1, Juli 2016
Mustika
Sastra Indonesia FIB UHO
Email: mustika.fib@gmail.com
Abstrak
Diva, tokoh utama dalam novel Scappa per Amore karya Dini Fitria melakukan perjalanan ke
berbagai Negara di Eropa. Dari petualangannya, ia bertemu dengan beberapa perempuan yang
mendapatkan diskriminasi dari laki-laki maupun lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat diskriminasi terhadap beberapa perempuan dalam novel tersebut dengan tinjauan feminisme
multikultural. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa beberapa perempuan dalam novel SPA
didiskriminasi bukan hanya karena persoalan mereka adalah perempuan, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor usia, agama, suku, dan status anak. Paham feminisme multikultural yang menekankan aspek
multikultur, sangat menjunjung tinggi keberagaman. Semestinya tidak ada diskriminasi terhadap
perempuan yang berusia berapapun, beragama apapun, bersuku apapun, dan berstatus apapun.
Semuanya harus diperlakukan secara setara dan harus mendapatkan penghargaan yang sama.
Kata Kunci: diskriminasi, perempuan, feminisme multikultural, novel
Abstract
Diva is the main character in novel Scappa per Amore which is written by Dini Fitria. In the story, Diva
travels to European countries and meets other female characters who experience patriarchal and social discrimination.
This research tries to describe the discrimination which is experienced by female characters by using multicultural
feminism approach. The novel indicates that the female characters in the novel are not only marginalized due to their
gender, but also their age, religion, race, and the legal status of the children. Multicultural feminism approach focuses on
multicultural aspects that respect diversities. This research believes that discrimination toward women could be avoided,
because women need to be treated equally.
Keywords: discrimination, female, multicultural feminism, novel
33
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
34
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
ras, kelas, umur, agama, dan kesempatan kerja perbedaan dan menekankan pentingnya
di antara perempuan dapat menjadi pemicu penghargaan pada setiap kelompok yang
utama timbulnya konflik yang berkepanjangan mempunyai kultur yang berbeda. Para ahli
(Arivia, 2005: 14). Sejalan dengan hal tersebut, dari feminisme multikultural seperti Elizabeth
Tong (2010: 309) menjelaskan bahwa feminisme Spelman melihat pada perbedaan pengalaman
multikultural didasarkan pada pandangan penindasan yang dirasakan setiap perempuan
bahwa semua perempuan tidak dikonstruksi secara berbeda. Penindasan terhadap
secara setara. Bergantung kepada ras dan kelas, perempuan menurut feminisme multikultural
dan juga kecenderungan seksual, usia, agama, pada akhirnya harus dilihat secara keseluruhan
pencapaian pendidikan, pekerjaan, status dalam arti adanya “sistem keterkaitan” antara
perkawinan, kondisi kesehatan, dan sebagainya. elemen yang satu dengan elemen yang lain, hal
Feminisme multikultural lahir di ini dikarenakan bahwa penindasan perempuan
Amerika sebagai respon feminis kulit hitam akan berkaitan dengan peranan rasisme,
terhadap feminis kulit putih. Penyeragaman seksisme, kelasisme, dan etnisitas.
yang dikehendaki feminis tradisional, yang
dalam hal ini dominan direpresentasikan feminis Diskriminasi terhadap Beberapa
kulit putih, tidak memuaskan feminis kulit Perempuan dalam Perspektif Feminisme
hitam. Dengan kata lain, feminis kulit hitam Multikutural
memandang dunia perempuan dengan cara
yang berbeda dari apa yang dipahami feminis Diskriminasi Perempuan yang Berkaitan
kulit putih. Karena mereka berasal dari ras yang dengan Usia
berbeda, latar belakang budaya dan sejarah Dalam perjalanannya ke Eropa, Diva
yang berbeda. Perbedaan latar belakang budaya pertama kali mengunjungi Belanda. Di sana ia
dan sejarah inilah, kemudian, memunculkan bertemu dengan seorang perempuan bernama
pemahaman yang berbeda pula dalam kerangka Hakima yang berusia 20 tahun. Sejak balita ia
perjuangan membela kaum perempuan (Gafar, sudah tidak lagi melihat wajah ayahnya yang pergi
2012: 144). tanpa pesan. Saat usianya menginjak 17 tahun,
Feminis multikutural menyambut ibunya menikah kembali dengan seorang lelaki
perayaan atas perbedaan dari para pemikir paruh baya asli Belanda. Laki-laki yang menjadi
multikultural, dan menyayangkan bahwa ayah tirinya tersebut sangat menyayanginya,
teoris feminis tradisional seringkali gagal sampai-sampai selalu menyambangi kamarnya
membedakan antara kondisi perempuan kulit setiap malam. Suatu malam, ia diperkosa oleh
putih, kelas menengah, heteroseksual, Kristen ayah tirinya tersebut.
yang tinggal di Negara maju dan kaya, dengan
kondisi yang sangat berbeda dari perempuan lain “Malam itu aku sudah merasa mati
yang mempunyai latar belakang yang berbeda. sebelum nyawaku dicabut. Kamu tahu
apa rasanya dipaksa, Diva? Tidak sehelai
Dalam Inessential Woman: Problem of Exclusion of benang pun yang dapat kupertahankan di
Feminist Thought, Elizabeth Spelman berusaha tubuh ini! Tak sepatah kata pun yang bisa
menjelaskan alasan atas kegagalan ini. Dalam kuteriakkan untuk sekadar memberontak!
perkiraannya, teoris feminis tradisional salah Aku yang lemah ini, kian bertambah
sakit karena peristiwa laknat itu terjadi
jalan karena mereka berpikir bahwa mereka di rumahku sendiri ….. Hingga hari ini,
dapat mengatasi opresi terhadap perempuan, sakitnya masih bisa kurasakan sampai ke
dengan menyederahanakan pandangan atas ulu hati!” Malam nahas itu ternyata bukan
kesamaan perempuan terhadap laki-laki dan yang terakhir kali bagi Hakima. Masih ada
malam-malam jahanam berikutnya yang
kesamaan antarperempuan (Tong, 2010: 313). menambah perih penderitaan batinnya.
Arivia (2005: 133) juga menjelaskan Hampir setiap malam dia menerima
bahwa feminisme multikutural melihat prinsip ancaman yang sama, dan berulangkali pula
35
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
dia berusaha menutupi segala kelakuan yang selalu kalah dan berkorban ….. Aku
binal ayah tirinya….. Masa remajanya mendengar bahwa perempuan muda yang
tumpas begitu saja (Fitria, 2013: 5-6). dinikahi Papa telah melahirkan buah cinta
mereka (Fitria, 2013: 40-41).
Hakima menerima diskriminasi berupa
kekerasan fisik dan psikis dari ayah tirinya. Ibu Diva mendapatkan diskriminasi
Sebagai perempuan belia yang masih berusia berupa kekerasan psikis dari suaminya. Ia yang
17 tahun, Hakima tergolong sangat lemah karena usianya sudah tua, harus merelakan
untuk dapat mempertahankan dirinya dalam suaminya menikah lagi dengan perempuan
menghadapi lelaki paruh baya yang merupakan yang lebih muda. Perasaan rela dan mengalah
ayah tirinya. Ia tidak dapat melakukan yang justru membuatnya menjadi sakit-sakitan
perlawanan terhadap ayah tirinya sebab ia dan menderita. Suaminya yang sedang sangat
merasa sangat tidak berdaya. Terlebih ia selalu bergairah dalam hubungan seksual, tentu merasa
menerima ancaman setiap kali ia diperkosa tidak terpuaskan oleh istrinya yang sudah tidak
oleh ayah tirinya. Perkosaan berulangkali itu muda dan tidak bergairah lagi. Atas alasan inilah
membuatnya merasa remuk, menderita, dan dengan ditambah berbagai persoalan-persoalan
kehilangan harapan hidup. Melalui peristiwa ini, dalam rumah tangga lainnya yang menjadi
dapat dipahami bahwa Hakima didiskriminasi pemicu setiap pertengkaran mereka, sehingga
oleh ayah tirinya bukan hanya karena ia adalah suaminya memutuskan untuk menikah lagi
seorang perempuan, tetapi karena usianya yang dengan perempuan yang usianya lebih muda.
masih terbilang sangat muda. Ayah tirinya tentu Melalui peristiwa tersebut, dapat dipahami
merasa Hakima masih sangat muda untuk dapat bahwa si suami sebagai laki-laki atau kepala
melakukan perlawanan, sehingga ia berani rumah tangga, merasa dirinya lebih berkuasa
melakukan perbuatan bejatnya terhadap anak sehingga dapat berbuat semena-mena terhadap
dari wanita yang sudah dinikahinya itu. istrinya. Sedangkan si istri justru sebaliknya,
Diskriminasi tidak hanya terjadi karena ia selalu memosisikan diri sebagai orang yang
usia seseorang yang terbilang masih muda. Ibu salah dan mengalah. Si istri didiskriminasi oleh
Diva menjadi korban atas diskriminasi yang suaminya bukan hanya karena ia adalah seorang
disebabkan oleh usia yang justru memasuki perempuan yang, tetapi juga karena usianya
masa tua. Suaminya memutuskan untuk yang sudah tidak muda lagi, sehingga ia hanya
menikah lagi dengan perempuan yang lebih dapat menerima diskriminasi dari suaminya
muda. dengan perasaan menderita.
Saat berada di Prancis dan mengunjungi
Mama jadi sering sakit-sakitan. Gare de Lyon dengan mengendarai subway,
Kalau tidak maag akutnya yang kambuh, Diva mendapati peristiwa yang membuatnya
kepalanya yang sering pusing, atau asam tercengang. Dua orang gadis remaja dituduh
urat Mama yang membuatnya susah
berjalan. Seringkali Mama mengikat mencuri dan dipermalukan oleh dua orang
kepalanya dengan kacu Pramuka pemuda di tengah kerumunan penumpang
peninggalan kakakku; membungkus subway.
kakinya dengan kaus dan menciumi aroma
balsem yang menyengat hidungku. Semua “Bukan aku… Bukan aku…
itu dilakukan Mama untuk menahan rasa Lepaskan…!” Suara tangis melengking
pusing dan membuat kakinya terlindung mendadak terdengar di telingaku…..
dari dinginnya ubin….. Sungguh aku bisa Dua orang remaja perempuan berdandan
merasakan betapa beratnya perang batin ala Gypsi dengan wajah mirip artis-artis
yang Mama rasakan. Papa dan Mama sinetron blasteran Indonesia sedang
memang bagai langit dan bumi. Ibarat meratap penuh harap sambil mengiba.
batu Papa adalah orang yang sangat Kedua pergelangan tangan mereka
susah dilunakkan. Sementara Mama dipegang dua pemuda berbadan tegap
selalu memosisikan diri sebagai pihak
36
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
dan gagah, yang seolah siap menerkam “Lihat, pasangan muda yang
dengan sangat garang. “Kembalikan, bermesraan di samping kirimu, aku yakin
sebelum polisi menangkapmu.” “Tidak, nenek tua yang duduk di depan mereka itu
bukan kami yang melakukannya. Kami adalah target berikutnya.” Belum sempat
Cuma penumpang biasa.” Ratapan itu aku menyetujui apa yang dikatakan Aimee,
makin meninggi tatkala dua pria itu pintu subway terbuka, dua pasangan yang
menggertak mereka lebih keras dari tadinya duduk di samping kiriku dengan
sebelumnya….. “Pencuri sebenarnya mengumbar adegan-adegan mengundang
sudah kabur lebih dulu, gadis itu cuma syahway itu segera beranjak dari tempat
pancingan saja….. Itu trik murahan, Div. duduknya. Mereka mengikuti nenek
Aku sudah kenyang melihat ulah para tua yang ternyata juga sudah sampai di
pencopet yang merajalela di subway ini….. tujuannya. Aku melihat mereka turun
Jangan terkecoh, siapa tahu kedua pria di bersamaan. Langkah mereka seolah
depan kita ini juga bagian dari kawanan mengejar nenek tua berdandan glamor
mereka. Karena saat mereka beradu yang berjalan tertatih keluar subway.
argument tadi, banyak pencopet lain Benar saja, saat si perempuan membantu
yang sedang melakukan aksinya. Hanya pria itu turun, di saat yang sama si pria
sebagai pengalih perhatian.” ujar Aimee memasukkan jarinya ke dalam tas si
(Fitria, 2013: 164-165). nenek tua, dan mengambil sesuatu yang
tak bisa kutangkap jelas dengan mata
Kedua remaja perempuan dalam (Fitria, 2013: 166).
peristiwa di atas mendapatkan diskriminasi
dari dua pemuda yang menuduh mereka Seorang nenek yang sudah tua
mencuri. Mereka didiskriminasi secara psikis, mendapatkan diskriminasi dari orang-orang
dipermalukan di depan banyak penumpang di lingkungannya, yaitu sepasang kekasih yang
lain. Padahal mereka jelas-jelas tidak melakukan melakukan pencopetan terhadap dirinya. Selain
aksi pencopetan yang dituduhkan. Ini didukung karena ia adalah perempuan, nenek renta
oleh pernyataan Aimee yang mengungkapkan tersebut dianggap sudah semakin lemah dan
bahwa ia sudah sering menyaksikan adegan tidak kuat lagi, sehingga ia dianggap sebagai
serupa. Jika ditelisik, sebenarnya ada banyak sasaran yang tepat dan tidak mungkin melakukan
penumpang lain di dalam subway yang bisa saja perlawanan. Kenyataannya, pencopetan
menjadi tersangka dalam pencopetan, tetapi dua terhadap nenek tua tersebut memang dilakukan
orang remaja perempuan itu yang justru menjadi dengan begitu mudah, sama sekali tak ada
tertuduh oleh dua pemuda tersebut. Apalagi kesulitan. Melalui peristiwa di atas dapat
kedua pemuda tersebut tidak mengungkapkan dipahami betapa perempuan mendapatkan
bukti tuduhannya. Hal ini terjadi karena kedua diskriminasi dari lingkungannya bukan hanya
remaja tersebut adalah perempuan, sosok karena ia adalah perempuan, tetapi juga karena
yang dianggap lemah untuk dapat melakukan faktor usia yang sudah tua.
perlawanan. Terlebih usia mereka yang terbilang Terdapat keterkaitan antara perempuan
masih muda, sehingga kedua pemuda tersebut dengan usia tertentu. Hal ini menjadi tinjauan
berani melakukan tuduhan secara sepihak. feminisme multikulturalisme. Melalui novel SPA
Melalui peristiwa di atas, dapat dipahami bahwa ditunjukkan bahwa perempuan yang berusia
kedua remaja tersebut mengalami diskriminasi muda akan rentan mendapatkan diskriminasi
bukan hanya karena mereka adalah perempuan, dari orang-orang yang usianya lebih tua dan
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor usia yang kuat. Seorang bapak tiri dapat dengan begitu
masih muda. berani dan mudah memperkosa anaknya. Tidak
Tidak jauh berselang dari peristiwa hanya itu, dua orang gadis yang masih muda
tuduhan tersebut, peristiwa pencopetan kembali juga didiskriminasi oleh para pemuda yang
terjadi. Korbannya adalah seorang nenek yang lebih tua dan kuat. Perempuan yang berusia tua
sudah renta. pun tidak bisa lepas dari diskriminasi. Seorang
suami dapat mendiskriminasi istrinya yang
37
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
sudah tua dengan menikahi perempuan yang itu terhadapnya. Hakima didiskriminasi bukan
usianya lebih muda. Begitu pun dengan seorang hanya karena ia adalah perempuan, tetapi juga
nenek yang dianggap sudah renta dan tidak kerena persoalan agama.
kuat lagi, akan dengan mudahnya mendapatkan Saat berada di Jerman, Diva diajak oleh
diskriminasi dari para pemuda yang merasa Carla ke suatu mushala kecil. Di sana ia bertemu
dirinya masih kuat. dengan Baiyah, seorang perempuan Jerman
beragama Islam. Baiyah yang sebelum memeluk
Diskriminasi Perempuan yang Berkaitan agama Islam bernama Michaela adalah pendiri
dengan Agama dan penggerak komunitas Muslim Jerman. Ia
Hakima, perempuan yang ditemui mengalami diskriminasi sejak memeluk Islam.
Diva pertama kalinya di Belanda menemukan
hidayah dengan menjadi mualaf setelah Rupanya, Baiyah juga salah
satu korban dari ketidakbebasan itu.
peristiwa bunuh dirinya di rel kereta. Percobaan Sebenarnya ia ingin sekali mengenakan
bunuh diri itu ia lakukan setelah lari dari rumah jilbab sejak pertama kalinya mengucap
karena diperkosa berkali-kali oleh ayah tirinya. kalimat syahadat. Tapi, faktor keluarga
Dua orang perempuan yang menggagalkan dan lingkungan yang tidak mendukung,
membuat dia mengurungkan niat (Fitria,
upaya bunuh dirinyalah yang membuatnya 2013: 70).
memutuskan untuk memeluk Islam. Setelah
gagal bunuh diri dan menjadi mualaf, Hakima Baiyah mengalami diskriminasi dari
tidak pernah pulang ke rumah. Suatu saat, tak keluarga maupun lingkungannya. Padahal
sengaja ia bertemu dengan ibunya. sebelum menjadi mualaf, ia tidak mengalami
kekerasan psikis seperti yang dialaminya setelah
Tanpa sengaja Hakima bertemu memeluk Islam. Ia tidak dapat menentukan
dengan ibunya di toko Maroko yang ia
jaga, dan di sanalah rasa sakit itu kembali kebebasannya sendiri untuk mengenakan jilbab
terasa. Sang ibu tak terima dengan lantaran mendapat larangan dari keluarga
perubahan Hakima, dan dengan paksa maupun lingkungannya, sehingga Baiyah hanya
memintanya menanggalkan jilbabnya, dapat mengenakan jilbab jika ia mengikuti
merobek baju yang dikenakannya, dan
menyuruh gadis malang itu untuk kembali rutininitas siraman ruhani bersama komunitas
pulang. Ibunya tak rela melihat darah Islam di Berlin, Jerman. Dapat dipahami bahwa
dagingnya berjalan ke arah yang berbeda Baiyah sebagai perempuan mendapatkan
dengannya. Baginya Hakima sudah salah diskriminasi karena berkaitan dengan persoalan
jalan (Fitria, 2013: 9).
agama.
Hakima mendapatkan diskriminasi Tidak jauh berbeda dengan yang dialami
berupa kekerasan psikis dari orang di sekitarnya, oleh Baiyah, di belahan dunia lain, tepatnya di
yakni ibunya sendiri. Persoalan feminisme bukan Prancis, Diva juga bertemu dengan seorang
hanya menyangkut perlakuan laki-laki terhadap perempuan mualaf yang mengalami diskriminasi
perempuan, tetapi juga menyangkut bagaimana karena agama. Perempuan itu bernama Karima.
perlakuan perempuan terhadap perempuan. Karena memeluk Islam dan mengenakan burqa,
Karena keputusannya memeluk Islam dan ia hampir tidak berani menunjukkan dirinya di
mengenakan jilbab, ibunya tega menanggalkan depan umum.
jilbab milik Hakima dan merobek baju yang “Istri saya menunggu di dalam
Hakima kenakan. Melalui peristiwa tersebut, mobil. Kami parkir di pinggir Sungai
dapat dipahami bahwa Hakima didiskriminasi Seine. Sebaiknya kita cepat pergi dari
oleh orang di sekitarnya karena persoalan agama. sini. Supaya tidak ada yang melihat istri
Jika Hakima tidak memutuskan untuk memeluk saya dan melaporkannya ke polisi.” …..
Suasana kekeluargaan di antara kami
Islam, ibunya tentu tidak akan sesemena-mena pun langsung terasa, walaupun harus
38
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
39
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
40
Jurnal Poetika Vol. IV No. 1, Juli 2016
ini, tentu ia tidak akan mendapatkan perlakuan setara. Bergantung kepada ras dan kelas, dan
intimidasi seperti itu. Dia sebagai anak juga kecenderungan seksual, usia, agama,
perempuan yang diangkat anak oleh keluarganya pencapaian pendidikan, pekerjaan, status
hanya bisa menerima dengan pasrah perlakuan perkawinan, kondisi kesehatan, dan sebagainya.
keluarganya tersebut terhadapnya. Melalui Paham feminis multikultural yang
kutipan di atas, dapat dipahami bahwa Malika menekankan pada aspek multikultur, sangat
mendapatkan diskriminasi dari keluarganya menjunjung tinggi keberagaman, sehingga
karena dipengaruhi oleh faktor statusnya semestinya tidak ada diskriminasi terhadap
sebagai anak angkat. perempuan yang berusia berapapun, beragama
apapun, bersuku apapun, berstatus anak apapun,
Kesimpulan dan sebagainya. Semuanya harus diperlakukan
Perjalanan Diva mengitari benua Eropa secara setara dan harus mendapatkan
membuatnya bertemu dan mengenal beberapa penghargaan yang sama. Sebagaimana prinsip
perempuan yang menjalani hidupnya dengan cara feminisme multikultural yang mengedepankan
yang berbeda-beda. Meski hidup di zaman yang aspek keberagaman, bahwa secara filosofis
telah memberikan banyak kebebasan kepada merupakan upaya kritik terhadap budaya
perempuan, namun perempuan-perempuan mayoritas yang mengopresi kelompok budaya
dalam novel SPA tidak sepenuhnya benar- minoritas, yaitu pada saat kelompok budaya
benar bebas. Banyak hal yang mempengaruhi minoritas ini harus mengikuti aturan dari
ketidakbebasan mereka. Para remaja berusia budaya mayoritas agar dapat diterima dalam
belia yang didiskriminasi oleh orang-orang yang sistem publik.
lebih tua, ibu berusia tua yang didiskriminasi
oleh suami yang memilih menikahi perempuan Daftar Pustaka
yang lebih muda, nenek tua yang didiskriminasi Arivia, Gadis. 2005. Filsafat Berperspektif Feminis.
oleh para pemuda yang lebih kuat, perempuan- Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.
perempuan yang didiskriminasi karena memeluk Fitria, Dini. 2013. Scappa per Amore. Jakarta:
Islam dan mengenakan kerudung, perempuan NouraBooks
yang didiskriminasi karena suku yang berbeda, Gafar, Irpan Abdul. 2012. “Menanamkan
dan perempuan yang didiskriminasi karena Kesadaran Feminisme Multikultural
statusnya sebagai anak angkat. dalam Pembelajaran Siswa”. dalam
Terdapat keterkaitan antara perempuan Jurnal Musawa volume 4 nomor 2,
dengan usia yang muda atau tua, perempuan Desember 2012.
dengan agama Islam di Eropa, perempuan Tong, Rosemarie Putnam. 2010. Feminist Thought:
dengan suku tertentu, dan perempuan dengan Pengantar Paling Komprehensif kepada Arus
status anak angkat. Perempuan dalam novel Utama Pemikiran Feminis. (Terjemahan
SPA mendapatkan diskriminasi dari keluarga Aquarini Priyatna Prabasmoro).
maupun lingkungannya dan diskriminasi Yogyakarta: Jalasutra.
yang mereka rasakan tidak sama, bergantung Utomo, Haryo Ksatrio. 2012. “Persamaan,
pada penyebab diskriminasi seperti persoalan Perbedaan, dan Feminisme: Studi Kasus
usia, agama, suku, dan status anak. Dengan Konflik Sampang Madura”. dalam
kata lain, beberapa perempuan dalam novel Jurnal Makara, Sosial Humaniora volume
SPA didiskriminasi bukan hanya karena 16 nomor 2, Desember 2012.
persoalan mereka adalah perempuan, tetapi Widodo, Agus. 2013. “Peran Banco De La Mujer
juga dipengaruhi oleh faktor usia, agama, sebagai Institusi Sosial dalam Mengatasi
suku, dan status anak. Hal ini sejalan dengan Diskriminasi Gender di Venezuela”.
pandangan feminisme multikultural, bahwa dalam eJurnal Ilmu Hubungan Internasional
semua perempuan tidak dikonstruksi secara volume 1 nomor 3, 2013.
41