Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pernafasan berperan penting dalam pertukaran oksigen (O2) dengan
karbondioksida (O2). Secara fungsional sistem pencernaan terdiri dari trakea,
bronkus, bronkiolus, alveolus, dan paru-paru. Alveolus dikelilingi oleh pipa-pipa
kapiler, baik alveolus maupun kapiler tersusun oleh satu lapis sel yang
memungkinkan terjadinya pertukaran antara O2 dengan CO2. Oksigen dari udara
masuk melalui bronkus, bronkiolus, alveolus dan terjadi inspirasi lalu masuk ke
sirulasi sistematik (darah) dan secara bersamaan CO2 didifusikan keluar dari pipa-
pipa kapiler masuk ke alveolus yang selanjutnya dikeluarkan dari tubuh melalui
pernapasan.
Secara umum fungsi sistem pernapasan untuk tujuan menyediakan oksigen
bagi semua sel tubuh, membuang CO2 dari seluruh tubuh, membantu pertahankan
tubuh melawan senyawa asing, dan menghasilkan suara untuk berbicara. Banyak
sekali golongan dan jenis obat yang bekerja di saluran pernapasan untuk menjaga
fungsinya.
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.Adapun gangguan pada
sistem pencernaan seperti gastritis,hepatitis,diare,konstipasi,apendiksitis dan
maag.Masalah pencernaan dari kategori ringan hingga berat harus segera diatasi
jika tidak akan dapat memperburuk keadaan.Salah satu cara untuk mengatasi
sistem pencernaan adalah dengan mengkonsumsi obat , yang termasuk dalam
kategori obat sistem pencernaan diantaranya Antasida, H2 reseptor antagonis ,
Antiemetik , Antikolinergik, Hepatoprotektor , Antibiotik , Proton pompa
inhibitor, Prokinetik, Antidiare , Laksatif. Seperti yang diketahui dalam pelayanan
kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam
sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari
suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat
menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang
tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab itu, penyediaan
informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam
pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari obat sistem pencernaan ?
2. Apa sajakah klasifikasi dari obat pencernaan ?
3. Apa saja efek yang dapat ditimbulkan dari obat pencernaan ?
4. Mengetahui dan mengerti obat yang bekerja pada saluran pernafasan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari obat sistem pencernaan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari obat sistem pencernaan.
3. Untuk mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari obat system
pencernaan.
4. Mengetahui pengertian, mekanisme kerja, efek samping dari obat
Rhinitis.
5. Mengetahui pengertian, mekanisme kerja, efek samping dari obat
Bronkodilator.
6. Mengetahui pengertian, mekanisme kerja, efek samping dari obat
Mukolistik dan Ekspektoran.
7. Mengetahui pengertian, mekanisme kerja, efek samping dari obat
Antitusif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. RHINITIS
Rhinitis adalah radang membran mukosa hidung yang ditandai dengan
bersin, gatal, hidung berlendir, dan kongesti atau hidung tersumbat. Rhinitis dapat
terjadi karena menghirup alergen, seperti debu, bulu binatang, serbuk sari bunga
tertentu, asap rokok dn polutan. Zat-zat tersebut berinteraksi dengan selmast
merangsng pelepasan histamin, leukotrin atau zat lain yang dapat menyebabkan
konstriksi bronkus, udem, urtikaria, dan infiltrasi sel.
Terapi rhinitis yang utama dalah pemberian antihistamin oral yang
dikombinasikan dengan dekongestan. Namun demikian, sering obat anti alergi
diberikan secara topikal untuk mengurangi efek sistemiknya. Efek samping
kombinasi antihistamin dengan dekongestan yang diberikan sistemik adalah
sedasi atau ngantuk, insomnia dan aritmia (jarang). Secara umum obat untuk
terapi rhinitis yang sering disebut sebagai alergi rhinitis adalah :
1. Antihistamin (Penghambat Reseptor H1)
Histamin adalah zat yang secara alamiah terdapat da tersebar di seluruh tubuh.
Tempat penyimpanan utamanya adalah di sel mast dan basofil. Kerja histamin
diperantarai oleh 2 repseptor yaitu reseptor H1 dan H2. Reseptor H2 kebanyakan
terdapat di usus halus, bronkus, dan sel parietal lambung. Histamin yang
dilepaskan sel mast atau basofil akan berinteraksi dengan reseptor menimbulkan
gejala rhinitis yang telah disebutkan di atas. Interaksi dengan reseptor H2 dapat
memacu muntah atau mabuk perjalanan.
Antihistamin paling sering digunakan untuk terapi alergi atau alergi rhinitis.
Penghambat ( reseptor bloker) H1 atau antihistamin akan menduduki reseptor H1
sehingga histamin tidak dapat berinteraksi dengannya sehingga gejala alergi tidak
timbul. Pengahmbat reseptor histamin yang sering digunakan adalah
difenhidramin, klorfeniramin, loratadin, terfenadin, dan astemisol. Loratadin,
terfenadin, dan astemisol relatif tidak menembus SSP sehingga efek sedatifnya
sangat kecil dibandingkan obat yang lain.
Jika terjadi kongesti, pemberian kombinasi antihistamin dengan dekongestan
akan lebih efektif dibandingkan dengan pemberian antihistamin saja.
2. Agonis α-adrenergik (Dekongstan)
Obat golongan ini sering disebut dekongestan atau orang awam
menyebutnya obat pelega pernapasan. Dekongestan menyebabkan konstriksi
arterioral di mukosa hidung sehingga mengurangi infiltrasi cairan dari pembuluh
darah ke jaringan sekitar yang dapat menyebabkan udem. Selain itu dekongestan
juga dapat menyebabkan relaksasi bronkus menyebabkan berkurangnya gangguan
aspirasi udara masuk ke paru-paru.
Dekongestan sering diberikan melalui aerosol untuk memperpendek onzet
dan mengurangi efek samping sistemiknya. Jika diberikan melalui oral, efeknya
akan panjang tetapi dapat menimbulkan efek samping sepertipeningkaan tekanan
darah dan denyut jantung. Kombinasi dengan antihistamin hanya boleh diberikan
dalam beberapa hari untuk mengurangi fenomena reboun kongesti jika pemberian
obat dihentikan. Contoh agonis α-adrenergik adalah fenileprin, pseudoefedrin, dan
okzimetazolin. Obat-obat tersebut bekerja pada reseptor α1 di pembuluh darah
mukosa hidung menyebabkan kontriksi sehingga mengurangi perembesan cairan
ke jaringan. Selain itu juga bekerja pada reseptor β2 di bronkus menyebabkan
dilatasi.
3. Kortikosteroid
Obat golongan ini diberikan untuk rhinitis jika antihistamin sudah tidak
efektif. Obat ini bukan pilihan utama untuk rhinitis karena efek sampingnya yang
lebih berat. Obat ini mungkin lebih efektif dari antihistamin oral dalam
mengurangi gejala rhinitis baik karena alergi atau non alergi. Untuk mengurangi
efek samping sistematiknya kortikosteroid sering diberikan secara topikal melalui
nasal spray. Contoh steroid yang sering digunakan adalah beklometason,
flutikason, dan triamsinolon.
Untuk lebih mengenal obat rhinitis, dalam tabel berikut dicantumkan beberapa
contoh beserta dosis lazimnya.
Tabel 7. Obat-obat untuk rhinitis dan Dekongestan
Nama Obat Dosis Dewasa Kegunaan
Klorfeniramin 2 – 4 mg setiap 4-6 jam Antihistamin
Dimenhidrinat 50 – 100 mg setiap 4-6 Antihistamin
jam
Difenhidramin 25 – 50 mg setiap 4-8 Antihistamin
jam
Terfenadin 60 mg 2 kali sehari Antihistamin
Astemisol 10 mg/hari Antihistamin
Loratadin 10 mg/hari Antihistamin
Ciproheptadin 4 – 20 mg/hari Antihistamin
Fenilefrin 10 mg setiap 4-6 jam Dekongestan
pseudoefedrin 30 mg 2 kali sehari dekongestan

B. BRONKODILATOR
Istilah bronkodilator merujuk pada obat yang mempunyai efek mendilatasi
atau relaksasi bronkus. Obat ini sering digunakan sebagai antiasma.
Bronkokonstriksi dapat terjadi karena perangsangan parasimpatik atau hambatan
simpatik dibronkus. Pada kasus asma perangsangan terjadi karena meningkatnya
kepekaan bronkus terhadap rangsang.
Konstriksi bronkus dapat diredakan atau dikurangi dengan pemberian
agonis β2 atau pemberian antagonis kolinergik serta obat golongan xantin.
1. Agonis β2
Agonis β2 dalam terapi dapat diberikan melalui oral,inhalasi,atau injeksi.
Pilihan cara penggunaan tergantung kecepatan dan lamanya efek yang
diharapakan. Untuk mendapatkan efek yang cepat cara pemberian inhalasi dan
injeksi umumnya dipilih,untuk mendapatkan efek yang lama seperti pada
pencegahan serangan asma berulang,pemberian oral yang dipilih. Inhalasi agonis
β2 adalah terapi yang paling efektif yang tersedia untuk spasme bronkus akut dan
mencegah serangan asma yang dipicu oleh kelelahan. Reseptor β2 yang terdapat
dibronkus jika dirangsang akan menyebabkan dilatasi. Inilah alasan kenapa agonis
β2 digunakan untuk terapi asma. Perangsang reseptor β ada 2 yaitu yang selektif
dan non selektif. Yang selektif hanya merangsang reseptor β2 saja,yang tidak
selektif merangsang baik reseptor β2 maupun β1.
Agonis β selektif lebih disukai oleh karena hanya menyebabkan dilatasi
bronkus tanpa merangsang β1 yang berakibat peningkatan frekuensi dan kekuatan
denyut jantung. Contoh agonis β selektif yang sering digunakan sebagai
bronkodilator adalah:
 Albuterol
 Terbutalin
 Salmeterol
 Salbutamol
 Fenoterol
2. Metil Xantin
Zat atau obat yang termasuk golongan Xantin yang digunakan dalam klinik
adalah kafein, teobromin, dan teofilin. Zat atau obat tersebut berasal dari tanaman
the, kopi atau koka. Dari golongan Xantin hanya teofilin yang dimanfaatkan
sebagai bronkodilator.
Teofilin bekerja menghambat fosfodiesterase suatu enzim intraseluler yang
berfungsi menginaktivasi cyclic adenosin mono phosfat (cAMP). Hambatan
terhadap fosfodiesterase melibatkan peningkatan kadar cAMP di bronkus dan sel
mast. Peningkatan cAMP mengakibatkan dilatasi bronkus dan mengurangi
pelepasan histamin dari sel mast.
Teofilin dapat diberikan secara oral, rektal atau injeksi IV. Dosis teofilin
harus diindividualisasi (perorangan) karena adanya variasi yang cukup besar antar
pasien berkaitan dengan absorbsi dan metabolismenya. Selain itu, teofilin
mempunyai indek terapi sempit (LD50/ED50 kecil), artinya antara dosis toksik dan
dosis terapi jarahnya relatif kecil. Obat yang indek terpinya sempit berpotensi
menimbulkan efek toksik.
Dalam klinik, terdapat sedian tablet teofilin lepas lambat yang ditujukan
untuk menimbulkan efek samping (toksik) karena fluktuasi kadar obat dalam
darah dan untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Ini mengingat terapi asma
adalah bersifat kronik atau menahun. Aminofilin adalah prepara larut dalam air
dari teofilin karena penambahan etilendiamin untuk meningkatkan kelarutan
teofilin yang relatif sukar larut dalam air. Efek samping utama dari teofilin adalah
mual, muntah dan pada orang-orang tertentu dapat menimbulkan muka merah
(flusing), sakit kepala, dan hipotensi.
Karena efek sampingnya lebih besar dan efektivitasnya lebih kecil jika
dibandingkan dengan agonis β2 menyebabkan teofilin relatif jarang digunakan.
Efektifitas teofilin sekitar ¼-1/3 dari agonis β2 menjadikannnya bukan merupakan
obat pilihan utama terapi asma.
3. Antikolinergik
Antikolinergik tidak secara luas digunakan untuk terapi asma atau
bronkodilator, meskipun berefek dilatasi bronkus. Ini disebabkan karena efek
sampingnya lebig banyak dibandingkan bronkodilator yang lain. Efek samping
utamanya dalah mulut kering karena berkurangnya sekresi kelenjar. Obat
golongan ini baru diberikan jika obat-obat yang lain kurang efektif atau hanya
sebagai tambahan pada agonis β2. Contoh obat kolinergik adalah ipatropium
bromid yang pemberiannya melalui inhalasi.
4. Kortikosteroid
Efek utama kortikosteroid dalam terapi asma adalah menghambat inflamasi
yang terjadi di saluran pernafasan. Steroid digunakan terutama jika bronkodilator
lain sudah kurang efektif. Kortikosteroid dapat diberikan secara oral, inhalasi atau
injeksi. Contoh kortikosteriod adalah prednison, deksametason, beklometason,
dan triamsinolon.
Tabel 8. Bronkodilator dan dosis lazimnya
Nama Obat Dosis Lazim Kegunaan
Albuterol 2 – 4 mg, 3-4x, maks 8 mg Asma
Salbutamol 2 – 4 mg, 3-4x, maks 8 mg
Terbutalin 2,5 – 5 mg, 3 x sehari
Fenoterol 200 ug, 2 x sehari
Salmeterol (inhalasi)
50 ug, 2 x sehari (inhalasi)
Teofilin 100 – 200 mg setiap 6-12
Aminofilin jam
200 – 3—mg setiap 6-8
jam
Ipatropium 40 ug, 3-4 kali sehari
bromid (inhalasi)

C. MUKOLISTIK DAN EKSPEKTORAN


Asma, bronchitis, dan infeksi bronkus dapat menyebabkan produksi mucus.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan penebalan mucus. Mucus mengandung
glikoprotein, polisakarida, debris sel dan cairan/eksudat infeksi. Infeksi
pernafasan menghasilkan mucus yang bersifat purulen atau menyebabkan infeksi,
oleh karena itu harus segera dikeluarkan. Perubahan dan banyaknya secret
menyebabkan mucus sukar dikeluarkan secara ilmiah. Ketika kondisi sudah
mengganggu pernapasan pemberian mukolitik mungkin bermanfaat untuk
memudahkan pengeluaran mucus.
Asetilsistein adalah contoh obat yang digunakan sebagai mukolitik selain
minum air dalam jumlah yang cukup. Asetilsistein bekerja dengan memecah
glikoprotein yang terdapat pada mucus menjadi molekul – molekul yang lebih
kecil sehingga menjadi lebih encer. Mucus yang encer akan lebih mudah di
ekspektorasikan pada saat batuk. Contoh lain adalah bromheksin yang juga
bermanfaat untuk mengurangi ketebalan mucus yang kemungkinan bekerja
dengan cara memutuskan ikatan – ikatan yang ada dalam mukopolisakarida
menghasilkan molekul – molekul yang lebih kecil.
Saluran pernapasan yang terlalu kering dapat menyebabkan irititasi dan
memacu reflek batuk. Ekspektoran dapat meningkatan sekresi disaluran
pernapasan sehingga bermanfaat untuk mengurangi iritasi dan batuknnya akan
berkurang sendirinya.
Obat yang sering digumakan sebagai ekspektoran adalah ammonium clorida,
potassium sitrat, dan guaifenesin serta griserin guaikolat. Ekspektoran juga
mengencerkan mucus dalam bronkus sehingga mudah dikeluarkan. Dalam klinik
ekspektoran sering ditambahkan dalam obat batuk, walaupun efektifitasnya masih
dipertanyakan.
Tabel mukolitik dan ekspektoran serta dosis lazimnya
Nama obat Dosis lazimnya Kegunaannya
Asetilsistein 200 mg, 3 x sehari ekspektoran
Bromheksin 8 mg, 2-3 x sehari
Guaifenesin 100mg, 3 x sehari
Gliseril Guaikolat 50-100mg, 2-3 x sehari

D. ANTITUSIF
Batuk kering atau yang dikenal dengan batuk tidak produktif atau batuk
tidak menghasilkan secret, membuat tenggorokan gatal dan menyebabkan suara
serak dan hilang. Batuk sering dipicu oleh inhalasi partikel – partikel makanan,
bahan iritan, asap rokok, atau karena perubahan temperature. Batuk kering juga
dapat merupakan gejala sisa dari infeksi virus atau karena flu. Batuk jenis ini tidak
memberikan gejala kecuali batuk itu sendiri, pasien tidak merasa sakit, tidak ada
kongesti atau gangguan pernapasan.
Antitusif adalah obat yang menghambat reflek batuk. Batuk sebenarnyaa
merupakan mekanisme perlindungan dan membersihkan saluran pernapasan dari
zat-zat yang tidak diingikan oleh tubuh. Dalam kondisi tertentu, misalnya pada
inflamasi atau kanker terjaadi reflek batuk yang berlebihan yang dapat
mengganggu. Batuk yang demikian perlu diredakan dan antitusif dapat
bermanfaat. Antitusif yang digunakan dalam klinik jumlahnya tidak banyak, yaitu
kodein, dextrometorfan, noaskapin, dan uap mentol.
1. Kodein
Kodein bekerja menurunkan sensitifitas pusat batuk dari rangsangan.
Kodein pada dosis rendah (10-20mg) berefek sebagai antitusif tetapi pada dosis
yang lebih besar juga berefek sebagai analgetik. Efek samping obat ini adalah
konstipasi, mual, sedasi ringan, dan depresi pernapasan. Obat ini tergolong
narkotika. Penggunaan kodein selain sebagai antitusif adalah analgetik dan
mengurangi ketergantungan terhadap heroin (sebagai terapi subtitusi).
2. Dextrometorfan
Obat ini merupakn L – Isomer dari opioid (kodein) yang juga aktif sebagai
antitusif, namun tidak mempunyai efek analgetik. Obat ini tidak menimbulkan
ketergantungan sebagaimana kodein dan efek konstipasinya lebih ringan
3) Uap mentol
Uap mentol dapat menurunkan sensitifitas dari faring dan laring terhadap
iritasi, sehingga mengurangi timbulnya reflek batuk. Obat ini biasanya diberikan
secara inhalasi atau bentuk gosok.
Tabel antitusif dan dosis lazimnya
Nama obat Dosis lazimnya
Kodein 10-20 mg setiap 4-6 jam, maks
120mg
dextrometorfan 10-20 mg setiap 4 jam, maks
120mg
Uap mentol 10-20 mg setiap 4-6 jam, maks
120mg

E Definisi Obat Sistem Pencernaan


Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem
gastrointestinal dan hepatobiliar Sistem pencernaan berfungsi :
menerima makanan
1. memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut
pencernaan)
2. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
3. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh

a. Klasifikasi Obat Sistem Pencernaan


Terdapat beberapa klasifikasi dari obat sistem pencernaan diantaranya :
Antitukak, Antipasmodik, Antasida, Antiemetik , Antikolinergik,
Hepatoprotektor , Prokinetik, Antidiare , Laksatif.
b. ANTITUKAK
Tukak lambung adalah suatu kondisi patologis pada lambung, duodenum,
esofagus bagian bawah, dan stroma gastro enterostomi (setelah bedah lambung.
Tujuan terapi tukak lambung ialah meringankan atau menghilangkan gejala
mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi yang serius
(hemoragik ,ferforasi, abstruksi), dan mencegah kambuh. Adapun pembagian dari
antitukak contohnya antasida.Antasida digunakan untuk mengurangi nyeri dan
rasa terbakar di hulu hati karena hiperasiditas pada gastritis atau ulcer.Antasida
yang diberikan peroral umumnya berbentuk cairan atau tablet kunyah guna
mempercepat distribusi dan mengikat asam. Antasida tergolong obat bebas,
mengandung magnesium (Mg+), Aluminium (Al+++), atau Kalsium (Ca++),
Simitikon. Antasida berasal dari bahasa lemah, yang jika bereaksi dengan asam
lambung di GI membentuk air dan garam. Karena ION H+ membentuk air (H2O)
menyebabkan jumlahnya berkurang sehingga keasaman lambung menurun atau
pH meningkat. Ketika pH lambung mencapai 4-5, aktifitas pepsin terhambat yang
juga bermanfaat dalam mengurangi iritasi mukosa.Mekanisme kerja semua
antasida hampir sama sehingga pemilihannya didasarkan pada kapasitas
netralisasi, efek samping atau karena adanya penambahan zat-zat tertentu.
Mekanisme kerja semua antasida hampir sama sehingga pemilihannya didasarkan
pada kapasitas netralisasi, efek samping atau karena adanya penambahan zat-zat
misalnya penambahan simetikon atau dimetil polisiloksan dalam kesediaannya
berfungsi mendorong flatus (dapat mengurangi CO2) sehingga mengurangi
terjadinya forasi pada tukak.Kebanyakkan kerja antasida bersifat lokal karena
hanya sebagian kecil dari zat aktifnya yang diabsorbsi. Karena merupakan basa
lemah maka jika berikatan dengan asam yang ada dilambung menyebabkan
keasaman berkurang. Disamping itu, antasida juga dapat mengikat atau mengubah
derajat ionisasi obat lain yang diberikan bersamaan sehingga dapat berpengaruh
pada absorbinya. Untuk itu, sebaiknya jika ada obat yang harus diminunm
bersamaan dengan antasida hendaknya diberi jeda minimal 1 jam.Sodium
Bikarbonat (NaHCO3) dan kalsium karbonat (CaCO3) merupakan antasida
sistemik yang sekarang sudah sangat jarang digunakan. Obat ini dapat
menyebabkan alkalisis karena Na+ dan Ca++ dapat absorbsi.Kelebihan Ca (O2)2
menyebabkan urine bersifat basa, kelebihan Na+ menyebabkan retensi cairan yang
berakibat udem dan tekanan darah naik.Selain itu, penggunaan NaHCO 3 dapat
meningkatkan CO2 disaluran pencernaan yang berakibat distensi dan sendawa
atau meningkatkan parforasi (memperparah penutup tukak yang ada.
Reaksi antara antasida dengan HCl dilambung adalah,
Mg(OH)2 + 2HCl MgCl2 + 2 H2O
CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2CO3
H2CO3 H2O + CO2
Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O
NaHCO3 + 2HCl NaCl + H2CO3
H2CO3 H2O + CO2
Konstipasi merupakan efek samping dari antasida yang mengandung
almunium (Al) dan kalsium (Ca) karena dapat menghambat absorpsi air dan
fosfat. Sedangkan diare merupankan efek samping antasida yang mengandung
magnesium (Mg). oleh karena itu, kebanyakan antasida mengandung kombinasi
Al dan Mg untuk saling meniadakan efek samping utamanya. Antasida jika
digunakan dalam perut kosong efeknya akan bedurasi sekitar 30 menit tetapi jika
di gunakan 1 jam setelah makan aktivitasnya dapat berlangsung sekitar 2-3 jam.
Hal ini di sebabkan karena makanan berfungsi sebagai baffer dan menghambat
kekosongan lambung. Golongan Obat Antitukak :
TRANSKUILIER(Obat penenang)
Transkuiliser memliki efek yang minimal dalam mencegah dan mengobati
tukak, obat ini mengurangi perangsangan vagal dan menurunkan
kecemasan, Librax, suatu kombinasi ansiolitik klordiasepoksid (librium)
dan antikolinergik clidinium (Qarzan), dipakai dalam mengobati tukak.
Adapun Golongan Obat Penenang :
1. Dari golongan benzodiazepinYang paling sering digunakan adalah
golongan benzodiazepin.Obat ini mempercepat relaksasi mental dan fisik
dengan cara mengurangi aktivitas saraf di dalam otak.Tetapi
benzodiazepin bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan pemakaian
pada alkoholik harus sangat hati-hati.Obat cemas dari golongan
benzodiazepin adalah alprazolam, klordiazepoksid (chlordiazepoxide),
lorazepam, oksazolam (oxazolam), klobazam (clobazame) dan diazepam.
2. Buspirone Obat cemas dari golongan azaspirodekanedion adalah
buspiron (buspirone). Obat cemas ini nerupakan antiansietas yang efek
sedatifnya relatif ringan dan tidak bereaksi dengan alkohol. Diduga resiko
timbulnya toleransi dan ketergantungan juga kecil.Efeknya baru timbul
setelah 10-15 hari, sehingga hanya digunakan untuk mengobati penyakit
kecemasan menyeluruh.
3. Hydroxyzine Sedangkan obat cemas dari golongan piperazine adalah
hydroxyzine.Hydroxyzine diindikasikan untuk menghilngkan
gejalaansietas dan ketegangan yang berhubungan dengan psikoneurosis
atau terapi tambahan untuk penyakit lainnya yang menyebabkan
kecemasan.Hydroxyzine dapat menyebabkan kantuk dan menghilangkan
kesadaran, sehingga dianjurkan untuk tidak mengendarai kendaraan atau
mengoperasikan mesin.Hydroxyzine dapat menyebabkan kekeringan pada
mulut, hidung da tenggorokan. Jika kekeringan berlanjut hingga lebih dari
dua minggu anda harus periksakan ke dokter anda atau dokter gigi karena
kekeringan yang lama dapat menyebabkan penyakit gigi.
F ANTISPASMODIK
Antipasmodik merupakan golongsn obat yang memiliki sifat sebagai
relaksan otot polos.Termasuk dalam kelas ini ialah senyawa yang memiliki efek
anti kolinelgik (lebih tepatnya anti muskarinik) dan antagonis reseptor-dopamin
tertentu.Meskipun antipasmodik dapat mengurangi spasme usus , tetapi
penggunaanya dalam dispepsia bukan tukak, sindrom usus irritable dan penyakit
divertikular hanya bermanfaat sebagai penobatan tambahan. Manfaat klinik anti
sekresi lambung obat anti muskarinik konvensional relatif kecil, karena dosisnya
dibatasi oleh efek samping senyawa miip antropin.Selain itu, keberadaannya telah
digantikan oleh obat-obat anti sekresi yang lebih kuat dan spesifik, yakni
antagonis reseptor-H2 histamin dan anti muskarinik selektif piren
zevin.Antipasmodik obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran
cerna yang mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan
sebagainya.Beberapa contoh :Hyoscine (Obat ini beraksi pada sistem saraf
otonom dan mencegah kejang otot), Clidinium (Kombinasi chlordiazepoxide dan
clidinium bromide digunakan untuk mengobati lambung yang luka dan teriritasi.
Obat ini membantu mengobati kram perut dan abdominal.) , Mebeverine ,
Papaverine, (golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan
empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer
dan mesenterik.) , Timepidium , Pramiverine , Tiemonium.
GASTRITIS/MAAG
1. Gastritis bakterialis akibat infeksi oleh Helicobacter pylori (bakteri
yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung). Obat
yang diberikan mengandung bismuth atau antibiotik misalnya
amoxicillin dan claritromycin) dan obat anti-tukak (omeprazole).
2. Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling
berat, yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera). Obat :
jenis antasida (untuk menetralkan asam lambung) dan anti-ulkus yang
kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan asam
lambung). Perdarahan hebat : menutup sumber perdarahan pada
tindakan endoskopi.
G ANTIDIARE
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air
besar.( Perubahan frekuensi & konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam keadaan
normal, tinja mengandung 60-90% air, pada diare airnya bisa mencapai lebih dari
90%.Diare merupakan suatu gejala, pengobatannya tergantung pada
penyebabnya., dapat dijelaskan sebagai berikut
 untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat,
codein, paregorik (opium tinctur) atau loperamide.
 untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan
attapulgit aktif.
 diarenya berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit
dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus.
Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air,
gula dan garam.Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek
buruk terhadap sistem saraf pusat, tidak menyebabkan ketergantungan..Contoh
antidiare :
a. Racecordil, memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya mengembalikan
keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur penyebaran air dan elektrolit
ke usus.
b. Loperamide, golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat
motilitas saluran cerna
c. Nifuroxazide , bakterisidal terhadap E coli, Shigella dysenteriae,
Streptococcus, Staphylococcus dan P aeruginosa. Nifuroxazide bekerja
lokal pada saluran pencernaan.
d. Dioctahedral smectite, melindungi barrier mukosa usus & menyerap
toksin, bakteri, serta rotavirus.
H OBAT LAKSATIF (PENCAHAR)
Sembelit (konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar. Jika konstipasi disebabkan
oleh suatu penyakit, maka penyakitnya harus diobati. Pencegahan dan pengobatan
terbaik untuk konstipasi adalah gabungan dari olah raga, makanan kaya serat.
Sayur-sayuran, buah-buahan dan gandum merupakan sumber serat yang
baik.Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah :
1. Bulking Agents. Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil
dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada tinja.
2. Pelunak Tinja. Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap
oleh tinja.
3. Minyak Mineral. Minyak mineral akan melunakkan tinja dan
memudahkannya keluar dari tubuh.
4. Bahan Osmotik. Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke
dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah
dilepaskan.Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar
dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam
(fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol).
5. Pencahar Perangsang.langsung merangsang dinding usus besar untuk
berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Mengandung substansi yang dapat
mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak
kastor.bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi
sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang
dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60
menit.jangka panjang menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga
seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi
malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes).
6. Indikasi : untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan
untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat
yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik).Adapun
salah satu contoh dari obat laksatif yang biasa digunakan oleh masyarakat
luas adalah DULCOLAX.
· DULCOLAX
 Indikasi:Digunakan untuk pasien yang menderita konstipasi. Untuk
persipan prosedur diagnostik, terapi sebelum dan sesudah operasi dalam
kondisi untuk mempercepat defeksi.
 Kontra Indikasi:Pada pasien ileus, abstruksi usus, yang baru mengalami
pembedahan dibagian perut seperti usus buntu, penyakit radang usus akut
dan hehidrasi parah, dan juga pada pasien yang diketahui hipersensitif
terhadap bisacodyl atau komponen lain dalam produk
 Komposisi: 1 tablet salut enterik mengandung 5 g: 4,4'-diacetoxy-
diphenyl-(pyridyl-2)-methane (=bisacodil) Zat tambahan: laktosa, pti
jagung, gliserol, magnesium stearat, sukrosa, talk, akasia, titanium
dioksida, eudragit L100 dan S100, dibutilftalat, polietilen glikol, Fe-oksida
kuning, beeswax white, carnauba wax, shellac..
 Cara Kerja Obat: Bisacodyl adalah laksatif yang bekerja lokal dari
kelompok turunan difenil metan. Sebagai laksatif perangsang (hidragogue
antiresorptive laxative), DULCOLAX merangsang gerakan peristaltis usus
besar setelah hidrolisis dalam usus besar, dan meningkatkan akumulasi air
dan alektrolit dalam lumen usus besar.
 Dosis dan Cara Pemberian:
Kecuali ditentukan lain oleh dokter dosis yang dianjurkan adalah:
 Untuk Konstipasi Tablet Salut Enterik Dewasa dan anak-anak di atas 12
tahun: 2 - 3 tablet (10 - 15 mg) sekali sehari. Anak-anak 6 - 12 tahun: 1
tablet (5 mg) sekali sehari. Anak-anak di bawah 6 tahun: konsultasi
dengan dokter atau dianjurkan memakai supositoria anak. Tablet salut
enterik sebaiknya diminum pada malam hari untuk mendapatkan hasil
evakuasi pada esok paginya. Tablet mempunyai lapisan khusus, oleh
karena itu tidak boleh diminum bersama-sama dengan susu atau antasida.
Tablet harus ditelan dalam keadaan utuh dengan air secukupnya.
 Untuk Persiapan Prosedur Diagnostik dan Sebelum Operasi Bila
DULCOLAK digunakan pada pasien untuk persiapan pemeriksaan
radiografik abdomen atau persiapan sebelum operasi, maka penggunaan
tablet DULCOLAX harus dikombinasi dengan supositoria, agar didapat
evakuasi yang sempurna dari usus. Dosis yang dianjurkan untuk orang
dewasa adalah 2 - 4 tablet pada malam sebelumnya dan 1 sipositoria pada
esok paginya.
 Peringatan dan Perhatian: Sebagaimana halnya laktasit lainnya,
DULCOLAX tidak boleh diberikan setiap hari dalam waktu yang sama.
Jika pasien setiap hari membutuhkan laktasif, harus diketahui penyebab
terjadinya konstipasi. Penggunaan berlebihan dalam waktu lama dapat
menyebabkanketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan hipokalemia,
dan dapat mengendapkan onset konstipasi balik. Pusing dan/atau syncope
telah dilaporkan pada pasien yang menggunakan DULCOLAX. Detail
yang ada menunjukkan bahwa kejadian tersebut akan terus berlanjut
dengan berkurangnya kekuatan untuk defekasi (defecation syncope), atau
dengan respon vasovagal terhadap sakit perut yang dapat berhubungan
dengan konstipasi yang mendesak pasien tersebut terpaksa menggunakan
laktasif dan tidak perlu menggunakan DULCOLAX. Penggunaan
supositoria dapat menyebabkan sensasi rasa sakit dan iritasi lokal,
kuhusnya pada fisura anus dan proktitis ulserativa. Anak-anak tidak boleh
menggunakan DULCOLAX tanpa petunjuk dokter.
 Masa Hamil dan Menyusui Pengalaman menunjukkan tidak ada bukti
efek samping yang berbahaya selama kehamilan. Namun demikian, seperti
halnya obat lain, penggunaan DULCOLAX selama kehamilan harus
dengan petunjuk medis. Belum diketahui apakah bisacodiyl menembus air
susu ibu atau tidak. Oleh karena itu, penggunaan DULCOLAX selama
menyusui tidak dianjurkan.
 Efek Samping: Sewaktu menggunakan DULCOLAX, dapat terjadi rasa
tidak enak pada perut termasuk kram, sakit perut, dan diare. Reaksi alergi,
termasuk kasus-kasus angiooedema dan reaksi anafilaktoid juga
dilaporkan terjadi sehubungan dengan pemberian DULCOLAX.
 Interaksi: Penggunaan bersamaan dengan diuretik atau adreno-kortikoid
dapat meningkatkan risiko ketidakseimbangan elektrolit jika DULCOLAX
diberikan dalam dosis berlebihan. Ketidaseimbangan elektrolit dapat
mengakibatkan peningkatan sensitivitas glikosida jantung.
 Overdosis: Gejala Bila dosis DULCOLAX terlalu tinggi, maka dapat
terjadi diare, kram perut dan berkurangnya kadar kalium serta elektrolit
lainnya secara nyata. Overdosis kronis DULCOLAX dapat menyebabkan
diare kronis, sakit perut, hipokalemia, hiperaldosteronisme dan batu ginjal.
Kerusakan tubulus ginjal, alkalosis metabolik dan kelelahan otot akibat
hipokalemia juga terjadi pada penyalahgunaan laktasif kronis.
 Terapi Dalam waktu yang singkat setelah minum DULCOLAX,
penyerapan DULCOLAX dapat dikurangi atau dicegah dengan memaksa
untuk muntah atau kuras lambung. Dalam hal ini mungkin diperlukan
penggantian cairan dan perbaikan keseimbangan elektrolit. Ini sangat
diperlukan pada pasien usia lanjut dan muda. Pemberian antipasmodik
mungkin ada manfaatnya.
I KOLAGOGUM,KOLELITOLITIK DAN HEPATIK PROTEKTOR
Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan saluran
cerna tetapi lebih kepada fungsi hati dan empedu yang bermasalah.Obat yang
menstimulasi aliran empedu ke duodenum disebut Kolagogum.Hingga kini belum
ada pengobatan efektif pilihan untuk penyakit hepatitis yang kronis karena
virus.Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk masalah ini , seperti di
bawah ini :
 Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif langsung, dan efek pada
siklus enterohepatik pada efek korelatif potensial asam empedu dan efek
imunomodulate.
 AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan asam amino esensial
yang terdiri dari asam amino Valin, Leusin, & Isoleusin. Pada penderita
penyakit hati kronis atau sirosis hati kadar AARC ini akan menurun.
 Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari empat asam organik
utama yang diproduksi oleh hati, disintesa hati dari kolesterol. Indikasi :
batu empedu kolesterol, khususnya pada pasien yang beresiko tinggi untuk
pembedahan, tidak dapat ditolong dengan pembedahan sama sekali atau
yang menolak kolesistektomi (membuang kandung empedu yang sakit
atau yang berisi batu dengan pembedahan).
 Zat aktif lainny, berasal dari alam seperti silymarin, lecitin, ekstrak
rimpang-rimpangan maupun tanaman lainnya yang dalam penelitian
bermanfaat untuk kesehatan hati.
J OBAT HEMOROID
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung
pembuluh balik (vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. Wasir yang tetap
berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari
anus disebut hemoroid eksternal (wasir luar). Wasir bisa terjadi karena
mengeluarkan darah, terutama setelah buang air besar, sehingga tinja mengandung
darah atau terdapat bercak darah di handuk ataupun tisu kamar mandi. Darahnya
bisa membuat air di kakus menjadi merah. Lama kelamaan wasir dapat
menyebabkan penderitanya mengalami kehilangan darah yang berat atau anemia
sehingga memerlukan transfusi darah.Wasir yang menonjol keluar mungkin harus
dimasukkan kembali dengan tangan perlahan-lahan atau bisa juga masuk dengan
sendirinya. Wasir dapat membengkak dan menjadi nyeri bila permukaannya
terkena gesekan atau jika di dalamnya terbentuknya pembekuan darah.Kadang-
kadang, wasir bisa juga menyabakan keluarnya lendir dan menimbulkan perasaan
bahwa masih ada isi rektum yang belum dikeluarkan. Perut terasa mau jebol
karena banyak tinja yang tertahan akibat takut mengalamai rasa sakit saat buang
air besar. Gatal pada daerah anus (pruritus ani) bisa menjadi gejala dari wasir.
Rasa gatal ini terjadi karena keadaan wasir yang terkeluar itu menghambat
pembersihan anus secara efisien, dapat menyebabkan partikel-partikel kecil dari
feses menumpuk pada kulit perianal dan bekerja sebagai iritan. Iritan ini dapat
berpotensi menjadi kanker bila tidak segera ditangani. Ada juga yang mengalami
rasa sakit di bagian tulang belakang bagian bawah. Biasanya, gejala itu di alami
oleh penderita yang sudah pada ambeien stadium 2.Penyakit hati menyebabkan
kenaikan tekanan darah pada vena portal dan kadang-kadang menyebabkan
terbentuknya wasir. Pengobatan Hemoroid/Wasir biasanya, tidak membutuhkan
pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala.
 Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan
yang menyertainya.
 Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami
perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.
 Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi,
diikat dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan
wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
 Pengobatan dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin
3-6 kali pengobatan.
 Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser),
sinar infra merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik
(elektrokoagulasi).
 Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal.
Kandungan obat hemoroid / wasir
Polidocanol, sediaan injeksi (ampul).Senyawa bismuth dan kombinasinya,
Kombinasi Hydrokortison, suppositoria.Ekstrak tumbuh-tumbuhan,
Graptophyllum pictum, Sophora japonica , dllSenyawa flucortolone dan
kombinasi senyawa alumunium, senyawa zink, hydrokortison dan lidokain dalam
bentuk krim.
K OBAT DIGESTAN
Obat membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim atau campurannya,
berguna memperbaiki fungsi pencernaan, bermanfaat pada defisiensi satu atau
lebih zat yang berfungsi mencerna makanan.
Sediaan digestan :
 Enzim pancreas
 Dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin & pankrelipase. Mengandung
amilase, tripsin (protease) & lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas
hewan, aktivitas lipase relatif lebih tinggi dari pankreatin.
 Pepsin , enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim
pankreas.
 Empedu, mengandung asam empedu dan konjugatnya, mengatasi batu
kolesterol kandung empedu.
L ANTASIDA
Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir
kelebihan asam lambung yg menyebabkan timbulnya sakit maag.Tujuan
pengobatan adalah menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat
antasida digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Anti Hiperasiditas
Obat dengan kandungan aluminium atau magnesium bekerja secara
kimiawi mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Sediaan yang mengandung
magnesium menyebabkan diare karena bersifat pencahar, sedangkan sediaan
yang mengandung aluminium dapat menyebabkan sembelit maka biasanya kedua
senyawa ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut
hidrotalsit.
2. Indikasi
Antasida yang diminum untuk meredakan sakit maag, gejala utama
penyakit gastroesophageal refluks, ataupun gangguan asam pencernaan.
Pengobatan dengan antasida dan hanya ditujukan untuk gejala ringan saja.
Pengobatan ulkus akibat keasaman yang berlebihan mungkin memerlukan
antagonis reseptor H2 atau pompa proton untuk menghambat asam, dan
mengurangi H. pylori.

3. Efek
Efek yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi. Efek yang umumnya
terjadi adalah sembelit, diare, dan kentut terus-menerus.Berkurangnya keasaman
perut dapat menyebabkan mengurangi kemampuan untuk mencerna dan menyerap
nutrisi tertentu, seperti zat besi dan vitamin B. Kadar pH yang rendah di perut
biasanya membunuh bakteri yang tertelan, tetapi antasida meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi karena kadar pHnya naik. Hal ini juga bisa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan biologis dari beberapa obat. Misalnya,
ketersediaan hayati ketokonazol (antijamur) berkurang pada pH lambung yang
tinggi (kandungan asam rendah).Peningkatan pH dapat mengubah kemampuan
biologis obat lain, seperti tetrasiklin dan amfetamin. Ekskresi obat-obatan tertentu
juga dapat terpengaruh. Perpaduan tetracycline dengan aluminium hidroksida
dapat menyebabkan mual, muntah, dan ekskresi fosfat, sehingga kekurangan
fosfat.
Perintang reseptor H2 ( antagonis reseptor H2).Bekerja dengan cara
mengurangi sekresi asam. contoh obatnya adalah ranitidin dan simetidin.
Adapun penggolongan obat - obat antasida, antara lain :
a. Antasida
 Aluminium Hidroksida
 Al Oksida
 Magnesium Karbonat
 Mg Trisilikat
 Mg Oksida
 Mg Hidroklorida
 Natrium Karbonat
 Bismuth Subnitrat
 Bismuth Subsitrat
 Kalsium Karbonat
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rhinitis adalah radang membran mukosa hidung yang ditandai dengan bersin,
gatal, hidung berlendir, dan kongesti atau hidung tersumbat. Terapi rhinitis yang
utama dalah pemberian antihistamin oral yang dikombinasikan dengan
dekongestan. Efek samping kombinasi antihistamin dengan dekongestan yang
diberikan sistemik adalah sedasi atau ngantuk, insomnia dan aritmia (jarang).
Secara umum obat untuk terapi rhinitis yang sering disebut sebagai alergi rhinitis
adalah : Antihistamin (Penghambat Reseptor H1), Agonis α-adrenergik
(Dekongstan), Kortikosteroid
Istilah bronkodilator merujuk pada obat yang mempunyai efek mendilatasi
atau relaksasi bronkus. Obat ini sering digunakan sebagai antiasma.
Bronkokonstriksi dapat terjadi karena perangsangan parasimpatik atau hambatan
simpatik dibronkus. Konstriksi bronkus dapat diredakan atau dikurangi dengan
pemberian agonis β2 atau pemberian antagonis kolinergik serta obat golongan
xantin.
Asma, bronchitis, dan infeksi bronkus dapat menyebabkan produksi mucus.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan penebalan mucus. Mucus mengandung
glikoprotein, polisakarida, debris sel dan cairan/eksudat infeksi. Infeksi
pernafasan menghasilkan mucus yang bersifat purulen atau menyebabkan infeksi,
oleh karena itu harus segera dikeluarkan. Perubahan dan banyaknya secret
menyebabkan mucus sukar dikeluarkan secara ilmiah. Ketika kondisi sudah
mengganggu pernapasan pemberian mukolitik mungkin bermanfaat untuk
memudahkan pengeluaran mucus.
Batuk kering atau yang dikenal dengan batuk tidak produktif atau batuk tidak
menghasilkan secret, membuat tenggorokan gatal dan menyebabkan suara serak
dan hilang. Batuk sering dipicu oleh inhalasi partikel – partikel makanan, bahan
iritan, asap rokok, atau karena perubahan temperature. Batuk kering juga dapat
merupakan gejala sisa dari infeksi virus atau karena flu. Batuk jenis ini tidak
memberikan gejala kecuali batuk itu sendiri, pasien tidak merasa sakit, tidak ada
kongesti atau gangguan pernapasan.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis
harapkan guna kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Priyatno.2010.Farmakologi Dasar.Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi

(LESKONFI): Depok

http://meidinasinaga.wordpress.com/2009/11/12/obat-antitukak/

http://apotik.medicastore.com/artikel-obat/obat-anxietas

http://id.scribd.com/doc/42559346/OBAT-SISTEM-PENCERNAAN

http://hmkuliah.wordpress.com/2011/04/30/obat-sistem-pencernaan/

http://astutidea.blogspot.com/2012/10/obat-obat-gangguan-sistem-

pencernaan.html

gurahjayaantara.blogspot.com/2013/12/farmakologi-obat-pencernaan.html
OBAB PERNAFASAN DAN
PENCERNAN

DI SUSUN

Oleh :

RIZQA MULYANI

1340292018049

Dosen Pembimbing Ernita Silviana,M.Si

AKAFARMA BANDA ACEH


2019

Anda mungkin juga menyukai