Anda di halaman 1dari 10

SOP PRAKTIK PENGOLAHAN SAMPAH

(PENGOMPOSAN, PENGUKURAN INFILTRASI AIR )


PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA

Materi Praktik : 1. Teknik Rekayasa Pengomposan Dalam Biopori


2. Teknik Pengukuran Infiltrasi Air Dalam Biopori
Mata Kuliah : Pengelolaan Sampah
Tempat : Laboratorium Rekayasa

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat melakukan teknik membuat kompos organik dalam biopori
2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran infiltrasi air ke dalam tanah.

KOMPETENSI
1. Mahasiswa mampu melakukan analisis proses pengomposan bahan organik
2. Mahasiswa mampu melakukan analisis proses infiltrasi air ke dalam tanah

DISKRIPSI PRAKTIK

Biopori adalah ruangan atau pori-pori dalam tanah yang dibentuk secara alamidengan adanya
aktivitas makhluk hidup di dalam tanah seperti, akar tanaman, cacing,rayap dan
mikroorganisme lainnya.Menurut Brata (2008) biopori merupakan ruang atau pori dalam
tanah yangdibentuk oleh makhluk hidup, seperti mikroorganisme tanah dan akar
tanaman.Bentuk biopori menyerupai liang (terowongan kecil) di dalam tanah dan
bercabangcabangdan sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dalam tanah.
Liangpori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman,
sertaaktivitas fauna tanah seperti cacing tanah, rayap dan semut di dalam tanah.

Menurut Rauf (2009) biopori merupakan lubang pori di dalam tanah yangdibuat oleh jasad
biologi tanah seperti cacing tanah, tikus, semut, rayap dan lain-lain,termasuk lubang bekas
akar tanaman yang mati dan membusuk di dalam tanah.Keberadaan biopori yang banyak
akan meningkatkan daya serap tanah terhadap air,karena air akan lebih mudah masuk ke
dalam tubuh (profil) tanah.Bentuk biopori meyerupai liang kecil dan bercabang-cabang yang
sangat

efektif menyerap air ke dalam tanah. Berbagai ukuran dan jenis organisme tanahhidup di
antara pori-pori dan melalui pori tersebut organisme memperoleh air dan oksigen sedangkan

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 1
untuk makanan diperoleh dari bahan organik berupa pelapukansisa-sisa tanaman dan mahluk
hidup lainnya.

Populasi dan aktivitas organisme tanahdapat ditingkatkan dengan menyediakan bahan


organik yang cukup di dalam tanah,sehingga organisme tanah akan memperoleh makanan
yang cukup untuk hidup danberkembang biak. Konversi kawasan bervegetasi alami menjadi
kawasan pemukimanatau kegiatan lainnya akan mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah
sekaligus akanmerusak liang pori di dalam tanah (Brata, 2008). Hal tersebut tentu
sangatberpengaruh terhadap menurunnya laju resapan air ke dalam tanah pada saat musim
penghujan.

Lubang Resapan Biopori memiliki fungsi lain sebagai tempat pengomposan mempunyai
kelemahan, dimana dalam waktu 2 minggu setelah dimasukkannya bahan organik kedalam
biopori dan selama proses pengomposan belum matang, terjadi sumbatan yang
mengakibatkan genangan sehingga air tidak bisa meresap kedalam tanah (Subagiyono,
2013).Genangan air yang tidak dapat meresap kedalam tanah salah satunya diakibatkan
tumbuh jamur yang menutup lubang pori pada biopori sehingga menghalangi air masuk dan
meresap kedalam tanah. Tumbuhnya jamur diindikasikan bahwa bahan organik dalam biopori
mengalami pembusukan akibat volume air yang berlebihan sebagai akibat intensitas hujan
yang tinggi. Berikut visualisasi gambar biopori

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 2
Pengomposan Secara Aerobik Dalam Biopori

1) Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari


peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan
kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.

(a) Paralon dengan terowongan udara (Saluran Udara)

 Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara

 Terbuat dari paralon

 Dimensi : panjang 60cm, diameter 12 cm

 Kedalaman 60 cm

 Dapat dipakai menahan bahan 1 kg

(b) HigroTermometer

 Digunakan untuk mengukur kelembaban dan suhu tumpukan

 Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke bagian


dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat

 Alat pengukur sebaiknya digunakan agar tidak mencemari kompos


dibandingkan jika dengan termometer air raksa .

(c) Timbangan

 Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang
diinginkan

 Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan


pengemasan

2) Tahapan pengomposan

(a) Pemilahan Sampah

Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik.
Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran
proses dan mutu kompos yang dihasilkan.

(b) Ukuran

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 3
Ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah
dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.

(c) Penyusunan Tumpukan

Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran
kemudian disusun menjadi tumpukan.

1. Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan


dimensi tinggi = 60cm.
2. Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan (window) yang berfungsi
mengalirkan udara di dalam tumpukan.
(d) Pembalikan

Pembalikan dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan,


memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses
pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta
membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil. Pembalikan
dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembapan
kurang dari 50%).

(e) Pematangan

1. Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin


menurun hingga mendekati suhu ruangan.
2. Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.

(g) Penyaringan
1. Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.

2. Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang


baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 4
3).Kontrol Infiltrasi selama Proses Pengomposan
Selama dalam proses produksi kompos, pengukuran infiltrasi air ke dalam tanah
dilakukan dengan tujuan bahwa :
(a) Proses infiltrasi air tetap (normal) sedang pengomposan tetap berproses normal.

(b) Kondisi ideal bagi proses pengomposan berupa keadaan lingkungan atau habitat
dimana jasad renik (mikroorganisme) dapat hidup dan berkembang biak dengan
optimal.

(c) Jasad renik membutuhkan air, udara (O2), dan makanan berupa bahan organik dari
sampah untuk menghasilkan energi dan tumbuh.

Proses pengontrolan yang harus dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah:

(1) Monitoring Temperatur Tumpukan

(2) Monitoring Kelembapan

(3) Monitoring Oksigen

(4) Monitoring Kecukupan C/N

(5) Monitoring Volume

A. Definisi Operasional/Cara Kerja


1. Definisi Operasional
a. Modifikasi Biopori adalah model biopori yang dibuat dengan cara mengubah
biopori konvensional menjadi biopori termodifikasi dengan menganut prinsip-
prinsip lingkungan ;
1) Bahan dasar biopori mudah didapatkan
2) Biaya terjangkau
3) Mudah diaplikasikan
4) Memberi manfaat yang besar
b. Optimalisasi laju infiltrasi air adalah kecepatan laju infiltrasi air dalam mm/menit
c. Pengomposan Bahan Organik adalah proses terbentuknya bahan organik dalam
biopori termodifikasi sampai menjadi kompos organik.
2. Cara Kerja
a) Alat dan Bahan
- Bahan organik
- Paralon PVC

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 5
- Kawat kassa sebagai filtrasi
- Infiltrometer double ring
- Higrotermometer
- Stopwatch
- tabung meter
- ember
b) Pelaksanaan :
(1) Pengukuran Laju Infiltrasi Air dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(a) Langkah 1 : memasang tabung infiltrometer tegak lurus permukaan tanah
dengan kedalaman 10 cm. Dalam pemasangan ini diusahakan jangan
sampai merusak permukaan tanah.

(b) Langkah 2 : memasang silinder pelindung (buffer) dengan jarak 10 cm dari


silinder pengukur dengan kedalaman 5 – 10 cm. Bila tidak menggunakan
pelindung dapat menggunakan tanggul tanah dengan jarak 15 cm dengan
kedalaman 7 – 15 cm. Tanpa merusak lapisan permukaan tanah dalam
silinder pengukur.

(c) Langkah 3 : mengisi bagian luar (bagian pelindung) dengan air sampai
setinggi 5 cm dan dipertahankan mempunyai kedalaman tetap selama
pengukuran.

(d) Langkah 5 : mengisi bagian silinder pengukur dengan air, cara pengisian
harus hati-hati jangan sampai merusak lapisan permukaan tanah. Isi silinder
pengukur sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki.

(e) Langkah 6 : mencatat waktu pengukuran dengan satuan mm/menit

(f) Langkah 7 : Bila air dalam silinder pengukur sudah turun 5,5 cm ditambah
lagi sehingga mencapai tinggi mula-mula. Diusahakan pengisian kembali
secepat mungkin.

(2) Pembuatan Kompos dalam instrument biopori termodifikasi dilakukan dengan


cara sebagai berikut :
(a) Langkah 1 : menyiapkan prototype biopori termodifikasi yang terbuat dari
paralon PVC yang telah dilubangi pada bagian penutup, maupun sisi
melingkar dan bagian bawah dari alat tersebut.

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 6
(b) Langkah 2 : menyiapkan bahan organik selanjutnya dilakukan pencacahan
kemudian dimasukkan dalam media biopori termodifikasi yang telah
dipersiapkan.
(c) Langkah 3 : memasukan paralon PVC ke dalam tanah dengan kedalaman
60 cm. Diupayakan permukaan paralon PVC berada dibawah permukaan
tanah sekitar 5-10 cm dari permukaan tanah.
(d) Langkah 4 : memasukkan bahan organik yang telah dicacah sampai penuh
dan tidak terlalu padat (memenuhi kapasitas paralon).
(e) Langkah 5 : mengisi bagian luar (bagian pelindung) dengan air sampai
setinggi 5 cm dipermukaan tanah dan dipertahankan mempunyai kedalaman
tetap selama pengukuran.
(f) Langkah 6 : menutup paralon, selanjunya pada bibir paralon disemen secara
sederhana untuk melindungi tutup paralon dari kemungkinan terinjak atau
terlindas kendaraan
(g) Langkah 7 : Diatas permukaan bibir paralon yang telah disemen ditutup
dengan penutup yang terbuat dari cor semen sederhana.
(h) Langkah 8 : melakukan pengamatan secara berkala untuk memantau proses
pengomposan.
Kompos yang telah mengalami pematangan + selama 60 hari dapat dilihat
dengan kenampakan fisik : Warna coklat kehitaman menyerupai tanah,
tekstur gembur dan tidak berbau menyengat, volume mengalami
penyusutan menjadi 1/3 dari volume awal, apabila dipegang akan
menggumpal dan jika ditekan dengan lunak gumpalan kompos akan hancur
dengan mudah.
(3) Pengukuran suhu dan kelembaban selama pengomposan
Pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan alat higrotermometer
dengan cara sebagai berikut :
(a) Langkah 1 : memasukan higrotermometer ke dalam media biopori
termodifikasi untuk beberapa saat.
(b) Langkah 2 : mencatat hasil pengukuran dengan memperhatikan angka yang
sering muncul di dalam higrotermometer.
(c) Langkah 3 : menyimpan catatan hasil pengukuran.

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 7
Sedangkan untuk pengukuran pH, Kadar Air berikut unsur hara pada kompos oraganik
(C-organik, N-total, P-total dan K-total ) dilakukan di laboratorium. Berikut gambar biopori
konvensional dan instrumen biopori termodifikasi :

Design biopori dan infiltrasi air

Air

Infiltrasi air ke
tanah

Gambar Double Ring Infiltrometer Gambar design biopori termodifikasi

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 8
ALUR UKUR INFILTRASI AIR

ukur infiltrasi awal air ke dalam

tanah

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 9
Hasil

1. Proses pengomposan ;

Rata-rata suhu, kelembaban pengomposan

Kompos organik (setelah memenuhi waktu pematangan, antara 2 minggu – 2 bulan),

besaran kompos 1/3 dari berat kompos awal

Hasil pemeriksaan kompos organik di laboratorium

2. Pengukuran Infiltrasi Air ke dalam tanah

Rata-rata laju infiltrasi air per minggu (dengan asumsi setiap 1 minggu, selama proses

pengomposan akan terjadi degradasi bahan organik).

Pustaka

Ginting, R. B. 2010. Laju Resapan Air pada Berbagai Jenis Tanah dan Berat Jerami dengan Menerapkan
Teknologi Biopori di Kecamatan Medan Amplas. Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana. Medan: USU

Hamid Borazjani, Nicholas R. Hatten, Susan Diehl and Lynn Prewitt


Effects of composting on removal of nitrogen, phosphorus, and Callium, Published: Dec. 2, 2009
SNI 19-7030-2004, 2004, Standar Kualitas Kompos, Jakarta, SNI

Subagiyono, 2014, Modifikasi Biopori Sebagai Optimalisasi Laju Infiltrasi Air Hujan Dan Dampak Bagi
Pengomposan Bahan Organik, Tesis, Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Yudika, 2009, Penelitian Biopori Untuk Menentukan Laju Resap Air Berdasarkan Variasi Umur Dan Jenis
Sampah, Tesis, Institut Teknologi Surabaya

Panduan Praktik Pengelolaan Sampah Organik dan Pengukuran Infiltrasi Air Dengan Media Biopori 10

Anda mungkin juga menyukai