Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
PROGRAM TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

MODUL PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

Pertemuan ke- :6
Judul : HUBUNGAN PANJANG DAN BOBOT
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu menduga pola pertumbuhan ikan
Dosen : Dr. Ani Suryanti, S.Pi., M.Si.

A. Dasar teori
Studi mengenai hubungan panjang dan bobot ikan mempunyai nilai praktis yang
memungkinkan kita menggabungkan nilai panjang dengan nilai bobot ikan atau sebaliknya.
Hubungan panjang dan bobot ini digunakan untuk menggambarkan perumbuhan ikan.
Pengukuran panjang yang digunakan adalah :
 Panjang total (panjang mutlak) / (TL)
 Panjang baku (standar) / (SL)
 Panjang fork (FK)
Satuan panjang yang digunakan adalah satuan panjang metrik yaitu : mm, cm dan
seterusnya. Faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan pelaku dalam melakukan
pengukuran ikan yaitu :
 Bila ikan sudah kaku lupa meluruskannya
 Lupa merapatkan bibir mulut ikan
 Lupa meluruskan bagian ekor
 Pelaku yang mengerjakan pengukuran berganti-ganti. Hendaknya pengukuran
dilakukan secara tetap oleh orang yang sama
Pengukuran bobot diusahakan sepraktis mungkin dengan tingkat ketelitian yang
tergantung pada alat yang digunakan. Setiap kali menimbang piring timbangan harus selalu
dibersihkan dan ikan yang ditimbang harus masih segar.
Terdapat suatu anggapan bahwa hubungan panjang bobot merupakan suatu fungsi : W = f
(L), dimana
W = bobot
L = panjang
Dan biasanya hampir selalu mengikuti hubungan kubik yaitu :
W = a.L3 dimana
a = konstanta
Hal ini disertai anggapan bahwa bentuk dan jenis ikan tetap selama hidupnya. Tetapi
karena ikan mengalami pertumbuhan dimana bentuk tubuh, panjang dan bobotnya selalu
berubah maka menurut Hile (Effendie, 1979) W = a.Lb , dimana a dan b = konstanta
Kemudian persamaan tersebut diubah dalam bentuk logaritma yaitu :
Log W = Log a + Log b
Persamaan ini menunjukan hubungan linier
Dari persamaan ini yang harus diketahui adalah harga a dan b, sedangkan harga L dan
W sudah diketahui.
Dalam menghitung panjang dan bobot dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :

1. Metode Langsung
Tabel 2. (Teknik perhitungan panjang bobot menurut Rounsefel dan Everhart (1960) dan
Lagler (1970).
Nomor L Log L W Log W Log W x Log L (Log L)2
Ikan (mm) (gr)
1.
2.
3.
N ∑log L ∑ log W ∑ log L x ∑ log W ∑ (log L)2

Bila N merupakan jumlah individu ikan yang sedang dihitung maka untuk
mendapatkan harga a tentu harga-harga di atas dimasukan dalam rumus :
∑ ∑ ∑ ∑
Log a = ∑ – ∑
Untuk mencari harga a dan b dipakai rumus :

b= ∑
kemudian harga log a dan log b dimasukan kedalam rumus
log W = log a + b log L
Cara ini sangat baik dilakukan apabila jumlah ikan yang diteliti tidak banyak, kalau
jumlah yang dihitung banyak, maka dalam menggunakan rumus tersebut tanpa ada bantuan
komputer atau mesin hitung akan banyak menyita waktu. Karena setiap individu ikan akan
harus dihitung log panjang dan log bobotnya.

2. Metode Tidak Langsung


(Teknik perhitungan panjang bobot menurut Calendar 1968)
Dalam metode ini waktu yang digunakan lebih pendek dan dapat mengontrol
beberapa hasil perhitungan sebelum melangkah lebih jauh, untuk menggunakan cara ini kita
coba memakai data ikan belanak (Liza tade) jumlah ikan yang diteliti 100 ekor dengan
kisaran panjang antara 110 – 312 mm dan kisaran bobotnya antara 20 – 241 gram. Harga
terendah dan tertinggi atau terbesar dari panjang dan bobot itu dibuat logaritmanya. Dari
perbedaan harga log panjang dan log bobot, ditentukan banyaknya kelas yang kita kehendaki.
Biasanya berkisar antara 10 – 20 kelas. Lalu bagilah selisih harga log tadi dengan jumlah
kelas yang dikehendaki. Untuk lebih jelasnya lihatlah contoh perhitungan berikut ini.
Adapun kisaran panjang ikan belanak (Liza tade) yang diteliti adalah 110 – 312 mm.
Beda logritmanya 2.0414 – 2.4942 = 0.4528. Banyaknya kelas yang diinginkan 10 kelas.
Beda tengah-tengah kelas yang satu dengan lainnya : 0.4528 / 10 = 0.04528. Logaritma
tengah kelas yang pertama = 2.0414 + 0.04528/2 = 2.0641
Tabel 3. Harga-harga dalam kelas panjang ikan belanak (Liza tade)
Kelas Logaritma Antilogaritma
Harga terendah Tengah-tengah Harga terendah Tengah-tengah
kelas Kelas
1. 2.0414 2.0640 110 116
2. 2.0867 2.1093 122 129
3. 2.1319 2.1546 136 143
4. 2.1772 2.1999 150 158
5. 2.2225 2.2451 168 176
6. 2.2678 2.2904 185 195
7. 2.3130 2.3357 206 217
8. 2.3583 2.3810 228 241
9. 2.4036 2.4262 253 267
10. 2.4489 2.4715 281 291

Adapun kisaran bobot ikan belanak (Liza tade) yang diteliti adalah 20 – 241 g. Beda
logaritmanya 1.3010 – 2.3820 = 1.0810. Banyaknya kelas yang diinginkan 10 kelas. Beda
tengah-tengah kelas yang satu dengan yang lainnya 1.0810 / 10 = 0.10810. Logaritma tengah
kelas yang pertama = 1.3010 + 0.10810/2 = 1.3551
Tabel 4. Harga-harga dalam kelas bobot ikan belanak (Liza tade)
Kelas Logaritma Antilogaritma
Harga terendah Tengah-tengah Harga terendah Tengah-tengah
Kelas kelas
1. 1.3010 1.3551 20 23
2. 1.4091 1.4632 26 29
3. 1.5172 1.7130 33 37
4. 1.6253 1.6794 42 48
5. 1.7334 1.7875 54 61
6. 1.8415 1.8956 69 79
7. 1.9496 2.0037 89 101
8. 2.0577 2.1118 114 129
9. 2.1658 2.2199 146 166
10. 2.2739 2.3280 188 213

Berdasarkan tabel 1 dan 2, maka untuk memperjelas selanjutnya dapat dibuat satu
daftar lagi, seperti yang tertera di halaman berikut :
Tabel 5. Pengelompokan ikan belanak (Liza tade) kedalam kelas dan perhitungan selanjutnya

Bobot (gr) 20 26 33 42 54 69 89 114 146 188 n x nx nx2 ny nyx

Panjang (mm) 25 32 41 53 68 88 113 145 187 241


110 – 121 9 9 2.0640 18.5763 38.3421 12.1957 25.1724
122 – 135 16 16 2.1093 33.7489 71.1869 21.6813 45.7325
136 – 149 4 14 18 2.1546 38.7825 83.5603 27.5263 59.3077
150 – 167 3 9 12 2.1999 26.3983 58.0727 19.8282 43.6193
138 – 184 1 18 19 2.2451 42.6576 95.7722 33.8539 76.0067
185 – 205 10 4 14 2.2904 32.0658 73.4439 25.4570 58.3071
206 – 227 2 1 1 4 2.3357 9.3428 21.8218 7.9066 18.4673
228 – 252 4 4 2.3810 9.5239 22.6760 8.8795 21.1417
253 – 280 1 1 2.4262 2.4262 5.8867 2.2199 5.3859
281 – 312 3 3 2.4715 7.4146 18.3252 6.9839 17.2608
n 25 7 14 10 28 6 1 1 5 3 100 220.9369 489.0877 166.5323 370.4016
y 1.3551 1.4632 1.5713 1.6794 1.7875 1.8956 2.0037 2.1118 2.2199 2..3280
ny 33.8770 10.2422 21.9979 16.7938 50.0493 11.3734 2.0037 2.1118 11.0993 6.9839 166.5323
ny2 45.9060 14.9862 34.5647 28.2030 89.4618 21.5592 4.0147 4.4596 24.6391 16.2583 284.0526
nx 52.3252 15.0821 30.3000 22.0439 63.3166 13.8330 2.3357 2.3357 11.9501 7.4146 220.9369
nxy 70.9048 22.0668 47.6097 37.0200 113.1768 26.2215 4.6800 4.9324 26.5277 17.2608 370.4016

Keterangan simbol pada tabel 3 :


X = tengah-tengah kelas logaritma panjang
N = banyaknya ikan pada kolom horizontal
Nx2 = perkalian xn dengan x
∑ny = jumlah perkalian ikan-ikan yang terdapat dikolom horizontal dengan masing-masing tengah-tengah kelas bobot ikan
Xn = perkalian x dengan ∑ny
∑nxy = perkalian x dengan ∑ny
y = tengah-tengah kelas logaritma bobot
n = banyak ikan pada kolom vertikal
yn = perkalian y dengan n
y2n = perkalian yn dengan y
∑nx = jumlah perkalian ikan-ikan yang terdapat didalam kolom vertikal dengan masing-masing tengah-tengah kelas panjang ikan tersebut
∑nxy = perkalian y dengan ∑nx
Perhitungan selanjutnya berdasarkan analisis “Weigted Regression” disertai
anggapan bahwa varian dari kelas-kelas tersebut sama.
N =………..
∑ ∑
X = Y=

∑x2 = ∑nx2 –

∑ny2 = ∑ny2 –
∑ ∑
∑ny = ∑nxy –

b =∑
a = Y – bx
Persamaan garis regresinya adalah Y = a + bx atau Log W = a + b log L dimana :
A = titik potong garis regresi dengan sumbu y
B = tangen sudut garis regresi
Selanjutnya untuk menguji apakah b sama dengan 3 atau tidak maka dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

∑d2yx = ∑y2 –

S2yx =
S2b = ∑
Sb = (S2)1/2 t =
Sedangkan t (tabel) =………….
Dimana t (sebenarnya) atau dari t (tabel)

Dengan korelasi r = ∑ ∑
B < 3 Pertambahan ikan tidak seimbang dengan pertambahan bobotnya atau pertambahan
bobotnya tidak secepat pertambahan panjang
B = 3 Pertambahan panjang dan pertambahan bobotnya seimbang (pertumbuhan isometrik
menurut Ricker 1975)
B > 3 Pertambahan panjang tidak secepat pertambahan bobotnya
Carlender (1969) menyatakan bahwa ikan-ikan di USA dan Canada dari populasi
memiliki kisaran harga b = 1,2 sampai 5.1 dan umumnya berkisar 2,5 sampai 3,5,. Bentuk
tubuh ikan tersebut berada di luar batas kebiasaan bentuk tubuh ikan tersebut secara umum.
Harga b dari setiap spesies ikan dipengaruhi oleh :
 Spesies ikan itu sendiri
 Kondisi perairan
 Jenis ikan
 Tingkat kematangan gonad (TKG)
 Tingkat kedewasaan ikan
 Musim
 Waktu dan penangkapan
Untuk mengetahui harga bobot rata-rata ikan menurut perhitungan apakah > = < dengan
harga bobot rata-rata sebenarnya, maka dicari dulu harga logaritma bobot rata-rata
sebenarnya dan ikan yang panjangnya 1 kelas yaitu : tiap kolom yang mendatar dari harga x,
jumlah ikan (n) yang terdapat dalam kolom tersebut dikalikan dengan masing-masing harga
y. Harga yang didapat dari penjumlahan tadi dibagi dengan ikan yang terdapat dikolom x itu,
hasilnya dimasukan ke dalam kolom y pada tabel berikutnya. Selanjutnya untuk mencari

6
dugaan harga logaritma rata-rata bobot ikan dengan memasukkan harga x dari tiap-tiap kelas
kedalam persamaan.
Y = 0.5862 + 0.4884x (ini merupakan hasil perhitungan dari data ikan yang dijadikan contoh)
dan hasilnya dimasukkan kedalam kolom y pada tabel berikut :
Tabel 6. Rata-rata bobot ikan belanak (Liza tade) berdasarkan persamaan Y = 0.5862 +
0.4884x

X Y^ Y kedudukan
2.0640 1.3551 1.5943 -
2.1093 1.3551 1.6164 -
2.1546 1.5292 1.6386 -
2.1999 1.6524 1.6607 -
2.2451 1.7818 1.6828 +
2.2904 1.8184 1.7049 +
2.3357 1.9766 1.7271 +
2.3810 2.2199 1.7492 +
2.4262 2.2199 1.7713 +
2.4715 2.3280 1.7934 +

Dalam pembuatan grafik adalah berdasarkan nilai b yang didapat dimana sudut garis
regresi b = 0.4884 tg b = 260 1’51 jadi besarnya sudut regresinya adalah 2601.
Sedangkan untuk menentukan titik-titik positif terletak di atas garis regresi dan titik
negatif dibawah garis regresi dimana sumbu x adalah logaritma L dan sumbu y adalah
logaritma W. Grafik dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 1. Grafik hubungan panjang bobot ikan belanak (Liza tade) berdasarkan persamaan
log W = 0.5862 + 0.4884 Log L

Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran sebenarnya dari hubungan panjang bobot


tersebut, maka angka-angka yang terdapat dalam tabel 4 dirubah kedalam anti logaritmanya
dan untuk mencari faktor kondisi digunakan rumus :
K (TL) =
Hasil perhitungan tersebut dimasukkan pada tabel berikut :

7
Tabel 7. Bobot rata-rata sebenarnya dan perhitungan serta hasil perhitungan K (TL)
Banyak Panjang rata-rata
ikan (mm) Bobot rata-rata (gram)
K (TL)
(ekor)
Sebenarnya Perhitungan
9 115.9044 22.6517 39.2160 1.4548
16 128.6471 22.6517 41.3428 1.0639
18 142.7907 33.8221 43.5111 1.1617
12 158.2893 44.9055 45.7826 1.1280
19 175.9138 60.5065 48.1726 1.1115
14 195.2540 65.8112 50.6874 0.8841
4 216.7205 94.7545 53.3458 0.9309
4 240.5470 165.9205 56.1306 1.1921
1 266.9931 165.9205 59.0609 0.8718
3 296.3466 212.8139 62.1441 0.8177

Menghitung hubungan panjang bobot ikan betina sebaiknya dipisahkan dengan ikan
jantan, karena pertumbuhan ikan jantan dan ikan betina tidaklah selalu sama sering
ditemukan ikan dengan pertumbuhan antara jantan dan betina berbeda ikan tersebut biasanya
terdapat perbedaan hasil antara ikan jantan dengan ikan betina.

3. Faktor Kondisi
Keadaan untuk menyatakan kemontokan ikan dengan angka dinamakan faktor kondisi
atau ponderal indek (Lagler, 1970)
K (TL) = . Dimana :
W = bobot rata-rata ikan yang sebenarnya dalam gram yang terdapat dalam kelas
sebenarnya.
L = panjang rata-rata ikan dalam mm yang ada dalam kelas tersebut
Harga 105 dari rumus tersebut sedemikian rupa sehingga K (TL) mendekati harga 1
(kalau panjang dalam cm, harga yang diambil 103) harga K (TL) yang diperoleh dari data yang
terdahulu dapat dimasukkan dalam kolom sebelah kanan sekali pada tabel 5.
Harga satuan K sendiri tidak berarti apa-apa, tetapi akan terlihat kegunaannya apabila
dibandingkan dengan individu lainnya. Harga K berkisar antara 2 – 4 apabila badan ikan
tersebut agak pipih. Ikan-ikan yang badannya kurang pipih harga K berkisar antara 1 – 3.
Variasi harga K tergantung pada makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad.
Pada praktikum kali ini yang akan dilakukan adalah mengukur panjang dan bobot
ikan bilih sebanyak 100 ekor setiap kelompoknya.

SL
FL
TL
8
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menganalisisi data panjang dan bobot ikan
2. Menentukan pola pertumbuhan ikan
3. Menghitung faktor kondisi ikan
C. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan digital (ketelitian 0.01g),
nampan, jangka sorong. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sampel ikan
sebanyak 90-100 ekor jenisnya bebas.
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Menimbang dan Mengukur serta mencatat data bobot ikan (BT), panjang total (TL),
panjang fork (FL) panjang standart (SL) pada tabel yang telah disediakan.
2. Mengidentifikasi jenis kelamin dengan cara membedah ikan dari anus menuju tulang
vertebrae sampai ke bawah operkulum dan mencatat jenis kelaminnya pada tabel yang
telah disediakan.
3. Menimbang bobot gonad ikan, mencatatnya pada tabel yang telah disediakan &
menyimpan sampel telur dalam larutan gilson untuk persiapan sampling berikutnya
dengan pemberian label sampel.
4. Mengerjakan perhitungan yang berhubungan dengan panjang dan bobot yaitu dari
tabel 1 hingga tabel 5.
5. Membuat nilai kemontokan ikan yang dicatat
6. Membuat grafik hubungan panjang bobot khusus untuk ikan jantan, betina dan
gabungan keduanya.
7. Tentukan persamaan regresi untuk ikan jantan, betina dan gabungan keduanya.
8. Buat laporan kerja sementara yang dilakukan menjelang praktikum usai
9. Bersihkan, keringkan dan kembalikan peralatan yang digunakan.
10. Buat laporan dalam bentuk tabel dan serahkan sesuai dengan intruksi asisten.

9
Tabulasi Data panjang bobot ikan
Kelompok:
Kode sampel:
NO BT TL FL SL JK BG KODE KETERANGAN
(g) (mm) (mm) (mm) (J/B) (g) Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

10
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90

11

Anda mungkin juga menyukai