Anda di halaman 1dari 14

BLOK 2 MODULBAB

1 PERTAHANAN
I
KELOMPOK 4
SALURAN NAPAS
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup pasti melakukan pernapasan. Bernapas merupakan hal


yang penting untuk menunjang kehidupannya. Makhluk hidup melakukan pernapasan
atau respirasi untuk memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeliminasi karbondioksida yang dihasilkan oleh sel.
Sistem pernapasan atas dibagi menjadi dua, yaitu Sistem Pernapasan Atas
(Upper Respiratory Track) dan Sistem Pernapasan Bawah (Lower Respiratory
Track). Saluran pernapasan atas dimulai dari rongga hidung, sinus paranasal,
nasofaring, faring dan laring bagian akhir. Saluran pernapasan bawah dimulai dari
trakea awal sampai pada alveolus.
Respirasi dibagi menjadi dua, yaitu respirasi internal atau selular yang mengacu
kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang
menggunakan Oksigen dan menghasilkan Karbondioksida selam penyerapan energi
dari molekul nutrien. Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian
kejadian yang terlibat dalam pertukaran Oksigen dan Karbondioksida antara
lingkungan ekstrasel dan seluruh tubuh.
Sedemikian besar fungsi dan peranan saluran pernapasan membuat penulis
merasa perlu untuk belajar dan lebih memahami berbagai hal mengenai saluran
pernapasan manusia.

1.2 Manfaat
- Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi saluran pernapasan
- Mahasiswa mampu memahami mekanisme pernapasan
- Mahasiswa mampu memahami system pertahanan saluran napas

1.3 Tujuan
Pada modul 1 blok 2 ini, kami mempelajari tentang pertahanan saluran napas.
Dalam blok ini juga kami mempelajari tentang anatomi dan fisiologi saluran
pernapasan, mekanisme pernapasan, dan sistem pertahanan saluran napas. Dari apa
yang dipelajari, diharapkan mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi
saluran pernapasan, mekanisme pernapasan, dan sistem pertahanan saluran napas.

BAB II
PEMBAHASAN

1
BLOK
Bab ini berisi laporan 2 MODUL
tertulis 1 PERTAHANAN
mengenai 7 langkah PBL SALURAN NAPAS
(Program Based
KELOMPOK 4
Learning)
yang diterapkan dalam diskusi kelompok kecil yang kami lakukan pada Hari Sabtu, 12
Oktober 2013 dan Hari Kamis, 17 Oktober 2013.

Skenario
Penderitaan Sang Vokalis

Ninik (19 tahun) salah satu anggota paduan suara Fakultas Kedokteran sangat
menyesali tidak dapat ikut manggung pada acara dies natalis universitas, padahal ia
tergolong mahasiswa yang vokalnya sangat indah dan cukup dikagumi oleh teman dan
pelatihnya. Alasan tidak tampil dalam acara tersebut karena kondisinya yang tidak
memungkinkan. Sejak kemaren Ninik mengalami pilek berat. Rhinorrhea, badan terasa
hangat, bersin-bersin, hidung tersumbat, batuk dan suara serak akibat pilek membuat dia
tidak bisa tampil bersama teman-temannya memperdengarkan keindahan suaranya. Satu
hal yang menambah penderitaannya adalah indera penciumannya terasa tidak berfungsi
dengan baik, karena saat si bibi memasak soto kegemarannya Ninik tidak dapat
menikmati aroma sedap masakan si bibi.

2.1 STEP 1 (Identifikasi Kata Asing)

1. Rhinorrhea : - Sekret bebas yang berupa lender cair yang keluar melalui
hidung.
-Berasal dari bahasa yunani. Rhinor (Hidung), Rhea
(Sumbatan)
-Menyebabkan membrane mukosa bersekresi dan menghasilkan
mucus.
2. Batuk : - Reflek tenggorokan untuk mengeluarkan benda asing di daerah
Sensitive seperti trakea atau bronchus.
- Gejala umum dari penyakit pernafasan.
- Batuk bukan penyakit tapi tanda terjadinya iritasi di
tenggorokan oleh lender, makanan, asap, dll.
- Reaksi tubuh terhadap adanya iritasi tenggorokan dapat berupa
virus atau bakteri.
3. Bersin : - Keluarnya udara dari hidung dan mulut secara tiba-tiba dan
keras dan dapat mencapai kecepatan 70 m/s atau 250 km/jam.
4. Pilek : - Terjadi karena penyakit influenza yang dibawa virus RNA.
- Kondisi yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan
produksi mucus berlebih.
- Gejala yang disebabkan influenza, menangis, alergi, dll

2
5. Serak : BLOK 2 MODUL
- Terjadinya 1 PERTAHANAN
penumpukan muccus pada SALURAN KELOMPOK 4
NAPAS
laring hingga
mengganggu fibrasi ataukarena pembengkakan laring.
- Kualitas suara yang kasar atau berisik atau disebut trachyphona.
- Efek dari batuk dan bersin yang mengganggu pita suara atau
karena batuk yang terlalu keras.
6. Hidung tersumbat : - Gejala atau tanda dari pilek dan rhinorrhea yang
berlebihan.
- Kondisi dimana kita sulit untuk melakukan inspirasi dan
ekspirasi.
7. Indera Penciuman : - Indera untuk mengerti dan memahami bau yang ada
disekitar kita.

2.2 STEP 2 (Identifikasi Masalah)


1. Kenapa badan Ninik terasa hangat/demam?
2. Mengapa suara Ninik serak? Apa hubungan gangguan pernafasan dengan pita suara?
3. Apa hubungan pilek berat yang di derita Ninik dengan indera penciuman yang tidak
berfungsi dengan baik?
4. Apa saja yang menyebabkan pilek?
5. Apakah bersin termasuk system pertahanan tubuh?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya pilek?
7.Bagaimana pilek bisa mengganggu vokalisasi seseorang?
8. Apakah bersin termasuk usaha tubuh untuk memberi jalur pernafasan pada hidung
yang tersumbat?

2.3 STEP 3 (Brainstroming)


1. - Demam merupakan gejala awal dari pilek.
- Adanya infeksi bakteri atau gangguan benda asing yang menyebabkan leukosit
memproduksi zat kimia pirogen, pirogen inilah yang menyebabkan produksi
panas tubuh dan untuk mengembalikan suhu tubuh ke kondisi normal, maka
panas tubuh akan dikeluarkan melalui mekanisme demam (Guyton)
- Respon pertahanan tubuh organisme multisellular dari mikroorganisme.
- Virus dapat bereplikasi dengan baik pada suhu dingin, sehingga untuk
mencegah hal ini, tubuh meningkatkan suhunya sebagai usaha pertahanan.

2. – Pita suara yang terganggu akan mempengaruhi vokalisasi.


- Muccus menutupi larynx dan mempengaruhi pita suara sehingga mengganggu
vibrasi dan menyebabkan suara serak.
- Udara pada penafasan menyebabkan adanya vibrasi, yaitu pada bagian laring.

3. Penyebab indera penciuman tidak berfungsi dengan baik ketika pilek :


Nervus Olfaktoris merupakan syaraf sensori yang bertugas menerima rangsang
dari hidung dan menghantarkannya ke otak untuk di proses sebagai sensasi bau.
Ketika seseorang pilek maka akan terjadi penumpukkan mucus yang

3
menyebabkan N.BLOK 2 MODUL
olfaktoris 1 PERTAHANAN
tertutup sehingga proses SALURAN
KELOMPOK 4
pembawaanNAPAS
informasi oleh
impuls aferen terhambat. Hal inilah yang menyebabkan seseorang mengalami
penurunan sensitivitas terhadap bau.

4. Penyebab pilek :

- Biologis : Mikroorganisme (Virus, bakteri dan jamur), Hewan

(Kutu Hewan)

- Alergi : Debu, makanan dan minuman, bulu hewan.

- Penurunan imunitas : Pada kondisi panas, leukosit cepat merespon untuk

melawan penyakit.Pada kondisi dingin, leukosit lambat

merespon untuk melawan penyakit.

- Lingkungan : Suhu, kelembapan, angin

- Trauma kepala : Kondisi dimana cairan serebrospinal mengisi rongga

hidung yang di sebabkan cedera kepala.

5. Ya, bersin termasuk mekanisme pertahanan tubuh. Dimana ketika ada


mikroorganisme atau benda asing yang masuk ke tubuh melalui hidung, maka
secara reflex tubuh akan mengeluarkan mikroorganisme atau benda asing dan
membersihkan saluran napas melalui mekanisme bersin.

6. Pertama, daya tahan tubuh menurun. Kedua, terjadi kontak antara kita dengan
virus. Ketiga, karena daya tahan tubuh yang menurun infeksi pun terjadi.
Keempat, virus akhirnya berkembang biak di dalam tubuh kita menyebabkan Sel
Mukosa menghasilkan sekret yang berlebihan dan peradangan yang
menghasilkan edema menyebabkan lendir yang berlebihan .

7. Vokalisasi seseorang di pengaruhi oleh struktur wajah dan pita suara. Pada pilek
juga dapat menganggu resonansi sehingga suara yang dihasilkan menjadi berbeda

4
BLOK
dan sengau. Karena 2 MODUL
pilek 1 PERTAHANAN
juga dapat SALURAN
menyebabkan hidung NAPAS
tersumbat.
KELOMPOK 4
Pergerakan
otot-otot ini didalam pita suara juga dapat mengubah bentuk dan massa pada tepi
pita suara, menajamkannya untuk mnghasilkan bunyi dengan nada tinggi dan
mengumpulkannya untuk suara yang lebih rendah (bass). Resonator adalah
mulut, hidung, dan sinus nasal yang berhubungan faring, dan bahkan rongga dada
sendiri. Fungsi resonator hidung diperlihatkan oleh perubahan kualitas suara bila
seseorang menderita pilek berat yang menghambat aliran udara ke resonator-
resonator ini.

8. Ya, bersin termasuk usaha tubuh untuk memberi jalur pernafasan pada hidung
yang tersumbat.

2.4 STEP 4 (Mind Mapping)

2.5 STEP 5 (Learning Objective)

5
BLOKdan
1. Menjelaskan anatomi 2 MODUL
fisiologi 1 PERTAHANAN
saluran pernafasan.SALURAN NAPAS
KELOMPOK 4
2. Menjelaskan mekanisme pernafasan (proses, fungsi, dan factor).
3. Mekanisme pertahanan tubuh terutama di saluran pernapasan.
2.6 STEP 6 (Belajar Mandiri)
Dalam tahap ini, setiap anggota kelompok melakukan belajar mandiri
dengan membaca referensi-referensi mengenai Learning Objective yang telah
ditentukan pada hari Sabtu, 12 Oktober 2013 sampai hari Rabu, 16 Oktober 2013.

2.7 STEP 7 (Sintesis)

1. Anatomi dan fisiologi saluran pernafasan atas


1. Anatomi dan fisiologi saluran pernafasan
Hidung
a. Hidung Bagian Luar : Radix (bagian yang melekat pada dahi), Apex
(bagian ujung pangkal), Dorsum (bagian yang menghubungkan radix
dan apex), Nares (cuping hidung)
b. Hidung Bagian Luar Dibentuk oleh Os: Os. Nasalis, Os. Maksila, Os.
Frontal
c. Hidung Bagian Luar Dibentuk oleh Cartilago : Sepasang C. nasalis
Lateralis Sup, Sepasang C. Nasalis Lateralis Inferior, Beberapa pasang
C. Alae Major dan Minor, Tepi Ant. C. Septum.
d. Fungsi Nassal :
- Sebagai jalan pernapasan (yang berperan adalah nares anterior,
konka media, dan nasofaring)
- Sebagai air conditioning, atur kelembapan udara oleh mucus
respiratory, atur suhu udara inspirasi oleh permukaan konka
dan septum nasi.
- Sebagai penyaring dan pelindung (yang berperan adalah
Vibrissae pada vestibulum nasi, silia, mucus, enzim
penghancur bakteri seperti lisosom
- Sebagai indra pembau, ada dua cara partikel bau diterima oleh
saraf pembau yaitu : berdifusi dengan mucus dan menarik
nafas dengan kuat.
- Resonansi suara
- Proses bicara
- Refleks nasal

Cavum nasi
a. Suatu ruangan didalam nasus yang mempunyai lubang keluar
(nares) dan ke dalam (choane) yang menghubungkan dengan
nasopharynx. Terdiri dari : Vestibulum Nasal, Regio respiratoria,

6
BLOKOlfaktoria,
Regio 2 MODULSeptum
1 PERTAHANAN SALURAN
nasi, Pembuluh darah NAPAS
KELOMPOK 4
di cavum nasi,
Saraf di cavum nasi.
b. Fungsi : menghangatkan udara (terjadi pada concha dan sputum),
melembabkan udara ( oleh mucus dan secret serosa ), sistem
pertahanan.

Sinus Paranasalis : Sinus Maxillaris ( untuk resonansi suara), Sinus


Frontalis ( untuk mengurangi tekanan pada tengkorak ), Sinus
Sphenoidalis ( untuk fokus infeksi ), Sinus Ethmoidalis.

Faring
Ukuran Pharynx kurang lebih 12 cm. Fungsi pharynx adalah saluran
untuk respirasi dan digestif. Bagian dari sistem digestivus yang terletak
dibelakang cavum oris dan cavum nasi, dibagi :
a. Nasopharynx : di posterior concha. Terdapat torus tubarius dan
tonsil tubarius.
b. Oropharynx : di posterior cavum nasi. Terdapat plica vocalis, plica
ventribularis, ventrikularis, dan tonsilla pharynx
c. Laryngopharynx : berbatasan dengan bagian cranial laring.
Terdapat additus laringis dan resesus priformis.

Musculus Pharynx :

1. Lapisan dalam (Longitudinal) : M. stylopharynx, M.


palatopharynx, M. salingopharynx.
2. Lapisan luar (Circular atau Constri) : M. constrictor pharynx
superior, medius, inferior.

Laring
Saluran pernapasan yang terdiri dari serangkaian cincin tulang rawan
yang dihubungkan oleh otot-otot, mengandung pita suara (glottis) dan
masuk ke pernapasan atas dan bawah, serta menghubungkan pharynx
dengan trachea. Disini terjadinya produksi suara di plica. Aliran udara
yang melalui pita suara menyebabkan pita suara bergetar dan
memproduksi suara.

Trachea
Ukuran panjang memiliki kurang lebih 10-13 cm, menghubungi laring
sampai Bronchus principales. Dinding trachea diperkuat beberapa keeping

7
BLOK 2hialin
tulang rawan MODUL 1 PERTAHANAN
berbentuk-C. Trachea SALURAN
KELOMPOK
NAPAS
dilapisi epitel bertingkat
4
kolumnar bersilia, dengan lamina basal sangat tebal. Banyak sel goblet
tersebar di dalam epitel. Ganglia kecil terdapat sepanjang trakea, dan dari
situ serabut-serabut saraf menuju otot polos pada dinding posteriornya.
Saraf sensoris yang berakhir dalam mukosa adalah jalur aferen bagi reflex
batuk.

Pulmo
Pulmo terbagi menjadi pulmo dextra dan pulmo sinistra. Pulmo dilindungi
oleh membrane pleura ( yaitu ruang antara pulmo dan dinding thorax)
yang terbagi menjadi pleura parietal ( melapisi dinding thorax ) dan pleura
visceral ( melapisi pulmo ). Pulmo dextra terbagi menjadi 3 lobus oleh
adanya fissure horizontal atau transversal dan fissure oblique. Pulmo
sinistra terbagi menjadi 2 lobus oleh adanya fissure obliqua. Lobus terbagi
lagi menjadi segmen pulmonalis. Lingula pulmonalis adalah bagian
anteroinferior lobus superior pulmo sinistra.

Bronchus
Kedua cabang utama trakea disebut Bronchus principalles Dextra dan
Sinistra. Pulmo Sinistra terdiri dari lobus superior dan lobus inferior.
Sedangkan Pulmo Dextra terdiri dari lobus superior, medius, dan inferior.
Jadi, terdapat dua bronki lobar dikiri dan tiga dikanan. Mereka ini pada
gilirannya bercabang lagi menjadi bronki segmental menuju berbagai
segmen dalam masing-masing paru. Epitel bronkus tidak berbeda nyata
dari yang di trakea, yaitu terdiri atas epitel kolumnar bersilia dengan
banyak sel goblet dan kelenjar submukosa.

Bronchiolus
Bronkiolus, berdiameter sekitar 0,3 – 0,5 mm. Fungsinya untuk mengatur
distribusi dan resistensi udara ke paru. Pada tingkat bronkiolus sudah
tidak ada sel goblet dan epitelnya terdiri atas sel-sel bersilia dan sel-sel
bronchioles tanpa silia, disebut sel Clara. Pada spesies tertentu mereka
merupakan sampai lebih dari 50% dari sel-sel pada bronchioles
terminales. Bronchiolus terminales terdiri dari cincin-cincin kecil. Mucus
kental dalam bronkioli dapat menutupnya saat akhir ekspirasi, merapatkan
dinding yang berhadapan. Pertukaran gas dapat berlangsung dalam
kantung berdinding tipis ini, karena itu diberi nama bronchiolus

8
BLOKBronchiolus
respiratorius. 2 MODUL respiratori
1 PERTAHANAN
itu tidakSALURAN NAPAS
mempunyai
KELOMPOK 4
tulang rawan
hialin (n X= nervus Vagus). Tulang rawan hialin merupakan konduktor.

Alveolus
Tempat berlangsungnya pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara
darah dan udara yang dihirup. Sel alveoli dibentuk oleh simple squamous
epitellium. Sel squamous itu terdiri dari 2 tipe : Tipe 1 ( Small alveolar
cell atau Squamous pneumocyte) dan Tipe 2 ( Large alveolar cell atau
Granular Pneumocyte). Sel Tipe 1 berguna untuk pertukaran gas.
Sedangkan, Sel Tipe 2 memiliki mikrofili dan berguna untuk
mengeliarkan cairan alveolar.

2. Mekanisme Pernafasan

Inhalasi dan Ekhalasi dijalankan oleh sistem saraf dan otot-otot pernapasan. Pusat
pernapasan sendiri terletak di medula oblongata dan pons. Ventilasi adalah hasil kerja
otot respirasi yang menghasilkan perubahan tekanan dalam alveoli dan pohon bronkial.

Respirasi bisa juga disebut sebagai proses ventilasi, karena proses yang terjadi
adalah masuknya oksigen ke dalam tubuh yang dibutuhkan oleh jaringan dan keluarnya
karbondioksida ke atmosfer yang merupakan produk sisa dari oksidasi.

Inspirasi (inhalasi) meruapakan proses yang aktif karena membutuhkan energi


dalam prosesnya. Selain itu, inspirasi membuat otot-otot inspirasi secara aktif bergerak
adalah musculus intercostalis externus, sedangkan ekspirasi (ekshalasi) meruapakan
proses yang pasif karena tidak membutuhkan energi melainkan hasil daya lenting paru
(recoil paru).

Respirasi akan terjadi selama 2 tekanan berbeda yang akan dibahas di bawah ini.
Mengikuti konsep gradien tekanan, udara akan bergerak dari tekanan yang tinggi menuju
ke tekanan yang rendah. Jadi, ketika tekanan udara di luar (atmosfer) lebih tinggi maka
udara akan masuk ke dalam paru. Tapi jika tekanan yang di dalam paru (tekanan intra-
alveolus) lebih tinggi maka udara akan keluar menuju atmosfer.

Ada 3 tekanan penting yang terjadi pada proses pernafasan, yaitu :

1. Tekanan Atmosfer

9
BLOK 2merupakan
Tekanan atmosfer MODUL 1tekanan
PERTAHANAN SALURAN
yang berada di luarNAPAS
tubuh. Pada
KELOMPOK 4
ketinggian permukaan laut tekanan atmosfer sama dengan 760 mmHg.
Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas
permukaan laut.

2. Tekanan Intrapleura

Tekanan udara di sekitar rongga dada di dalam selaput pleura. Rata-rata


tekanan di dalam rongga biasanya 756 mmHg.

3. Tekanan Intrapulmonal

Biasa disebut juga tekanan intraparu. Merupakan tekanan udara di dalam


alveolus. Tekanan intrapulmonal berubah-ubah mengikuti mekanisme
pernafasan (inspirasi atau ekspirasi)

No
Struktur Inhalasi Ekshalasi
.
1. Diafragma Datar Melengkung
2. Otot Intercosta Kontraksi Relaksasi
3. Rongga Dada Membesar Mengecil

3. Mekanisme pertahanan tubuh terutama di saluran pernapasan.

a) Reflek batuk
Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga
benda asing dalam jumlah berapa pun atau penyebab iritasi lainnya akan
menimbulkan reflek batuk. Laring dan karina (tempat dimana trakea bercabang
menjadi bronkus) adalah yang paling sensitif, dan bronkiolus terminalis dan bahkan
alveoli bersifat sensitif terhadap rangsangan bahan kimia yang korosif seperti gas
sulfur dioksida dan klorin. Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama
berjalan melalui nervus vagus ke medula. Disana suatu rangkaian peristiwa otomatis
digerakkan oleh lintasan neuronal medula, menyebabkan efek sebagai berikut:

Pertama, kira-kira 2.5 liter udara diinspirasi. Kedua epiglotis menutup dan pita
suara menutup erat-erat untuk menjerat udara dalam paru. Ketiga, otot-otot perut
berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan otot ekspirasi lainnya
seperti intercosatalis internus juga berkontraksi dengan kuat. Akibatnya, tekanan

10
BLOK
dalam paru meningkat 2 MODUL
sampai 1 PERTAHANAN
100 mmHg atau lebih. SALURAN
Keempat, NAPAS
pita suara dan
KELOMPOK 4
epiglotis sekonyong-konyong terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam
paru meledak keluar. Tentu saja udara ini kadang-kadang dikeluarkan dengan
kecepatan 75-100 mil per jam. Selanjutnya, adalah penekanan kuat oleh paru yang
menyebabkan bronkus dan trakea menjadi kolaps sehingga bagian yang tidak
berkartilago ini berinvaginasi ke dalam, akibatnya udara yang meledak tersebut benar-
benar mengalir melalui celah-celah bronkus dan trakea. Udara yang mengalir dengan
cepat tersebut biasanya membawa pula benda asing apapun yang terdapat dalam
bronkus atau trakea.

b) Reflek bersin

Reflek bersin sangat mirip dengan reflek batuk kecuali bahwa reflek ini
berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran nafas bagian bawah.
Rangsangan yang menimbulkan reflek bersin adalah iritasi dalam saluran hidung,
impuls aferen berjalan pada nervus kelima menuju medula, dimana reflek ini
dicetuskan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan reflek batuk, tetapi uvula
ditekan, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan
demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing.

c) Pembentukkan mukus

Mukus yang melapisi saluran pernapasan dan kerja silia untuk membersihkan
saluran napas. Seluruh saluran napas dari hidung sampai bronkiolus terminalis
dipertahankan agar tetap lembab oleh selapis mucus yang melapisi seluruh
permukaan. Mucus ini disekresikan oleh sel goblet dalam epitel saluran napas dan
sebagian lagi oleh kelenjar submukosa yang kecil mucus juga menangkap partikel-
partikel kecil dari udara inspirasi dan menahannya agar tidak terus ke alveoli. Seluruh
permukaan saluran napas, baik dalam hidung maupun dalam saluran napas bagian
bawah sampai sejauh bronkiolus terminalis, dilapisi oleh epitel bersilia kira-kira 200
silia pada masing-masing sel epitel. Silia ini terus menerus memukul dengan
kecepatan 10-20 kali per detik. Silia dalam paru memukul keatas, sedangkan silia
dalam hidung memukul kearah bawah. Pukulan yang terus menerus ini menyebabkan
selubung mucus ini mengalir dengan lambat, pada kecepatan beberapa millimeter per
menit, ke arah faring. Kemudian mucus dan partikel-partikel yang dijeratnya ditelan
atau dibatukkan keluar

11
d) Filtrasi
KELOMPOK 4
BLOK 2 MODUL 1 PERTAHANAN SALURAN NAPAS

Hidung memiliki bulu-bulu pada pintu masuk lubang hidung yang disebut
vibrisa. Vibrisa ini berfungsi untuk menyaring partikel-partikel besar. Udara yang
mengalir melalui saluran hidung membentur banyak dinding penghalang: konka
(disebut juga “turbinates” sebab konka menimbulkan turbulensi udara), septum dan
dinding faring. Tiap kali udara membentur penghalang ini, udara harus mengubah
arah alirannya. Partikel-partikel yang tersuspensi dalam udara, mempunya momentum
dan massa yang jauh lebih besar dari pada udara, sehingga tidak dapat mengubah arah
perjalanannya secepat udara. Oleh karena itu, partikel-partikel tersebut terus maju
kedepan, membentur permukaan penghalang-penghalang ini, dan kemudian dijerat
oleh mucus pelapis dan diangkut oleh silia ke faring untuk ditelan

BAB 3
PENUTUP

12
KELOMPOK 4
BLOK 2 MODUL 1 PERTAHANAN SALURAN NAPAS
2.7 Kesimpulan
Sistem pernapasan berhubungan dengan pergerakan udara masuk dan
keluar paru-paru. Sistem pernapasan terbagi menjadi saluran pernapasan bagian
atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Saluran pernapasan atas terdiri dari
hidung, faring, dan laring sedangkan saluran pernapasan bawah terdiri atas
trakea, bronkus dan paru.Saluran ini harus dijaga tetap terbuka dan tetap bersih
dari partikel asing. Sistem pernapasan memiliki sistem pertahanan yang berfungsi
menjaga saluran pernapasan tetap bersih dari partikel asing.
2.8 Saran
Dengan mempelajari anatomi dan fisiologi dari sistem pernapasan ini
kita bisa mengerti dan memahami struktural dari sistem respirasi, fungsinya, dan
juga bagaimana pertahanan dalam sistem respirasi tersebut bekerja. Karena
pentingnya sistem respirasi ini untuk kita semua, dan kita juga telah mempelajari
bagaimana pertahanan sistem respirasi bekerja, baiknya kita menjaga kesehatan
pernapasan kita.

DAFTAR PUSTAKA

13
KELOMPOK 4
BLOK 2 MODUL 1 PERTAHANAN SALURAN NAPAS
Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC, 2007.
Huft, Darrel, and Irving Geis. How to Lie with Statistics. Amerika: Penguins Books,
1954.
Melnick, J. L., E. Jawetz, E. A. Adelberg, G. F. Books, J. S. Butel, and L. N. Ornoston.
Flora Mikroba Normal Tubuh. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 1996.
Price, Sylvia A, and Lorraine M Wilson. Patofisiologi. Jakarta: EGC, 1984.
Putz, R, and R Pabst. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Jakarta: EGC, 2006.
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC, 2011.
Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC,
2005.
Young, B., and J. W. Health. Functional Histology. Churchill Livingstone, 2005.

14

Anda mungkin juga menyukai