TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate)
atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian. (Sinaga Banhard Rudyanto. 2AA7. Skizofrenia dan Diagnosis
Banding. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.)
3.2. Epidemiologi
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association
(APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
(Wikipedia Indonesia). Menurut DSM-IV-TR insiden pertahun dari skizofernia
berkisar 0.5 sampai 5.0 per 10.000 dengan variasi geografis. Ditemukan di semua
tempat di dunia, insiden dan prevalensinya secara kasar sama. (Kaplan HI, Sadock BJ,
Grebb JA. Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th ed.
Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia 2000. p.471-503.)
Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi skizofrenia
secara umum berkisar antara 0,2%-2,0%. Di Indonesia angka prevalensi skizofrenia
yang tercatat di Depkes berdasarkan survey di rumah sakit (1983), antara 0,5%-0,15%,
dengan perkiraan bahwa 90% dari penderita skizofrenia mengalami halusinasi pada
saat mereka sakit. Empat besar kasus penderita yakni klien dengan paranoid sebanyak
359 orang, skizofrenia 290 orang, depresi 286 orang dan gangguan psikologis akut
269 orang. Penderita lainnya mengalami neurosa, epilepsi, gangguan afektif,
parafrenia, retardasi mental, sindrom ketergantungan obat dan lainnya. (Donald I.
Templer. The Decline of Hebephrenic Schizophrenia In: Orthomolecular Psychiatry,
Volume 11, Number 2,1982, Pp. 100-102.)
Walaupun insidensi pada lelaki dan wanita sama, gejala muncul pada lelaki
lebih awal. 75% Penderita skizofrenia lelaki mulai mengidapnya pada usia 16-25
tahun dan wanita biasanya antara 20 -30 tahun. Usia remaja dan dewasa muda
memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita
sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian
dari tahap penyesuaian diri. (The Caring Family; Living with Chronic Mental Illness.
Canada. 1982.)