Anda di halaman 1dari 4

Bijak menghadapi :Tantangan pengasuhan sehari hari

Kali ini saya ingin mengajak anda para orangtua pembelajar untuk bersama menengok keseharian
anak kita, dan kemudian untuk mengenali tantangan pengasuhan sehari hari dimana kita bergulat
untuk membentuk anak anak kita menjadi anak anak yang seperti diperintahkan Allah yaitu anak
anak yang utamanya menjadi penyembah Allah – Li ya’buduun.
“ Berapa usia anak anak anda kelas berapa mereka sekarang ?”
Saya ambillah contoh anak SD kelas rendah dulu, yaitu kelas -3. Dari sini nanti kita dengan mudah
menaikan jejangnya dan juga memahami kemajemukan masalah yang kita hadapi sehari hari..
Mengenai jadwal ini sangat bergantung aturan di masing masing keluarga, jam masuk sekolah, jarak
tempuh dan Kalau mau anak diajar dan dilatihkan sholat shubuh tepat waktu, berarti kita sudah coba
membangunkan anak 10’ – 15’sebelum waktu sholat tiba, sekitar 03.50 atau pukul 04.00.
Kita buatlah jadwalnya sebagai berikut :
03.50 – 04.05 Bangun, siapa siap utk sholat
04.10 – 04.25 Sholat subuh, baca Qur’an atau bahas hal hal agama yg lainnya
4.25 - 6.30 Mandi siap siap, membantu tugas RT lainnya , sarapan . Mengulang pelajaran atau
mengerjakan tugas RT atau bantu ibu atau bercengkrama dengan keluarga.
6.30 – 7.00 Berangkat sekolah
07.00 – 13.30 Disekolah
13.30 - 14.30 Pulang sekolah, sampai dirumah. Sangat tergantung jarak rumah – sekolah dan macet
tidaknya jalan dan kendaraan yang digunakan.
Ini kurang lebih jadwal untuk kelas rendah. Semakin tinggi kelas anak semakin sore tibanya di
rumah. Anak kelas 4-6 biasanya sampai dirumah berkisar atara jam 4- 5. Sementara anak SMP
biasa sampai dirumah magrib atau bahkan malam hari. Apalagi kalau ada tugas berkelompok atau
les tambahan . Riset kami menujukkan bahwa umumnya anak anak SD akan les 2-3 hari dalam
seminggu, sementara anak SMP akan les lebih banyak hampir 5-6 hari dalam seminggu.
Orang tua yang terlalu cemas akan banyak hal dalam keberhasilam akademis anaknya dimasa
depan atau yang terlalu sibuk sehingga sulit untuk punya waktu dengan anaknya akan mengatur
jadwal les yang padat. Alasannya dari pada waktu digunakan tidak menentu lebih baik anaknya ikut
ber macam macam les.
Marilah kita sadari berapa padatnya otak anak dengan berbagai tugas tersebut, berapa lelah
jiwanya dan jerih badannya. Dini hari besoknya, dia akan menghadapi lagi hal yang sama. Terus
dan terus dan terus…
Sudah lah capek, umumnya orang tua tak sanggup menerima bahasa tubuh yang menunjukkan
kelelahan dan sikap yang agak malas malasan dan lama dalam menyelesaikan sesuatu yang
disuruh. Apa lagi kalau berkilah, membantah, memprotes, berkata dengan nada tinggi, menolak
melakukan atau mengerjakan sesuatu.
Wah bayangkanlah reaksi orang tua, apalagi mereka yang tadi seharian sudah habis tenaga dan
emosinya terkuras diluar rumah, lepas dia bekerja atau sekedar aktifitas ‘killing time “saja.Memukul
mungkin tak sembarang orang, tapi apa kabar dengan kata kata ?
Banyak yang tidak faham bahwa kata kata yang tajam walau dalam nada rendah menusuk kedalam
jiwa, “verbal abuse” namanya. Kalau perasaan diabaikan bahkan di”iris dan dihunjam” juga atas
nama kepuasan emosi ibu dan ayahnya, “emosional abuse” istilahnya.
Bagaimana anak tidak menumpuk lapisan emosi yang tinggi dalam dadanya yang sekali meledak
bak air bah yang bobol tanggulnya.
Lupa, hal ini sudah berlangsung lama, sejak usia 6-7 tahun, atau mungkin lebih muda. Tak disadari
hari telah berganti minggu , minggu berganti bulan. Bulan terlah beralih tahun dan tahun dan
tahun….
Siapa yang mengerti beratnya beban fikir dan jiwa anak?. Dengan dalih masa depan yang masih
sekitar 15 – 20 tahun lagi itu, sejak muda usia anak di pacu dan di dera untuk mempertahankan
prestasinya sekuat yang dia bisa.. Bukan hanya badan, banyak yang tidak faham betapa jiwa anak
dan remaja kita ini pun tak sempat bernafas.
Anda mungkin tidak percaya, bahwa 7 dari 15 pemerkosa Yuyun yg sempat saya temui bersama
dengan dr Dewi Inong di penjara, menyatakan bahwa mereka menyimpan dendam pada ibunya:
karena kata kata yang mereka terima terlalu menusukjiwa!.
Apa yang hilang dari pengasuhan ?
Banyak!.
1. Yang pertama adalah hilangnya kehangatan, kebersamaan dan
keceriaan anak anak dan remaja.
2. Cinta Belajar. Beban pelajaran dan waktu belajar yang padat kita kawatirkan telah mencederai
semangat belajarnya. Mereka masih akan belajar belasan tahun lagi. Kalau sekarang sudah “bantat”
karena lelah jiwa, dari mana akan diperolehnya semangat dan kecintaan menuntut ilmu dan untuk
menyelesaikannya sampai jenjang yang tinggi?
3. Yang paling mahal yang hilang bila tak pandai pandai mensiasati adalah Dialog. Karena waktu
yang sempit,pola bicara hanya perintah larangan dan komentar. Bagaimana akan menyampaikan
pesan, membentuk kebiasan baik, menambah pengetahuan, memperluas wawasan dan yang paling
penting bagaimana bisa mengetahui kebutuhan utama anak dan mendengar dan memahami
perasaannya?
Percakapan berpusar hanya pada masalah akademik semata.
4. Banyak hal hal esensial yang harusnya dibahas diajarkan pada anak jadi tak kebagian waktu,
apalagi kalau kedua orang tua sibuk : Berbagai aspek dalam penanaman aqidah yang lurus, ibadah
yang benar ,amalan yg shalih dan akhlak mulia serta berbagai kisah kenabian dan para sahabat
yang mulia tak sempat dilakukan.
5. Hal lainnya yang umumnya sungguh terabaikan adalah persiapan pra baligh dan keharusan bijak
berteknologi.
Apa yang terjadi ?
Tanpa terasa oleh karena jadwal yang padat dan ortu yang sibuk, tahu tahu anak sudah pra remaja.
Mereka sudah “ sexually active” sementara persiapan untuk baligh jauh dari memadai. Anak kurang
memiliki berbagai pengetahuan dan ketrampilan hidup, padahal mereka adalah generasi Platinum
yang hidup di era digital. Tiba tiba terasa kita memiliki banyak sekali masalah.
Karena beratnya beban hari hari yang dihadapi anak, mereka mencari kesenangan dengan atau
melalui handphone, laptopnya, games dan berbagai fasilitas technology lainnya. Anak terpapar pada
berbagai bentuk kriminalitas, narkoba, perjudian, berbagai bentuk kenakalan remaja lewat sosial
media dan tentunya pornografi yang sudah sering sekali kita bahas di grup ini.
Kita menghadapi berbagai masalah perilaku yang luar biasa rumitnya, tak meyadari sebab
musababnya karena merasa semua berjalan seperti biasanya dan kini bingung mencari solusinya.
Bagaimana sebaiknya ?
Berikut sekedar usulan saya bagaimana menghindari bila belum terjadi dan mengatasinya bila
sudah terlanjur tidak sengaja.
1.Cukupkanlah kehangatan anak dan kelengketan jiwa ke jiwa dengan kedua orang tuanya . Penuhi
bejana jiwa anak kita pada saat dia butuhkan dalam jumlah yang cukup oleh kedua orangtuanya.
2.Riset yang kami lakukan menunjukkan bahwa pasangan muda lupa merumuskan dan
menyepakati tujuan pengasuhan anak anaknya Kacaunya arah pengasuhan anak adalah karena
orang tua lupa merumuskan Tujuan Pengasuha dengan rinci, bukan hal hal yang umum dan generik
seperti : Menjadikan anak shalih dan shaliha saja.
Ada tujuh Tujuan Pengasuhan yang kami sarankan berdasarkan riset kami .
1. Menjadi hamba Allah yang Taqwa, Imannya lurus, ibadahnya
benar dan baik serta akhlak nya mulia.
2. Diasuh dan disiapkan untuk menjadi calon suami dan istri
3. Dipersiapkan untuk menjadi ayah dan ibu
4. Dididik untuk menjadi ahli dalam bidangnya secara
professional
5. Disiapkan menjadi pendidik, terutama laki laki karena mereka
akan menjadi pendidik utama istri dan anak anaknya serta bila
perlu keluarganya.
6. Khusus untuk laki laki dipersiapkan untuk jadi pengayom bagi
kedua orang tua, keluarganya dan keluarga besarnya. Dia
terutama yang bertanggung jawab dari mengurus kedua orang
tuanya terutama kebutuhannya, ketika mereka tua dan sakit
serta mengurusi dan mengimami sholat jenazahnya.
7. Anak laki laki dan perempuan di asuh untuk juga bisa
bermanfaat bagi orang banyak.
Dengan adanya rumusan yang jelas tentang Tujuan Pengasuhan ini maka bisa dibuat kesepakatan
antara suami istri dalam menjalaninya dan membuat rencana evaluasi serta bagaimana berbagi
taggung jawab dalam pelaksanaannya.
Mengapa sering sekali terjadi kekacauan seperti diatas, karena mengasuh anak tidak punya tujuan
tak terbangun prinsip yang jelas sehingga mudah latah atau hanyut dalam TREND, bagaimana
orang sekitar mengasuh anaknya.
Kalau orang lain fokusnya hanya sukses akademis, yah kita gak perlu sama. Kita punya 6 tujuan
lainnya yang harus kita capai, diuraikan dalam tahapan usia dan dibuatkan rencana bagaimana
mencapainya. Itulah Pe Er anda berdua sepanjang kehidupan sampai anak dewasa!.
3.Selanjutnya adalah membuat rumusan tentang apa yang dibutuhkan berdasarkan usia untuk
setiap aspek dari Tujuan Pengasuhan.
Misalnya untuk menjadikan keimanan anak lurus, ibadahnya baik dan akhlaknya mulia: Apa tugas
ayah dan apa tugas ibu.Ayah menentukan garis besar nya lalu ayah dan ibu berbagi tugas dalam
pelaksanaan kesehariannya. Tentulah dalam prakteknya bisa salah dan keliru atau terlupa, tapi
karena ada tahapan evaluasi, maka semuanya bisa diluruskan kembali.
Bak kata pepatah : Sedikit demi sedikit lama lama menjadi bukit.
Orang tua terpaksa menjadi pembelajar sejati. Bukan anaknya saja yang dikirim kesekolah agama,
ayah dan ibu mengaji untuk bisa menjadi guru pertama dan utama anaknya.
Yang penting dalam mengajarkan agama untuk anak bukan hanya sekedar mereka BISA tapi
SUKA.
4.Persiapan menjadi suami istri, ayah dan ibu sama halnya dengan mengajarkan agama, di
tentukan terlebih dahulu aspek apa yang diperlukan untuk menjadi suami dan istri serta ayah dan
ibu yang baik. Kemudian diturunkan apa yang perlu dididikan sejak kecil. Umpama kue dibuat “bite
size”, dalam bentuk kecil yang bisa dikunyah. Misalnya anak memperoleh kepercayaan diri dari
kehangatan hubungan dan rasa percaya yang ditunjukkan oleh orang tuanya. Kalau dia 7 tahun
sudah terbiasa mengurus diri sendiri dan bisa membantu adiknya .. dstnya
5.Begitu jugalah dengan pendidikan formal. Usahakanlah agar anak masuk sekolah usia sekitar 7
tahun . Diusia ini mereka secara fisik, perkembangan otak, emosi dan sosialnya lebih siap untuk
belajar.
Berarti waktu kapan mulai masuk TKnya dihitung mundur.
Pilihan sekolah akan mengacu pada Tujuan Pengasuhan. Kita tak akan membua anak kita habis
tenaga dan waktunya hanya sukses untuk akademis semata, karena kita punya hal hal lain yang
harus dicapai.
Mencari sekolah punya dua pilihan :
Misalnya untuk SD:
a. Mata pelajaran padat tapi waktu pendek, pulag 11.30 atau jam
b. Waktu belajar panjang tapi materi tidak berat sesuai dengan kemampuan jarak perhatian dan
kapasitas otak anak. Kita ingin anak tidak terbebani tapi mendapatkan pendidikan yang patut bagi
usianya.
Sebagai contoh ada sekolah yang kelas satu pulang jam 2, tapi sejak jam 11.30 anak punya
kesepatan tidur satu jam. Diatas jam12,30 tidak ada lagi mata pelajaran yang berat. Atau sekolah
lain pelajarannya seperti berikut ini . Senin : Komputer – PKN – Silat. Selasa : Renang –
Perpustakaan (baca buku) – IPS. Rabu: Bahasa Inggris – Perpustakaan – Penjas dstnya.
Karena kita punya target pengasuhan, maka kita harus mencari sekolah yang tepat dan menunjang
tercapainya tujuan pengasuhan kita.
Anak kita harus punya waktu untuk bercengkrama denga orang tua dan saudaranya, beribadah
dengan benar dan baik, bermain yang menyenangkan dan tidur yang cukup.
Saya teringat kata kata bijak dari tokoh pendidikan Amerika : Neil Postman, yang sejak tahun 1982
an sudah meramalkan keadaan anak anak kita dalam bukunya The disappearance of childhood.
“Jangan kau cabut anakmu dari dunianya terlalu cepat, karena kau akan menemukan orang orag
dewasa yang ke kanak kanakan!”
Bukankah sudah banyak kita temukan hal serupa ?
Semoga tak terjadi pada anak kita.
Yuk kita hadapi dan atasi semua tantangan dalam pengasuhan anak anak kita ini . semoga Allah
mudahkan dan sukseskan kita menghasilkan generasi yang tangguh dan membahagiakan dunia
dan akhirat.
Selamat berjuang.
Minggu tengah malam, 4 Desember 2016.
Elly Risman
Silahkan share bila dianggap pantas.

Anda mungkin juga menyukai