Anda di halaman 1dari 11

Nama : Putri Aliah (1730401108)

Local : Perbankan Syariah 1-C

Semester : 1 (satu)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Desen Pengampu : Zul Atril M,S.y

Apakah anda setuju Indonesia menjadi negara Islam???

Negara Islam di Indonesia, Mungkinkah?


Gagasan membentuk negara Islam sudah lama didengungkan oleh kaum islamis
dinegeri ini. Bahkan jauh sebelum negeri ini diproklamirkan. Para tokoh beranggapan
bahwa sebagai kaum mayoritas yang memerdekakan bangsa ini, sudah sepatutnya
islam mendapatkan porsi lebih dalam hal kehidupan berbangsa. salah satunya dengan
menjadikan islam (red: Khilafah) sebagai bentuk negara. Namun para pendiri bangsa
republik ini sudah menyatakan satu kesepakatan melalui musyawarah; negara ini
berbentuk republik, Pancasila ideologinya. sejarah telah menceritakan bagaimana
pancasila diubah pada sila pertamanya pada piagam Jakarta sebagai perwujudan
kesatuan sebuah nation. penghargaan akan kemajemukan.
Gejolak muncul, wajar sebagai negara dengan penduduk terbesar ke 4 didunia.
imbasnya muncul gerakan gerakan ekstrimis yang menginginkan islam sebagai
ideologi dasar mereka. pemberontakan Negara Islam Indonesia (NII) misalnya
(radikal) atau konteks kekinian sebut saja Hizbut Tahrir Indonesia (Indonesian
Ikhwanul Muslimin). mereka menurut opini saya pribadi bisa disebut kontra nasionalis.
beranggapan bahwa nasionalisme suatu bangsa lah yang menyebabkan adanya
perpecahan antar bangsa, mengakibatkan perang, permusuhan dst. menurut saya
mereka mengambil sudut pandang united civilization. masyarakat yang lintas batas
negara dan benua. bagi saya dalam konteks kehidupan Internasional ini sah sah saja,
tapi dalam konteks berbangsa suatu negara? tunggu dulu. tidak sesimpel itu.pada suatu
kesempatan HTI pernah mengatakan apabila sistem khilafah diterapkan, perdamaian
dan persatuan antar umat akan terwujud,lintas batas batas teritorial negara, ekstremnya
Mereka mengatakan untuk bangsa ini tidak ada yang namanya dari sabang sampai
merauke, yang ada dari sabang sampai maroko. pertanyaan besar saya ketika mereka
mengatakan ini adalah, apa definisi negara menurut mereka? persatuan apa yang
mereka maksudkan?suatu bangsa dapat dikatakan menjadi negara karena ada
wilayah,rakyat dan pemerintah yang berdaulat. gampangnya ada identitas tertentu yang
membedakan mereka dengan negara lain.kalo semua jadi satu seperti itu, berarti tidak
ada yang namanya bangsa Indonesia. ok, tinggalkan perspektif ini. kita lihat alasan
alasan mereka yang kekeh ingin menjadikan khilafah sebagai sistem.:
1. Mayoritas penduduk Indonesia muslim, 85% lebih. kenapa orang Islam sendiri tidak
mau menjadikan Islam sebagai pondasi kehidupan berbangsa mereka?
kita harus melihat point ini pada konteks keIndonesian. jawaban utama tentu karena
kita majemuk yang terlalu besar, multi dalam segala hal, heterogen dalam semuanya.
bisakah diversity ini disatukan dalam sistem khilafah? mereka mengatakan bisa, islam
melindungi kaum minoritas kok. saya jawab, mengurusi perbedaan dalam Islam
sendiri dinegeri ini saja masih terasa unfair bagi sekelompok orang kok. tengok drama
sunni-syiah atau ahmadiyah, terlepas dari sesat menyesatkan,label ini semua islam
toh?. apalagi kalo berbeda agama pasti akan ada diskriminasi. mayoritas selalu
beranggapan mempunyai hak hak lebih dari minoritas. pasti. Majority tend to abuse
power. saya menaruh perhatian besar pada hak hak individu masyarakat non-muslim
nantinya.tapi kan dijaman rasul dulu yahudi nasrani islam hidup berdampingan, damai?
ya ya ya. tapi sekali lagi saya bilang Indonesia lebih dari itu, perbedaan kita teramat
kompleks. hanya nasionalis yang mampu menyatukan. satu nasib, satu rasa, satu
sepenanggungan dalam bingkai toleransi yang memberikan hak hak dan kewajiban
yang sama. lintas agama. semua sama. bisakah khilafah menjamin ini diIndonesia?
sekali lagi diIndonesia bukan negara lain.
2. Khilafah terbukti sukses, lihat jaman abu bakar sampai dengan turki ustmani, negera
menjadi adidaya.
hemmm... pertanyaan saya apakah kosep khilafah yang ditawarkan saat ini sama
dengan konsep khilafah masa itu? sejarah panjang itu menceritakan kisah monarki
bukan khilafah sejati.dan harus digaris bawahi Islam lebih dari 95%. mereka mayoritas
yang memang membentuk kebudayaan yang sama. (OK saya harus mengakui bahwa
pada point ini (red: role model) argumen saya lemah tetapi saya juga masih
mempertanyakan negara mana yang terbukti dengan kekhilafahannya menjunjung hak
hak asasi manusia)
3.Di dunia ini hanya ada 3 ideologi, Kapitalis, Sosialis dan Islam. Indonesia menganut
yang mana? Pada point ini saya secara lantang mengatakan Indonesia bukan sosialis,
apalagi kapitasis bukan juga islam. PANCASILA. Ideologi itu diterapkan pada kondisi
dan posisi yang tepat. bagi amerika (red: negara Barat) kapitalis sesuai dengan kultur
dan posisi mereka. Soviet (red: negara timur) cocok dengan Sosialis nya,. arab (red:
timur tengah) cocok dengan Islam. tapi Indonesia tidak Bung! pendiri republik ini jelas
mengatakan masyarakat kita tidak sesuai dengan ketiga itu. Tapi bijak nya para
founding father mengambil sisi baik kapitaslis (contoh: demokrasi, kebebasan).
Sosialis (contoh: kerakyatan, pengaturan hak) dan Islam dijadikan sebagai pembatas
dari semua itu. sebenarnya pada posisi ini Islam sudah mendapat porsi yang paling
banyak. kenapa kita tidak membanggakan pancasila dan mengangkatnya ke permukaan
bahwa ideologi kita mampu disandingkan dengan ideologi ideologi itu... (bahasan
pancasila sebagai ideologi yang sesuai dengan bangsa akan saya paparkan secara lebih
detil pada postingan selanjutnya)
4. dari dulu Pancasila sudah menjadi ideologi, tapi negara ini terus saja terpuruk.
pancasila sudah tidak relevan! saya bilang untuk republik ini, Pancasila harga mati!.
titik. lantas kenapa tak kunjung sejahtera? jawaban normatif saya katakan, pengamalan
dalam pancasila belum dilaksanakan secara utuh dan sungguh sungguh. bukan pada
pancasilanya yang bermasalah tapi pengamalannya. sudahkah bangsa ini betul betul
pancasialis? jawab sendiri. saya hendak mengatakan Pancasila itu sangat Islamis. tidak
bertentangan lihat kenapa organisasi masyarakat islam (red: NU dan Muhammadiyah)
menjadikan pancasila sebagai asas organisasi mereka.
sejatinya musuh besar kita (Khilafah dan nasionalis) sama, yaitu Kapitaslis. bukam
Islam saja yang memerangi kapitalis, Pancasila juga menentang keras sistem ini karena
tidak sesuai dengan ekasila : gotong royong. saya ingin menarik kesimpulan sementara
bahwa Untuk Indonesia Khilafah bukan sistem yang tepat, Pancasila yg memang Islami
yang betul betul menjamin kemajemukan itulah yang seharusnya kita berdayakan.Ini
Indonesia kalau bukan Pancasila, jangan gunakan kata Indonesia.
merdeka! salam Pejuang pemikir, Pemikir pejuang.
Dede Puji Setiono

Perlukah Indonesia Menjadi Negara Islam??


30 Maret 2012 05:10 Diperbarui: 30 Maret 2012 05:10 2220 1 0
Indonesia kembali disibukkan dengan tugas berat setelahdemo anti BBM, sebentar
lagi pemilu Legislatif dan Pemilihan presiden yang juga sangat menyita waktu,
tenaga, dan uang. Tugas berat itu adalah organisasi-organisasi yang menginginkan
didirikannya negara Islam di Indonesia. Dahulu organisasi ini pernah memberontak
dengan gerakan yang terkenal dengan nama DI/TII. Setelah sekian lama, ternyata
mereka kembali tumbuh dan sedikit demi sedikit meningkatkan kekuatan dan mencari
celah untuk menunjukan tajinya.
Mereka menginginkan agar negara kita tercinta ini berasas Islam dan menjadi negara
Islam. Tanpa menghiraukan peri keadilan dan peri kemanusiaan mereka dengan cara
apapun ingin mewujudkan cita-cita mereka itu.
Akan tetapi, perlukah Negara Islam Indonesia di NKRI ini?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu saya akan mengungkapkan
sesuatu yang inysa Allah akan membuat kita yakin bahwa :
kmerdekaan Indonesia adalah benar karunia allah SWT
kita harus mencintai negara ini sebagai umat yang percaya pada ayat al Quran
Indonesia diturunkan untuk umat Islam.
Sesuatu itu adalah PANCASILA.
Pancasila adalah dasar negara yang diakui secara sah oleh UUD Negara Indonesia.
Pancasila memiliki lima sila, yaitu :
KETUHANAN YANG MAHA ESA
KEMANUSIAAN YANG ADIL dan BERADAB
PERSATUAN INDONESIA
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.
Dari kelima aya tersebut, ternyata berdasarkan pada ayat Al Quran. Bukan suatu
kebetulan jika hal ini terjadi karena sila-sila pmemang dirumuskan oleh para pejuang
bangsa ini yang scara ikhlas memperjuangkan bangsa ini dengan seluruh hidup
mereka. Draft sila-sila PANCASILA diusulkan oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
dan Sutan Syahrir yang akhirnya menghasilkan sila-sila yang setiap hari Senin
dibacakan oleh para tunas-tunas bangsa dalam upacara bendera mingguan.
Berikut insya Allah akan saya paparkan ayat Al Quran yang menjadi dasar
PANCASILA.
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di
sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah
tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
(Q.S. AL Baqarah : 255)
[161] Kursi dalam ayat Ini oleh sebagian Mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan
ada pula yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.
2. KEMANUSIAAN YANG ADIL dan BERADAB
135. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau
ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia[361] Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin
menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan. (Q.S. An Nisaa’: 135)
[361] Maksudnya: orang yang tergugat atau yang terdakwa.

3. PERSATUAN INDONESIA
103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,lalu
menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk. (Q.S. Ali Imran : 103)

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN


DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada
mereka. (Q.S. As Syuura : 38)
5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran. (Q.S. AL Nahl : 90)
KESIMPULAN :
Tidak perlu adanya NII di Indonesia karena sesungguhnya Indonesia adalah negara
yang benar-benar Islami karena dasar negranya berdasar pada Al Quran (kitab suci
yang selalu dijaga kesuciannya oleh Allah penguasa langit dan Bumi).
Pisahkan pengeboman yang selama ini terjadi di Indonesia dengan umat Islam karena
Islam rohmatan lil alamin (rahmat sekalian alam), artinya memberi kebaikan kepada
siapa saja.
Terorisme di Indonesia mutlak teroisme murni, bukan atas nama Islam karena
Rassulullah tidak pernah mengajarkan penghancuran untuk mendirikan negara Islam.

HTI: Indonesia Harus Jadi Negara Islam! Terus?


Okelah kalau memang Indonesia harus menjadi negara islam. Tapi ada beberapa
pertanyaan yang masih mengganjal di benak si Panjul :
Terus siapa yang jadi pemimpinnya?
Habib Riziek? Habib Selon? Munarman atau siapa? Gak mungkin juga Jokowi kan ya?
Saya malah takut nanti para ulama pada rebutan pingin jadi "sultan - sultanan" yang
pada akhirnya saling unjuk kekuatan para pendukung dan niatan untuk merubah
Idonesia jadi lebih baik itu malah jadi pertikaian. Bukankah dulu juga sejarah sudah
mencatat itu? Bahwa pertikaian lah yang membuat islam terpecah belah. Terus mau di
ulangi lagi ?

Terus yakin pemimpinnya bakalan amanah?


Gimana kalau dapat pemimpin seperti fatonah? Diluar kelihatan alim dan religius tapi
di dalamnya somplak. Susah loh kalau bicara hati. Kalau kata pepatah kuno sih
"Rambut sama hitam, hati siapa tahu!". Nanti niatnya buat Indonesia jadi negara yang
religius malah berubah jadi cemoohan orang juga seperti sekarang.
Terus apa pasti korupsi dan kebobrokan negara ini bakalan hilang?
Pancasila itu kurang apa nilai moral yang terkandung di dalamnya? Terus kalau
ternyata emang dasar orang - orangnya yang mentalnya korup semua apa lantas itu
salah Pancasila nya? apa itu pasti salah rasa Nasionalismenya? Gusti Allah saja sudah
mengirim begitu banyak nabi tapi apakah lantas kejahatan hilang dari muka bumi ini?
Tidak kan? Terus apakah itu salah nabinya? ya gak dong! Itu murni salah manusianya.
Jadi bukan bentuk pemerintahannya yang salah, bukan Pancasila nya yang tidak
uptodate, bukan pula salah nasionalismenya tapi semua salah orangnya yang tidak mau
menjalankannya dengan baik dan amanah persis seperti para koruptor dan anda - anda
itu yang tiap hari ngerasa di zholimi.
Islam itu hukum syariahnya tegas! Terus ?
Apa dengan potong tangan, dengan potong kaki maka lantas tidak akan ada lagi orang
yang bakal mencuri, berzinah? Itu semua urusan nasib aja bung!. Kebetulan lagi apes
terus ketangkap berzinah nah kalau gak ketangkep? Urusannya balik ke Gusti Allah
juga kan yang memberi hukuman? Apa itu namanya adil? Si A maling ketangkep terus
tangannya di potong tapi si B karena gak ketahuan maka tangannya gak di Potong!
Adil tuh? Bukankah yang paling adil cuma hukuman dari Gusti Allah. Kalau hukum
perdata dan pidana di Indonesia yang dirasa kurang tegas, bukankah lebih baik
hukumnya itu yang di ganti dan diperbaiki. Itu lebih masuk di akal dan bisa langsung
di realisasikan.
Terus apakah kemiskinan bakalan hilang?
Dengan mengganti pancasila jadi syariah islam apakah semua orang langsung jadi
sejahtera? Tidak ada lagi pengemis? tidak ada lagi gelandangan? Semua kembali pada
orangnya toh kan? Mau kerja apa tidak, mau belajar apa tidak, mau maju apa tidak.
Terus apakah pasti Indonesia bakalan sejahtera adil dan makmur ?
Terus apakah pasti Indonesia bakalan gak akan impor daging ?
Terus apakah pasti Indonesia harga BBM di Indonesia gak akan bakalan naik?
Terus apakah pasti Indonesia bakalan gak akan terjadi konflik ?
Terus kalau jawabannya juga sama saja "Butuh Proses" dan tergantung manusianya.
Lantas apa salahnya dengan Pancasila? Bagaimana nilai - nilai luhur pancasila itu
diterapkan kalau anda - anda ini tiap hari sibuk ingin memecah belah bangsa?
Membodoh - bodohi umat dengan impian - impian keserakahan anda?
Gusti Allah sudah menciptakan manusia dan dunianya dengan berbagai perbedaan.
Ada malam dan ada siang, Ada yang putih ada yang hitam, ada yang mancung ada yang
pesek, ada yang baik ada yang jahat, ada yang pintar ada yang bodoh. Sang pencipta
membuat perbedaan itu sebagai sebuah keniscayaan. Jadi sunggug lucu jika anda malah
ingin membuat semua jadi harus sama. Semua harus berjanggut, semua harus berjilbab,
semua harus bergamis, semua harus islam, semua harus pesek, semua harus pakai
sendal, semua harus keriting, ahhh.... ada - ada saja.
Anda yang tidak dapat hidup berdampingan dengan orang lain, anda yang tidak mau
menerima perbedaan malah Pancasila yang anda salahkan, malah minoritas, Gusdur,
SBY yang anda caci maki. Malah CIA, Yahudi, Amerika, KFC, Pizza Hut yang anda
kambing hitamkan. Perbedaan itu sebuah keniscayaan dari Gusti ALLAH! atau anda
ingin mengkudeta Sang Maha Kuasa ?
pesan bang panjul buat semua orang di luar sana yang anti Bhineka Tunggal Ika
Perlukah Indonesia Menjadi Negara Islam?
Usulan negara Islam bagi Indonesia memang bukan isu yang baru dalam perjalanan
sejarah bangsa Indonesia. Jelas saja, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama
Islam seharusnya menjadikan Islam sebagai agama dan konstitusi negara. Namun pada
kenyataannya Islam tidak secara simbolik dijadikan sebagai agama dan dasar negara,
melainkan Pancasila.
Perumusan Islam sebagai dasar negara memang telah santer pada saat BPUPKI
merumuskan dasar negara Indonesia. Pada 22 Juni 1945 dirumuskanlah Jakarta Charter
atau yang biasa disebut Piagam Jakarta. Pada sila pertama disebutkan “Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Namun sila pertama tersebut mendapat penolakandari penganut agama Kristen dan
Protestan khususnya mereka yang berada di wilayah Indonesia Timur. Mereka
menganggap hal tersebut sebagai diskriminasi agama minoritas. Bahkan mereka
mengancam akan memisahkan diri apabila sila tersebut tetap dipertahankan.

Menjelang rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan (PPKI) Indonesia keberatan tersebut


disampaikan kepada tokoh-tokoh Islam, yaitu, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo,
Kasman Singodimejo, dan Teungku Muhammad Hasan. Akhirnya tokoh-tokoh Islam
berlunak hati untuk menghapuskan sila tersebut. Dan kemudian diusulkan diganti
dengan sila yang berbunyi “Ketuhanan yang maha esa” oleh Ki Bagus Hadikusumo.
Bila kita melihat sepintas perjalanan sejarah di atas, begitu bijaknya para tokoh-tokoh
Islam dalam melegowokan Islam sebagai dasar negara demi kesatuan bangsa.
Walaupun di sisi lain ada tokoh-tokoh yang tidak setuju dengan keputusan tersebut.
Salah satunya adalah Kartosoewirjo yang kemudian membelot dan mendirikan DI/TII.
Bahkan tuntunan menjadikan Islam sebagai agama dan dasar negara terus berlangsung
hingga pemerintahan Suharto.
Memang peranan Islam dalam membangun dan mempersatukan bangsa ini tidak bisa
dielakkan. Sejak masa pergerakan saja terbukti melalui Syarikat Islam berbagai
masyarakat Indonesia yang dipisahkan oleh pulau-pulau dapat bersatu di bawah panji
Islam. Sehingga peranan Islam dalam mempersatukan bangsa ini tidak dapat
dikesampingkan.
Namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa, Indonesia adalah negara yang
heterogen. Meskipun Islam agama yang dominan di Indonesia , namun umat Islam itu
sendiri tidak dapat secara sepihak mendeklarasikan Islam sebagai agama negara dan
dasar negara. Pun jika hal tersebut dipaksakan yang terjadi adalah disintegrasi dan
perpecahan.
Indonesia bukanlah negara Islam namun juga bukan negara sekular. Indonesia adalah
negara netral agama dan mendukung tumbuh suburya agama di tanah pertiwi ini.
Jargon tersebutlah yang kerap kali digaungkan pada masa orde baru.
Memang hingga kini belum ada proto type negara Islam yang dapat menjadi
percontohan. Sehingga konsep negara Islam pun belum menjanjikan akan sebuah
kedamain dan kesejahteraan di suatu negara. Dalam sejarah Islam Rasulullah
sendiripun tidak mencontohkan pembentukan negara (citiystate) yang berdasarkan
agama Islam. Melainkan menjadikan Madina Carter sebagai dasar negara.
Meskipun Indonesia tidak menjadikan Islam sebagai dasar negara namun hukum-
hukum dan nilai-nilai kesilaman telah diadopsi dalam berbagai perudangundangan.
Misalkan saja negara ikut turut serta dalam mengatur perudangan-undangan mengenai
zakat, perkawinan, wakaf, sekolah Islam (Madrasah) dan Bank Syari’ah.
Memang secara simbolik Islam tidak disebutkan sebagai dasar negara. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa dasar negara dan perundang-undangan yang ada di Indonesia
merupakan cerminan dari nilai-nilai keislaman. Singkatnya Indonesia memang tidak
menggunakan simbol-simbol keislaman dalam negara, namun esensi (nilai-nilai) Islam
yang hakiki sesungguhnya telah dianut oleh bangsa ini.
Hemat penulis bahwa, menjadikan Islam sebagai dasar negara tidaklah begitu urgent.
Yang terpenting adalah menjalankan dan menyisipkan nilai-nilai keislaman dalam
perundang-undangan dan setiap tindak-tanduk dalam bermasyarakat.
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Cendikiawan Muslim, Ahmad Syafii
Ma’arif. Ia mengatakan bahwa “Sebutan negara Islam untuk Indonesia yang plural
tidak lagi diperlukan. Yang terpenting, moral Islam dapat menyinari masyarakat luas
melalui perkawinan perangkat hukum Islam dengan sistem hukum nasional melalui
proses demokratisasi”.
Indonesia Menjadi Negara Islam atau Khilafah, haruskah?
by Lensa Al Balagh 7 MONTHS AGO 5 MINUTEREAD
Beberapa tahun ini Indonesia dihebohkan dengan kelompok yang mengatasnamakan
Islam dalam memperjuangkan Daulah Islamiyah, Khilafah, dan term lain yang ingin
menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. Mereka begitu getol memperjuangkan itu,
hingga harus mengkafirkan orang yang berpikiran berbeda dengan mereka. Berbagai
macam cara mereka lakukan, termasuk melakukan fitnah terhadap ulama-ulama Islam
yang Nasionalis.
Fenomena ini terjadi bukan saja melalui perkumpulan mereka di dunia nyata, tetapi
juga melalui dunia maya, seperti media sosial, website, blog dan sebagainya. Setiap
kali saya membuka halaman facebook, saya melihat banyak sekali bermunculan berita-
berita yang tidak jelas, yang saya anggap sebagai sampah semata.
Lalu haruskah Indonesia menjadi negera Islam atau negara khilafah?
Saya anggap bahwa pertanyaan ini seperti ingin membuka kembali sejarah perjuangan
bangsa ini dalam merebut kemerdekaan. Jelas bahwa sejak perjuangan di zaman
penjajahan dahulu, Indonesia diperjuangkan untuk menjadi negara Nasionalis yang
berasaskan atau berideologi Pancasila, bukan yang lain. Yang memperjuangkan ini
berasal dari beragam suku, ras dan agama yang ada di Indonesia ini.
Para ulama yang berjuang di medan jihad dalam merebut kemerdekaan waktu itu
mengingikan Indonesia merdeka, Indonesia menyatu, Indonesia yang menjadi negara
yang berdaulat berdasarkan pancasila. Sedangkan nanti dalam penerapan keagamaan
diatur sesuai dengan agama yang dianut oleh masing-masing pemeluknya.
Kita dalam komunitas yang mayoritas tidak bisa memaksakan kehendak untuk
menjadikan bangsa ini seperti yang kita inginkan, itu namanya "tirani mayoritas".
Sudakah anda melihat suasana di timur tengah hari ini? Apa yang terjadi di sana?
Pernakah anda berpikir bahwa kalau Indonesia dipaksakan untuk sama dengan mereka
maka, akan ada intervensi asing yang menjadikan negara ini kacau balau.
Konsep Negara Khilafah
Konsep negara khilafah berbeda dengan konsep negara pancasila yang demokratis.
Bagi kalangan yang memperjuangkan negara khilafah, mereka tidak mengakui
pancasila dan sistem pemerintahan yang ada saat ini. Mereka meyakini bahwa
Indonesia adalah negara bagian dari negara khilafah, jadi apapun yang diperintahkan
oleh negara induk harus ditaati, kalau tidak pemimpin yang ada di bangsa ini bisa
dicopot atau kalau membangkang negara Indonesia bisa diperngi.
Bagi kalangan ini, pemilu dalam memilih pemimpin hanyalah jalan terakhir, mereka
juga tidak percaya dengan yang namanya produk barat. Bagi mereka legeslatif tidak
bisa mengontrol pemerintahan, mereka mengggap seorang pemimpin adalah
segalanya, apapun yang diputuskan menjadi aturan yang harus dilaksanakan oleh
seluruh masyarakat tanpa ada kata protes.
Hampir seluruh sistem yang dijalankan di Indonesia tidak diakui oleh golongan ini.
Mereka lebih percaya kepada konsep khilafah yang munurut saya merupakan warisan
kerajaan-kerajaan Islam timur tengah terdahulu. Kita tahu bahwa yang namanya
kerajaan pasti ada seorang pemimpin yang diangkat berdasarkan silsilah keluarga dan
berkuasa seumur hidup. Alhasil tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dalam
negara khilafah, hanya orang-orang tertentu yang ditentukan berdasarkan rapat
perwakilan-perwakilan negara bagian.
Negara Khilafah dalam Pandangan Islam
Hingga saat ini saya belum pernah menemukan satu ayat atau hadis yang menyatakan
bahwa negara harus berbentuk Khilafah. Yang saya temukan hanyalah ayat-ayat Al-
Quran yang mengatur tentang tatanan kehidupan bermasyarakat dan tentang taat
kepada seorang pemimpin. Tetapi ayat itu jika kita tafsirkan secara kontekstual
bermakna luas, bukan saja tentang kepemimpinan dalam negara semata.

‫سو ِل ِإن‬ ُ ‫ٱلر‬ ِ َّ ‫سو َل َوأ ُ ْو ِلي أٱۡلَمأ ِر ِمن ُك أ ۖۡم فَإِن تَ َٰنَزَ أعت ُ أم فِي ش أَي ٖء فَ ُردُّوهُ إِلَى‬
َّ ‫ٱَّلل َو‬ ُ ‫ٱلر‬ َّ ْ‫َٰ َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ أ َ ِطيعُوا‬
َّ ْ‫ٱَّللَ َوأ َ ِطيعُوا‬
‫أ‬
‫سنُ ت َأ ِو ا‬
‫يًل‬ َٰ
َ ‫ر َوأ َ أح‬ٞ ‫ٱَّللِ َو أٱل َي أو ِم أٱۡل َٰٓ ِخ ِۚ ِر ذَلِكَ خ أَي‬
َّ ‫ُكنت ُ أم ت ُ أؤ ِمنُونَ ِب‬
Terjemahannya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Q.S. An-Nisa: 59)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus taat kepada pemimpin. Tetapi cara
menaatinya berbeda dengan taat kepada Allah dan Rosulullah. Pada kata athi'u (taat)
hanya disematkan kepada Allah dan Rosulullah, sedangkan pemimpin hanya diikutkan
saja dengan kata wa (dan), dengan kata lain bahwa taat kepada Allah dan taat kepada
Rosulullah itu mutlak adanya, sedangkan taat kepada pemimpin tidak mutlak. Selama
seorang pemimpin masih berada di jalur yang benar kita harus taati, tetapi jika sudah
berbelok arah ke jalur yang salah maka kewajiban taat tadi menjadi gugur, dan kita bisa
melakukan protes terhadap apa yang dia lakukan dengan mengembalikan kepada ajaran
Islam, yaitu dengan cara yang baik dan penuh hikmah.
Cara-cara yang buruk saat ini sudah banyak dilakukan oleh kalangan-kalangan tertentu
yang mengatasnamakan Islam. Padahal jelas bahwa ayat di atas menyatakan jika
berlainan pendapat tentang sesuatu maka, kembalikan kepada Allah dan Rosul, apa
yang diajarkan oleh Allah di dalam Al-Quran dan yang diajarkan Rosul di dalam hadist
adalah semua tentang kebaikan, tak ada satupun tentang keburukan.
Lalau bagaimana ayat ini diartikan dalam hal khilafah?.
Saya melihat bahwa saat ini banyak orang sudah menerjemahkan ayat-ayat Al-Quran
sesuai dengan kepentingannya. Banyak ayat-ayat yang diterjemahkan sesuai dengan
nalar politik dan nalar kuasa, orang yang tidak berkapasitas dalam menerjemahkan Al-
Quran ikut menerjemahkan, sehingga ummat menjadi terpedaya, dan hasilnya saat ini
terjadi ribut sana ribut sini di Indonesia.
Saya pikir bahwa persoalan urusan dunia (termasuk negara dan pemerintahan), itu
sudah menjadi urusan manusia, Rosulullah salallahu alaihi wa sallam bersabda.
‫ص َواتاا فَقَا َل َما َهذَا قَالُوا‬ ْ َ ‫سلَّ َم أ‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫س ِم َع َر‬ َ ‫ت َع ْن أَن ٍَس قَا َل‬ ٍ ِ‫ص َم ِد َحدَّثَنَا َح َّماد ٌ َع ْن ثَاب‬ َّ ‫َحدَّثَنَا َع ْبد ُ ال‬
‫سلَّ َم َما‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫صا فَقَا َل النَّ ِب‬ ‫صلُ َح فَت ََر ُكوهُ فَلَ ْم يُلَ ِق ُحوهُ فَخ ََر َج ِشي ا‬
َ َ‫يُلَ ِقحُونَ النَّ ْخ َل فَقَا َل لَ ْو ت ََر ُكوهُ فَلَ ْم يُلَ ِق ُحوهُ ل‬
‫ش ْي ٌء ِم ْن أَ ْم ِر دُ ْنيَا ُك ْم فَأ َ ْنت ُ ْم أ َ ْعلَ ُم ِب ِه فَإِذَا َكانَ ِم ْن‬
َ َ‫سلَّ َم ِإذَا َكان‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫لَ ُك ْم قَالُوا ت ََر ُكوهُ ِل َما قُ ْلتَ فَقَا َل َر‬
‫ي‬ َ َ
َّ ‫أ ْم ِر دِينِ ُك ْم فَإِل‬
Terjemahannya: Telah menceritakan kepada kami Abdus Shomad telah menceritakan
kepada kami Hammad dari Tsabit dari Anas berkata: Rasulullah Shallallahu'alaihi wa
Sallam mendengar sebuah suara lalu bertanya: "Apa ini?", orang-orang berkata:
"Mereka sedang menyetek pohon kurma", Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam
lantas bersabda: "Kalau saja mereka meninggalkan hal tersebut alias tidak menyetek
niscaya lebih baik", lalu mereka tidak lagi menyetek hingga menghasilkan kurma yang
jelek, Kontan Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam bertanya: "Nasib apa yang menimpa
kalian?", mereka menjawab: "Mereka meninggalkan stek karena mengikuti apa yang
Tuan katakan", maka Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika ada
sesuatu yang berkaitan dengan urusan dunia, maka kalian lebih tahu tentangnya,
sebaliknya jika berkaitan dengan urusan agama, maka kembalilah kepadaku."
Hadis di atas pada poin terakhir dengan jelas mengatakan bahwa jika ada sesuatu yang
berkaitan dengan urusan dunia maka, kalian lebih tahu tentangnya. Mari kita analisa
kata-kata ini.
Sesuatu yang berkaitan dengan urusan dunia mengandung arti bahwa segala yang
dilakukan manusia tentang urusan dunianya termasuk pemerintahan, politik, negara
dan kehidupan berkebangsaan merupakan persoalan dunia. Berarti apa yang dilakukan
oleh anak bangsa Indonesia merupakan apa yang dia ketahui, sehingga menjadikan
negara ini sebagai negara pancasila sejak kemerdekaan merupakan urusan dunia dan
urusan kemanusiaan, yang lebih mengetahui itu adalah orang Indonesia sendiri.
Sehingga mengcopy sistem klasik pemerintahan yang mengatasnamakan Islam tidak
bisa dipastekan ke dalam bangsa ini.
Indonesia bukan negara mono tetapi negara multi. Kalau dalam dialek maluku kata
mono atau mono-mono berarti orang yang bisu (orang yang berbicara menggunakan
bahasa isyarat). Sedangkan secara harfiah kata mono dalam bahasa inggris berarti satu
dan kata multi berarti banyak atau beragam. Indonesia adalah negara yang multi-
kultural bukan mono-kultural, sehingga untuk menjadikan negara ini sebagai negara
Khilafah bukanlah suatu keniscayaan. Kalau khilafah dipaksakan maka, negara ini bisa
bubar.
Saya pikir bahwa sudah saatnya kita berpikir jernih, dan kita berpikir bersih. Dunia saat
ini berada dalam persaingan global, jangan sampai bangsa ini dijajah terus oleh bangsa
lain. Penjajahan model baru yaitu penjajahan pemikiran, ekonomi, sosial, politik dan
budaya sudah menjadi trend. Jangan sampai kita terjebak pada suatu waktu yang tak
bisa membuat kita bangkit lagi.
Biarkan Indonesia rukun dengan keberagaman, biarkan Indonesia menjadi negaranya
sendiri, bukan negara yang diinginkan orang lain. Biarkan urusan dunia Indonesia
diurus oleh anak bangsa ini sendiri, agar negara ini berwujud Nusantara yang hanarun
(indah).
Hubbul wathon minal iman - cinta tanah air bagian dari Iman
Assalamualaikum wr.wb.
Mengenai apakah anda seuju jika negara Indonesia yang tercinta ini dijadikan sebagai
negara islam….??
Jujur saja saya tidak setuju. Mengapa saya tidak setuju..
Sebelumnya mari kita ingat tentang arti dari semboyan negara kita “bienika tunggal
ika” yaitu bearti walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. walaupun kita berbeda
dari sabang sampai merauke baik itu suku, budaya, bahasa, agama, adat istiadat.
Bukankah itu adalh ciri khas dari negara kita yang memiliki keragaman bahkan beribu
keragamn. Sebelum negara kita merdeka perjuangan meraih kemerdekaan itu begitulah
sulit diraih, butuh ratusan tahun meraihnya.
Dan saat menyiapkan kemerdekaan, membentuk dasar negara itu perlu waktu yang
lama, jika negara kita ini kita rubah kepemerintahannya bukankah itu salah satu bentuk
tidak menghargai jasa parah pahlawan. Bukankan di 5 sila negara ini tertuju pada al-
qur’an.
Jikalau negara ini dijadikan sebagai negara islam syapa yang akan memimpin negara
ini, yang pasti bukan jokowi atau pun sby atau pun petinggi agama. Bukankah kemarin
bapak juga sempat menyinggung tentang kepemimpinan waktu pemilihan minggu
kemarin, bapak menyatakan bahwa petinggi agama sebaiknya menjadi penasehat
presiden.
Saya seorang muslim, tapi saya tidak setuju jika negara ini dijadikan negara islam
karena jika negara kita ini diubah menjadi negara islam maka nanti akanada perpecahan
diantara kita karena sebagian dari rakyat Indonesia ada yang beragam non-islam,
mungkin bukan hanya pertengkaran didalam saja, bisa jadi akan ada atau akan timbul
masalah dari luar.
Biarlah negara ini seperti ini adanya, jangan membuat masalah baru kedepannya,
buatlah negara ini aman damai, tidak ada perpecahan karena untuk menjadi sebuah
negara, para pahlawan kita telah banyak mengorbankan darah, bahkan nyawanya untuk
kita sebagai generasi muda, dan untuk generasi yang akan dating.

Anda mungkin juga menyukai