Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan proposal ini tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan umat manusia jalan yang benar yaitu ajaran islam.

Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia semester 2 tahun ajaran 2017/2018. Adapun judul proposal yang penulis susun
adalah “Pestisida Alami Penggusir Hama Tanaman”. Dalam proposal ini penulis
menyampaikan bagaiman cara membuat pestisida alami penggusir hama tanaman.

Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Penulis juga berharap agar proposal ini dapat menambah wawasan dan
referensi bagi pembaca.

Dalam penyusunan proposal ini, walaupun mengalami berbagai kendala dan


keterbatasan, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun proposal ini dengan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka untuk itu penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang mendalam kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan proposal ini.
1. Drs. Digdo Santoso, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Wonoayu.
2. Cholis Mawanti, S.Pd M.Pd, selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan moril baik berupa doa
ataupun motivasi.
4. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan semangat pada penulis dalam
menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengarapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan proposal selanjutnya.

Sidoarjo, 7 Februari 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1. Tanaman merupakan salah satu sumber pangan bagi manusia
2. Hama merugikan tanaman
3. Kelebihan dari pestisida alami dibanding dari bahan kimia

Tanaman merupakan salah satu sumber pangan yang mudah didapat. Selain
itu, tanaman juga banyak tersedia dan memiliki kombinasi yang tepat dalam
memenuhi semua kebutuhan nutrisi. Oleh karena itu banyak manusia yang
membudidayakan berbagai jenis tanaman untuk dijadikan bahan makanan.

Namun dalam membudidayakan tanaman terdapat beberapa hambatan, salah


satu hambatan itu adalah hama. Hama adalah hewan yang biasanya menyerang atau
menggangu tanaman sehingga menyebabkan tanaman rusak dan mati. Hama pada
tanaman biasanya dapat berupa ulat, kutu daun, lalat buah, walang sangit dan lain
sebagainnya.

Kebanyakan masyarakat membasmi hama-hama pada tanaman menggunakan


pestisida yang terbuat dari bahan kimia. Akan tetapi, zat-zat kimia yang terkandung
dalam pestisida tersebut sangatlah berbahaya bagi manusia. Oleh karena itu, penulis
akan mencoba untuk membuat pestisida dari bahan alami yang lebih ramah
lingkungan dan tentunya tidak berbahaya bagi manusia.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana cara membuat pestisida alami penggusir hama tanaman?
2. Bagaimana cara pengaplikasian pestisida alami pengusir hama tanaman?
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui bahan-bahan alami yang dapat mengusir hama tanaman
2. Untuk mengetahui cara membuat pestisida alami penggusir hama tanaman
3. Untuk mengetahui cara pengaplikasian pestisida alami pengusir hama tanaman
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
keterampilan peneliti mengenai pestisida alami penggusir hama tanaman.
1.4.2 Bagi Petani
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan membantu petani dalam
menggusir hama tanaman dengan menggunakan pestisida alami.
1.4.3 Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi pembaca mengenai pestisida alami penggusir hama tanaman.
BAB I1

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hama
2.1.1 Pengertian Hama
Menurut Nas (1978) bahwa serangga dikatakan hama apabila serangga
tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak,
tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam
penggunaannya serta dapat bertindak sebagai vektor penyakit pada
tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman hias , bunga serta
merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainnya.
Menurut Smith (1983) hama adalah semua organisme atau agens biotik
yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan dengan
kepentingan manusia.
Dalam arti yang luas bahwa hama adalah makhluk hidup yang
mengurangi kualitas dan kuantitas beberapa sumber daya manusia yang
berupa tanaman atau binatang yang dipelihara yang hasil dan seratnya
dapat diambil untuk kepentingan manusia.

2.1.2 Jenis-jenis Hama


1. Tikus
 Gejala serangan :
a. Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Terutama menyerang di
pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat
penyimpanan.
b. Bagian tumbuhan yang diserang tidak hanya biji – bijian tetapi
juga batang tumbuhan muda.
c. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering
berlindung di semak – semak.
 Pengendaliannya :
a. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus
dan menangkap tikusnya.
b. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
c. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam
waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi
tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
d. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan
memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong
yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini
sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji.
Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga
berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.
2. Wereng
 Gejala serangan :
a. Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang.
b. Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.
 Pengendaliannya :
a. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman
secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran
tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan
cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2
bulan.
b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami
wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata,
kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang
Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata.
c. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida,
dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan.
Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga
efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
3. Walang Sangit
 Gejala serangan :
a. Menghisap butir – butir padi yang masih cair.
b. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
c. Kulit biji akan berwarna kehitam – hitaman.
 Pengendaliannya :
a. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di
sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi
walang sangit.
b. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan
jala penangkap.
c. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah,
atau dengan alga.
d. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator
alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat
menginfeksi walang sangit.
e. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan
insektisida.
4. Ulat
 Gejala serangan :
a. Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada
malam hari.
b. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang
daunya saja.
 Pengendaliannya :
a. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian
bawah daun.
b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak
sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk
dikumpulkan dan dibasmi.
c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan
penyemprotan dengan menggunakan pertisida.
5. Tungau
 Gejala serangan :
a. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk
mengisap daun tersebut.
b. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil
kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur.
 Pengendaliannya :

Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun


yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.

6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)


 Gejala serangan :
a. Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja
hari.
b. Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh.
Pupa berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah
keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi imago yang siap kawin.
c. Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara
tinggi.
 Pengendaliannya :

Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

7. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa


African
 Gejala serangan :
a. Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.
b. Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan
tanaman lebih besar dari pada manfaatnya sebagai predator.
c. Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina
sayapnya berkembang setengah, yang jantan dapat mengerik di
senja hari.
 Pengendaliannya :

Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar


terowongan rusak.
8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)
 Gejala serangan :
a. Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis
hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri
b. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur –
larva (uret) – pupa – imago (kumbang).

 Pengendaliannya :

Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar


vigor tanaman baik.

9. Ganjur (Orseolia oryzae)


 Gejala serangan :
a. Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya
kawin satu kali seumur hidupnya, bertelur antara 100-250 telur.
Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas setelah 3 hari.
b. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi,
pertumbuhan daun padi jadi tidak normal.
c. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva
selama 6 – 12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19 – 26 hari.
 Pengendaliannya :

Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten,


penggenangan areal pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih
palsu (Cnaphalocrosis medinalis)
 Gejala serangan :
a. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis)
menyerang daun padi sejak dipesemaian hingga dilapang.
b. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka
daunnya saja.
c. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber
oksigen.
d. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian
menjatuhkan diri ke air. Larva berwarna hijau, perkembangan
sampai menjadi pupa 14 – 20 hari. Stadia pupa 4 – 7 hari.
 Pengendaliannya :
a. Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak
dapat memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
b. Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh
alami.
11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)
 Gejala serangan :
a. Menyebabkan batang jagung retak dan patah.
b. Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di
pertanaman pada malam hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00
dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu betina
meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telut
berwarna putih kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun
secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu-bulu.
c. Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang
setelah berumur 7-10 hari melalui pucuknya dan sering merusak
malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke dalam
batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis
digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari
d. Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-
garis putih bekas gigitan.
e. Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang
yang disertai adanya tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang
jagung patah, tanaman akan mati.
f. Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride,
bayam dan gulma Blumea lacera.
 Pengendaliannya :
a. Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
merupakan inangnya.
b. Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau
diberikan pada hewan ternak.
c. Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara
dua waktu tanam.
d. Membersihkan rumput-rumputan
e. Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke
dalam batang. Beberapa jenis insektisida yang dinyatakan efektif
adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC, Karvos
20 EC.
12. Kutu daun persik (Myzus persicae)
 Gejala serangan :
a. Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini
ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai.
b. Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman
yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang
kekuningan, layu dan akhirnya mati.
c. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun.
d. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan
terhambat, daun mengecil.
e. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi
permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga
menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam
penyebaran virus.
 Pengendaliannya :
a. Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap
crop) di sekeliling kebun cabai seperti jagung.
b. Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500
SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.
13. Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
 Gejala serangan :
a. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke
atas.
b. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara
penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam
skala luas dapa satu hamparan.
 Pengendaliannya :
a. Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus
perkembangan Thrips.
b. Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap
Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari
pucuk tanaman.
c. Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat
dilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP,
Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500
EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis
penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.

14. Ulat grayak (Spodoptera litura)


 Gejala serangan :
Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan
tanaman bisa gundul atau tinggal tulang daun saja.
 Pengendaliannya :
a. Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung
membunuhnya.
b. Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang
menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman.
c. Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan
kedalam botol bekas air mineral ½ liter yang diberi lubang kecil
sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS adalah
zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat
efektif untuk dijadikan perangkap.
d. Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC,
Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40
EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak terjadi
kekebalan pada hama.
15. Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)
 Gejala serangan :
a. Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam
kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur.
b. Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian
membusuk, dan berlobang.
c. Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam
buah sampai buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke
tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.
 Pengendaliannya :
a. Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan
lalat.
b. Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan.
c. Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif
dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol
bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air.
Gantungkan perangkap di pingir kebun.
d. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan
Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.
16. Belalang
 Gejala serangan :
Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun
menjadi rombeng.
 Pengendaliannya :
Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.
Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan
berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.
17. Kutu perisai
 Gejala serangan :
Hama ini menyerang bagian daun. Kutu ini biasanya terdapat koloni
dengan membentuk barisan di bagian tulang daun.
 Pengendaliannya :
Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif
acephate.
18. Spider mite
 Gejala serangan :
a. Spider mite mengisap cairan pada tanaman.
b. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning,
kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang diisap
cairannya.
c. Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis
dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida.
 Pengendaliannya :
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida
akarisida.
19. Fungus gnats
 Gejala serangan :
a. Serangga fungus gnats berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam.
b. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam media
tanam dan sering makan akar halus tanaman.
c. Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala
serangan munculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
 Pengendaliannya :
a. Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan
dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media
tanam.
b. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.
20. Cacing liang (Radhopolus Similis)
 Gejala serangan :
a. Menghisap cairan pada akar tanaman.
b. Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat
tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil.
 Pengendaliannya :
a. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G
yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera
dalam kemasan.
b. Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara
bijak, mengingat dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Karena
umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia,
disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga
menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.
21. Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia
sp.)
 Gejala serangan :
a. Penyakit ini menyerang pada tembakau.
b. Pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan
pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan
akhirnya bibit roboh.
c. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C,
kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH
tanah 5,2 – 8,5.
 Pengendaliannya :
a. Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam
pembibitan.
b. Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan
pembibitan.
c. Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3
g/liter air Mankozep (2 – 3 g/liter air), Benomil 2 – 3 g/liter air dan
Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l air.
22. Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda
de Haan)
 Gejala serangan :
a. Penyakit ini menyerang pada tembakau.
b. Tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan
akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk
berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-
sekat.
c. Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya
mati.
d. Bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah
prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal.
 Pengendaliannya :
a. Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang, memperbaiki
drainase, penggunaan pupuk kandang yang telah masak.
b. Rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan
seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky
317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33.
c. Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan
menggunakan fungisida Mankozeb 2 – 3 g/liter air, Benomil 2 -3
g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 – 2 ml air dan bubur bordo
1 – 2 %.
23. Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV)
 Gejala serangan :
a. Penyakit ini menyerang pada tembakau.
b. Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang
daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan
sangat kasar.
 Pengendaliannya :
Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida
dimetoat atau imedakloprid.
24. Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)
 Gejala serangan :
a. Kutu ini merusak tanaman tembakau.
b. Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan
pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.
c. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun
menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam.
d. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur
dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga.
e. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula,
rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun.
f. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun
dapat menyebabkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured.
 Pengendaliannya :
a. Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan
insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai
koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).
b. Dengan memberi pestisida jenis imidaklorid.
25. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)
 Gejala serangan :
a. Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala
masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan
terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
b. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna
kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih
kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.
 Pengendaliannya :
a. Dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah
terserang PBK
b. Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman
maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan
panen
c. Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering
mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung
sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam
d. Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-
kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100
%. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama
helopeltis dan tikus
e. Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin
(Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha
dan frekuensi 10 hari sekali.
26. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)
 Gejala serangan :
a. Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung
berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3
mm) dan letaknya cenderung di ujung buah.
b. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati,
tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan
terjadi perubahan bentuk.
c. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu,
gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.
 Pengendaliannya :
a. Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan
insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis
<15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan
secara menyeluruh.
b. Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang
semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan
di atas jorket dan diolesi gula.
27. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)
 Gejala serangan :
a. Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya
dimulai dari ujung atau pangkal buah.
b. Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air
hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada
kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.
 Pengendaliannya :
a. Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu
membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm.
b. Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan
lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di
dalam kebun akan turun.
c. Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti
:Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan
frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan
hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida
DR1.
28. Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici)
 Gejala serangan :
a. Menyerang pada tanaman cabe
b. Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair.
c. Lama–kelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk
lingkaran konsentris.
d. Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi
coklat kehitaman dan membusuk.
e. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan.
f. Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja
melainkan juga bisa karena percikan air, angin, maupun melalui
vektor.
 Pengendaliannya :
a. Dengan melakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman
yang sudah terserang agar tidak menyebar.
b. Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus
kita lakukan secara selektif .
c. Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan
terhadap penyakit pathek.
d. Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan
fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon
dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga
hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif
Mankozeb seperti Victory 80WP.

2.2 Pestisida
2.2.1 Pengertian Pestisida
Secara umum pestisida adalah substansi kimia (bahan kimia, campuran
bahan kimia atau bahan-bahan lain) bersifat racun dan bioaktif yang
digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama, baik
insekta, jamur maupun gulma. Pestisida (Inggris = Pesticide) berasal dari
kata pest yang berarti organisme pengganggu tanaman (hama) dan cide
yang berarti mematikan atau racun.
Menurut USEPA (United States Environmental Protection Agency),
pestisida merupakan zat atau campuran yang digunakan untuk mencegah,
memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan,
tanaman dan mikro-organisme pengganggu (Zulkanain, 2010).
Menurut The United State Federal Environmental Pesticide Control Act,
pestisida merupakan suatu zat yang fungsinya untuk memberantas atau
mencegah gangguan OPT diantaranya serangga, binatang pengerat,
nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap
hama pengganggu tanaman (Kardinan, 2000).
2.2.2 Klasifikasi Pestisida

Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan menurut


beberapa hal berikut:

A. Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6


jenis yaitu:
1. Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas
serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga
digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran
atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut.
Contoh: basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat,
diazinon,dan lain sebagainnya.
2. Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah
pertumbuhan jamur/cendawan seperti bercak daun, karat daun,
busuk daun, dan cacar daun.Contoh: tembaga oksiklorida, tembaga
(I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
3. Bakterisidaadalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus.
Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan
untuk membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk.
Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar
diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada
tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
4. Rodentisidaadalah pestisida yang digunakan untuk memberantas
hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya
diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras
atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat
mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya:
Warangan.
5. Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas
hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya
menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya
digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat
dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum
musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat
memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama
DD, Vapam, dan Dazomet.
6. Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi
tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan,
eceng gondok, dll. Contoh: ammonium sulfonat dan
pentaklorofenol.
B. Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Pestisida organik (Organic pesticide): pestisida yang bahan
aktifnya adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman
atau binatang, misal: neem oil yang berasal dari pohon mimba
(neem).
2. Pestisida elemen (Elemental pesticide): pestisida yang bahan
aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.
3. Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide): pestisida yang berasal
dari campuran bahan-bahan kimia.
C. Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pestisida sistemik (Systemic Pesticide): adalah pestisida yang
diserap dan dialirkan ke seluruh bagian tanaman sehingga akan
menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak
hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang
dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk
mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh: Neem oil.
2. Pestisida kontak langsung (Contact pesticide): adalah pestisida
yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan
hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama
sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini.
Contoh: Sebagian besar pestisida kimia.
2.2.3 Manfaat Pestisida
1. Memberantas atau mencegah hama penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan.
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman (tidak termasuk golongan pupuk).
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan
peliharaan/ternak.
6. Memberantas atau mencegah hama-hama air.
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang bisa menyebabkan
penyakit pada manusia.

2.3 Perbedaan Pestisida Kimia dan Alami


Pestisida Kimia Pestisida Alami
Membutuhkan bahan baku dan Dapat dibuat dengan mudah
teknologi tinggi yang mahal, sehingga menggunakan bahan
hanya dikuasai oleh perusahaan yang murah dan peralatan yang
kapitalis besar. sederhana. Petani dapat mengerjakan
sendiri.
Membuat petani tergantung dan Lebih memandirikan petani dan
semakin tergantung kepada pabrik- ekonomi nasional, tidak membuang
pabrik milik kapitalis internasional devisa untuk terus-terusan mengimpor
pestisida
Cara kerjanya yakni dengan Cara kerjanya yaikni dengan merusak
membunuh melalui perut untuk perkembangan telur, larva, dan pupa,
membasmi serangga-serangga menghambat pergantian kulit,
pengunyah, penjilat dan penggigit, mengganggu komunikasi serangga,
racun kontak yang menyerang menyebabkan serangga menolak
melalui kulit lalu menembus saluran makan, menghambat reproduksi
darah atau melalui saluran nafas dan serangga betina, memblokir
racun gas yang menyerang pernafasan kemampuan makan serangga,
serangga. mengusir serangga, dan menghambat
perkembangan patogen penyakit
Kuat dan efektif membunuh hama, Lebih murah dan mudah dibuat oleh
sehinga produksi terselamatkan petani, aman terhadap lingkungan,
dengan segera, serta juga telah tidak menyebabkan keracunan pada
banyak dijual di pasaran dengan tanaman, sulit menimbulkan
harga terjangkau. kekebalan terhadap hama, kompatibel
digabung dengan cara pengendalian
yang lain, dan menghasilkan produk
pertanian yang sehat karena bebas
residu kimia.
meninggalkan residu yang berbahaya Tidak meninggalkan residu yang
pada tanaman maupun lingkungan, berbahaya pada tanaman maupun
dan membunuh musuh alami hama. lingkungan, karena mudah terurai.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang memanipulasi atau mengontrol situasi alamiah dengan
cara membuat kondisi buatan (artificial condition). Pembuatan kondisi ini
dilakukan oleh peneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimen adalah penelitian
yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian, serta
adanya kontrol yang disengaja terhadap objek penelitian tersebut.
3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada 21 Februari 2018
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di halaman rumah penulis Desa Jimbaran Wetan
RT04/RW01 Wonoayu, Sidoarjo.
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman yang terserang
hama seperti kutu daun dengan ciri-ciri berupa bercak putih pada bagian
bawah daun yang dapat mengakibatkan daun pada tanaman tersebut menjadi
gugur dan mati.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada penelitian ini sampel yang akan
diambil sebanyak satu jenis tanaman yang terserang hama kutu daun.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan
teknik percobaan. Teknik ini untuk mengetahui apa sajakah bahan-bahan alami
yang dapat digunakan sebagai pestisida penggusir hama tanaman.
3.5 Analisis Data
Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi
sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi
permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan penelitian. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik deskriptif untuk menganalisis data
dalam penelitian, yaitu dengan menggambarkan semua data yang telah terkumpul
tanpa ada pengurangan atau penambahan data dengan keadaan aslinya.
3.6 Alat Dan Bahan
3.6.1 Alat:
1. Cobek
2. Sendok
3. Botol
4. Botol spray
5. Pisau
3.6.2 Bahan:
1. Bawang putih
2. Sabun cuci piring
3. Air
3.7 Langkah-langkah Penelitian
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat pestisida alami
penggusir hama tanaman
2. Kupas bawang putih dari kulitnya
3. Letakkan bawang putih pada cobek lalu haluskan
4. Masukkan bawang putih yang telah dihaluskan pada botol yang berisi air
5. Masukkan setengah sendok makan sabun cuci piring pada botol tersebut
6. Kocok botol yang berisi air, bawang putih, dan sabun cuci piring hingga
tercampur
7. Simpan selama satu hari (24 jam)
8. Setelah disimpan selama satu hari (24 jam) pestisida alami siap digunakan

Catatan: semprotkan pestisida alami pada bagian tanaman yang terkena hama
setiap dua hari sekali.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada eksperimen pertama mengalami kegagalan karena kandungan sabun yang terlalu
banyak dan adanya penambahan cabai pada pestisida alami. Sedangkan pada eksperimen
kedua berhasil setelah kandungan sabun dikuirangi dan tidak adanya penambahan cabai.

4.1Cara membuat pestisida alami penggusir hama tanaman


4.1.1 Eksperimen pertama pestisida alami tidak dapat mengusir hama dan
membuat tanaman layu
Cara membuat pestisida alami:
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat pestisida alami
penggusir hama tanaman yang terdiri atas

2. Kupas bawang putih dari kulitnya

3. Rebus bawang putih dan cabai di dalam panci yang berisi air sekitar 1
liter
4. Setelah air mendidih angkat panci dan masukkan kedalam wadah yang
telah disediakan sebelumnya lalu campurkan 3 sendok sabun cuci piring

5. Dinginkan beberapa menit lalu simpan pestisida alami selama 1 hari (24
jam)
6. Setelah 1 hari saring pestisida alami, pestisida alami siap digunakan

4.1.2 Eksperimen kedua pestisida alami berhasil menggusir hama dan tidak
membuat tanaman layu

Cara membuat pestisida alami:


1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat pestisida alami
penggusir hama tanaman
2. Kupas bawang putih dari kulitnya

3. Letakkan bawang putih pada cobek lalu haluskan

4. Masukkan bawang putih yang telah dihaluskan pada botol yang telah
disiapkan sebelumnya
5. Masukkan air dan setengah sendok makan sabun cuci piring pada botol
tersebut

6. Kocok botol yang berisi air, bawang putih, dan sabun cuci piring hingga
tercampur

7. Simpan selama satu hari (24 jam)


8. Setelah disimpan selama satu hari (24 jam) saring pestisida alami sebelum
digunakan

9. Pestisida alami siap digunakan

4.2 Cara pengaplikasian pestisida alami pengusir hama tanaman


Semprotkan pestisida alami pada bagian tanaman yang terkena hama setiap
dua hari sekali
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil eksperimen tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bawang putih bisa juga
digunakan sebagai bahan untuk pestisida alami karena bawang putih memiliki bau yang
menyengat sehingga membuat serangga dan hama enggan untuk mendekati tanaman.

5.2 Saran

1. Bagi petani, pecinta tanaman, dan tukang kebun


Sebaiknya para petani menggunakan pestisida alami seperti pestisida yang terbuat
dari bawang putih karena lebih aman, ramah lingkungan, dan hemat biaya.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan untuk bisa membuat inovasi lain dalam membuat pestisida alami.

DAFTAR PUSTAKA

https://googleweblight.com/?lite_url=https://denmamat.wordpress.com/category/hama-
dan-penyakit-tumbuhan/&ei=ttGtRTdQ&lc=id-
ID&s=1&m=749&host=www.google.co.id&ts=1518578732&sig=AOyes_QcQe8rK7Mu
HVXBy-RvUr0y9e35AQ

https://www.google.co.id/amp/s/sugiartoagribisnis.wordpress.com/2011/01/20/macam-
macam-hama-dan-penyakit-pada-tanaman-serta-cara-pengendaliannya/amp/ diunduh
14 Februari 2018
googleweblight.com/?lite_url=http://tipspetani.blogspot.com/2012/12/macam-macam-
pestisida-tanaman.html&ei=hZjluqML&lc=id- diunduh 14 Februari 2018

ID&s=1&m=749&host=www.google.co.id&ts=1518515139&sig=AOyes_Rn0S0nJH0No
PkD34CIrPwJnXfN4A diunduh 14 Februari 2018

https://googleweblight.com/?lite_url=https://mitalom.com/pengertian-
pestisida/&ei=hAHOhNNR&lc=id- diunduh 14 Februari 2018

ID&s=1&m=749&host=www.google.co.id&ts=1518578563&sig=AOyes_S6n9wlUx7ZFw
2N40IIZm4RSimUgg diunduh 14 Februari 2018

tipspetani.blogspot.co.id/2012/12/macam-macam-pestisida-tanaman.html?m=1 diunduh
14 Februari 2018

https://mitalom.com/pengertian-pestisida/ diunduh 14 Februari 2018

mauiniapaitusyahyuti.blogspot.co.id/2017/01/pestisida-kimia-vs-pestisida
nabati.html?m=1 diunduh 14 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai