Anda di halaman 1dari 62

BAB I

INTEGRAL TAK TENTU

Kompetensi Umum:

Mahasiswa terampil menentukan integral tak tentu dari suatu fungsi tertentu
dengan menggunakan rumus-rumus yang telah dipelajari serta dapat
menggunakan konsep integral tak tentu untuk menyelesaikan suatu masalah
sederhana.

Kompetensi Khusus:

Mahasiswa dapat:
a)menentukan anti turunan suatu fungsi tertentu.
b)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna- kan
aturan pangkat.
c)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna- kan
rumus pokok integral fungsi trigonometri
d)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna-kan
aturan pangkat yang diperumum
e)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna-kan
teknik subsitusi dengan variabel baru
f)menentukan integral tak tentu dari fungsi tertentu dengan mengguna-kan
teknik subsitusi tanpa variabel baru
g)menggunakan konsep integral tak tentu untuk menyelesaikan suatu masalah
sederhana
Pendahuluan

Konsep integral tak tentu diperkenalkan sebagai invers pendiferensialan, sehingga


integral tak tentu didefinisikan sebagai anti diferensial. Anti diferensial adalah
bentuk paling umum dari anti turunan.

1.1 Anti Turunan


Andaikan dari bentuk F’(x)=f(x) atau dF(x)= f(x) dx akan ditentukan fungsi
F. Fungsi F yang demikian kita namakan anti turunan atau fungsi primitif dari f .

Definisi 1.1: (Anti Turunan)


Andaikan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I. Fungsi F dinama-
kan anti turunan atau fungsi primitif dari f pada I , jika dipenuhi
F′(x) = f(x) pada I.

Contoh
Andaikan F (x) = x2 maka F′(x) = 2x di R
Sehingga anti turunan dari f(x) = 2x adalah F(x) = x2 .
Anti turunan dari suatu fungsi tidak tunggal, perhatikan bahwa fungsi G dan H
berikut juga anti turunan dari f.
G(x) = x2 + 3 juga anti turunan dari f(x) = 2x sebab G′(x) = 2x = f(x)
H(x) = x2 – 5 juga anti turunan dari f(x) = 2x sebab H′(x) = 2x = f(x)
Jadi fungsi f(x) = 2x mempunyai banyak anti turunan atau fungsi primitif.

Perbedaan anti turunan yang satu dengan yang lain terletak pada konstanta nya
saja. Kenyataan ini berlaku untuk semua fungsi, hal ini dijamin oleh teorema
“Jika F′(x) = G′(x) untuk semua x dalam (a,b), maka terdapat konstanta C
sedemikian hingga F (x) = G(x) + C “
Teorema tersebut sudah anda pelajari di Kalkulus I (Kalkulus Diferensial).

Adanya perbedaan anti turunan yang satu dengan yang lain hanya pada
konstantanya maka terdapat bentuk anti turunan yang paling umum (merupakan
keluarga fungsi) yang dinamakan anti diferensial.

Definisi 1.2: (Anti Diferensial)


Anti diferensial adalah bentuk paling umum dari anti turunan. Jika F′
(x) = f(x) pada selang terbuka I, maka anti diferensial dari f(x) pada I
adalah y = F(x) + C dengan C konstanta sembarang.

Contoh

1. Untuk F (x) = x3 – 1 diperoleh F′(x) = 3x2 = f(x) di R maka anti diferensial


dari f(x) = 3x2 di R adalah y = x3 – 1 + C atau y = x3 + C
2. Untuk F (x) = sin x diperoleh F′(x) = cos x = f(x) di R maka anti
diferensial dari f(x) = cos x di R adalah y = sin x + C

1.2 Intergal Tak Tentu

Proses menentukan anti diferensial adalah kebalikan dari proses menentukan


diferensial, yaitu dari F′(x) = f(x) diperoleh dF(x) = f(x) dx dengan f
diketahui. dan F akan ditentukan. Proses ini disebut integral tak tentu, istilah tak
tentu berarti memuat konstanta riil sembarang. Leibniz memperkenalkan cara

penulisan simbol operasi anti diferensial dengan ∫ ... dx .


Definisi 1.3: (Integral Tak Tentu)
Andaikan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I dan fungsi F adalah
suatu anti turunan dari fungsi f pada I. Proses menentukan anti
diferensial dari fungsi f dinamakan integral tak tentu dari f pada I,
disajikan dengan lambang
∫ f ( x)dx = F ( x) + c dengan C konsanta sebarang
dan dibaca “integral tak tentu dari f dengan peubah x” atau “integral tak
tentu dari f terhadap peubah x” secara singkat “integral f terhadap x”.

Catatan
1lambang ∫ adalah lambang integral
2lambang ∫
... dx
adalah operator integral
3f(x) adalah fungsi yang diintegralkan dinamakan integran
4istilah tak tentu berarti mengandung konstanta sembarang
5pekerjaan menghitung integral adalah mengintegralkan

Perhatikan!
i. Hubungan turunan, diferensial, dan integral tak tentu.
F ′( x) = f ( x)

dF ( x)
= f ( x) ⇔ dF ( x) = f ( x) ⇔ ∫ dF ( x) = ∫ f ( x)dx = F ( x) + C
dx

turunan diferensial anti diferensial (integral tak tentu)

ii. Turunan dari suatu integral tak tentu adalah integran,


d
[ ∫ f ( x)dx] = d [ F ( x) + C ] = F ′( x) = f ( x)
dx dx
Contoh

d ( x 3 + 1)
= 3x 2 ⇔ d ( x 3 + 1) = 3x 2 dx ⇔ ∫ d ( x 3 + 1) = ∫ 3x 2 dx = x 3 + C
1. dx
d
[ ∫ cos xdx] = cos x
2. dx

1.3 Rumus-rumus Integral Tak Tentu

Teorema 1.1: (Aturan Pangkat)


Jika n adalah bilangan rasional sembarang kecuali –1, maka

n x n+1
∫ x dx = n +1
+C

Bukti:
d [ d
∫ f ( x)dx ] = [ F ( x) + C ] = F ' ( x) = f ( x)
Karena dx dx , maka bukti teorema
d  x n+1  (n + 1) x n
+ C = + 0 = xn
dx  n + 1  n +1
tersebut sebagai berikut  

Contoh
0 x0 + 1
∫ dx = ∫ 1 dx − ∫ x dx =
0 +1
+ C = x+C

8 x8 + 1 1
∫ x dx = + C = x9 + C
8 +1 9

1 −2 t −2 + 1 1
∫ t2
dt = ∫t dt =
− 2 +1
+ C =− +C
t

Dapat kita pahami bahwa x adalah variabel boneka artinya bahwa jika untuk setiap
kemunculan x diganti dengan variabel lain misalnya t, u, v dsb, nilai integral tak
tentu tersebut tidak berubah.
∫ f ( x)dx = ∫ f (t )dt = ∫ f (u )du = ∫ f (v)dv. ...dsb

Contoh
∫(x ) ( ) (
− 3 dx = ∫ t 2 − 3 dt = ∫ u 2 − 3 du. )
2
...dsb

Teorema 1.2: (Integral Fungsi Trigonometri)


i.. ∫ sin x dx = − cos x + C iv. ∫ csc 2 x dx = − cot x + C

ii. ∫ cos x dx = sin x + C v. ∫ tan x sec x dx = sec x + C

iii . ∫ sec 2 x dx = tan x + C vi. ∫ cot x csc x dx = − csc x + C

Bukti teorema i, bukti teorema lainnya diserahkan kepada pembaca.

Bukti:
d (− cos x + C )
Karena
dx
= −(− sin x) = sin x maka ∫ sin x dx = − cos x + C

Teorema 1.3: (Kelinieran ∫ ...dx )


Andaikan fungsi f dan g mempunyai integral tak tentu dan andaikan k
suatu konstanta, maka
i. ∫ k f ( x) dx = k ∫ f ( x) dx
ii. ∫ [ f ( x) + g ( x)] dx = ∫ f ( x) dx + ∫ g ( x) dx
iii. ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx = ∫ f ( x) dx − ∫ g ( x) dx
ii dan iii dapat diperluas untuk sejumlah berhingga fungsi

Bukti teorema i, bukti teorema lainnya diserahkan kepada pembaca.

Bukti:
Karena
d
dx
[
k ∫ f ( x)dx = k]d
dx
[∫ f ( x)dx] = kf ( x) maka ∫ kf ( x)dx = k ∫ f ( x)dx
Contoh

1. ∫ ( x + sin x) dx = ∫ x dx + ∫ sin x dx
=  x 2 + C1  + ( − cos x + C 2 )
1 
2 
= x 2 − cos x + ( C1 + C 2 )
1
2
1
= x 2 − cos x + C
2
2. ∫ ( x −5 x + 6) dx = ∫ x 3dx − 5∫ x dx + 6∫ dx
3

1  1 
=  x 4 + C1  − 5 x 2 + C 2  + 6 x + C3 ( )
4  2 
1
= x4 −
4
5 2
2
(
x + 6 x + C1 + 5C 2 + 6C3 )
1 5 2
= x4 − x + 6x + C
4 2

Teorema 1. 4: (Aturan Rantai untuk Anti Pendiferensialan)


Andaikan g adalah fungsi yang dapat didiferensialkan dengan daerah
nilainya adalah selang I, dan andaikan f adalah fungsi yang
didefinisikan pada selang I serta F adalah anti turunan dari f pada I,
maka

∫ f ( g ( x)) g ′( x) dx = F ( g ( x)) + C

Bukti:

Menurut aturan rantai turunan suatu fungsi diperoleh


d
[ F ( g ( x)) + C ] = F ' ( g ( x)). g ' ( x) = f ( g ( x)). g ' ( x)
dx
Oleh karenanya, berdasar definisi integral tak tentu berlaku

∫ f ( g ( x)) g ′( x) dx = F ( g ( x)) + C

Contoh

1. ∫ cos( 2 x ) . 2 dx = sin ( 2 x ) + C
↑ ↑
g ( x) g' ( x) f (t ) = cos(t )

∫ 2 sin(t + 1). t dt = ∫ sin(t 2 + 1). 2t dt = − cos(t 2 + 1) + C


2
2.
↑ ↑
g ( x) g'(x) f (t ) = sin (t )

Teorema berikut merupakan keadaan khusus dari teorema 1.4.

Teorema 1. 5: (Aturan Pangkat yang Diperumum)


Andaikan g adalah fungsi yang dapat didiferensialkan dan n
bilangan rasional yang bukan –1, maka
n+1
[ g ( x )]
∫ [ g ( x)] g ′( x) dx =
n +C
n +1

Bukti diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

Contoh

∫( ) 2 5 1 6
1. x −1 (2 x) dx =  x 2 − 1 + C
6 
↑ ↑
g(x) g'(x) n=5

2
1 2
 x − 3 x + 7  + C
2
2. ∫ ( x − 3x + 7)(2 x − 3)dx = 2 
↑ ↑
g(x) g'(x) n =1
Teknik Subsitusi Dengan Variabel Baru

Jika pada teorema 1.4 dan 1.5 di atas,

dimisalkan g(x) = u maka d[g(x)] = du sehingga g′(x) dx = du

Dari teorema 1.4 diperoleh

∫ f ( g ( x)) g ′( x) dx = ∫ f (u ) du = F (u ) + C = F ( g ( x)) + C

Dari teorema 1.5 diperoleh

un [ g ( x )] n + C
∫ [ g ( x)] g ′( x) dx
n n
= ∫ u du = n +1
+C =
n +1

Prosedur ini selanjutnya disebut teknik subsitusi dengan variabel baru


Contoh
1. Hitung ∫ sin ( 3x ). 3 dx
Penyelesaian :
misal 3 x = u
⇒ d (3 x) = du
⇒ 3dx = du
Jadi ∫ sin ( 3x ). 3 dx = ∫ sin u. du
= − cos u + C
2. Hitung ∫ 2 tan( 2 x ) sec( 2 x ) dx

Penyelesaian : Pandang sebagai ∫ tan( 2 x ) sec( 2 x ). 2 dx


misal 2 x = u
⇒ d (2 x) = du
⇒ 2dx = du
Jadi ∫ 2 tan( 2 x ) sec( 2 x ) dx = ∫ tan ( 2 x ) sec( 2 x ). 2 dx

= ∫ tan u sec u. du
= sec u + C
= sec( 2 x ) + C

∫( ) 2 5
3. Hitung x −1 .(2 x ) dx
Penyelesaian :
misal x2 −1 = u
⇒ d ( x 2 − 1) = du
⇒ 2 xdx = du
2 5
( )
Jadi ∫ x −1 ( 2 x) dx = ∫u
5 du

1
= u6 + C
6
1  2 6
=  x − 1 + C
6 
2 − 3x + 7) 3 dx
4. Hitung ∫ (2 x − 3)( x
Penyelesaian : Pandang sebagai ∫ ( x 2 − 3 x + 7) 3 (2 x − 3)dx

misal x 2 − 3 x + 7 = u
⇒ d ( x 2 − 3 x + 7) = du
⇒ ( x 2 − 3)dx = du
Jadi ∫ (2 x − 3)( x 2 − 3x + 7) 3 dx = ∫ (x
2 − 3 x + 7) 3 ( 2 x − 3)dx

= ∫ u 3 du
1 4
= u +C
4
1 2 4
=  x − 3x + 7  + C
4 

Teknik Subsitusi Tanpa Variabel Baru

Karena g′(x) dx = d[g(x)] maka dari teorema 1. 4 dapat diperoleh

∫ f ( g ( x)) g ′( x) dx = ∫ f ( g ( x)) d ( g ( x)) = F ( g ( x)) + C

dan dari teorema 1.5 diperoleh

[ g ( x )] n
∫ [ g ( x )] ∫ [ g ( x)] d ( g ( x))
n g ′( x ) dx = n = +C
n +1
↑ sama ↑
Pada ruas kanan kita pikirkan g(x) sebagai u

Prosedur ini selanjutnya disebut teknik subsitusi variabel baru

Contoh

∫ sec ( 3x ). 3 dx
2
1. Hitung
Penyelesaian :
Karena 3dx = d (3 x)

∫ sec ( 3x ). 3 dx = ∫ sec ( 3x ). d (3x) = tan( 3x ) + C


2 2
maka

∫( ) ( ) ( )
2 5 2 5
2. x −1 (2 x) dx = ∫ x −1 d x 2 −1 karena 2 xdx = d ( x 2 − 1)

1  2 6 n u n +1
=
6
 x − 1 + C

karena ∫ u du =
n +1
+C

∫ ( 3x + 7) ( 3x + 7 ) 4 d ( 3x + 7 )
4 1 1
3. dx = ∫ karena dx = d ( 3x +1)
3 3
1 1 5
= . ( 3x + 7) + C
3 5
1 5
= ( 3x + 7 ) + C
15

Latihan 1.1

Hitunglah dengan berbagai cara yang telah anda pelajari di atas


 1 
1. ∫ ( 5 x + 4) dx 2. ∫ 1 − 2 x dx
5 − 2 x 3 + 4) dx 2 1
3. ∫ (x 4 ∫ (3x + −
x x2
) dx

x3 − x2 + 8 x 2 + 4x − 6
5. ∫ dx 6. ∫ dx
x2 x
7. ∫ (3x − sin x) dx 8. ∫ (3sin x + 2 cos x) dx
9. ∫ ( x + 1) 2 dx 10. ∫ ( x − 2 ) 3 dx

11. ∫ ( x 2 + 1) 5 (2 x ) dx 12. ∫ (1 − 3 x 2 ) 9 (−6 x)dx

13. ∫ ( 2 x − 1) 2 dx 14. ∫ (2 x + 5) 7 dx

15. ∫ 3 x − 7 dx 16. ∫ (8 − 4 x) 2 dx
3
 x 2 + 1 dx 2 x 3 + 1 dx
17. ∫ 
x

18. ∫x
3 5
∫ ( 2 x + 1)  x + x − 9  ∫ ( x − 1)  x − 2 x + 3
19. 2 dx 20. 2 dx
   
21. ∫ cos 2 x dx 22. ∫ sin ( 5 x + 4) dx
2
23. ∫ cos x. cos ( sin x ) dx 24. ∫ sin 3t cos 3t dt
1 1 3y
25. ∫ x2 1+
3x
dx 26. ∫3 2
dy
2y − 4
1 1
cos x
sin t 2 4 dx
27. ∫ t
dt 28. ∫ 1
sin x
4
sin x
29. ∫ 3
1 + cos x
dx 30. ∫ x x dx

1.4 Penggunaan Integral Tak Tentu

Dalam bahasan ini, kita akan menggunakan integral tak tentu untuk
menyelesaikan suatu persamaan diferensial dan masalah yang melibatkan
persamaan diferensial. Tetapi di sini kita akan membatasi perhatian kita pada
persamaan diferensial sederhana yaitu persamaan diferensial yang hanya
mengandung turunan tunggal dari fungsi yang tidak diketahui dengan peubah-
peubah yang dapat dipisahkan.

Kita ingat kembali hubungan turunan, diferensial, dan integral tak tentu.

dy
= F ' ( x) = f ( x)
Andaikan fungsi y= F(x) dengan dx maka kita peroleh hubungan
dy
= f ( x ) ⇔ dy = f ( x) dx ⇔ y = ∫ dy = ∫ f ( x) dx = F ( x) + C
dx \
dy
= f ( x) atau dy = f ( x)dx
Jika pada bentuk dx , f(x) diketahui dan y akan dicari maka
bentuk tersebut dinamakan persamaan diferensial disingkat PD.
Persamaan diferensial (PD) adalah sembarang persamaan dengan hal yang
tidak diketahui berupa fungsi dan yang melibatkan turunan atau diferensial fungsi
yang tidak diketahui tersebut. Misal,
dy d2y d2y dy
= ( x + 1)
3
. +y=0 . +2 − xy = 0 dsb
dx dx 2 dx 2
dx

Menyelesaikan PD adalah mencari fungsi yang tidak diketahui tersebut.


Prosedur yang kita gunakan untuk mencari penyelesaian PD sederhana sebagai
berikut
Pertama, ubah PD menjadi f ( y )dy = f ( x)dx dengan memisahkan variabel x dan y.
Kedua, integralkan kedua ruas dan sederhanakan sehingga diperoleh fungsi
y = F ( x ) + C . Fungsi ini merupakan jawab (pemecahan) umum PD.

Ketiga, untuk menentukan jawab khusus PD.carilah nilai C berdasarkan syarat PD


selanjutnya subsitusikan nilai C ke jawab umum PD.
Contoh
dy
1. Selesaikan = 5x 2 + 1
dx
Penyelesaian :
dy
= 5 x 2 + 1 ⇔ dy =  x 2 + 1dx
dx  
⇔ ∫ dy = ∫  x 2 + 1dx
 
1
⇔ y = x3 + x + C
3
1
Jadi jawab PD tersebut adalah y = x 3 + x + C (disebut jawab umum)
3
dy x
2. Selesaikan = untuk y = 3 di x = 2
dx 2 y
Penyelesaian :
dy x 1
= ⇔ y dy = x dx
dx 2 y 2
1
⇔ ∫ y dy = ∫ 2 xdx
1 2 1 2
⇔ y + C1 = x + C2
2 4
1 2
⇔ y2 = x + C ← jawab umum PD
2

Selanjutnya subsitusikan syarat y = 3 di x = 2 dalam jawab umum PD diperoleh


1
3 2 = .2 2 + C ⇒ C = 7
2
1 2
Subsitusikan C = 7 dalam jawab umum PD diperoleh y 2 = x +7
2
1 2
Jadi jawab khusus PD tersebut adalah y 2 = x +7
2
3. Tentukan persamaan kurva yang melalui titik (1,2) dan koefisien arah garis singgung
pada sembarang titik setengah kuadrat ordinatnya.

Penyelesaian :
Model matematika yang sesuai untuk masalah itu adalah
dy 1 2
= y dengan syarat y = 2 untuk x = 1
dx 2
dy 1 2 dy 1
Selesaikan PD tersebut, = y ⇔ = dx
dx 2 y2 2
dy 1
⇔∫ = ∫ dx
y2 2
1 1
⇔ − = x+C
y 2
2
Jawab umum PD adalah y=− ...........................(*)
x + 2C
Subsitusikan y = 2 untuk x = 1 dalam (*) diperoleh C = −1
2 2
Jadi persamaan kurva yang ditanyakan adalah y = − atau y =
x−2 2− x

4. Sebuah bola dijatuhkan tegak lurus ke permukaan tanah yang dianggap datar dari suatu
gedung yang tingginya 169 m. Setelah berapa detik bola itu mencapai tanah dan tentukan
lajunya pada saat itu bila percepatan grafitasi ditempat itu 9,8 m/detik 2 .

Penyelesaian :
Bila s menyatakan jarak yang ditempuh, v menyatakan laju, dan a percepatan maka
ds dv d 2 s
v= dan a = =
dt dt dt 2
Sehingga model matematika dari masalah tersebut adalah
dv
= a = 9,8 dengan syarat awal v(0) = 0 dan s(0) = 0
dt

dv
Dari = 9,8 diperoleh dv = 9,8 dt ⇒ ∫ dv = ∫ 9,8 dt ⇒ v = 9,8 t + C
dt
Subsitusikan v(0) = 0 diperoleh C = 0 sehinga v = 9,8 t

ds
Dari = v = 9,8 t ⇒ ds = 9,8 t dt ⇒ ∫ ds = ∫ 9,8 t dt ⇒ s = 4,9 t 2 + C
dt
Subsitusikan s (0) = 0 diperoleh C = 0 sehinga s = 4,9 t 2
Latihan 1.2

Untuk nomor 1 s.d 10 carilah fungsi yang memenuhi

dy dy
1. = ( x − 7) 3 2. = x( x 2 − 5) 4
dx dx
dy dy
3. =x y 4. = 3xy 2
dx dx
dy x 2 +1 dy 1
5. = ; y = 1 di x = 1 6. = ; y = −1 di x = 1
dx x2 dx x 2 y +1
dy dy
7. − x 1+ x 2 = 0 ; y = −3 di x = 0 8. − x 3 y 2 = 0 ; y = 1 di x = 2
dx dx

d2y dy
9.. = 2 − 6 x ; y = 1 di x = 0 , dan =3
dx 2 dx

d3y dy d2y
10. = 0 ; y = 5 di x = 0 , = 0, dan = −8
dx 3 dx dx 2
2
d y 3x dy
11. = ; grafik fungsi melalui titik (4,4) dan = 3.
dx 2 8 dx

d2y
12. = 1 + 2 x − 3 x 2 ; grafik fungsi melalui titik asal dan titik (1,1)
dx 2
dy 2 x
= 2
13. Jika y = 3 untuk x = 3 dan dx y carilah nilai y untuk x = 1
14. Tentukan persamaan fungsi implisit F(x,y) = 0 yang melalui titik (2,-1) dan
koefisien arah garis singgung grafik fungsi disembarang titik ditentukan
x
y' = − , y≠0
dengan persamaan 4y

15. Jika grafik fungsi y = f (x) melalui titik (9,4) dan koefisien arah grafik fungsi
tersebut di sembarang titik adalah y ' = 3 x . Tentukan persamaan fungsi
tersebut!

16. Di suatu titik (x,y) pada grafik fungsi f diketahui f ’’’(x) = 2. Jika pada
daerah definisinya grafik fungsi f hanya mempunyai tepat satu titik belok di
(1,3) dan garis singgung di titik beloknya sejajar dengan garis y = –2x maka
tentukan persamaan fungsi f.

17. Kira-kira dengan kecepatan berapa seorang penyelam memasuki air setelah
melompat dari tebing sungai setinggi 30 meter. (Gunakan percepatan grafitasi
ditempat itu 9,8 m/det2)

18. Percepatan yang disebabkan oleh grafitasi suatu tempat adalah 9,8 m/det2.
Sebuah peluru ditembakkan lurus ke atas dari permukaan tanah tempat itu
yang dianggap datar dengan kecepatan 50 m/det. Setelah berapa detik peluru
mencapai titik tertinggi dan berapa jarak titik tertinggi tersebut dari tanah?

19. Suatu titik meteri bergerak dari keadaan diam dengan percepatan pada setiap
t ditentukan dengan persamaan a(t) = t(4 – t) m/det2 . Tentukan kecepatan titik
materi itu sebagai fungsi dari t. Setelah berapa detik titik materi itu berhenti
dan bergerak lagi. Tentukan persamaan gerak titik materi itu.

20. Seorang kolektor benda-benda seni membeli sebuah lukisan dari seorang
seniman seharga $1000, yang nilainya sekarang bertambah sejalan dengan

dv
= 5t t + 10t + 50
berjalannya waktu sesuai dengan rumus dt dengan v adalah
nilai dolar yang diharapkan dari lukisan sesudah t tahun pembelian. Jika
rumus ini berlaku untuk 6 tahun kemudian, berapa nilai harapan dari lukisan
itu empat tahun dari waktu pembelian?

1.5 Penggunaan Integral Tentu


Integral tentu khususnya integral tunggal dapat digunakan dalam meng-hitung luas
daerah bidang rata, volume benda putar, panjang kurva, luas permukaan benda
putar, usaha yang dilakukan oleh gaya tertentu, gaya pada cairan, momen dan pusat
massa.

A. Luas Daerah Bidang Rata


Untuk menghitung luas daerah bidang rata menggunakan integral diperlukan
prosedur sbb:
• Gambar daerah bersangkutan
• Potong menjadi jalur-jalur
• Hampiri luas suatu jalur dengan luas persegi panjang
• Jumlahkan luas hampiran tersebut
• Ambilah limit dari jumlah itu dan nyatakan dalam integral
• Hitung Integralnya = luas daerah.

y=f(x)
y y=f(x) y y
D y=g(x)
D

a b
a b x x a b x
D

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.

1. Daerah di atas sumbu-x

Perhatikan gambar 1 daerah datar D adalah daerah yang dibatasi oleh kurva y
= f(x) dengan f(x) ≥ 0 pada [a,b], garis x = a, garis x = b, dan sumbu-x.
Luas daerah D yang demikian dapat dinyatakan sebagai
b
L( D) = ∫ f ( x) dx
a
2. Daerah di bawah sumbu-x.

Perhatikan gambar 2 daerah datar D adalah daerah yang dibatasi oleh kurva y=
f(x) dengan f(x) ≤ 0 pada [a,b], garis x = a, garis x = b, dan sumbu-x. Luas
daerah D yang demikian dapat dinyatakan sebagai
b
L( D) = − ∫ f ( x) dx
a

3. Daerah antara dua kurva

Perhatikan gambar 3. Daerah datar D adalah daerah yang dibatasi oleh kurva
y= f(x), kurva y = g(x) dengan f(x) ≥ g(x) pada [a,b], garis x = a, garis x = b,
dan sumbu-x. Luas daerah D yang demikian dapat dinyatakan sebagai
b
L( D ) = ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx
a

Bahan diskusi
1. Bagaimana bentuk integral yang menyatakan luas suatu daerah yang terletak di kanan sumbu-
y, di kiri sumbu-y, dan antara dua kurva, jika kurva pembatasannya dinyatakan sebagai x =
f(y) dan garis-garis pembatasnya y = c, y = d, dan sb y.
2. Tunjukan luas daerah: persegi panjang, segitiga, trapesium, lingkaran dengan
menggunakan integral tunggal.
3. Hitung luas daerah yang dibatasi kurva-kurva dan garis-garis sebagai berikut:

a. y = x 2 − 2 x − 3, x = 2, sb - x dan sb - y d. y = x 2 , y = x + 2
b. y = sin x, x = − π, x = π, dan sumbu - x e. x = 6y − y 2 , x = 0
c. y = x 3 − x 2 − 6 x dan sumbu - x f. y = x , y = − x + 6, dan sumbu - x

B. Volume Benda Putar


Benda putar adalah benda pejal yang didapat dari hasil pemutaran daerah datar
terhadap suatu garis tertentu (sumbu putar). Dasar perhitungan menggunakan
rumus volume tabung

1. Metode Cakram
Jika daerah yang dibatasi kurva y = f(x), garis x = a, x = b, dan sb-x dibawah,
diputar mengelilingi sumbu x , akan didapat suatu benda putar. Apabila benda
putar ini dipotong-potong tegak lurus sb-x akan diperoleh lempengan berupa
cakram. Andaikan lempengan yang ke-i memiliki tebal ∆xi dan volume ∆Vi .
→ ∆xi ←

y=f(x) f(xi)

a xi b sb x

r = f (x ) h = ∆x
Rumus dasar: V = π r 2 h dengan i dan i

Volume lempengan ke-i


= ∆V ≈ π
i [ f ( xi )] 2 ∆xi
Jika dijumlahkan dan diambil limitnya diperoleh
b 2
π ∫ [ f ( x)] dx
V = a ← sumbu
putar sumbu x

2. Metode Cincin

Jika daerah yang dibatasi kurva y = f(x) dan y = g(x) di bawah diputar
mengelilingi sumbu x , akan didapat suatu benda putar. Apabila benda putar ini
dipotong-potong tegak lurus sumbu-x akan diperoleh lempengan berupa cincin.
Andaikan lempengan yang ke-i memiliki tebal ∆xi dan volume ∆Vi .
→ ∆xi ←

y=f(x)
r1
y=g(x) r2
sbx
a b

Rumus dasar
(2 2
V = π r 2 h − π r 2 h = π r1 − r2
1 2 ) h

Volume lempengan ke-i


[ 2 2
= ∆V ≈ π f ( xi ) − g ( xi ) ∆x
i ]
i

Jika dijumlahkan dan diambil limitnya diperoleh


b
[ 2 2
π ∫ f ( x) − g ( x) dx ]
V= a , sumbu putar sb x

3. Metode Kulit Tabung


Dalam berbagai persoalan metode
ini lebih mudah digunakan.

r1
r2

h h

K=2π r ∆r = r1 – r2

Rumus dasar
V = π r 2h − π r 2h
1 2 ( 2 2
)
= π r1 − r2 h

( )(
= π r1 + r2 r1 − r2 h )
= 2π
( r1 + r2 ) h ( r − r )
1 2
2
= 2π x rerata jari - jari x tinggi x tebal
[ ]
∆V ≈ 2π x f ( xi ) ∆x sehingga ∆V ≈ 2π x f ( x) ∆x
i i i [ ]
y y
y=f(x)
∆xi

f(xi)

a b a b
xi

b
= 2π ∫ x [ f ( x)] dx
Sehingga volume benda putar a , sumbu putar sb y

Bahan diskusi
I. Tuliskan integral yang menyatakan volume benda putar yang terjadi kemudian hitunglah, jika
daerah D dibatasi kurva-kurva dan atau garis-garis yang persama-annya diberikan dan diputar
mengelilingi sumbu putar yang diketahui di bawah ini.
1. y = 2x , x = 3 , sumbu x 4. y = x2 + 1, x = 2, sumbu y
2. y = 2x , x = 3 , sumbu y 5. y = x + 1 , x = 2 , x = 5 , sumbu y

3. y = x2 + 1, x = 2, sumbu x 6. y = r 2 − x 2 , y = 0, x = 0, sumbu x

II. Apakah vormula yang kita bahas di atas mampu untuk menjawab persoalan berikut?
Tentukan volume benda yang alasnya adalah suatu daerah rata pada kuadran yang dibatasi
x2
y = 1−
oleh 4 , sumbu x dan sumbu y dan andaikan penampang-penampang yang tegak
lurus sumbu x berbentuk persegi. Jika tidak, bagaimana kita menghitungnya?

Latihan:
Soal-soal 6.2 dan 6.3. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1.
Edisi 5

C. Panjang Kurva pada Bidang (Kurva Rata)

Definisi:
Sebuah kurva rata disebut mulus apabila kurva tersebut ditentukan oleh
persamaan-persamaan x = f (t ), y = g (t ) , a ≤ t ≤ b , dengan ketentuan bahwa
turunan-turunan f’ dan g’ kontinu pada [a,b] sedangkan f’(t) dan g’(t) tidak
bersama-sama nol pada (a,b)

Andaikan terhadap sebuah kurva mulus dengan persamaan parameter


x = f (t ), y = g (t ) , a ≤ t ≤ b
kita buat partisi pada selang [a,b] menjadi n selang bagian dengan titik-titik
a=t0 <t1<t2<…< ti<…<tn=b
Akibatnya kurva terbagi oleh titik-titik Q0, Q1, Q3, …, Qi, …, Qn

Ilustrasi:
y Qi Qi
Qn ∆Si
Q i-1 ∆wi ∆yi

Q i-1 ∆xi

Kemudian kita aproksimasi kurva itu dengan segi banyak, kita hitung panjangnya
dan ditarik limitnya dengan norma partisi mendekati nol.

Khususnya kita aproksimasi ∆Si dengan ∆wi jadi ∆Si ≈ ∆wi

∆w =
i
( ∆xi ) 2 + ( ∆yi ) 2
= [ f (ti ) − f (ti −1 )] 2 +[ g (ti ) − g (ti −1 )] 2
Menggunakan Teorema Nilai Rata-rata untuk Turunan,
[
yakni adanya t i ∈ ti −1,ti ]
sehingga
f (t i ) − f (t i −1 ) = f ' (t i )∆t i 
 ∆t = t − t
g (t i ) − g (t i −1 ) = g ' (t i )∆t i  dengan i i i −1

Dengan demikian

∆w =
i
[ f '(t i )∆ti ]2 +[ g '(t i )∆ti ]2 = [ f '(t i )]2 +[ g '(t i )]2 ∆t
i

= ∑ [ f ' (t i )] + [ g ' (t i )] ∆ti


n n 2 2
∑ ∆wi
i =1 i =1
Jadi, jika kurvanya x = f (t ), y = g (t ) , a ≤ t ≤ b
maka panjang kurva adalah
b
L= ∫ [ f '(t )] 2 +[ g '(t)] 2 dt
a
2 2
b  dx   dy 
=∫   +  dt
a  dt   dt 

Jika kurvanya y = f ( x), a ≤ x ≤ b


maka panjang kurva adalah
2
b  dy 
L = ∫ 1+  dx
a  dx 

Jika kurvanya x = f ( y), c ≤ y ≤ d


maka panjang kurva adalah
2
b  dx 
L = ∫ 1+   dy
a  dy 

Latihan:
Soal-soal 6.4. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5

Diferensial Panjang Busur

Andaikan f sebuah fungsi yang dapat didiferensialkan pada [a,b], kita defiisikan
x 2
s( x) = ∫ 1+ [ f ' (u )] du
s(x) melalui a maka s(x) adalah panjang busur y = f(u)
antara titik (a,f(a)) dan (x,f(x)).
. (x,f(x)
. (a,f(a)) ds dy

a x b sb-x dx

x 2
2
s( x) = ∫ 1+ [ f ' (u )] du ds 2  dy 
= 1+ [ f ' ( x)] = 1+  
Dari a diperoleh dx  dx 

2
 dy 
ds = 1+   dx
atau  dx 

Sehingga kita dapatkan rumus ds berikut (tergantung persamaan kurvanya):

2
 dy 
ds = 1+   dx ← untuk kurva y = f ( x)
 dx 
2
 dx 
ds = 1+   dy ← untuk kurva x = f ( y )
 dy 
2 2
 dx   dy 
ds =   +  dt ← untuk kurva x = f (t ), y = g (t )
 dt   dt 

Latihan:
Soal-soal 6.4. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5

D. Luas Permukaan Benda Putar


Apabila suatu kurva yang terletak pada suatu bidang diputar
mengelilingi
suatu garis pada bidang tersebut maka akan diperoleh suatu permukaan benda
putar.

Rumus dasar l

rumus luas kerucut terpancung r1 r2

 r1 + r2 
A = 2π   l
 2 

1. Pemutaran mengelilingi sumbu x

Andaikan pada sebuah kurva mulus di kuadran I atau ke II dengan


persamaan parameter x = f (t ), y = g (t ) , a ≤ t ≤ b
Kita buat partisi [a,b] dengan titik-titik a=t0 <t1<t2<…< ti<…<tn=b
maka kuva terbagi menjadi n bagian.

Andaikan ∆Si panjang kurva bagian ke-i dan yi ordinat sebuah titik pada
bagian tersebut.

∆si
∆si
.
yi sb x

sb x
Apabila kurva tersebut diputar mengelilingi sumbu x, maka bagian ini akan
i i
2π y ∆s
membentuk kerucut terpancung yang luasnya
Sehingga luas permukaan hasil pemutaran kurva tersebut adalah
n ∗∗
A = lim ∑ 2π yi ∆si = ∫ 2π y ds
P →0 i =1 ∗
Kita dapatkan rumus luas permukaan benda putar
(seirama dengan rumus ds yang tergantung pada persamaan kurvanya)

Untuk kurva y = f ( x), a ≤ x ≤ b


b b
A = 2π ∫ f ( x) ds = 2π ∫ f x () 1+ ( )
dy 2
dx
dx
a a

Untuk kurva x = f (t ), y = g (t ) , a ≤ t ≤ b

b b
A = 2π ∫ g (t ) ds = 2π ∫ g (t ) ( ) ( )
dx 2 dy 2
dt
+
dt
dt
a a
b. Pemutaran mengelilingi sumbu y

Analog dengan pemutaran mengelilingi sumbu x, diperoleh:


n ∗∗
A = lim ∑ 2π xi ∆s = ∫ 2π x ds
P →0 i =1 i

Kita dapatkan rumus luas permukaan benda putar


(seirama dengan rumus ds yang tergantung persamaan kurvanya)
berikut:

Untuk kurva x = f ( y ), c ≤ y ≤ d
d d
A = 2π ∫ f ( y ) ds = 2π ∫ f y( ) 1+ ()
dx 2
dy
dy
c c
Untuk kurva x = f (t ), y = g (t ) , a ≤ t ≤ b

b b
A = 2π ∫ f (t ) ds = 2π ∫ f (t ) ( ) ( )
dx 2 dy 2
dt
+
dt
dt
a a
Latihan:
Soal-soal 6.5. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5

E. Usaha/Kerja

Dalam Fisika, apabila suatu benda bergerak sejauh d sepanjang suatu garis dan
ada gaya F yang konstan yang menggerakkan benda itu dengan arah searah
gerak benda, maka Usaha/kerja W yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah
W= F . d

Andaikan benda bergerak sepanjang sb x dari x=a sampai x=b dan ada gaya
yang menggerakan benda itu F(x) dengan metode: patisikan [a,b],
aproksimasi, dan integralkan di peroleh
b
ΔW ≈ F ( x)Δx W = ∫ F ( x) dx
a
Contoh:
1. Apabila panjang pegas alami 10 inci dan diperlukan gaya 3 pon untuk
menarik dan menahannya sejauh 2 inci, tentukan usaha yang diperlukan
untuk menarik pegas itu sejauh 15 inci dari keadaan alami?
Jawab:
Dasarnya Hukum Hoke: gaya F(x) yang diperlukan untuk menarik pegas
sejauh x adalah F(x) = kx, dengan k konstanta pegas.

Karena diketahui diperlukan gaya 3 pon untuk menarik dan menahannya


sejauh 2 inci, maka 3 = k.2 ⇔ k= 3/2, sehinga
F(x) = 3/2 x
Jika pegas dalam keadaan alami 10 inci identik dengan x=0 maka panjang
pegas 15 inci identik dengan x=5.
5
3
W = ∫ x dx = 18,75 inci - pon
2
Jadi usaha yang dilakukan 0

2. Tentukan besarnya usaha yang diperlukan untuk memompa air sampai


mencapai tepi tangki, tangki ini panjangnya 50 kaki dan ujung-
ujungnya berbentuk setengah lingkaran dengan jari-jari 10 kaki; tinggi
air dalam tangki 7 kaki.

Pada lempengan besarnya


y Gaya = beratnya
= kepadatan air x volume
= δ x 2r. l . ∆y
-y r r x = δ . 2 x . 50 . ∆y
-10 ∆y ( 2 2
)
= δ . 2 10 − y . 50 . ∆y

Lempengan ini harus diangkat sejauh (– y), sehingga

∫( )
−3
W = 2.50δ 10 2 − y 2 ( − y ) dy ; dengan δ = 62,4
−10 pon tiap kaki kubik

Latihan:
Soal-soal 6.6. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5

F. Gaya Cairan

Dasar hukum Blaise Pascal: tekanan (=gaya pada tiap satuan luas) dari cairan
sama besar dari arah manapun. Jadi tekanan pada semua titik sebuah
permukaan sama besarnya, tidak peduli apakah permukaan datar, tegak atau
miring.

Jika sebuah tangki dengan alas berbentuk persegi panjang dengan luas A
berisi cairan (fluida) dengan kepadatan δ setinggi h, maka gaya yang bekerja
pada dasar tangki adalah F = δ h A

Contoh:
Andaikan tangki yang penampangnya seperti pada gambar, diisi dengan air (
δ =62,4 pon tiap kaki kubik) dengan kedalaman 5 kaki.
Hitunglah gaya total yang bekeja pada tepi tersebut!

Gaya yang bekerja pada kedalaman 5-y ⇒ ∆F ≈ δ h A = δ (5 − y ) x∆y


Dengan x diperoleh dari persamaan y = 3x – 24
10 kaki letakan pada system y=3x-24
6

6 kaki Cairan 5 kaki 5-y

y
8 kaki
0 8 x 10

5
 y + 24 
F = δ ∫ ( 5 − y) dy
Jadi 0  3 

Latihan:
Soal-soal 6.7. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5

G. Momen dan Pusat Massa

Hasil kali massa dan jarak berarah dari suatu titik tertentu dinamakan momen
partikel (benda) terhadap titik tersebut. Momen ini mengukur
kecenderungan massa yang menghasilkan putaran pada titik tersebut. Syarat
agar massa pada suatu garis berimbang pada suatu titik di garis itu adalah
jumlah momen-momen terhadap titik itu sama dengan nol.
m Jumlah momen M (terhadap titik asal) suatu
x sistem yang terdiri atas n massa: m1, m2, …,mn
yang berjarak masing-masing di x1, x2, …,xn
M= x.m pada sumbu x adalah
n

∑xm i i
M = x1 m1 + x2 m2 + x3 m3 +…+ xn mn= 1

Ilustrasi
m1 m2 m3 m4 mi mn
x1 x2 0 x3 x4 xi xn

dimanakah koordinat titik seimbang?


Misal koordinat titik seimbangnya adalah x , karena syarat seimbangan momen
system terhadap titik x adalah nol maka
(x1 – x )m1 + (x2 – x )m2 + … +(xi – x )mn +…+ (xn – x )mn = 0
x1 m1 + x2 m2 + … +xi mn +…+ xn mn= x m1 + x m2 + … + x mn +…+ x mn

n
∑ xi mi
M i=1
x= = n
m ∑m
Sehingga i=1 i

1. Distribusi Massa Yang Kontinu Pada Suatu Garis

Misal sepotong kawat dengan kepadatan yang berlainan (massa tiap satuan
panjang). Kita akan mengetahui kedudukan titik beratnya.
Kita letakkan kawat itu pada system koordinat, andaikan kepadatan di x
adalah δ (x) menggunakan metode potong, aproksimasi, dan integralkan
diperoleh
∆m ≈δ( x)∆x dan ∆M ≈ xδ( x) ∆x
b b
m =∫ δ( x) dx dan M =∫ xδ( x) dx
a a
b
∫ xδ( x) dx
a
sehingga x=
b
∫ δ( x) dx
a

2. Distribusi Massa Pada Bidang

Andaikan n massa titik m1, m2, …,mi, …, mn yang terletak pada titik (x1,y1),
(x2,y2), (x3,y3), …,(xi,yi),…., (xn,yn) pada bidang xoy.
Maka
Jumlah momen terhadap sumbu y Jumlah momen terhadap sumbu x
n n
M y = ∑ xi mi M x = ∑ yi mi
i =1 i=1

Koordinat titik berat sistem adalah ( x, y ) dengan


n n
M ∑ xi mi M ∑ yi mi
y i =1 x i = 1
x= = n y= = n
m m
∑m ∑m
i=1 i i =1 i

Andaikan sepotong lamina homogen yang dibatasi oleh x=a, x=b, y=f(x)
dan y=g(x), dengan f(x) ≤ g(x) pada [a,b]

y y=f(x)

.
y=g(x)
f ( x) + g ( x)
2

a 0 x b sb x

Dengan metode potong, aproksimasi, dan integralkan diperoleh

b
∆m ≈ δ [ f ( x) − g ( x)]∆x m = δ ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx
a
b
∆M ≈ xδ [ f ( x) − g ( x)]∆x M = δ ∫ x [ f ( x) − g ( x)] dx
y y
a
b
∆M ≈ yδ [ f ( x) − g ( x)]∆x M = δ ∫ y [ f ( x) − g ( x)] dx
x x
a
( )
Jadi koordinat titik beratnya x, y dengan
b b
δ ∫ x [ f ( x) − g ( x)] dx ∫ x [ f ( x) − g ( x)] dx
M
y
x= = a = a
m b b
δ ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx
a a
b b
δ ∫ y [ f ( x) − g ( x)] dx ∫ y [ f ( x) − g ( x)] dx
M
y= x = a = a
m b b
δ ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx ∫ [ f ( x) − g ( x)] dx
a a

Latihan:
Soal-soal 6.8. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5

FUNGSI TRANSENDEN

1. Fungsi Logaritma Natural (Asli)


Sepengatuhan anda saat belajar kalkulus diferensial dalam mata kuliah
1
Kalkulus I, apakah anda menemukan fungsi yang memiliki turunan x ?
d  x 3  = x2
dx  3 
 
d  x 2  = x1
dx  2 
 
d [ x] = x0
dx
d [..?..] = x −1
dx
d  − 1
−x  = x −2
dx  
d − 1 x − 2  = x −3
dx  2 

Situasi di atas memicu munculnya fungsi baru yang memenuhi


d [ ]
..?.. = x −1
dx .

Definisi

Fungsi logaritma natural, ditulis sebagai ln, didefinisikan dengan


x1
ln x = ∫ dt , x > 0
1t

Perhatikan!

D f = ( 0, ∞ ) dan R f = R
• Daerah definisi dan nilai fungsi ini adalah
x1
ln x = ∫ dt < 0
• Untuk 0 < x < 1 , 1t
1
1
ln1 = ∫ dt = 0
• Untuk x = 1 , 1t
x1
ln x = ∫ dt > 0
• Untuk x > 1 , 1t

Turunan Fungsi Logaritma Asli


Teorema :
dy 1
1. Jika y = ln x maka = ,x >0
dx x
d
2. Jika u = f ( x ) > 0, maka [ ln u ] = 1 . du
dx u dx

dy d d x 1  1
= [ ln x ] =  ∫ dt  = , x > 0
dx dx dx 1 t  x
Bukti: 1.

Gunakan aturan rantau untuk membuktikan yang ke 2.

Contoh:

1. Tentukan turunan pertama dari f ( x) = ln( x 2 + x − 6)

df ( x) 1 2x + 1
Jawab : = 2 .(2 x + 1) = 2
dx x + x−6 x + x−6
ini berlaku pada daerah definisi fungsi ini yaitu
pada x 2 + x − 6 > 0 ⇒ ( x + 3)( x − 2) > 0 ⇒ (−∞ ,−3)  (2, ∞)
2. Tentukan turunan pertama dari f ( x ) = ln x
ln(− x), x < 0
Jawab : f ( x) = ln x = 
 ln x , x > 0
 1 1
df ( x )  − x .( −1) = ,x <0 1
maka = x = , x≠0
dx 1 x
 ,x >0
 x

Integral Fungsi Logaritma Asli


Berdasarkan contoh 2 di atas, kita peroleh

1 1
∫ x dx = ln x + C , x ≠ 0 dan ∫ u du = ln u + C , u ≠ 0

Contoh:

3
Tentukan ∫ 2 x − 4dx
1
Jawab : Misal 2 x − 4 = u ⇒ dx = du. Sehingga
2
3 1 1 3 1
∫ 2x − 4 dx = 3 ∫u 2
. du = ∫ du
2 u
3 3
= ln u + C = ln 2 x − 4 + C
2 2
3 1
atau ∫ dx = 3 ∫ dx
2x − 4 2x − 4
1 1
= 3. ∫ d (2 x − 4)
2 2x − 4
3
= ln 2 x − 4 + C
2
Sifat Logaritma Asli
Teorema

Jika a dan b bilangan-bilangan positif dan r bilangan rasional, maka


i. ln 1 = 0
ii. ln ab = ln a + ln b
a
iii. ln = ln a − ln b
b
iv. ln a r = r ln a

Bukti:
1
1
Dari definisi diperoleh ln 1 = ∫ dt = 0
T.i. 1t
T. ii. Karena untuk x > 0 berlaku
d
[ ln ax] = 1 .a = 1 dan d [ ln x] = 1
dx ax x dx x

maka ln ax = ln x + C

untuk x = 1 diperoleh C = ln a sehingga ln ax = ln x + ln a

dan jika kita subsitusikan x = b kita peroleh ln ab = ln a + ln b

1
a= kita peroleh ln ab = ln 1 = 0
T. iii. Jika pada T.ii kita subsitusikan b

1 1 1
padahal ln .b = ln + ln b maka ln = − ln b
b b b
a 1 1
sehingga ln = ln a. = ln a + ln = ln a − ln b
b b b
T. iv. Karena untuk x > 0 berlaku
d
dx
[ ] 1
ln x r = r .rx r −1 =
x
r
x
dan
d
dx
[ r ln x] = r
x

maka ln x r = r ln x + C

r
untuk x = 1 diperoleh C = ln 1= 0 sehingga ln x = r ln x

Contoh 1:
5
x
Tentukan ∫ 2
dx
2 x −1

Jawab : Misal
x2 − 1 = u x=2→u =3
1
xdx = du x = 5 → u = 24
2

5
x 1 24 1 1
Sehingga ∫ dx = ∫ du = [ ln u ] 24
3
2 x2 − 1 2 3 u 2
1
= ( ln 24 − ln 3 ) = 1 ln 24 = 1 ln 8
2 2 3 2

( ) [ ]
5
x 1 5 1 2 1 5
atau ∫ 2
dx = ∫ 2
d x − 1 = ln x 2 − 1
2 x −1 2 2 x −1 2 2

1
= ( ln 24 − ln 3 ) = 1 ln 24 = 1 ln 8
2 2 3 2

Contoh 2:
x+5
y = ln 3
Tentukan turunan dari 3x 2
Jawab: Karena
x+5 1
y = ln 3 = [ ln( x + 5) − ln 3 − 2 ln x]
3x 2 3

dy 1  1 2 x + 10
=  −0−  = −
Maka dx 3  x + 5 x 3 x( x + 5)

Grafik Fungsi Logaritma Natural


D f = ( 0, ∞ ) dan R f = R
Perhatikan fungsi y = ln x dengan , grafik fungsi ini
melalui titik (1,0). Turunan pertama dan keduanya adalah

dy 1 d2y 1
= > 0 dan = − <0
dx x dx 2 x2
Sehingga grafik fungsi naik dan cekung kebawah pada daerah definisinya.

limit ln x = ∞ dan limit ln x = −∞


Kemudian x → ∞ x →0 +

jadi sumbu y merupakan asymtot tegak.


Y

0 1 X

Latihan:
Soal-soal 7.1. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
2. Fungsi Invers
Kita akan mengulas secara umum pembalikan atau penginversan suatu fungsi.
Kita ingat bahwa ciri suatu fungsi mempunyai balikan atau invers, apabila
fungsi itu merupakan fungsi satu-kesatu, yaitu
x1 ≠ x2 ⇔ f ( x1 ) ≠ f ( x2 )

Sifat yang mudah adalah

Teorema

Apabila f monoton murni pada daerah definisinya, maka f mempunyai


invers.

−1
Selanjutnya apabila f adalah invers dari fungsi f , maka sebaliknya f juga
−1 −1
merupakan infers dari fungsi f .Jadi antara f dan f saling menginvers dan
−1 −1 −1
berlaku ( f o f )(x)= f (f(x)) = x dan f( f (y)) = y

Jadi untuk membuktikan bahwa suatu fungsi mempunyai invers, tunjukkan


bahwa fungsi tersebut monoton murni atau berlaku
−1 −1 −1
( f o f )(x)= f (f(x)) = x dan f( f (y)) = y
Cara untuk menentukan invers fungsi y = f(x) sebagai berikut:

Langkah 1. Nyatakan x dalam y dari persamaan y = f(x)


−1
Langkah 2. Nyatakan bentuk dalam y sebagai x = f (y)
−1
Langkah 3. Gantikan y dengan x dan x dengan y dari bentuk x = f (y)
−1
Perhatikan bahwa dengan menentukan x = f (y) dari y = f(x) berarti
menentukan pasangan titik (x,y) yang sama atau identik, hanya menukar
variabel x dengan variabel y sebagai varibel bebas. Penukaran ini
mengakibatkan pencerminan grafik fungsi pada garis y = x. Jadi grafik fungsi
invers dan grafik fungsi asalnya simetris terhadap garis y = x.

x
f ( x) =
Contoh: Jika fungsi f didefinisikan sebagai x + 1 . Tentukan rumus
fungsi invers, garfik fungsi dan grafik fungsi inversnya.

Turunan Fungsi Invers

Teorema. (Turunan Fungsi Invers)

Apabila f mempunyai turunan dan monoton murni pada selang I. Jika


f ′( x) ≠ 0 pada suatu x ∈ I , maka f −1 mempunyai turunan di titik
y = f (x ) pada daerah hasil f dan berlaku

dx 1
=
( )
f −1 ′
( y) =
1
f ′( x) atau
dy dy
dx

Contoh: Tentukan turunan dari ( f ) (7) dari


−1 ′
y = f ( x) = x3 − 1

Latihan:
Soal-soal 7.2. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5
3. Fungsi Eksponen Asli
Dari sifat kekontinuan fungsi logaritma natural kita dapat definisikan bilangan
e (bilangan ini pertama kali digunakan oleh Leonhard Euler) sebagai berikut:
Definisi

1. Bilangan e adalah bilangan real positif yang merupakan jawab


tunggal dari persamaan ln x = 1 (atau memenuhi ln e = 1). Nilai
hampirannya ialah 2,718281828459...
x x
2. e adalah bilangan real yang memenuhi ln e = x
3. Fungsi eksponen asli adalah suatu fungsi yang didefinsikan
y = f ( x) = e x , x ∈ R

Dari definisi di atas dapat dibuktikan bahwa fungsi eksponen asli adalah invers
dari fungsi logaritma asli.
Teorema
x
Fungsi y = e , x ∈ R adalah invers dari fungsi y = ln x , x > 0

Akibatnya: y = e x , x ∈ R ⇔ x = ln y , y > 0

Grafik Fungsi Eksponen Asli


y=ex y=x
Y

y= ln x

0 1 X
Bentuk Limit Dari Bilangan e

Teorema
n
1  1
i. e = limit (1 + h ) h iii. e = limit 1 + 
h →0 n → +∞ n
n n
 1  1
ii. e = limit 1 +  iv. e = limit 1 − 
n → −∞  n n → +∞ n

Bukti:
1 1
f ′( x) = dan f ′(1) = = 1
i. Misal f ( x) = ln x maka x 1 sehingga

f (1 + h) − f (1) ln (1 + h ) 1
ln e = 1 = f ′(1) = limit = limit = limit ln(1 + h ) h
h →0 h h →0 h h→0

kita peroleh ln e = ln limit(1 + h ) h .


1
 h→0 
Karena fungsi f ( x) = ln x merupakan fungsi satu - kesatu, maka
1
e = limit (1 + h ) h
h →0

1
=n
Selanjutnya silahkan anda buktikan ii, iii, dan iv dengan menggantikan h
dari bentuk i.
Sifat-sifat Eksponen Asli
Teorema

Andaikan a dan b bilangan rasional, maka

i. a b
e .e = e a +b
ii.
ea
eb
= e a −b iii. e a( )b = eab

ln  e a .eb   a b
e a .e b = e   = e ln e + ln e  = e a + b
 
Bukti i:   .
Selanjutnya untuk ii dan iii silahkan anda buktikan sendiri.

Turunan Fungsi Eksponen Asli

Teorema
dy
1. Jika y = e x maka = ex
dx
dy du
2. Jika y = eu , dengan u = f ( x ) maka = eu .
dx dx

x
Bukti: Karena y = e , x ∈ R ⇔ x = ln y , y > 0

dx 1 dy
= ⇒ = y = ex
maka dy y dx
Dengan aturan rantai, buktikan yang ke 2.

Contoh:
2 +3
Tentukan turunan pertama dan kedua dari f ( x) = e x

df ( x ) x 2 +3 d 2 f ( x) x 2 +3 2 x 2 +3
Jawab : = 2 xe dan 2
= 2 e + 4 x e
dx dx
Integral Fungsi Eksponen Asli

Dari sifat turunan fungsi eksponen kita peroleh

x x u u
∫ e dx = e + C dan ∫ e du = e + C

Contoh:
x 2 −5
1. Tentukan ∫ xe dx

Jawab : ∫ xe
x 2 −5
dx =
1 x 2 −5 2
2
∫ e d x −(5 =
1 x 2 −5
2
e )+C

2 2 2 2
(e x + x ) ex  x
ex 2
2. Hitung ∫ e dx = ∫ e .e dx = ∫ e de = ee  = ee − e
x x

0 0 0  0

Latihan:
Soal-soal 7.3. Buku Kalkulus dan Geometri Analitis. Purcell. jilid 1. Edisi 5

4. Fungsi Eksponen Umum dan Logaritma Umum


Fungsi eksponen umum ialah fungsi eksponen dengan bilangan dasar a >
b
0. Dari relasi b = ln a , a > 0 ⇔ a = e , b ∈ R

kita peroleh a = e
ln a x
, a > 0 sehingga a = e
ln a
( ) x = e x ln a , a>0
Definisi

Fungsi eksponen dengan bilangan dasar a > 0 dan peubah bebas x

didefinisikan sebagai f ( x) = a x = e x ln a

Df = R R f = ( 0,+∞)
Daerah definisinya adalah dan daerah nilainya

Sifat-sifat Eksponen Umum


Teorema
Andaikan a > 0 , b > 0 , x dan y bilangan real, maka
i. a x .a y = a x + y iv. ( ab ) x = a x b x
x
ax x− y a ax
ii y
=a v.   = x
a b b
iii (a x ) y = a xy
Akan dibuktikan untuk iii dan v, yang lain buktikan sendiri.

Bukti: iii. a
x
( ) y = (e x ln a ) y = e yx ln a = eln a xy = a xy
x a
a x ln  
 b x ( ln a − ln b ) e x ln a a x
v.   = e =e = x ln b = y
b e b

Diferensial dan Integral Fungsi Eksponen umum


Teorema
dy
i. y = ax ⇒ = a x ln a
dx
dy du
ii. y = a u , u = f ( x) ⇒ = a u . ln a.
dx dx
x ax u au
iii. ∫ a dx = +C , a ≠1 atau ∫ a du = + C, a ≠ 1
ln a ln a

Bukti:
i. f ( x) = a x ⇒ ln f ( x) = ln a x = x ln a
1 df ( x )
⇒ . = ln a
f ( x ) dx
df ( x)
⇒ = a x ln a
dx
df ( x) 1
iii. = a x ln a ⇒ df ( x) = a x dx , a ≠ 1
dx ln a
1
⇒ ∫ a x dx = ∫ df ( x), a ≠ 1
ln a
x ax
⇒ ∫ a dx = + C, a ≠ 1
ln a
Contoh:

dy
1. y = 3 x ⇒ = 3 x ln 3
dx
2. f ( x) = 2sin x ⇒
df ( x)
dx
( ) (
= 2sin x ( ln 2 )( cos x ) = ( ln 2 )( cos x ) 2sin x )
x
Grafik Fungsi f ( x) = a , a > 0
0<a<1 Y a>1

Fungsi Logaritma Umum ialah fungsi logaritma dengan bilangan pokok


(bilangan dasar) a > 0 dan a ≠ 1.

Definisi
Jika a > 0 dan a ≠ 1 , maka fungsi logaritma dengan bilangan pokok a,
a
ditulis f ( x) = log x didefinisikan sebagai invers fungsi

y = ax,a > 0 .

a
Akibatnya: y = log x ⇔ x = ay , a > 0 , a ≠1

Perhatikan hubungan berikut,

ln x ln x
x = a y ⇔ ln x = y ln a ⇔ y = atau a
log x =
ln a ln a

e ln x
log x = = ln x
Jika kita ganti a dengan e kita peroleh ln e

Teorema
a dy 1
Jika y= log x maka =
i. dx x ln a

a dy 1 du
Jika y= log u , u = f ( x) maka = .
ii. dx u ln a dx

a ln x dy 1
y= log x = ⇒ =
Bukti i: ln a dx x ln a

Selanjutnya silahkan anda buktikan teorema ii.

a
Grafik Fungsi f ( x) = log x

Y 0<a<1 a>1

1 X

5. Penggunaan Fungsi Logaritma dan Eksponen


a. Pendiferensialan Logaritma
Dalam kasus tertentu metode ini sangat efektif.

x+7
y=
Contoh 1: Tentukan turunan dari ( x − 4)3 2 x + 1
Jawab: Karena

x+7 1 1
ln y = ln = ln ( x + 7 ) − ln ( x − 4 ) − ln ( 2 x + 1)
( x − 4)3 2 x + 1 2 3

d ( ln y ) 1 dy 1 1 2
= = − −
dx y dx 2( x + 7 ) x − 4 3(2 x + 1)
dy  1 1 2 
⇔ = y − − 
dx  2( x + 7 ) x − 4 3(2 x + 1) 
dy x+7  1 1 2 
⇔ = − −
dx ( x − 4)3 2 x + 1  2( x + 7 ) x − 4 3(2 x + 1) 
Maka

Latihan: Gunakan pendiferensialan logaritma untuk

1. Menentukan turunan dari


y = uvw, dengan u = f ( x ), v = g ( x), dan w = h( x )

Gunakan rumus yang anda peroleh untuk menentukan turunan pertama


2
( )3
dari y = x − 1 ( 5 x + 2) x + 1
2 2

2. Carilah rumus turunan pertama dari y = [ f ( x ) ] g ( x)


, x ∈ { x g ( x ) > 0}

Gunakan rumus yang anda peroleh untuk menentukan turunan pertama

dari a ). y = x sin x
, b ). y = x x
, c ). y = ( sin x ) cos x

0 0 ∞
b. Limit Fungsi Bentuk Tak Tentu 0 , ∞ , dan 1
Untuk menghitung limit bentuk ini, tulislah limitnya sebagai L kemudian
ambilah logaritma natural dari kedua ruasnya, gunakan sifat kekontinuan
fungsi logaritma dan selesaikan limitnya dengan teorema L’hospital.

0
Bentuk 0
Bentuk ini muncul dari
limit [ f ( x)] g ( x ) dengan limit f ( x ) = limit g ( x) = 0
x→a x→a x→a

x → a dapat diganti limit sepihak atau x → +∞ atau x → −∞

limit x x
+
Contoh: Hitunglah x → 0

L = limit x x
Jawab: Andaikan x →0+ maka

ln L = ln limit x x = limit ln x x
x →0 + x →0+
ln x 1x
= limit = limit = limit (− x) = 0
x →0+
1 x →0 + − 1 x 2
x →0 +
x

limit x x = 1
0 +
Jadi L = e = 1 atau x → 0
0
Bentuk ∞

Bentuk ini muncul dari

limit [ f ( x)] g ( x ) dengan limit f ( x) = ± ∞ dan limit g ( x) = 0


x→a x →a x→a

x → a dapat diganti limit sepihak atau x → +∞ atau x → −∞

limit (1 + x )1 ln x
Contoh: Hitunglah x → +∞

L = limit (1 + x )1 ln x
Jawab: Andaikan x → +∞ maka
ln L = ln limit (1 + x )1 ln x = limit ln (1 + x )1 ln x
x → +∞ x → +∞
ln(1 + x ) x 1
= limit = limit = limit = 1
x → +∞ ln x x → +∞ 1 + x x → +∞ 1

1 limit (1 + x )1 ln x = e
Jadi L = e = e atau x → +∞


Bentuk 1

Bentuk ini muncul dari

limit [ f ( x)] g ( x ) dengan limit f ( x) = 1 dan limit g ( x) = +∞


x→a x →a x→a

x → a dapat diganti limit sepihak atau x → +∞ atau x → −∞

limit (1 − x ) csc x
+
Contoh: Hitunglah x → 0

L = limit (1 − x ) csc x
Jawab: Andaikan x →0+ maka

ln L = ln limit (1 − x ) csc x = limit ln(1 − x ) csc x


x →0 + x →0 +
ln(1 − x ) − 1 (1 − x ) 1
= limit = limit = − = −1
x →0+ sin x x →0+ cos x 1

limit (1 − x ) csc x = e −1
+
Jadi x → 0
5. Fungsi Invers Trigonometri
Karena fungsi trigonometri pada daerah definisinya (himpunan bilangan real)
bukan merupakan fungsi satu-kesatu maka fungsi trigonometri tersebut tidak
mempunyai invers, tetapi dengan membatasi daerah definisi fungsi
trigonometri kita dapat mendefinisikan fungsi invers untuk semua fungsi
trigonometri.

Definisi

π π
i. y = sin − 1 x ⇔ x = sin y dengan − ≤y≤
2 2
ii. y = cos − 1 x ⇔ x = cos y dengan 0 ≤ y ≤ π
π π
iii. y = tan − 1 x ⇔ x = tan y dengan − < y <
2 2
iv. y = cot − 1 x ⇔ x = cot y dengan 0 < y < π
π
v. y = sec− 1 x ⇔ x = sec y dengan 0 ≤ y ≤ π , y ≠
2
π π
vi. y = csc− 1 x ⇔ x = csc y dengan − < y < ,y ≠0
2 2

Turunan Fungsi Invers Trigonometri


Teorema
dy 1
i. Jika y = sin −1 x =
maka , −1 < x < 1
dx 1− x 2

dy −1
ii. Jika y = cos −1 x maka = , −1 < x < 1
dx 1− x 2

dy 1
iii. Jika y = tan −1 x maka =
dx 1 + x 2
dy −1
iv. Jika y = cot −1 maka =
dx 1 + x 2
dy 1
v. Jika y = sec −1 x maka = , x >1
dx x x 2 − 1
dy −1
vi. Jika y = csc −1 x maka = , x >1
dx x x 2 − 1

Bukti: Akan dibuktikan teorema ii dan iii, yang lain silahkan buktikan anda
buktikan.

i. y = sin −1 x ⇒ x = sin y
dx
⇒ = cos y
dy
dy 1 1 1
⇒ = = =
dx cos y cos(sin -1 x) 1 − x2

1 x 1 + x2 x
sin −1 x tan −1 x
1 − x2 1
ii. y = tan −1 x ⇒ x = tan y
dx
⇒ = sec 2 y
dy
dy 1 1 1
⇒ = = =
dx sec 2 y sec 2 (tan -1 x) 1 + x 2

Contoh:

Integral Fungsi Invers Trigonometri


Dari rumus turunan fungsi invers trigonometri kita peroleh rumus integral
berikut. Silahkan Anda buktikan!

Teorema
1
i. ∫ dx = sin −1 x + C atau = − cos −1 x + C
1 − x2
1
ii. ∫ dx = tan −1 x + C atau = − cot −1 x + C
1 + x2
1
iii. ∫ dx = sec −1 x + C atau = − csc −1 x + C
x x2 − 1
1 x
iv. ∫ dx = sin −1 +C ,a > 0
a2 − x2 a
1 1 −1 x
v. ∫ 2 dx = tan +C,a ≠ 0
a + x2 a a
1 1 x
vi. ∫ dx = sec −1 + C , a > 0
x x2 − a2 a a

Perhatikan!

1 1 1  x 1 x
∫ dx = ∫ d   = tan −1 + C , a ≠ 0
a2 + x2 a  x
2 a a a
1+  
a
Contoh:

1 x
1. ∫ dx = sin −1 +C
9 − x2 3
1 1 −1 x
2. ∫ dx = sec +C
2
x x − 16 4 4

6. Fungsi Hiperbolik dan Inversnya


2 2
Bentuk parameter hiperbol satuan x − y = 1 dapat ditampilkan sebagai
fungsi sinus dan cosinus hiperbolik. Fungsi hiperbolik didefinisikan sebagai
x −x
kombinasi dari fungsi y = e dan y = e
Definisi
i. f ( x) = sinh x =
1 x
2
(
e − e− x ) ii. f ( x) = cosh x =
2
(
1 x
e + e− x )
sinh e x − e − x cosh e x + e − x
iii. f ( x) = tanh x = = iv. f ( x) = coth x = =
cosh e x + e − x sinh e x − e − x
1 2 1 2
v. f ( x ) = sech x = = x iv. f ( x) = csch x = = x
cosh e + e − x sinh e − e − x

Untuk sinh, cosh, tanh, dan coth terdefinisi pada R, sedangkan untuk sech dan

csch terdefinisi pada R − { 0} .

2 2
Keterkaitan Fungsi hiperbolik dengan hiperbol x − y = 1

Y Y
1 sinh t (x,y)
sin t (x,y)

t t
-1 cos t 1 X -1 1 cosh t X

x2 + y 2 = 1 x2 − y 2 = 1
 x = cos t  x = cosh t
 ; t parameter  ; t parameter
 y = sin t  y = sinh t

Sifat-sifat Fungsi Hiperbolik


Sifat fungsi hiperbolik mirip dengan fungsi trigonometri. Teorema ini
dibuktikan dengan menggunakan definisi dan sifat eksponen, silahkan Anda
buktikan!
Teorema
1. sinh( − x ) = − sinh x 7. tanh x = 1
coth x
2. cosh(− x) = cosh x 8. cosh x + sinh x = e x
3. tanh(− x) = − tanh x 9. cosh x − sinh x = e − x
4. coth(− x) = − coth x 10. cosh 2 x − sinh 2 x = 1
5. sech(− x ) = sech x 11. 1 − tanh 2 x = sech 2 x
6. csch(− x ) = −csch x 12. coth 2 x − 1 = csch 2 x

13. sinh( x + y) = sinh x cosh y + cosh x sinh y


14. sinh( x − y ) = sinh x cosh y − cosh x sinh y
15. cosh( x + y ) = cosh x cosh y + sinh x sinh y
16. cosh( x − y) = cosh x cosh y − sinh x sinh y
17. sinh 2 x = 2 sinh x cosh x
18. cosh 2 x = cosh 2 x + sinh 2 x = 2 cosh 2 x − 1 = 1 + sinh 2 x
2 tanh x
19. tanh 2 x =
1 + tanh 2 x

Turunan Fungsi Hiperbolik

Dengan menggunakan turunan fungsi eksponen dan sifat fungsi hiperbolik, kita
peroleh rumus turunan berikut. Silahkan anda buktikan!
Teorema
d d
1. [ sinh x] = coshx 4. [ coth x] = − csch2 x
dx dx
d d
2. [ cosh x] = sinh x 5. [ sech x] = − sech x tanh x
dx dx
d d
3. [ tanh x] = sech2 x 6. [ csch x] = − csch x coth x
dx dx

Grafik fungsi hiperbolik

y = cosh x Y
y = sinh x

y = tanh x
X

Integral Fungsi Hiperbolik

Berdasarkan turunan fungsi hiperbolik, kita peroleh rumus integralnya.


Teorema
1. ∫ coshx dx = sinh x + C 4. ∫ csch2 x dx = − cothx + C
2. ∫ sinh x dx = cosh x + C 5. ∫ sech x tanh x dx = − sech x + C
3. ∫ sech2 x dx = tanh x + C 6. ∫ csch x coth x dx = − csch x + C

TEKNIK INTEGRASI

1. PENGINTEGRALAN DENGAN SUBSITUSI


2. INTEGRAL TRIGONOMETRI
3. SUBSITUSI YANG MERASIONALKAN
4. PENGINTEGRALAN PARSIAL
5. PENGINTEGRALAN FUNGSI RASIONAL
1
tan x
6. TEKNIK SUBSITUSI 2

Anda mungkin juga menyukai