Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH REVIEW JURNAL

PEMERIKSAAN LABORATORIUM RESPIRATORI


Penyakit Difteri

Nama : Ilda Rumfot


NIM : 1611304040
Gol/Kelompok :A
Dosen : dr. Erissa M. Mara, M.Sc., Sp.PK.

PRODI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS FAKULTAS


ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makala review jurnal berteman ‘‘Toksigenitas Corynebacterium
diphtheriae Pada Sampel Kejadian Luar Biasa Difteri Tahun 2010 – 2015
Menggunakan Elektes’’ ini tepat pada waktunya.Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pemeriksaan Laboratorium Respiratori. Dalam makalah ini membahas
definisi dari penyakit difteri, patofisiologis penyakit difteri dan pemeriksaan penyakit
difteri.

Penulis menyadari bahwa makalah review jurnal ini sangat jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu masukan berupa kritikan dan saran sangat Penulis harapkan
demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kiranya Makalah review jurnal bertema
Penyakit Difteri.Sekian dan terima kasih.
.

Yogyakarta, 18 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ....................................................................................................... 1
1.4 Ruang lingkup ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Definisi Penyakit Difteri ............................................................................. 3
2.2 Patofisiologis Penyakit Difteri .................................................................... 3
2.3 Pemeriksaan Penyakit Difteri...................................................................... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 8
3.2 Saran............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Difteri adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh


bakteri Corynebacterium diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas
bagian atas dengan tanda khas berupa pseudomembran dan dilepaskannya eksotoksin yang
dapat menimbulkan gejala umum dan lokal. Penularan umumnya melalui udara, berupa
infeksi droplet, selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Masa
tunas 2-7 hari (Behrman., Kliegman.,Arvin. 2000).

Difteri mudah menular, menyerang terutama saluran napas bagian atas, dengan gejala
demam tinggi, pembengkakan amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin
lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Penularan bakteri difteri umumnya
melalui udara (batuk/bersin). Selain itu, bakteri difteri dapat menular melalui benda atau
makanan yang terkontaminasi (Behrman., Kliegman.,Arvin. 2000).

Ciri khas dari penyakit ini ialah pembekakan di daerah tenggorokan yang berupa
reaksi radang lokal, dimana pembuluh – pembuluh darah melebar mengeluarkan sel darah
putih sedang sel-sel epitel pada daerah tersebut rusak, lalu terbentuklah membran putih
keabu-abuan (pseudomembrane). Membran ini sukar diangkat dan mudah berdarah. Di
bawah membran ini bersarang kuman difteri dan kuman-kuman ini mengeluarkan exotoxin
yang memberikan gejala-gejala yang lebih berat dan kelenjar getah bening yang berada
disekitarnya akan mengalami hiperplasia dan mengandung toksin( Doengoes, Marlynn, dkk.
2005)

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah review jurnal ini, antara lain :
1. Mahasiswa mampu memahami tentang Penyakit Difteri
2. Mahasiswa mampu memahami Pemeriksaan Difteri

1.3 Manfaat
Mafaat dari pembuatan makalah review jurnal ini, antara lain :
1. Mengetahui Definisi dari Penyakit Difteri
2. Mengetahui Patofisiologi Penyakit Difteri
3. Mengetahui Pemeriksaan Penyakit Difteri
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pembuatan makalah review jurnal ini, antara lain :
1. Definisi dari Penyakit Difteri
2. Patofisiologis Difteri
3. Pemeriksaan Penyakit Difteri
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Penyakit Hati/ Hepar

Difteri adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae,


yang dapat menghasilkan eksotoksin bila diinsersi Corynephage yang membawa gen
diphtheria toxin (dtx). Corynebacterium ulcerans dan Corynebacterium pseudotuberculosis
juga dapat menghasilkan eksotoksin dan menyebabkan penyakit yang mirip difteri
(diphtheria - like diseases) (Fitriana, Harli Novriani., 2014)
Manifestasi utama pada saluran nafas atas biasanya disertai gejala sakit tenggorok,
disfagia, limfadenitis, demam yang tidak tinggi, malaise dan sakit kepala. Penyakit difteri
juga dapat membentuk membran adheren pada nasofaring yang pada akhirnya bisa
menyebabkan obstruksi saluran nafas. Efek sistermik berat yang ditimbulkan oleh
eksotoksin dari difteri dapat menyebabkan miokarditis, neuritis, dan kerusakan ginjal.1-3
Kelompok risiko tinggi penyakit difteri terutama adalah anak-anak (golongan umur 1-5
tahun) dan lanjut usia. Dewasa ini di era vaksinasi terjadi perubahan epidemiologi dimana
penyakit difteri juga dapat terjadi pada orang dewasa( Kambang Sariadji, Sunarno. 2017).

2.2 Patofisiologis Penyakit Difteri

Corynebacterium diphtheria yang masuk ke dalam tubuh dapat berkembang biak


pada mukosa saluran nafas, untuk kemudian memproduksi eksotoksin yang disebut
diphtheria toxin (dt). Toksin yang terbentuk tersebut kemudian dapat diserap oleh membran
mukosa dan menimbulkan peradangan dan penghancuran epitel saluran nafas hingga terjadi
nekrosis, leukosit akan menginfiltasi daerah nekrosis sehingga banyak ditemukan fibrin
yang kemudian akan membentuk patchy exudate, yang masih dapat dilepaskan. Pada
keadaan lanjut akan terkumpul fibrous exudate yang membentuk pseudomembran
(membran palsu) dan semakin sulit untuk dilepas serta mudah berdarah. Umumnya
pseudomembran terbentuk pada area tonsil, faring, laring, bahkan bisa meluas sampai
trakhea dan bronkus. Membran palsu dapat menyebabkan edema pada jaringan mukosa
dibawahnya, sehingga dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas dan kematian pada
penderita difteri pernafasan.

3
Toksin kemudian memasuki peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh,
terutama pada jantung dan jaringan saraf yang memiliki banyak reseptor dt, serta
menyebabkan degenerasi dan nekrosis pada jaringan tersebut. Bila mengenai jantung akan
mengakibatkan terjadinya miokarditis dan payah jantung, sedangkan pada jaringan saraf
akan menyebabkan polineuropati. Kematian biasanya disebabkan karena adanya kegagalan
jantung dan gangguan pernafasan.

2.3 Pemeriksaan Penyakit Difteri

Pada jurnal ‘‘Toksigenitas Corynebacterium diphtheriae Pada Sampel Kejadian


Luar Biasa Difteri Tahun 2010 – 2015 Menggunakan Elektes’’Penelitian dilakukan di
Laboratorium Bakteriologi yang berada di Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dari Juni sampai
Desember 2015. Adanya koloni yang diduga koloni C.diphtheriae pada medium CTBA
dengan ciri koloni bulat, hitam keabuan divalidasi dengan pemeriksaan mikroskopik
menggunakan pewarnaan Albert. Morfologi C.diphtheriae secara mikroskopik
menunjukkan gambaran bentuk batang dengan pembesaran (granul) pada salah satu atau
kedua ujungnya. Pengujian dilanjutkan dengan uji biokimia dan uji toksigenisitas
menggunakan isolat murni yang ditumbuhkan kembali dari medium selektif CTBA ke
Blood Agar (BA).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampel yang digunakan adalah
isolat C.diphtheriae tersimpan hasil investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) dari tahun 2010
sampai 2014 berjumlah 48 isolat dan 13 isolat hasil investigasi KLB tahun 2015, sehingga
totalnya 61 isolat. Isolat tersebut ditumbuhkan kembali pada medium selektif cystine
tellurite blood agar (CTBA), inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC. Uji toksigenitas
difteri dilakukan dengan menggunakan metode Elek test . Pemeriksaan elek test dilakukan
dengan media elek test pada petri disk diameter 4,5 cm. Disk antitoksin berisi 25 IU ADS
(Biofarma) diletakkan di bagian tengah petri, kemudian isolat C.diphtheriae diinokulasi pada
bagian tepi dengan jarak 1 cm dari disk antitoksin. Inkubasi pada suhu 37o C selama 24-48
jam.

4
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Cotton swab steril, api bunsen, ose bulat, ose jarum, korek api, spidol, rak
tabung reaksi, inkubator.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


Blood agar plate, media gula-gula, media SC, media SIM, media TSIA,
sampel swab tenggorok

3. Cara Kerja

a. Hari Pertama
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Pasien diminta untuk duduk dikursi menghadap sumber cahaya
3) Pasien diminta untuk membuka mulut tanpa lidah menjulur
keluar, dan disuruh berkata “aaahhh ”
4) 2/3 lidah ditekan menggunakan alat penekan lidah
menggunakan tangan kiri sehingga keliatan tonsilnya
5) Hapuskan atau gosokkan cotton swab steril pada daerah
sekitar tonsil yang kena infeksi berwarna kemerah-merahan
dengan selaput putih, cotton swab jangan menyentuh lidah
6) Tanam sampel bakteri pada blood agar

7) Inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam

b. Hari Kedua
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Koloni yang tumbuh pada media blood agar dilakukan pewarnaan
gram
3) Koloni kemudian ditanam pada media gula-gula, media SC, media
SIM, media TSIA

4) Inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam

5
c. Hari Ketiga
1) Amati perubahan yang terjadi pada media TSIA, SIM, SC, dan media
gula-gula
2) Untuk media SIM tambahkan dengan reagen covac`s 2-3 tetes
3) Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk
menentukan jenis bakteri yang sesuai dengan hasil identifikasi.

4. Interpretasi hasil
a. Media Blood Agar Plate :
- Koloni kecil-kecil, putih keruh, smoth, cembung, hemolisis atau
anhemolisis,

b. Uji Biokimia
Media Hasil
NA (Nutrient Agar) Tumbuh
Gula-gula - glukosa : Kuning(+), - gas
- laktosa : merah(-), - gas
- manitol : merah(-), - gas
- maltosa : Kuning(+), - gas
- sukrosa : Kuning(+), - gas
TSIA Lereng/Dasar : Merah/Kuning
Gas : Negative (-)
H2 S : Negative (-)
SC Negative (-)
SIM Sulfid : Negative (-)
Indol : Negative (-)
Motilitas : Negative (-)

Total isolat tersimpan berjumlah 61 buah menunjukkan hasil karakteristik koloni


difteri pada medium CTBA yakni tampak hitam atau abu-abu. Pemeriksaan tersebut
dilanjutkan dengan mikroskopik dan uji biokimia dengan hasil menunjukkan 57 isolat
adalah C.diphtheriae dengan berbagai sub tipe dan 4 isolat adalah Corynebacterium
pseudodiphthericum. Hasil Elek test dari 57 sampel menunjukkan 54 isolat toksigenik
dan 3 isolat menunjukkan hasil non toksigenik. Hasil positif toksigenitas ditandai dengan
6
terbentuknya garis presipitasi, sementara yang non toksigenik tidak menunjukkan garis
presipitasi. Empat isolat C.pseudodiphthericum tidak dilakukan uji.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah review jurnal ini adalah:

Difteri adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae,


yang dapat menghasilkan eksotoksin bila diinsersi Corynephage yang membawa gen
diphtheria toxin (dtx). Corynebacterium ulcerans dan Corynebacterium pseudotuberculosis
juga dapat menghasilkan eksotoksin dan menyebabkan penyakit yang mirip difteri
(diphtheria - like diseases).
Pada jurnal ‘‘Toksigenitas Corynebacterium diphtheriae Pada Sampel Kejadian
Luar Biasa Difteri Tahun 2010 – 2015 Menggunakan Elektes’’Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Sampel yang digunakan adalah isolat C.diphtheriae tersimpan
hasil investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) dari tahun 2010 sampai 2014 berjumlah 48
isolat dan 13 isolat hasil investigasi KLB tahun 2015, sehingga totalnya 61 isolat.

3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memanfaatkan makalah review jurnal ini untuk


menambah pengetahuan tentang definisi dari penyakit difteri, patofisiologis penyakit
difteri dan pemeriksaan penyakit difteri.

Penulis menyadari dalam penyajian makalah ini, masih banyak terdapat


kekurangan. Maka dari itu mengharapkan kritik dan saran dari Dosen pembimbing dan
teman-teman semua.

8
DAFTAR PUSTAKA

Behrman., Kliegman.,Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15, Volume 2. Jakarta
: EGC.

Doengoes, Marlynn, dkk. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica
Ester. Jakarta : EGC.

Kambang Sariadji, Sunarno. 2017. Toksigenitas Corynebacterium diphtheriae Pada


Sampel Kejadian Luar Biasa Difteri Tahun 2010 – 2015 Menggunakan
Elektes.Online:urnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/672/537.pdf.
Diakses pada tanggal 14 Maret 2019.

Fitriana, Harli Novriani. 2014. Penatalaksanaan Difteri.Online:


https://www.alomedika.com/penyakit-infeksi/difteri/penatalaksanaan.pdf.
Diakses pada tanggal 14 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai