Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang


pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi
masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi
permintaan pengguna atau petani. Benih dari segi tehnologi diartikan sebagai
organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang
tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi.

Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tingkat tinggi merupakan


peristiwa yang kompleks. Jika dimulai dari proses perkecambahan, maka proses
selanjutnya merupakan sederet perubahan morfologi dan fisiologi yang
dinamakan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan vegetatif menyusul
perkecambahan yang merupakan proses pembentangan sel-sel penyusun embrio
adalah terjadinya diferensiasi sel meristem apikal, membentuk organ vegetatif dan
selanjutnya terjadi pertumbuhan reproduktif (Soerodikoesomo, 1994).

Buah atau biji yang terbentuk biasanya mengalami periode dorman


sebelum berkecambah untuk menyelesaikan hidupnya. Pada tumbuhan umur
pendek, setelah terbentuk buah atau biji, bagian vegetatif akan mati. Pada
tumbuhan tahunan, tidak mati tetapi untuk periode tertentu dapat lama atau
sebentar akan mengalami periode dorman, sebelum melanjutkan pertumbuhan
vegetatif lagi. Perkecualian sudah tentu ada, misalnya tumbuhan bakau bijinya
berkecambah sewaktu masih berada di dalam buah yang melekat pada induknya
(Soerodikoesomo, 1994).

Ada kalanya lingkungan tumbuh tidak sesuai dengan pertumbuhan. Misal


di iklim sedang, ada musim dingin yang tidak memungkinkan tumbuhan tumbuh
normal. Di tropika sekalipun ada saat tidak baik untuk pertumbuhan, misalnya
keadaan kering yang lama. Untuk itu tumbuhan akan memasuki masa dorman,
yaitu meristem kuncup tetap mempunyai potensi untuk tumbuh, tetapi tidak
melakukan pertumbuhan atau pertumbuhannya sangat lambat (Goldsworthy,
1992).

Dormansi dapat di jumpai pada berbagai organ lain misalnya rhizome,


umbi, umbi lapis, dan biji. Penyebab terjadinya dormasi bermacam-macam, ada
yang spontan, ada yang karena keadaan lingkungan, misalnya kekurangan air,
temperatur rendah, hari pendek. Jika dianalisis, ternyata ada beberapa hormon
yang ikut mempengaruhinya. Pada organ dorman, selain kadar kenaikan absisin
juga terjadi perubahan lain, yaitu turunnya kadar air, transpor antar sel terhambat,
organel tertentu mereduksi dan metabolisme lambat (Goldsworthy, 1992).

Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme


hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. Pada beberapa jenis varietas
tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen,
sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah
bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.

Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis


ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut
terlepas dari tanaman induknya.

Selama penyimpanan benih-benih dalam keadaan dormansi (tidur) dan


perlu dilakukan perlakuan sebelum di kecambahkan. Benih dikatakan dormansi
apabila benih itu sebenarnya hidup (viable) tetapi tidak berkecambah walaupun
diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahan
dan periode dormansi ini dapat berlangsung semusim atau tahunan tergantung
pada tipe dormansinya.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dormansi Benih

Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme


hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. Sedangkan dormansi benih
adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakan
pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan. Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini.
Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya
sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan
dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi
pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku
dorman adalah kuncup.

Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe
terjadi didalam benih yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-
lahan atau disuatu kejadian lingkungan yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan
yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi.

Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi


2 tipe yaitu :

1. Innate dormansi (dormansi primer)

Dormansi primer adalah dormansi yang paling sering terjadi, terdiri dari
dua sifat:

• Dormansi eksogenous yaitu kondisi dimana komponen penting


perkecambahan tidak tersedia bagi benih dan menyebabkan kegagalan dalam
perkecambahan. Tipe dormansi tersebut berhubungan dengan sifat fisik dari kulit
benih serta faktor lingkungan selama perkecambahan.

• Dormansi endogenous yaitu dormansi yang disebabkan karena sifat-


sifat tertentu yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan inhibitor yang
berlebih pada benih, embrio benih yang rudimenter dan sensitivitas terhadap suhu
dan cahaya.
2. Induced dormansi (dormansi sekunder)

Dormansi sekunder adalah sifat dormansi yang terjadi karena


dihilangkannya satu atau lebih faktor penting perkecambahan. Dormansi sekunder
disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi
apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama
beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah.
Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi
yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan
memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.

Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang


terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan
sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.

Sedangkan menurut Sutopo (1985), Ada beberapa tipe dormansi, yaitu


dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis.

1. Dormansi Fisik

Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas structural terhadap


perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman.
Yang termasuk dormansi fisik adalah:

a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air

Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras


contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang
kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang
berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin. Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat
menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan
dari bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi benih.

b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio

Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan
dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan
embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe
dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti
Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini
juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi
perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut.
Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara
mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.

c. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas.

Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau
jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai
oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk
kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada
daerah dengan temperatur hangat. Benih kacang adalah benih sayur yang tidak
kenal masa dormansinya.

2. Dormasi fisiologis (embrio)

Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau


belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar
dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda
dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih.
Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban
tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan
dapat berkecambah (Schmidt, 2002).

Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :

a. Immaturity Embrio

Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan


sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda.
Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan
mampu berkecambah.

b. After ripenin

Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu


simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka
waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada
kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi
mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa
hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
c. Dormansi Sekunder

Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal


maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak
menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan
kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder
ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah
kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang
membutuhkan cahaya.

Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang


terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan
sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.

d. Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio

Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat


perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang
diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic
acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll. Counamin diketahui
menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan
Beta amilase.

Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi
dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu
mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi
dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan
keperluan akan perlakuan chilling.

Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi
dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu
mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi
dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan
keperluan akan perlakuan chilling.

2.2 Penyebab Terjadinya Dormansi Benih

Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh :

• Rendahnya atau tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh
struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air
ke dalam benih.
• Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit
benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi
terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi
cadangan makanan dalam benih.

• Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji
yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman
pangan, dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangkan pada sayuran
dormani sering dijumpai pada benih timun putih, pare dan semangka non biji.

2.3 Pematahan Dormansi Benih

Tujuan pematahan dormansi adalah mendorong proses pematangan


embrio, mengaktifkan enzim di dalam embrio, dan peningkatan permeabilitas
kulit benih yang memungkinkan masuknya air dan gas-gas yang diperlukan dalam
perkecambahan (Muchtar 1987).

Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak


dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan.
Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh atau kecambah
benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga
diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.

Bewley dan Black (1985) mengemukakan 2 proses mekanisme pematahan


dormansi, yaitu :

1. Proses dormansi hormonal, konsep dari teori tersebut dihubungkan dengan


hormon pengatur tumbuh, baik yang menghambat (inhibitor) maupun yang
merangsang pertumbuhan (promotor). Dormansi dapat dipatahkan dengan
menghilangkan inhibitor atau dengan penggunaan promotor yang mampu
mempercepat terjadinya keseimbangan antara inhibitor dan promotor.

2. Proses pengaruh metabolik sebagai akibat perlakuan pematahan dormansi,


konsepnya melibatkan lintasan pentose fosfat untuk sintesis RNA, DNA dan
protein.

Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :

A. Dengan perlakuan mekanis


Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti
mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan
pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih
yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk
melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.

B. Dengan perlakuan kimia

Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat,
asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak
sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.

- Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama
20 menit sebelum tanam.

- Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.

- Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.

Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam
hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan
hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).

C. Perlakuan perendaman dengan air

Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan


air oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas
pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa
waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan
selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan. Perendaman dengan
air panas merupakan salah satu cara memecahkan masa dormansi benih

HCl adalah salah satu bahan kimia yang dapat mengatasi masalah dormansi pada
benih.

D. Perlakuan dengan suhu

Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan
lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih
yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau
terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan
stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu
famili.
E. Perlakuan dengan cahaya

Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju


perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya
yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.

Di bawah ini adalah tabel tipe-tipe dari dormansi beserta metode pematahan
dormansi.

Tipe Karakteristik Contoh Metode pematahan


dormansi spesies dormansi
Alami Buatan
Immature Benih secara Fraxinus Pematangan Melanjutkan
embryo fisiologis belum excelcior, secara alami proses
mampu Ginkgo setelah biji fisiologis
berkecambah, biloba, disebarkan pemasakan
karena embryo Gnetum embryo setelah
belum masak gnemon biji mencapai
walaupun biji sudah masa lewat-
masak masak (after-
ripening)
Dormansi Perkembangan Pterocarpus, Dekomposisi Peretakan
mekanis embryo secara fisis Terminalia bertahap mekanis
terhambat karena spp, Melia pada struktur
adanya kulit volkensii yang keras
biji/buah yang keras
Dormansi Imbibisi/penyerapan Beberapa Fluktuasi Skarifikasi
fisis air terhalang oleh Legum & suhu mekanis,
lapisan kulit Myrtaceae pemberian air
biji/buah yang panas atau
impermeable bahan kimia
Dormansi Buah atau biji Buah fleshy Pencucian Menghilangkan
chemis mengandung zat (berdaging) (leaching) jaringan buah
penghambat oleh air, dan mencuci
(chemical inhibitory dekomposisi bijinya dengan
compound) yang bertahap air
menghambat pada
perkecambahan jaringan
buah
Foto Biji gagal Sebagian Pencahayaan Pencahayaan
dormansi berkecambah tanpa besar
adanya spesies
pencahayaan yang temperate,
cukup. Dipengaruhi tumbuhan
oleh mekanisme pioneer
biokimia fitokrom tropika
humida
seperti
eucalyptus
dan
Spathodea
Thermo Perkecambahan Sebagian Penempatan Stratifikasi
dormansi rendah tanpa adanya besar pada suhu atau pemberian
perlakuan dengan spesies rendah di perlakuan suhu
suhu tertentu temperate, musim rendah
tumbuhan dingin Pemberian
pioneer Pembakaran suhu tinggi
daerah Pemberian Pemberian
tropis- suhu yang suhu
subtropis berfluktuasi berfluktuasi
kering,
tumbuhan
pioneer
tropika
humida
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada


setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah
karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan
pengguna atau petani.
2. Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh:
a. Rendahnya atau tidak adanya proses imbibisi air
b. Proses respirasi tertekan atau terhambat
c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan
d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
3. Secara umum, dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
a. Dormansi Fisik, disebabkan oleh pembatasan structural terhadap
perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas kedalam biji.
b. Dormansi Fisiologis, pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik
yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh.
4. Cara-cara untuk memecahkan dormansi antara lain dengan perlakuan mekanis,
perlakuan kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian temperatur
tertentu dan perlakuan dengan cahaya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdi. 2008. Dormansi Pada Benih Tanaman Pangan Dan Cara Praktis
Membangkitkannya. Diakses dari http://www.tanindo.com/abdi5/hal0401.htm.
pada tanggal 28 November 2010 pukul 20.20 WIB
Goldsworthy, Peter, 1992, Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Soerodikoesomo, Wibisono, 1994, Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan, Depdikbud,
Jakarta

Sasmithahamihardja, D., (1996), Fisiologi Tumbuhan, Fakultas FMIPA ITB,


Bandung
Sutopo, Lita., (1993) Teknologi Benih, Fakultas Pertanian UNBRAW, Jakarta
Utara.
http://ppspendbio.blogspot.com/2012/09/makalah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/benih
http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/dormansi-biji/
http://id.wikipedia.org/wiki/Dormansi

Anda mungkin juga menyukai