Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Poetika Vol. IV No.

1, Juli 2016

DISKRIMINASI TERHADAP BEBERAPA PEREMPUAN


DALAM PERSPEKTIF FEMINISME MULTIKUTURAL:
KAJIAN TERHADAP NOVEL SCAPPA PER AMORE KARYA DINI FITRIA

Mustika
Sastra Indonesia FIB UHO
Email: mustika.fib@gmail.com

Abstrak
Diva, tokoh utama dalam novel Scappa per Amore karya Dini Fitria melakukan perjalanan ke
berbagai Negara di Eropa. Dari petualangannya, ia bertemu dengan beberapa perempuan yang
mendapatkan diskriminasi dari laki-laki maupun lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat diskriminasi terhadap beberapa perempuan dalam novel tersebut dengan tinjauan feminisme
multikultural. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa beberapa perempuan dalam novel SPA
didiskriminasi bukan hanya karena persoalan mereka adalah perempuan, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor usia, agama, suku, dan status anak. Paham feminisme multikultural yang menekankan aspek
multikultur, sangat menjunjung tinggi keberagaman. Semestinya tidak ada diskriminasi terhadap
perempuan yang berusia berapapun, beragama apapun, bersuku apapun, dan berstatus apapun.
Semuanya harus diperlakukan secara setara dan harus mendapatkan penghargaan yang sama.
Kata Kunci: diskriminasi, perempuan, feminisme multikultural, novel
Abstract
Diva is the main character in novel Scappa per Amore which is written by Dini Fitria. In the story, Diva
travels to European countries and meets other female characters who experience patriarchal and social discrimination.
This research tries to describe the discrimination which is experienced by female characters by using multicultural
feminism approach. The novel indicates that the female characters in the novel are not only marginalized due to their
gender, but also their age, religion, race, and the legal status of the children. Multicultural feminism approach focuses on
multicultural aspects that respect diversities. This research believes that discrimination toward women could be avoided,
because women need to be treated equally.
Keywords: discrimination, female, multicultural feminism, novel

Pendahuluan Sebagaimana perempuan-perempuan


Scappa per Amore karya Dini Fitria yang lainnnya yang ada di berbagai belahan dunia,
berarti “lari dari cinta” adalah novel yang beberapa perempuan yang ditemui Diva di
mengisahkan perjalanan seorang wartawan Eropa juga melewati banyak proses untuk
bernama Diva yang ditugaskan ke Benua Eropa menemukan kebebasan dalam menentukan
dengan agenda meliput Islam untuk program dirinya. Beberapa perempuan tersebut
acara Ramadhan. Perjalanan itu ia rangkaikan tinggal di berbagai negara di Eropa yang
dengan upaya lari dari bayang-bayang cintanya notabene merupakan negara-negara maju dan
yang telah berakhir. Dari petualangannya memberikan kebebasan kepada perempuan,
menjelajahi berbagai Negara di Eropa, Diva namun ternyata perjuangan mereka dalam
bertemu dengan beberapa perempuan yang menemukan kebebasan yang seutuhnya tidak
mendapatkan diskriminasi dari laki-laki benar-benar terpenuhi.
maupun lingkungannya. Di akhir kisah, Diva Sejak kemunculannya pertama kali,
yang belum tuntas menyelesaikan perjalanan feminisme telah mengalami perkembangan
liputannya harus memutuskan untuk pulang dan penyebaran yang pesat ke berbagai negara
ketika mendapati kabar ibunya yang sakit keras di penjuru dunia. Pemikirannya pun beragam.
di Indonesia. Ibunya terus menerima perlakuan Mengacu pada pandangan Tong dalam Feminist
tidak adil dari ayah Diva sebagai suaminya. Thought (2010: 1), terdapat setidaknya delapan

33
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

pemikiran feminisme yang beragam, yaitu yang mempromosikan nilai-nilai keberagaman


feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme sebagai suatu prinsip paling dasar,
marxist dan sosialis, feminisme psikoanalisis multikulturalisme menuntut bahwa semua
dan gender, feminisme eksistensialis, feminisme kelompok kebudayaan harus diperlakukan
postmodernis, feminisme multikultural dan dengan penuh penghargaan dan sebagai orang
global, dan ekofeminisme. yang setara (Tong, 2010: 310, 312).
Beberapa perempuan yang ditemui Diva Paham multikultural memunculkan
di benua Eropa, mendapatkan diskriminasi berbagai jenis pemikiran baru, misalnya saja
dari laki-laki maupun lingkungannya. Hal ini culture studies, postkolonialisme, neo-Marxis,
sejalan dengan ragam pemikiran feminisme poststrukturalisme, bahkan feminisme. Dasar
multikultural, bahwa semua perempuan tidak teori-teori ini adalah persoalan keberagaman,
dikonstruksi secara setara. Bergantung kepada bahwa masyarakat bukanlah kenyataan yang
ras dan kelas, dan juga kecenderungan seksual, terberi (given) begitu saja, tetapi merupakan
usia, agama, pencapaian pendidikan, pekerjaan, konstruksi sosial. Oleh karena itu, untuk
status perkawinan, kondisi kesehatan, dan dapat mendekati multikulturalisme, perlu ada
sebagainya (Tong, 2010: 309). dekonstruksi mengenai persoalan ideologi,
Widodo (2013: 870) menjelaskan kekuasaan, marjinalisasi budaya, keadilan,
beberapa indikator diskriminasi gender, yakni (1) politik, ekonomi, permainan wacana,
Marjinalisasi, adalah penyingkiran yang terjadi emansipasi budaya, termasuk persoalan gender
pada perempuan di bidang ekonomi, sosial, yang mengitarinya.
budaya, politik maupun hukum (2) Subordinasi, Kajian multikulturalisme mulai
artinya penaklukan atau diposisikan setelah kaum memasukkan perspektif politik perbedaan
laki-laki (3) Stereotip negatif, yaitu pencitraan dengan tujuan untuk lebih memahami
negatif terhadap perempuan, seperti cengeng, perbedaan-perbedaan esensial di tingkat individu
penggoda, sumber kriminalitas, yang berujung dengan tujuan untuk dapat memberikan analisis
pada berbagai bentuk ketidakadilan terhadap fenomena konflik dengan baik (Walzer dalam
perempuan (4) Beban ganda, yaitu kesempatan Utomo, 2012: 124). Dalam perkembangannya,
perempuan untuk bekerja di luar rumah tidak feminisme dan multikulturalisme ini mulai
mengurangi kerjanya sebagai pekerja domestik menemukan titik temu sebab secara esensial
(5) Kekerasan terhadap perempuan, dapat permasalahan yang ada adalah logika universal
berupa kekerasan secara verba (kekerasan fisik) yang muncul berdasarkan satu standar budaya
maupun non-verbal (kekerasan secara psikis). mayoritas. Multikulturalisme secara filosofis
Melalui kerangka berpikir diskriminasi merupakan upaya kritik terhadap budaya
yang bersesuaian dengan pemikiran feminisme mayoritas yang mengopresif kelompok budaya
multikultural, tulisan ini mencoba mengkaji minoritas, yaitu pada saat kelompok budaya
bagaimana diskriminasi yang terjadi terhadap minoritas ini harus mengikuti aturan dari
beberapa perempuan dalam novel Scappa budaya mayoritas agar dapat diterima dalam
Per Amore (selanjutnya disebut SPA) karya sistem publik (Utomo, 2012: 125).
Dini Fitria dengan perspektif feminisme Feminisme multikultural memperma-
multikultural. salahkan ide, bahwa ketertindasan perempuan
itu “satu definisi”, artinya hanya dilihat
Feminisme Multikultural bahwa ketertindasan terhadap perempuan
Pemikiran feminis multikultural terjadi dalam masyarakat patriarkat. Padahal,
berhubungan dengan pemikiran multikultur, menurut feminisme multikutural ketertindasan
yaitu suatu ideologi yang mendukung perempuan berkaitan dengan ras, kelas,
keberagaman. Secara umum, multikultural preferensi seksual, umur, agama, pendidikan,
didefinisikan sebagai gerakan sosial intelektual kesempatan kerja, dan sebagainya. Perbedaan

34
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

ras, kelas, umur, agama, dan kesempatan kerja perbedaan dan menekankan pentingnya
di antara perempuan dapat menjadi pemicu penghargaan pada setiap kelompok yang
utama timbulnya konflik yang berkepanjangan mempunyai kultur yang berbeda. Para ahli
(Arivia, 2005: 14). Sejalan dengan hal tersebut, dari feminisme multikultural seperti Elizabeth
Tong (2010: 309) menjelaskan bahwa feminisme Spelman melihat pada perbedaan pengalaman
multikultural didasarkan pada pandangan penindasan yang dirasakan setiap perempuan
bahwa semua perempuan tidak dikonstruksi secara berbeda. Penindasan terhadap
secara setara. Bergantung kepada ras dan kelas, perempuan menurut feminisme multikultural
dan juga kecenderungan seksual, usia, agama, pada akhirnya harus dilihat secara keseluruhan
pencapaian pendidikan, pekerjaan, status dalam arti adanya “sistem keterkaitan” antara
perkawinan, kondisi kesehatan, dan sebagainya. elemen yang satu dengan elemen yang lain, hal
Feminisme multikultural lahir di ini dikarenakan bahwa penindasan perempuan
Amerika sebagai respon feminis kulit hitam akan berkaitan dengan peranan rasisme,
terhadap feminis kulit putih. Penyeragaman seksisme, kelasisme, dan etnisitas.
yang dikehendaki feminis tradisional, yang
dalam hal ini dominan direpresentasikan feminis Diskriminasi terhadap Beberapa
kulit putih, tidak memuaskan feminis kulit Perempuan dalam Perspektif Feminisme
hitam. Dengan kata lain, feminis kulit hitam Multikutural
memandang dunia perempuan dengan cara
yang berbeda dari apa yang dipahami feminis Diskriminasi Perempuan yang Berkaitan
kulit putih. Karena mereka berasal dari ras yang dengan Usia
berbeda, latar belakang budaya dan sejarah Dalam perjalanannya ke Eropa, Diva
yang berbeda. Perbedaan latar belakang budaya pertama kali mengunjungi Belanda. Di sana ia
dan sejarah inilah, kemudian, memunculkan bertemu dengan seorang perempuan bernama
pemahaman yang berbeda pula dalam kerangka Hakima yang berusia 20 tahun. Sejak balita ia
perjuangan membela kaum perempuan (Gafar, sudah tidak lagi melihat wajah ayahnya yang pergi
2012: 144). tanpa pesan. Saat usianya menginjak 17 tahun,
Feminis multikutural menyambut ibunya menikah kembali dengan seorang lelaki
perayaan atas perbedaan dari para pemikir paruh baya asli Belanda. Laki-laki yang menjadi
multikultural, dan menyayangkan bahwa ayah tirinya tersebut sangat menyayanginya,
teoris feminis tradisional seringkali gagal sampai-sampai selalu menyambangi kamarnya
membedakan antara kondisi perempuan kulit setiap malam. Suatu malam, ia diperkosa oleh
putih, kelas menengah, heteroseksual, Kristen ayah tirinya tersebut.
yang tinggal di Negara maju dan kaya, dengan
kondisi yang sangat berbeda dari perempuan lain “Malam itu aku sudah merasa mati
yang mempunyai latar belakang yang berbeda. sebelum nyawaku dicabut. Kamu tahu
apa rasanya dipaksa, Diva? Tidak sehelai
Dalam Inessential Woman: Problem of Exclusion of benang pun yang dapat kupertahankan di
Feminist Thought, Elizabeth Spelman berusaha tubuh ini! Tak sepatah kata pun yang bisa
menjelaskan alasan atas kegagalan ini. Dalam kuteriakkan untuk sekadar memberontak!
perkiraannya, teoris feminis tradisional salah Aku yang lemah ini, kian bertambah
sakit karena peristiwa laknat itu terjadi
jalan karena mereka berpikir bahwa mereka di rumahku sendiri ….. Hingga hari ini,
dapat mengatasi opresi terhadap perempuan, sakitnya masih bisa kurasakan sampai ke
dengan menyederahanakan pandangan atas ulu hati!” Malam nahas itu ternyata bukan
kesamaan perempuan terhadap laki-laki dan yang terakhir kali bagi Hakima. Masih ada
malam-malam jahanam berikutnya yang
kesamaan antarperempuan (Tong, 2010: 313). menambah perih penderitaan batinnya.
Arivia (2005: 133) juga menjelaskan Hampir setiap malam dia menerima
bahwa feminisme multikutural melihat prinsip ancaman yang sama, dan berulangkali pula

35
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

dia berusaha menutupi segala kelakuan yang selalu kalah dan berkorban ….. Aku
binal ayah tirinya….. Masa remajanya mendengar bahwa perempuan muda yang
tumpas begitu saja (Fitria, 2013: 5-6). dinikahi Papa telah melahirkan buah cinta
mereka (Fitria, 2013: 40-41).
Hakima menerima diskriminasi berupa
kekerasan fisik dan psikis dari ayah tirinya. Ibu Diva mendapatkan diskriminasi
Sebagai perempuan belia yang masih berusia berupa kekerasan psikis dari suaminya. Ia yang
17 tahun, Hakima tergolong sangat lemah karena usianya sudah tua, harus merelakan
untuk dapat mempertahankan dirinya dalam suaminya menikah lagi dengan perempuan
menghadapi lelaki paruh baya yang merupakan yang lebih muda. Perasaan rela dan mengalah
ayah tirinya. Ia tidak dapat melakukan yang justru membuatnya menjadi sakit-sakitan
perlawanan terhadap ayah tirinya sebab ia dan menderita. Suaminya yang sedang sangat
merasa sangat tidak berdaya. Terlebih ia selalu bergairah dalam hubungan seksual, tentu merasa
menerima ancaman setiap kali ia diperkosa tidak terpuaskan oleh istrinya yang sudah tidak
oleh ayah tirinya. Perkosaan berulangkali itu muda dan tidak bergairah lagi. Atas alasan inilah
membuatnya merasa remuk, menderita, dan dengan ditambah berbagai persoalan-persoalan
kehilangan harapan hidup. Melalui peristiwa ini, dalam rumah tangga lainnya yang menjadi
dapat dipahami bahwa Hakima didiskriminasi pemicu setiap pertengkaran mereka, sehingga
oleh ayah tirinya bukan hanya karena ia adalah suaminya memutuskan untuk menikah lagi
seorang perempuan, tetapi karena usianya yang dengan perempuan yang usianya lebih muda.
masih terbilang sangat muda. Ayah tirinya tentu Melalui peristiwa tersebut, dapat dipahami
merasa Hakima masih sangat muda untuk dapat bahwa si suami sebagai laki-laki atau kepala
melakukan perlawanan, sehingga ia berani rumah tangga, merasa dirinya lebih berkuasa
melakukan perbuatan bejatnya terhadap anak sehingga dapat berbuat semena-mena terhadap
dari wanita yang sudah dinikahinya itu. istrinya. Sedangkan si istri justru sebaliknya,
Diskriminasi tidak hanya terjadi karena ia selalu memosisikan diri sebagai orang yang
usia seseorang yang terbilang masih muda. Ibu salah dan mengalah. Si istri didiskriminasi oleh
Diva menjadi korban atas diskriminasi yang suaminya bukan hanya karena ia adalah seorang
disebabkan oleh usia yang justru memasuki perempuan yang, tetapi juga karena usianya
masa tua. Suaminya memutuskan untuk yang sudah tidak muda lagi, sehingga ia hanya
menikah lagi dengan perempuan yang lebih dapat menerima diskriminasi dari suaminya
muda. dengan perasaan menderita.
Saat berada di Prancis dan mengunjungi
Mama jadi sering sakit-sakitan. Gare de Lyon dengan mengendarai subway,
Kalau tidak maag akutnya yang kambuh, Diva mendapati peristiwa yang membuatnya
kepalanya yang sering pusing, atau asam tercengang. Dua orang gadis remaja dituduh
urat Mama yang membuatnya susah
berjalan. Seringkali Mama mengikat mencuri dan dipermalukan oleh dua orang
kepalanya dengan kacu Pramuka pemuda di tengah kerumunan penumpang
peninggalan kakakku; membungkus subway.
kakinya dengan kaus dan menciumi aroma
balsem yang menyengat hidungku. Semua “Bukan aku… Bukan aku…
itu dilakukan Mama untuk menahan rasa Lepaskan…!” Suara tangis melengking
pusing dan membuat kakinya terlindung mendadak terdengar di telingaku…..
dari dinginnya ubin….. Sungguh aku bisa Dua orang remaja perempuan berdandan
merasakan betapa beratnya perang batin ala Gypsi dengan wajah mirip artis-artis
yang Mama rasakan. Papa dan Mama sinetron blasteran Indonesia sedang
memang bagai langit dan bumi. Ibarat meratap penuh harap sambil mengiba.
batu Papa adalah orang yang sangat Kedua pergelangan tangan mereka
susah dilunakkan. Sementara Mama dipegang dua pemuda berbadan tegap
selalu memosisikan diri sebagai pihak

36
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

dan gagah, yang seolah siap menerkam “Lihat, pasangan muda yang
dengan sangat garang. “Kembalikan, bermesraan di samping kirimu, aku yakin
sebelum polisi menangkapmu.” “Tidak, nenek tua yang duduk di depan mereka itu
bukan kami yang melakukannya. Kami adalah target berikutnya.” Belum sempat
Cuma penumpang biasa.” Ratapan itu aku menyetujui apa yang dikatakan Aimee,
makin meninggi tatkala dua pria itu pintu subway terbuka, dua pasangan yang
menggertak mereka lebih keras dari tadinya duduk di samping kiriku dengan
sebelumnya….. “Pencuri sebenarnya mengumbar adegan-adegan mengundang
sudah kabur lebih dulu, gadis itu cuma syahway itu segera beranjak dari tempat
pancingan saja….. Itu trik murahan, Div. duduknya. Mereka mengikuti nenek
Aku sudah kenyang melihat ulah para tua yang ternyata juga sudah sampai di
pencopet yang merajalela di subway ini….. tujuannya. Aku melihat mereka turun
Jangan terkecoh, siapa tahu kedua pria di bersamaan. Langkah mereka seolah
depan kita ini juga bagian dari kawanan mengejar nenek tua berdandan glamor
mereka. Karena saat mereka beradu yang berjalan tertatih keluar subway.
argument tadi, banyak pencopet lain Benar saja, saat si perempuan membantu
yang sedang melakukan aksinya. Hanya pria itu turun, di saat yang sama si pria
sebagai pengalih perhatian.” ujar Aimee memasukkan jarinya ke dalam tas si
(Fitria, 2013: 164-165). nenek tua, dan mengambil sesuatu yang
tak bisa kutangkap jelas dengan mata
Kedua remaja perempuan dalam (Fitria, 2013: 166).
peristiwa di atas mendapatkan diskriminasi
dari dua pemuda yang menuduh mereka Seorang nenek yang sudah tua
mencuri. Mereka didiskriminasi secara psikis, mendapatkan diskriminasi dari orang-orang
dipermalukan di depan banyak penumpang di lingkungannya, yaitu sepasang kekasih yang
lain. Padahal mereka jelas-jelas tidak melakukan melakukan pencopetan terhadap dirinya. Selain
aksi pencopetan yang dituduhkan. Ini didukung karena ia adalah perempuan, nenek renta
oleh pernyataan Aimee yang mengungkapkan tersebut dianggap sudah semakin lemah dan
bahwa ia sudah sering menyaksikan adegan tidak kuat lagi, sehingga ia dianggap sebagai
serupa. Jika ditelisik, sebenarnya ada banyak sasaran yang tepat dan tidak mungkin melakukan
penumpang lain di dalam subway yang bisa saja perlawanan. Kenyataannya, pencopetan
menjadi tersangka dalam pencopetan, tetapi dua terhadap nenek tua tersebut memang dilakukan
orang remaja perempuan itu yang justru menjadi dengan begitu mudah, sama sekali tak ada
tertuduh oleh dua pemuda tersebut. Apalagi kesulitan. Melalui peristiwa di atas dapat
kedua pemuda tersebut tidak mengungkapkan dipahami betapa perempuan mendapatkan
bukti tuduhannya. Hal ini terjadi karena kedua diskriminasi dari lingkungannya bukan hanya
remaja tersebut adalah perempuan, sosok karena ia adalah perempuan, tetapi juga karena
yang dianggap lemah untuk dapat melakukan faktor usia yang sudah tua.
perlawanan. Terlebih usia mereka yang terbilang Terdapat keterkaitan antara perempuan
masih muda, sehingga kedua pemuda tersebut dengan usia tertentu. Hal ini menjadi tinjauan
berani melakukan tuduhan secara sepihak. feminisme multikulturalisme. Melalui novel SPA
Melalui peristiwa di atas, dapat dipahami bahwa ditunjukkan bahwa perempuan yang berusia
kedua remaja tersebut mengalami diskriminasi muda akan rentan mendapatkan diskriminasi
bukan hanya karena mereka adalah perempuan, dari orang-orang yang usianya lebih tua dan
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor usia yang kuat. Seorang bapak tiri dapat dengan begitu
masih muda. berani dan mudah memperkosa anaknya. Tidak
Tidak jauh berselang dari peristiwa hanya itu, dua orang gadis yang masih muda
tuduhan tersebut, peristiwa pencopetan kembali juga didiskriminasi oleh para pemuda yang
terjadi. Korbannya adalah seorang nenek yang lebih tua dan kuat. Perempuan yang berusia tua
sudah renta. pun tidak bisa lepas dari diskriminasi. Seorang
suami dapat mendiskriminasi istrinya yang

37
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

sudah tua dengan menikahi perempuan yang itu terhadapnya. Hakima didiskriminasi bukan
usianya lebih muda. Begitu pun dengan seorang hanya karena ia adalah perempuan, tetapi juga
nenek yang dianggap sudah renta dan tidak kerena persoalan agama.
kuat lagi, akan dengan mudahnya mendapatkan Saat berada di Jerman, Diva diajak oleh
diskriminasi dari para pemuda yang merasa Carla ke suatu mushala kecil. Di sana ia bertemu
dirinya masih kuat. dengan Baiyah, seorang perempuan Jerman
beragama Islam. Baiyah yang sebelum memeluk
Diskriminasi Perempuan yang Berkaitan agama Islam bernama Michaela adalah pendiri
dengan Agama dan penggerak komunitas Muslim Jerman. Ia
Hakima, perempuan yang ditemui mengalami diskriminasi sejak memeluk Islam.
Diva pertama kalinya di Belanda menemukan
hidayah dengan menjadi mualaf setelah Rupanya, Baiyah juga salah
satu korban dari ketidakbebasan itu.
peristiwa bunuh dirinya di rel kereta. Percobaan Sebenarnya ia ingin sekali mengenakan
bunuh diri itu ia lakukan setelah lari dari rumah jilbab sejak pertama kalinya mengucap
karena diperkosa berkali-kali oleh ayah tirinya. kalimat syahadat. Tapi, faktor keluarga
Dua orang perempuan yang menggagalkan dan lingkungan yang tidak mendukung,
membuat dia mengurungkan niat (Fitria,
upaya bunuh dirinyalah yang membuatnya 2013: 70).
memutuskan untuk memeluk Islam. Setelah
gagal bunuh diri dan menjadi mualaf, Hakima Baiyah mengalami diskriminasi dari
tidak pernah pulang ke rumah. Suatu saat, tak keluarga maupun lingkungannya. Padahal
sengaja ia bertemu dengan ibunya. sebelum menjadi mualaf, ia tidak mengalami
kekerasan psikis seperti yang dialaminya setelah
Tanpa sengaja Hakima bertemu memeluk Islam. Ia tidak dapat menentukan
dengan ibunya di toko Maroko yang ia
jaga, dan di sanalah rasa sakit itu kembali kebebasannya sendiri untuk mengenakan jilbab
terasa. Sang ibu tak terima dengan lantaran mendapat larangan dari keluarga
perubahan Hakima, dan dengan paksa maupun lingkungannya, sehingga Baiyah hanya
memintanya menanggalkan jilbabnya, dapat mengenakan jilbab jika ia mengikuti
merobek baju yang dikenakannya, dan
menyuruh gadis malang itu untuk kembali rutininitas siraman ruhani bersama komunitas
pulang. Ibunya tak rela melihat darah Islam di Berlin, Jerman. Dapat dipahami bahwa
dagingnya berjalan ke arah yang berbeda Baiyah sebagai perempuan mendapatkan
dengannya. Baginya Hakima sudah salah diskriminasi karena berkaitan dengan persoalan
jalan (Fitria, 2013: 9).
agama.
Hakima mendapatkan diskriminasi Tidak jauh berbeda dengan yang dialami
berupa kekerasan psikis dari orang di sekitarnya, oleh Baiyah, di belahan dunia lain, tepatnya di
yakni ibunya sendiri. Persoalan feminisme bukan Prancis, Diva juga bertemu dengan seorang
hanya menyangkut perlakuan laki-laki terhadap perempuan mualaf yang mengalami diskriminasi
perempuan, tetapi juga menyangkut bagaimana karena agama. Perempuan itu bernama Karima.
perlakuan perempuan terhadap perempuan. Karena memeluk Islam dan mengenakan burqa,
Karena keputusannya memeluk Islam dan ia hampir tidak berani menunjukkan dirinya di
mengenakan jilbab, ibunya tega menanggalkan depan umum.
jilbab milik Hakima dan merobek baju yang “Istri saya menunggu di dalam
Hakima kenakan. Melalui peristiwa tersebut, mobil. Kami parkir di pinggir Sungai
dapat dipahami bahwa Hakima didiskriminasi Seine. Sebaiknya kita cepat pergi dari
oleh orang di sekitarnya karena persoalan agama. sini. Supaya tidak ada yang melihat istri
Jika Hakima tidak memutuskan untuk memeluk saya dan melaporkannya ke polisi.” …..
Suasana kekeluargaan di antara kami
Islam, ibunya tentu tidak akan sesemena-mena pun langsung terasa, walaupun harus

38
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

menikmati malam dengan takut dan Semenjak Elise memutuskan untuk


bersembunyi ….. “Aku ikut prihatin memeluk Islam dan mengenakan kerudung,
dengan ketidakbebasanmu memakai Elise lantas mendapatkan diskriminasi dari
burqa.” “Ya, aku juga menangisi soal
itu di setiap shalatku. Beginilah keadilan lingkungan, termasuk keluarga, teman,
di negara yang katanya mendukung bahkan kekasihnya. Jika sebelumnya ia tidak
kebebasan berekspresi.” (Fitria, 2013: memutuskan untuk menjadi mualaf, ia tentu
152, 154, 158). tidak akan mengalami diskriminasi. Melalui
kutipan di atas, dapat dipahami bahwa Elise
Karima mengalami diskriminasi berupa mendapatkan diskriminasi dari keluarga
marginalisasi dari negaranya sejak ia masuk maupun lingkungannya karena persoalan
Islam dan mengenakan burqa, sejenis cadar yang agama. Dengan kata lain, karena persoalan
penutup matanya didesain seperti jaring agar agama sehingga Elise disingkirkan begitu saja
pemakainya tetap dapat melihat. Prancis sebagai di lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.
Negara sekular memang melarang pemakaian Semua diskriminasi perempuan yang
simbol keagamaan terhadap warganya. Dapat berkaitan dengan persoalan agama yang
dilihat pada kutipan di atas betapa memakai secara khusus Islam merupakan merupakan
pakaian yang menyiratkan simbol keagamaan masalah umum yang terjadi di belahan dunia
menjadi hal yang menakutkan bagi warga Eropa, termasuk Amerika. Pada novel SPA
Prancis. Jika Karima tidak mengenakan burqa yang berlatar beberapa Negara di Eropa,
atau apapun yang bersimbol agama, ia tentu diskriminasi terhadap perempuan karena agama
tidak akan mengalami perasaan takut sebagai (Islam) terjadi karena adanya Islamophobia,
manifestasi diskriminasi terhadap dirinya. adanya rasa takut terhadap segala sesuatu
Melalui kutipan tersebut dapat dipahami yang berhubungan dengan Islam. Munculnya
bahwa Karima mengalami diskriminasi karena Islamophobia ini karena beberapa peristiwa
persoalan agama. teror bom yang berkaitan dengan segelintir
Masih di Prancis, Diva bertemu kembali orang Islam yang memiliki pemikiran radikal dan
dengan seorang perempuan mualaf bernama menyimpang terhadap sesama umat manusia.
Elise. Meski tidak mengenakan burqa seperti Padahal dalam ajaran Islam sendiri tidak pernah
Karima, ia tetap saja mendapatkan diskriminasi sedikit pun membenarkan penghilangan nyawa
karena kerudung yang dipakainya. Sama halnya orang lain karena perbedaan akidah. Maka
seperti Karima yang juga didiskriminasi oleh perlu adanya dekonstruksi terhadap ideologi
lingkungannya. yang mendiskriminasikan Islam. Selain itu,
“Keluargamu belum menyetujui yang menyebabkan terjadinya diskriminasi
keislamanmu sampai sekarang?” terhadap Islam di Eropa adalah keberadaannya
“Bukan hanya mereka, Div. sejak aku sebagai yang minoritas. Kebudayaan mayoritas
mengakui bahwa aku sudah bersyahadat, cenderung lebih diterima dibanding budaya
semua orang pergi meninggalkanku. minoritas. Sebagaimana prinsip feminisme
Keluarga, teman, pacar, bahkan aku
nyaris kehilangan pekerjaan ….. multikultural yang mengedepankan aspek
“Tempat kerjamu belum mengizinkan?” keberagaman, secara filosofis merupakan
“Belum, selama bertugas aku dilarang upaya kritik terhadap budaya mayoritas yang
mengenakannya, kecuali kalau sudah mengopresif kelompok budaya minoritas, yaitu
jam istrahat.” ….. Orangtuanya lebih
memilih tetap memelihara dua anjing pada saat kelompok budaya minoritas ini harus
kesayangan keluarga mereka yang sudah mengikuti aturan dari budaya mayoritas agar
menemaninya sejak kecil, daripada dapat diterima dalam sistem publik
mempertahankan anaknya yang sudah
masuk Islam (Fitria, 2013: 173, 176).

39
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

Diskriminasi Perempuan yang Berkaitan mengalami diskriminasi bukan hanya karena ia


dengan Suku adalah seorang perempuan, tetapi juga karena
Perjalanan Diva berkeliling Eropa persoalan suku.
dengan agenda meliput Islam untuk program
acara Ramadhan merupakan perjalanan yang Diskriminasi Perempuan yang Berkaitan
ia rangkaikan dengan upayanya untuk lari dari dengan Status Anak
bayang-bayang cintanya yang telah berakhir. Ia Malika, gadis yang ditemui Diva di
sebagai protagonis dalam kisah, juga tidak bisa Belanda, sejak kecil ia sudah dipungut dan
lepas dari bentuk diskriminasi. Ia didiskriminasi dipelihara oleh kakek dan neneknya. Ia hidup
oleh ibu dan keluarga dari mantan kekasihnya. sangat berkecukupan dan bergelimangan kasih
sayang dari kakek dan neneknya. Hingga suatu
Aku harus punya sikap dan tidak saat, ia harus menerima kenyataan kakeknya
boleh tergoda untuk membalas segala berpulang ke hadapan Tuhan. Ia menjadi haus
rayuan gombal laki-laki yang tega menukar
impianku dengan ketidaktegasannya. akan kasih sayang, dekat dengan laki-laki yang
Aku tidak ingin menyalahkan keadaan mengenalkannya pada narkoba, dan menjadi
lagi. Tidak juga dendam dengan prinsip rusak karenanya. Neneknya menjadi jatuh sakit
ibunya, yang tidak mau kehilangan marga karena kelakukannya. Keluarganya pun semakin
jika anaknya menikah dengan perempuan
berdarah Minang. “Batak, ya, harus murka kepadanya.
menikah dengan Batak. Bukan ibuku
saja yang tidak menyetujui, Div. Semua Sakit dan pahit! Pengakuan Bibi
keluarga besar juga menentang, termasuk yang muntab ketika menengok nenek di
opungku.” Masih jelas terngiang kata- rumah sakit yang membuatku terhenyak
katanya di sore yang sendu itu. Akhir yang kaget, “Beginikah caramu berterima
buruk dari kisah yang penuh pengharapan. kasih kepada orang yang memungut
Kini sisa cinta itu telah menjadi virus dan memeliharamu?” Tatapan tajam
yang selalu siap menjangkiti hatiku bila keluarga ibu, kata-kata penuh dendam
melemah karena semua kenangan yang ibu, dan keadaan nenek yang terkulai
ditinggalkan (Fitria, 2013: 170-171). lemah tak berdaya, telah mengoyakkan
segala rasa dan egoku ….. “…dan jangan
Diva mengalami diskriminasi berupa lagi kamu panggil aku ibu!” Seketika itu
aku menoleh dan tiba-tiba saja sebuah
kekerasan secara psikis dari keluarga mantan pukulan keras menghantam pipiku,
kekasihnya karena persoalan suku. Ia yang hingga mulutku berdarah. Tamparan
berdarah Minang, tidak mendapatkan itu berasal dari tangan perempuan yang
persetujuan dari keluarga mantan kekasihnya selama ini kupanggil ibu ….. Sejak saat
itu aku tak lagi tinggal di rumah nenek,
untuk dinikahi oleh kekasihnya yang berdarah bahkan semua barang-barangku sudah
Batak. Menurut keluarga mantan kekasihnya, tergeletak di depan pintu saat aku baru
orang yang berdarah Batak harus menikah saja pulang dari rumah sakit (Fitria, 2013:
dengan yang berdarah Batak juga. Diva 23-24).
didiskriminasi karena persoalan sukunya yang
Minang. Sebagai keluarga dari pihak lelaki, Malika menjadi korban diskriminasi
keluarga mantan kekasihnya itu tentu merasa berupa kekerasan secara fisik dan psikis yang
berhak untuk memutuskan akan melamar disebabkan oleh statusnya sebagai anak angkat.
siapa. Diva sebagai seorang perempuan, Rasa sakit hati yang teramat sangat ia rasakan
hanya dapat menerima keputusan itu meski ketika mengetahui bahwa ternyata selama ini ia
dengan perasaan sakit. Jika ia juga berdarah adalah anak angkat. Terlebih sesaat kemudian ia
Batak, tentu saja ia tidak akan mendapatkan menerima tamparan, caci maki, dan pengusiran
diskriminasi dari keluarga mantan kekasihnya dari keluarga yang telah mengangkatnya sebagai
tersebut. Sehingga dapat dipahami bahwa Diva anak. Jika ia berstatus sebagai anak kandung dari
keluarga yang telah membesarkannya selama

40
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016

ini, tentu ia tidak akan mendapatkan perlakuan setara. Bergantung kepada ras dan kelas, dan
intimidasi seperti itu. Dia sebagai anak juga kecenderungan seksual, usia, agama,
perempuan yang diangkat anak oleh keluarganya pencapaian pendidikan, pekerjaan, status
hanya bisa menerima dengan pasrah perlakuan perkawinan, kondisi kesehatan, dan sebagainya.
keluarganya tersebut terhadapnya. Melalui Paham feminis multikultural yang
kutipan di atas, dapat dipahami bahwa Malika menekankan pada aspek multikultur, sangat
mendapatkan diskriminasi dari keluarganya menjunjung tinggi keberagaman, sehingga
karena dipengaruhi oleh faktor statusnya semestinya tidak ada diskriminasi terhadap
sebagai anak angkat. perempuan yang berusia berapapun, beragama
apapun, bersuku apapun, berstatus anak apapun,
Kesimpulan dan sebagainya. Semuanya harus diperlakukan
Perjalanan Diva mengitari benua Eropa secara setara dan harus mendapatkan
membuatnya bertemu dan mengenal beberapa penghargaan yang sama. Sebagaimana prinsip
perempuan yang menjalani hidupnya dengan cara feminisme multikultural yang mengedepankan
yang berbeda-beda. Meski hidup di zaman yang aspek keberagaman, bahwa secara filosofis
telah memberikan banyak kebebasan kepada merupakan upaya kritik terhadap budaya
perempuan, namun perempuan-perempuan mayoritas yang mengopresi kelompok budaya
dalam novel SPA tidak sepenuhnya benar- minoritas, yaitu pada saat kelompok budaya
benar bebas. Banyak hal yang mempengaruhi minoritas ini harus mengikuti aturan dari
ketidakbebasan mereka. Para remaja berusia budaya mayoritas agar dapat diterima dalam
belia yang didiskriminasi oleh orang-orang yang sistem publik.
lebih tua, ibu berusia tua yang didiskriminasi
oleh suami yang memilih menikahi perempuan Daftar Pustaka
yang lebih muda, nenek tua yang didiskriminasi Arivia, Gadis. 2005. Filsafat Berperspektif Feminis.
oleh para pemuda yang lebih kuat, perempuan- Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.
perempuan yang didiskriminasi karena memeluk Fitria, Dini. 2013. Scappa per Amore. Jakarta:
Islam dan mengenakan kerudung, perempuan NouraBooks
yang didiskriminasi karena suku yang berbeda, Gafar, Irpan Abdul. 2012. “Menanamkan
dan perempuan yang didiskriminasi karena Kesadaran Feminisme Multikultural
statusnya sebagai anak angkat. dalam Pembelajaran Siswa”. dalam
Terdapat keterkaitan antara perempuan Jurnal Musawa volume 4 nomor 2,
dengan usia yang muda atau tua, perempuan Desember 2012.
dengan agama Islam di Eropa, perempuan Tong, Rosemarie Putnam. 2010. Feminist Thought:
dengan suku tertentu, dan perempuan dengan Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus
status anak angkat. Perempuan dalam novel Utama Pemikiran Feminis. (Terjemahan
SPA mendapatkan diskriminasi dari keluarga Aquarini Priyatna Prabasmoro).
maupun lingkungannya dan diskriminasi Yogyakarta: Jalasutra.
yang mereka rasakan tidak sama, bergantung Utomo, Haryo Ksatrio. 2012. “Persamaan,
pada penyebab diskriminasi seperti persoalan Perbedaan, dan Feminisme: Studi Kasus
usia, agama, suku, dan status anak. Dengan Konflik Sampang Madura”. dalam
kata lain, beberapa perempuan dalam novel Jurnal Makara, Sosial Humaniora volume
SPA didiskriminasi bukan hanya karena 16 nomor 2, Desember 2012.
persoalan mereka adalah perempuan, tetapi Widodo, Agus. 2013. “Peran Banco De La Mujer
juga dipengaruhi oleh faktor usia, agama, sebagai Institusi Sosial dalam Mengatasi
suku, dan status anak. Hal ini sejalan dengan Diskriminasi Gender di Venezuela”.
pandangan feminisme multikultural, bahwa dalam eJurnal Ilmu Hubungan Internasional
semua perempuan tidak dikonstruksi secara volume 1 nomor 3, 2013.

41

Anda mungkin juga menyukai