Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Maret 2014 Tersedia online pada:

Vol. 3 No. 1, hlm 24–29 http://ijcp.or.id


ISSN: 2252–6218 DOI: 10.15416/ijcp.2014.3.1.24
Artikel Penelitian

Pengaruh Pharmaceutical Care pada Faktor Risiko Kardiovaskular Pasien


di Apotek
Ike D. Rochmawati, Doddy de Queljoe, Novita Dewi, Umi Fatmah
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya, Indonesia

Abstrak
Faktor risiko kardiovaskular memegang peranan penting dalam perjalanan penyakit jantung koroner.
Faktor risiko yang dapat ditangani dengan baik dapat menurunkan risiko seseorang mengalami penyakit
jantung koroner. Apoteker memegang peranan penting di apotek dalam memberikan pharmaceutical
care khususnya pada pasien dengan faktor risiko kardiovaskular. Tujuan penelitian ini untuk melihat
pengaruh pharmaceutical care pada pasien dengan faktor risiko kardiovaskular di komunitas,
khususnya di apotek. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain before after
study. Pharmaceutical care dilakukan selama 3 bulan pada tahun 2013 dan meliputi: review pengobatan,
pemberian edukasi, dan monitoring pengobatan. Perhitungan faktor risiko menggunakan Framingham
score. Faktor risiko kardiovaskular pasien diukur sebelum dan sesudah pemberian pharmaceutical
care dan diuji secara statistik menggunakan t-test. Terdapat perbedaan yang signifikan pada parameter
nilai kolesterol, HDL-C, tekanan darah sistol, dan Framingham score pada nilai sebelum dan sesudah
mendapatkan pharmaceutical care. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pharmaceutical care
memberikan pengaruh pada pasien dengan faktor risiko kardiovaskular. Pharmaceutical care memberikan
nilai tambah dalam hal pengobatan pasien. Pasien tidak hanya mendapatkan terapi obat tetapi juga
mendapatkan edukasi serta perhatian khusus dari apoteker terkait pengobatan yang diterimanya.

Kata kunci: Apotek, apoteker, faktor risiko kardiovaskular, pharmaceutical care

Effect of Pharmaceutical Care in Patients with Cardiovascular Risk in


Community
Abstract
Cardiovascular risk plays a central role in pathogenesis of cardiovascular disease. Pharmacist have
strategic position in community with pharmaceutical care, especially in patients with cardiovascular risk.
Objective of this study is to analyse the effect of pharmaceutical care in patients with cardiovascular risk
in community. Experimental design with before after study was used. Pharmaceutical care were held
in 3 months in 2013, include drug therapy review, patient education, and monitoring outcome of drug
therapy. Cardiovascular risk before and after study was analysed using t-test. A significance difference
was seen in cholesterol total, HDL-C, systolic blood pressure, and Framingham score in before and after
study. Pharmaceutical care give an impact on patients with cardiovascular risk. Pharmaceutical care give
an additional benefit in patient’s drug therapy. Patients not only get drug therapy but also education and
monitoring for their clinical condition.

Key words: Cardiovascular risk factor, pharmaceutical care, pharmacist, pharmacy

Korespondensi: Ike Dhiah Rochmawati, M.Farm-Klin.,Apt , Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya,
Indonesia, email: ikedhiah@gmail.com

24
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

Pendahuluan memonitor dan memantau terapi obat yang


diterima pasien. Hal tersebut menunjukkan
Pada tahun 2008 diperoleh data sebanyak bahwa penatalaksanaan penyakit jantung
17,3 juta jiwa meninggal disebabkan oleh memerlukan pendekatan yang baik dalam
penyakit jantung koroner (PJK), mewakili upaya pencegahan maupun pengobatan
30% penyebab semua kematian di dunia. serta pelayanan terpadu dan berkelanjutan
Di negara dengan ekonomi tinggi pun antara sistem dan subsistem pelayanan yang
seperti USA setiap tahunnya 500.000 orang terdapat di rumah sakit seperti aspek medical
meninggal karena PJK. Sementara di Eropa care, pharmaceutical care, dan nursing care.5
20.000–40.000 orang dari 1 juta penduduk Saat ini pelayanan kefarmasian merupakan
merupakan pasien PJK. Pada tahun 2030 bagian integral dari pelayanan kesehatan dan
nantinya, dapat diperkirakan hampir 23,6 juta merupakan wujud pelaksanaan pekerjaan
jiwa akan meninggal dunia karena PJK.1 kefarmasian. Kegiatan apotek yang pada
Survei Riset Kesehatan Dasar pada tahun awalnya hanya berfokus pada pengelolaan
2007 menunjukkan prevalensi penyakit obat sebagai komoditi menjadi pelayanan
jantung di Indonesia dari tahun ke tahun komprehensif yang bertujuan meningkatkan
semakin meningkat yaitu sebanyak 12,5% kualitas hidup pasien.
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan Sebagai konsekuensi dari perubahan
gejala). Hal ini menunjukan bahwa penyebab orientasi tersebut, maka apoteker dituntut
utama kematian di Indonesia adalah penyakit untuk dapat meningkatkan pengetahuan,
kardiovaskular.2 keterampilan, dan mengubah perilaku agar
Terjadinya penyakit jantung koroner dapat melakukan interaksi langsung dengan
sering diasumsikan terjadi mendadak tanpa pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain
keluhan sebelumnya. Banyak pasien tidak berupa pemberian informasi obat, monitoring
mengetahui bahwa sebelum terjadi serangan penggunaan obat, dan kunjungan rumah
jantung, ia sudah memiliki beberapa faktor (home care).6
risiko penyakit jantung koroner. Oleh karena Penelitian ini mengamati peran apoteker
itu, pengetahuan mengenai faktor-faktor dalam menjalankan pharmaceutical care
risiko penyakit jantung sangat penting untuk pada pasien yang memiliki faktor risiko
dimiliki. Dengan pengetahuan tersebut PJK. Penelitian ini dilakukan pada tahap
maka individu dapat mengatur pola hidup pharmaceutical care karena pada tahap
yang lebih baik sebagai pencegahan primer ini merupakan tahap yang sangat penting
penyakit jantung koroner. Pencegahan primer sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
lebih ditujukan pada mereka yang sehat tetapi pasien menjadi lebih baik dan mencegah
memiliki risiko yang tinggi. Faktor yang pasien dari bahaya penyalahgunaan obat.
dapat memengaruhi cardiovascular disease Proses pharmaceutical care dilakukan
antara lain umur, jenis kelamin, hipertensi, dengan cara memberikan konseling efek
diabetes melitus, obesitas, merokok, stres samping obat, monitoring penggunaan obat,
serta keturunan.3, 4 efektivitas penggunaan obat, keamanan
Agar standar dan strategi pengobatan serta penggunaan obat, memastikan prinsip-prinsip
penatalaksanaan pasien PJK berlangsung manajemen drug related problems sudah
secara optimal, efektif, dan efisien sesuai berjalan dengan optimal, dan mendukung
dengan pedoman atau standar terapi yang gaya hidup sehat untuk mendorong pasien
telah ditetapkan, maka perlu suatu sistem memodifikasi faktor risiko yang mereka
atau mekanisme yang secara terus-menerus miliki.

25
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

Metode dihitung secara online melalui http://cvdrisk.


nhlbi.nih.gov/calculator.asp.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental Sampel yang digunakan pada penelitian
dengan desain before after study dilakukan ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi
di komunitas tahun 2013 untuk mengamati seperti di bawah ini pasien diabetes melitus,
pengaruh pharmaceutical care pada pasien usia 40–69 tahun, dan compliance terhadap
dengan faktor risiko kardiovaskular. pengobatan yang diberikan. Kriteria eksklusi
Pharmaceutical care yang dilakukan penelitian meliputi pasien yang menolak
meliputi review pengobatan pasien (termasuk untuk dilakukan follow up lebih lanjut dan
pencegahan dan penanganan terjadinya pasien yang meninggal dunia.
drug related problems), monitoring terapi
(efektivitas dan efek samping), dan pemberian Hasil
konseling mengenai aspek pengobatan dan
perubahan gaya hidup pasien. Telah dilakukan penelitian prospektif dengan
Pharmaceutical care dilakukan selama desain before after study pada 30 pasien
tiga bulan. Pharmaceutical care yang dengan faktor risiko kardiovaskular di
dilakukan terbagi dalam beberapa tahap komunitas. Pharmaceutical care diberikan
yang meliputi review pengobatan pasien kepada masing-masing pasien dan dilakukan
(dilakukan setelah pasien mendapatkan resep selama 3 bulan. Data demografi menunjukkan
dari dokter dan disesuaikan dengan kondisi sebaran yang merata pada kelompok usia,
klinis pasien) yang dilakukan tiap awal tersebar dari usia 40 tahun hingga 69 tahun.
bulan, pemberian materi edukasi mengenai Untuk tingkat pendidikan juga tidak terdapat
faktor risiko kardiovaskular, perubahan perbedaan yang signifikan di antara sampel.
gaya hidup (diet, olahraga), dan edukasi Pencarian subjek penelitian dilakukan
obat yang digunakan pasien yang dilakukan mulai pada bulan Mei 2013. Pretest dilakukan
setelah pasien mendapatkan obat dari resep dengan melaksanakan pemeriksaan kondisi
yang ditulis dokter, tindak lanjut edukasi klinis subjek (meliputi pengukuran tekanan
efek samping obat, kepatuhan pasien dalam darah, kolesterol total, dan kolesterol
minum obat, dan perubahan pola hidup yang HDL) di laboratorium klinik, kemudian
dilakukan setiap 2 minggu. dilanjutkan dengan pemberian perlakuan
Sebelum diberikan pharmaceutical care, pharmaceutical care oleh apoteker selama 3
dilakukan pengukuran parameter skor bulan. Parameter Framingham tersebut akan
Framingham yang dapat dimodifikasi, yaitu dianalisis menggunakan t-test untuk melihat
tekanan darah sistol, kolesterol total, HDL-C, signifikansi perbedaannya. Parameter skor
dan skor Framingham. Setelah diberikan Framingham before after study pada sampel
perlakuan pharmaceutical care kemudian dapat dilihat pada Tabel 1.
diukur kembali parameter skor Framingham
yang dapat dimodifikasi, terdiri atas tekanan Pembahasan
darah sistol, kolesterol total, HDL-C, dan
evaluasi skor Framingham setelah 3 bulan. Terdapat perbedaan yang signifikan pada
Parameter Framingham tersebut dianalisis parameter nilai kolesterol, HDL-C, tekanan
dengan membandingkan parameter sebelum darah sistol, dan skor Framingham pada
dan sesudah perlakuan pharmaceutical nilai sebelum dan sesudah mendapatkan
care. Setelah dianalisis menggunakan t-test pharmaceutical care. Nilai kolesterol rata-
pada nilai p<0,05. Skor Framingham dapat rata sebelum diberikan pharmaceutical care

26
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

adalah 189,5 mg/dL sedangkan setelah 5 kali seminggu. Pengaturan pola makan
diberikan pharmaceutical care sebesar 175,79 dilakukan dengan pembatasan asupan garam
mg/dL. Nilai HDL-C rata-rata sebelum ke dalam pola makan sehari-hari. Asupan
diberikan pharmaceutical care adalah 52,57 garam tidak hanya dari garam dapur dalam
mg/dL dan setelah diberikan pharmaceutical proses memasak tetapi juga didapat dari
care sebesar 42,71 mg/dL. Pharmaceutical sumber-sumber lain seperti kecap, saus botol,
care yang diberikan berupa optimasi dan makanan kemasan lainnya. Perubahan
penggunaan obat statin yang telah diresepkan gaya hidup yang meliputi pola makan dan olah
oleh dokter. Optimasi tersebut berupa edukasi raga akan dapat merupakan faktor penting
mengenai ketepatan penggunaan statin yang di luar pengobatan menggunakan obat pada
digunakan pada malam hari menjelang tidur penderita penyakit kardiovaskular.7,8
terkait sintesis kolesterol. Selain optimasi Skor Framingham sebelum diberikan
penggunaan obat, pharmaceutical care yang pharmaceutical care sebesar 16,37 dan
diberikan berupa edukasi untuk perubahan setelah diberikan pharmaceutical care
pola makan yang lebih baik. Penatalaksanaan sebesar 14,96. Penurunan skor Framingham
diet tersebut antara lain pengurangan jumlah untuk faktor risiko tersebut merupakan hal
makanan berlemak, peningkatan asupan ikan, yang sangat baik. Penurunan risiko akan
serta lebih banyak mengonsumsi serat yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan jauh
diperoleh dari buah dan sayuran. dari risiko penyakit jantung koroner. Tentunya
Nilai tekanan darah sistol rata-rata hal tersebut tidak dapat dicapai hanya dalam
sebelum diberikan pharmaceutical care waktu singkat. Konsistensi masing-masing
127,86 mmHg sedangkan setelah diberikan subjek untuk terus menjalankan pola hidup
pharmaceutical care sebesar 123,71 mmHg. sehat dan compliance terhadap terapi obat
Tekanan darah memegang peranan penting yang diberikan oleh dokter.
dalam patogenesis penyakit jantung koroner. Kerjasama yang kuat antara apoteker
Seseorang dengan hipertensi memiliki risiko dan dokter sangat diperlukan untuk
mengalami penyakit jantung koroner lebih mengoptimalkan perawatan pasien.9 Selama
besar dibandingkan dengan individu normal. penelitian ini tidak didapatkan drug related
Pencegahan seseorang menderita hipertensi problems pada masing-masing subjek. Dokter
merupakan salah satu pencegahan yang dapat telah lama bekerja sama dengan apoteker
dilakukan. Pharmaceutical care yang terkait sehingga sering mendiskusikan pilihan terapi
pada bagian ini adalah pemberian edukasi untuk pasien sesuai dengan evidence based.
mengenai olahraga dan pengaturan pola Pharmaceutical care yang dilakukan pada
makan. Subjek yang mengikuti penelitian ini pasien dengan faktor risiko kardiovaskular di
diharapkan untuk dapat melakukan olahraga komunitas memberikan layanan pengobatan
ringan seperti jalan kaki 30 menit minimal yang lebih menyeluruh. Apoteker dapat

Tabel Parameter Skor Framingham


Parameter Sebelum Setelah Nilai p
Kolesterol total (mg/dL) 189,5 175,79 0,013
HDL-C (mg/dL) 52,57 42,71 0,005
Tekanan darah sistol (mmHg) 127,86 123,71 0,011
Skor Framingham 16,37 14,96 0,013

27
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

memastikan bahwa pasien sudah mendapatkan sehingga pasien tidak hanya mendapatkan
pengobatan yang rasional dengan menjamin terapi obat tetapi juga mendapatkan edukasi
ketepatan pemilihan obat beserta monitoring. serta perhatian khusus dari apoteker terkait
Selain dari sisi pengobatan, apoteker juga pengobatan yang diterimanya.
memberikan edukasi kepada pasien terkait
faktor risiko kardiovaskular dan akibatnya Daftar Pustaka
kepada status kesehatan pasien. Dengan
pasien mengetahui apa itu faktor risiko 1. World Health Organization. Fact sheet top
kardiovaskular, pasien akan merasa lebih ten cause of death [diunduh 10 Agustus
aware terhadap kesehatannya sehingga pasien 2013]. Tersedia dari: http://www.who.int/
akan lebih menjaga kesehatannya. Selain itu, mediacentre/factsheets/fs310/en.
pasien juga akan lebih mengerti tujuan yang 2. Badan Penelitian dan Pengembangan
diharapkan oleh dokter dengan memberikan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
obat kepada pasien. Pengetahuan pasien Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
akan meningkatkan adherence.10 Pasien tidak (RISKESDAS) Tahun 2010. Jakarta:
hanya merasa ‘disuruh’ untuk meminum Badan Penelitian dan Pengembangan
obat tetapi juga mengerti manfaat dari Kesehatan Departemen Kesehatan RI;
obat-obat tersebut, sehingga pasien dapat 2010.
lebih adherence terhadap pengobatan yang 3. Perk J, De Backer G, Gohlke H, Graham
dijalani. Untuk mencapai tujuan pengobatan, I, Reiner Z, Verschuren WM, et al. The
juga perlu didukung dengan gaya hidup fifth joint task force of the european
yang baik. Di sini apoteker memberikan society of cardiology and other societies
edukasi mengenai penatalaksanaan diet dan on cardiovascular disease prevention in
olahraga. Dalam sebuah studi, diet dan olah clinical practice. Eur Heart J. 2012;33:
raga memberikan pengaruh yang baik pada 1635–701. doi:10.1093/eurheartj/ehs092
penderita penyakit degeneratif.11 4. Wang, TJ. New cardiovascular risk factors
Hasil studi ini sejalan dengan apa yang exist, but are they clinically useful?. Eur
telah diperlihatkan oleh suatu metaanalisis. Heart J. 2008;29(4):441–4. doi:10.1093/
Intervensi farmasis baik itu intervensi tunggal eurheartj/ehm644
maupun kolaborasi dengan tenaga kesehatan 5. Direktorat Bina Farmasi Komunitas
lainnya pada pasien diabetes melitus di dan Klinik Departemen Kesehatan
komunitas memberikan penurunan nilai pada RI. Pharmaceutical care untuk pasien
faktor-faktor risiko kardiovaskular. Selain itu penyakit jantung koroner: fokus sindrom
juga terdapat peningkatan pada medication koroner akut. Jakarta: Direktorat
adherence, pengetahuan, dan ketepatan Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
penggunaan obat.12–15 Departemen Kesehatan RI; 2006.
6. Supardi S. Pelaksanaan standar pelayanan
Simpulan kefarmasian di apotek dan kebutuhan
pelatihan bagi apotekernya. Jakarta:
Pharmaceutical care pada pasien dengan Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
faktor risiko kardiovaskular memberikan Masyarakat; 2011.
perbaikan nilai kolesterol, HDL-C, tekanan 7. Strandberg TE, Strandberg AY, Salomaa
darah sistolik, dan Framingham score. Oleh VV, Pitkälä KH, Tilvis RS, Sirola J,
karena itu, pharmaceutical care memberikan et al. Explaining the obesity paradox:
nilai tambah dalam pengobatan pasien cardiovascular risk, weight change, and

28
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 3, Nomor 1, Maret 2014

mortality during long-term follow-up in 10.1056/NEJMoa1212914


men. Eur Heart J. 2009;30(14):1720–7. 12. Sanischie V, Cholebo A, Paradis G,
doi:10.1093/eurheartj/ehp162 Colosimo A, Burnand B. Pharmacist
8. Artinian NT, Fletcher GF, Mozaffarian D, interventions to improve cardiovascular
Etherton PK, Horn LV, Lichtenstein AH, disease risk factors in diabetes: a
et al. Interventions to promote physical systematic review and meta-analysis of
activity and dietary lifestyle changes for randomized controlled trials. Diabetes
cardiovascular risk factor reduction in Care. 2012;35(12):2706–17. doi:10.2337/
adults. J Am Heart Assoc. 2010;122: 406– dc12-0369
41. doi: 10.1161/CIR.0b013e3181e8edf 13. Kaboli PJ, Hoth AB, McClimon BJ,
9. Kelly DV, Bishop L, Young S, Hawboldt Schnipper JL. Clinical pharmacist and
J, Phillips L, Keough TM. Pharmacist and inpatient medical care. Arch Intern Med.
phycian views on collaborative practice. 2006; 166(9): 955–64.
Can Pharm J. 2013;146(4):218–26. 14. George J, Mc Namara KP, Stewart K.
doi:10.1177/1715163513492642 The roles of community pharmacists in
10. Nancy MA. Improving medication cardiovascular disease prevention and
adherence in chronic cardiovascular management. Aust Med J. 2011;4(5):266–
disease. Crit Care Nurse J. 2008;28(5): 72. doi:10.4066/AMJ.2011.698
54–64. 15. Clifford RM, Davis WA, Batty KT, Davis
11. Wing RR, Bolin P, Brancati FL, TM. Effect of a pharmaceutical care
Bray GA, Clark JM, Coday M, et al. program on vascular risk factors in type 2
Cardiovascular effects of intensive diabetes. The Fremantle Diabetes Study.
lifestyle: intervention in type 2 diabetes. Diabetes J. 2005;2(4):771–6.
N Engl J Med. 2013; 369:145–54. doi:

29

Anda mungkin juga menyukai