Anda di halaman 1dari 2

Abstrak

Tahap-tahap utama prosesing jaringan yang harus ditempuh ialah pengambilan


jaringan, fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, imbedding, menyayat,
menempel, hidrasi, pewarnaan, dehidrasi, penjernihan dan penutupan.
Setelah fiksasi, jaringan yang difiksasi dengan larutan berair tentu saja tetap masih
tinggi kandungan airnya, apalagi kemudian dicuci dengan air. Molekul air ini bisa
mengganggu pada tahap-tahap prosesing berikutnya karena itu harus dibuang terlebih dahulu
sebelum memasuki tahap selanjutnya. Tahap pembuangan air dari jaringan tersebut
dinamakan dehidrasi (dehydration). Tahap dehidrasi sangat kristis dalam menentukan tingkat
keberhasilan pembuatan preparat histology. Dimana tujuan dehridrasi adalah untuk menarik
air yang terdapat dalam jaringan setelah diksasi, dilakukan dengan cara melewatkan jaringan
melalui satu seri larutan yang mengandung bahan penarik air dengan konsentrasi naik dan air
dengan konsentrasi menurun. Dehidran yang paling umum digunakan pada mikroteknik
dengan metode paraffin adalah alkohol. Jenis dehidran lain adalah dioksan, N-butyl alcohol,
aniline oil dan bergamot oil.
Alcohol merupakan dehidran yang umum digunakan, karena relatife lebih murah dan mudah
diperoleh, tapi mampu menghasilkan hasil yang baik, bahkan untuk jenis-jenis jaringan-
jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang belakang, dan embrio.
Proses dehidrasi dalam berbagai konsentrasi alcohol dilakukan setingkat demi setingkat.
Tujuannya adalah untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan secara tiba-tiba dalam terhadap
sel jaringan, sehingga perubahan struktur sel yang terjadi sekecil mungkin. Apabila proses
dehidrasi ini tidak sempurna berarti masih ada molekul air dari dalam jaringan.
Ketidaksempurnaan proses dehidrasi ini dapat diketahui dengan jelas setelah jaringan
dimasukan ke dalam zat penjernih, dimana jaringan tidak menjadi transparan walaupun
jaringan telah lama dalam larutan penjernih. Penjernihan (Clearing) merupakan proses harus
segera dilakukan setelah dehidrasi. Tujuan dari penjernihan ini adalah menggantikan tempat
alcohol sementara dalam jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu solven
atau medium penjernih sebelum proses penanaman dalam paraffin. Medium penjernih ini
akan menjernihkan atau mentranparankan jaringan agar kemudian dapat terwarnai dengan
baik dan memperlihatkan warna sesuai dengan warna pewarnanya. Bahan penjernih yang
paling umum digunakan merupakan bahan hidrokarbon, seperti xilol (xylene) dan toluol
(toluene), serta kloroform. Untuk jaringan yang terdehidrasi sebagian, bahan lain seperti
minyakcedar atau metal salisat sering digunakan untuk menjernihkan, kemudian diikuti
dengan xilol, sehingga proses transisi menuju parafin lebih mudah dilakukan.
Kritikan

 Pada jurnal pertama yang say abaca, dijelaskan dibagian hasil dan pembahasan sedikit
tentang dehidrasi jaringan, tanpa menjelaskan langkah-langkahnya dan bahan-bahan yang
dapat digunakan dalam memenuhi persyaratan larutan pendehidrasi, hanya disebutkan
menggunakan alkohol, sedangkan pada diktat dipaparkan bahan apa saja yang dapat
memenuhi syarat sebagai larutan pendehidrasi serta dijelaskan keterangan masing-masing
larutan.
 Pada jurnal yang saya baca dijelaskan bahwa proses clearing dilakukan 3 sample dengan 3
waktu proses clearing yaitu 5, 15 dan 25 menit, sedangkan pada diktat pada prosedur
penjernihan ditulis dilakukan selama 30 menit, dan dibagian kesimpulan pada jurnal
dibuktkan bahwa semakin lama proses clearing dilakukan maka semakin baik kualitas
sediaan awetan permanen yang didapatkan.
 Dan pada jurnal ini, saya melihat adanya dipaparkan gambar sample-sample awetan dan
tabel hasil sediaan awetan dengan 3 waktu proses clearing yang berbeda tadi, sedangkan
pada diktat tidak saya temukan gambar maupun tabel.

Daftar Pustaka

Iswara, Arya., Wahyuni, Tri. 2017. Pengaruh Variasi Waktu Clearing Terhadap Kualitas
sediaan Awetan Permanen Ctenocephalides felis. Jurnal Labora Medika. Vol 1 No 1
(2017) 12-15.

Pratiwi, Harini Citra., Manan, Abdul. 2015. Teknik Dasar Histologi Pada Ikan Gurami. Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 7 No.2.

Anda mungkin juga menyukai