, SMLB, MA dan
SMK diganti dengan menjadi Ujian Akhir Nasional atau disebut dengan UAN.
Dengan mulai berlakunya PP 22 Tahun 2006 tentang standar isi, maka dalam
sosialisasi pelaksanaan Ujian Nasional telah ditetapkan bahwa ; soal- soal ujian
yang dikembangkan untuk Ujian Nasional Tahun 2007, didasarkan pada irisan
antara ;

(1) Kurikulum Berbasis Kompetensi,

(2) Kurikulum 1994, dan

(3) KTSP.

DAFTAR PUSTAKA

2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional


Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

2003. Undang – undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: Depdiknas.

Naskah akademik. Jakarta: BSNP.

Pedoman Umum Penilaian Hasil Belajar.Jakarta: BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata


Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Jakarta: BSNP

2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Agama dan Akhlak Mulia.
Jakarta: BSNP.

2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Estetika. Jakarta: BSNP.

2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi. Jakarta: BSNP.

2006. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Jasmani, Olah raga, dan
kesehatan. Jakarta: BSNP.

2006. Rencana Strategis Depertemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009


Menuju Pengembangan Pendidikan Nasional Jangka Panjang. Jakarta:
Depdiknas.

http://www.papantulisku.com/2010/12/makalah-tentang-badan-standar-
nasional.html

Anda mungkin juga menyukai