Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Bahan Pencemar Lingkungan


Pencemaran adalah peristiwa adanya penambahan bermacam-macam bahan
sebagai hasil dari aktivitas manusia ke dalam lingkungan yang biasanya
memberikan pengaruh berbahaya terhadap lingkungan (saeni M,S, 1989).
Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan-perubahan sifat fisik, kimia
dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Perubahan tersebut
dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia atau spesies-spesies
yang berguna, proses-proses industri, tempat tinggal dan peninggalan budaya atau
dapat merusak sumber bahan mentah meliputi pencemaran kimiawi yang dapat
berupa bahanbahan organic, mineral, zat-zat beracun, pencemaran biologis yang
dapat disebabkan oleh berkembang biaknya organisme makro yang berbahaya
atau gabungan dari kedua bahan pencemaran tersebut.Sedangkan yang disebut
zat pencemaran adalah zat yang mempunyai pengaruh penurunan nilai
lingkungan. Kontaminasi tidak digolongkan zat sebagai pencemar bila tidak
menimbulkan penurunan kualitas lingkungan (saeni M.S 1989).
2.2 Karakteristik Limbah Industri Pulp and Paper
Warnanya yang kehitaman atau abu-abu keruh, bau yang khas, kandungan
padatan terlarut dan padatan tersuspensi yang tinggi, COD yang tinggi dan tahan
terhadap oksidasi biologis (Rahmani, 2016). Jenis limbaqh pulp and paper
menurut Rini (2002) dalam Rahmani (2016), limbah industri pulp dan kertas
dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
1) Limbah padat, terdiri dari:
a) Sludge, adalah suatu bahan yang terdiri atas padatan 90% dan air 10%. Sludge
didapat dari proses pengendapan pada efflument treatment plant, mengandung
bahan organik yang berasal dari bahan baku pulp.
b) Biosludge, adalah hasil samping dari efflument treatment yakni dari proses
biological aeration, tersusun dari bahan baku pulp, selain mengandung
mikroorganisme sebagai efek dari biological aeration.
c) Pith, adalah bahan dari proses depething plant yaitu proses pemisahan secara
mekanik bahan baku pulp yaitu antar bahan serat dan bahan bukan serat (Hammer,
1977 dalam Hastutik, dkk., 2004).
2) Partikulat, terdiri dari:
a) Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain.
b) Partikulat zat kimia terutama yang mengandung natrium dan kalsium.
3) Limbah cair, terdiri dari:
a) Padatan tersuspensi yang mengandung partikel kayu, serat dan pigmen.
b) Senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol, lignin,
terpenting, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan
BOD (Biological Oxygen Demand) yang tinggi.
c) Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas.
d) Bahan anorganik seperti NaOH, Na2SO4 dan klorin.
e) Limbah panas.
f) Mikroba seperti golongan bakteri coliform.
2) Limbah gas, terdiri dari:
a) Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari
berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia.
b) Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan
lime kiln (tanur kapur).
c) Uap yang mengganggu jarak pandangan

2.3 Selulosa Asetat


Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah
lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua
turunan selulosa. Selulosa asetat pertama kali dikenalkan oleh Schutzanberger
pada 1865. Pada 1879, Franchimont melaporkan penggunaan asam sulfat sebagai
katalis untuk asetilasi, dimana katalis ini masih sangat biasa digunakan untuk
produksi selulosa asetat secara komersial. Proses pembuatan selulosa asetat
selanjutnya disempurnakan oleh Miles (1903) dan Von Bayer (1906). Selanjutnya
dibawah pengawasan Camille dan Henri Dreyfus untuk pertama kalinya
direalisasikan proses produksi selulosa asetat dengan skala besar di Inggris (Mc
Ketta,1997).
Gambar 2.1 Selulosa Asetat
Selulosa Asetat Selulosa asetat adalah selulosa yang gugus hidroksilnya
diganti oleh gugus asetil berbentuk padatan putih, tak beracun, tak berasa, dan tak
berbau. Selulosa asetat mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi karena
selulosa asetat memiliki beberapa keunggulan diantaranya karakteristik fisik dan
optik yang baik sehingga banyak digunakan sebagai serat untuk tekstil, filter
rokok, plastik, film fotografi, lak, pelapis kertas dan membran, serta kemudahan
dalam pemrosesan lebih lanjut. Di samping itu selulosa asetat mempunyai daya
tarik yang cukup tinggi karena sifatnya yang biodegradable sehingga ramah
lingkungan (Kiyose et al., 1998; G. Odian, 1933).

2.3.1 Kegunaan Selulosa Asetat Selulosa Asetat


Selulosa asetat mempunyai rumus molekul [C6H7O2(OCOCH3)3]x,
berwujud padat dengan bentuk flake (serpihan) atau powder (serbuk) dan
berwarna putih. Karena keseragamannya dalam kualitas, kemudahan dalam
pewarnaan dan berbagai karakteristik estetika lainnya, menjadikan selulosa asetat
sebagai pilihan dalam pembuatan pakaian wanita dan keperluan kain pada rumah
tangga. Selulosa asetat bersifat hidrofobik dan memiliki sifat yang mudah untuk
dibentuk, quick drying, tidak mudah berkerut, dan stabilitas tinggi. Pemakaian
penting lainnya adalah sebagai filter pada sigaret, untuk produksi
lembaranlembaran plastik, film, dan juga cat. (Mc. Ketta, 1997).

2.3.2 Sifat Fisik dan Kimia Selulosa Asetat


Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Selulosa Asetat
Sifat Kimia Sifat Fisis
Larut dalam aseton Wujud: padat
Bentuk: flake (butiran)
Rumus molekul: (C6H7O2(OCOCH3)3)x
Titik lebur: 260oC
Kapasitas panas : 0,42 cal/g. oC
Derajat polimerisasi : 200
Derajat subtitusi : 2,4
Sg : 1,32 g/cm3

2.4 Kitosan
Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedikit larut dalam
HCl, HNO3, dan H3PO4, tetapi tidak larut dalam H2SO4. Kitosantidak beracun,
mudah mengalami biodegradasi dan bersifat polielektrolitik (Hirano,1986).
Disamping itu, kitosan dapat dengan mudah berinteraksi dengan zat - zat organik
lainnya, misalnya dengan protein. Oleh karena itu, kitosan relatif lebih banyak
digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan industri kesehatan
(Muzzarelli, 1986).

Anda mungkin juga menyukai