Sken 5 Blok 19
Sken 5 Blok 19
102016136
Jakarta, Indonesia
Elya.2016fk136@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Abstract
Kasus
Seorang perempuan berusia 62 tahun datang di bawa oleh keluarganya ke klinik dokter keluarga
dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 8 jam yang lalu.
Pendahuluan
Dewasa ini banyak sekali penyakit-penyakit yang dulunya di kenal sebagai penyakit orang yang
telah lanut, tetapi semakin berkembangnya zaman bukannya semakin memperbaik pola hidup
tetapi malah memperburuk pola hidup seperti pola makan, kurangnya aktivitas fisik dan terpapar
zat berbahaya seperti asap rokok. Paparan yang begitu lama sampai bertahun-tahun dapat
menimbulkan suatu penyakit yang serius. Salah satu gejala yang paling sering adalah sesak
napas. Sesak napas merupakan suatu kondisi dimana tubuh susah mendapatkan oksigen sehingga
dada terasa sesak seakan tertindih sesuatu. Hal ini merupakan gejala yang sangat tidak khas
karena beberapa penyakit dapat menimbulkan keluhan sesak napas seperti penyakit paru maupun
penyakit jantung. Penyakit-penyakit tersebut sesungguhnya bukan penyakit yang datang secara
tiba-tiba. Butuh waktu yang lama untuk munculnya serangan sesak napas. Selain merugikan
karena menyebabkan sakit, sesak napas yang muncul bisa saja mengancam nyawa karena dapat
menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan organ-organ dalam tubuh tidak dapat bekerja karena
kekurangan asupan oksigen. Untuk itu, perlu di ketahui bagaimana pendekatan klinis pada gejala
sesak napas, bagaimana menangani sesak napas, perjalanan penyakit, patofisiologi dan
tatalaksana baik nonmedikamentosa maupun medikamentosa pada seseorang yang sesak napas.
Keterlambatan dalam penanganan sangat beresiko fatal, karenanya diperlukan kemampuan dan
keahlian yang mumpuni dalam menangani seseorang dengan sesak napas.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk dapat mengetahui riwayat pasien sehingga mempermudah dalam
penanganan selanjutnya. Anamnesis yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Anamnesis umum
Nama, alamat, umur, pekerjaan
2. Keluhan utama
Sesak napas yang memberat sejak 8 jam yang lalu
5. Riwayat keluarga
Tidak di ketahui
6. Riwayat pribadi
Pasien membeli obat sendiri di apotik. Tidak merokok.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Hb : 16g/dL
Ht : 48%
Leukosit : 16.000 /uL
Trombosit : 350.000/L
2. EKG : LVH ( S V2 + RV5-6 > 35 kotak kecil)
3. Rontgen thoraks PA : Infiltrat pada middle lobe paru kanan, Cardio Thorasic Ratio >50%
Differential Diagnosis
Working Diagnosis
Definisi
Gagal jantung merupakan keadaan dimana jantung tidak mampu memasok aliran darah, sehingga
pengangkutan oksigen ke jaringan dan organ perifer tidak adekuat. Gagal jantung merupakan
suatu sindroma klinik yang di tandai dengan sesak nafas dan mudah lelah saat keadaan istirahat
maupun beraktivitas, tanda-tanda retensi cairan seperti kongesti paru atau edema pergelangan
kaki, adanya bukti objektif kelainan struktur atau fungsi jantung.1-3 Gagal jantung di bagi
menjadi gagal jantung akut dan gagal jantung kronik.
Ggal jantung kronik merupakan sindrom klinis yang kompleks akibat kelainan struktural atau
fungsional yang menggangu kemampuan pompa jantung atau menggangu pengisian jantung
(ACC/AHA 2005).1-3
Timbulnya gejala sesak nafas secara cepat (<24jam) akibat kelainan fungsi jantung, gangguan
fungsi sistolik maupun diastolik atau irama jantung atau kelebihan beban awal (preload), beban
akhir (afterload) atau kontraktilitas, keadaan ini dapat menyebabkan keadaan fatal yang
mengancam jiwa apabila tidak ditangani dengan tepat.1-3
Pasien dengan gagal jantung akut datang dengan berbagai kondisi klinis, yaitu:
1. Acute decompesated heart failure (ADHF)
- Baru pertama kali
- Dekompensasi dari gagal jantung kronik (acute on chronic)
Kedua keadaan ini masih dalam bentuk yang ringandan tidak termasuk syok
kardiogenik, edema paru atau krisis hipertensi.1,3
2. Hypertensive acute heart failure
Gejala gagal jantung yang disertai dengan tekanan darah tinggi dan fungsi ventrikel yang
masih baik, apabila ada gambaran rontgen dada sesuai dengan edema paru akut akan
semakin memperkuat diagnosis.1,3
3. Edema paru ( di buktikan dengan foto rontgen dada)
Adanya gejala sesak nafas hebat dan ronkhi basah kasar di hampir semua lapangan paru,
orthopnoe, saturasi O2 <90%.1,3
4. Renjatan kardiogenik
Bukti adanya hipoperfusi jaringan walaupun preload sudah dikoreksi. Tekanan darah
sistolik <90mmHg, produksi urin 0,5 cc/kgBB/jam dengan laju nadi >60x/menit (tidak
ada blok jantung) dengan atau tanpa kongesti organ/paru. Low output syndrome
merupakan keadaan pre-syok.1,3
5. High output failure
Dicirikan dengan curah jantung yang tinggi, laju nadi yang cepat (dapat disebabkan
aritmia, tirotoksikosis, anemia, iatrogenik), akral hangat, kongesti paru, kadang-kadang
tekanan darah rendah seperti pada syok septik.1,3
6. Gagal jantung kanan
Dengan gejala curah jantung rendah, peningkatan tekanan vena jugularis, pembesaran
hati dan hipotensi.1,3
Gagal jantung bisa dibagi menjadi dua yaitu gagal jantung sistolik dan gagal jantung diastolik.
Kedua jenis ini saling tumpang tindih dan tidak dapat di bedakan dari pemeriksaan fisik, foto
toraks atau EKG. Keduanya hanya bisa dibedakan dengan Eko Doppler. Gagal jantung sistolik
adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga curah jantung menurun dan
menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan aktivitas fisik menurun dan disertai gejala
hipoperfusi lainnya.1-3
Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel, dimana
fraksi ejeksi > 50%. Terdapat 3 gangguan fungsi diastolik yaitu gangguan relaksasi,
pseudonormal dan tipe restriktif.1-3
Etiologi
Gagal jantung akut dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah dekompensasi dari
gagal jantung menahun, sindroma koroner akut, krisis hipertensi, aritmia akut, kardiomiopati,
miokarditis, kebocoran katup, stenosis aorta, tamponade jantung, diseksi aorta, kardiomiopati
peripartal, septikemia, tirotoksikosis, anemia, sindroma shunting, penyakit jantung bawaan serta
penyebab non kardiovaskular seperti tidak makan obat teratur, kelebihan volume cairan, infeksi
seperti pneumonia dan septikemia, cedera otak yang berat, operasi besar, gagal ginjal, asma yang
eksaserbasi, kelebihan mengkonsumsi obat-obatan dan alkohol.1-3
Epidemiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa
elektrokardiografi atau foto toraks, ekokardiografi Doppler dan kateterisasi.1 Selain itu terdapat
pula kriteria Framingham yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis gagal jantung
kongestif. Diagnosis di tegakkan dengan minimal terdapat 1 kriteria major dan 2 kriteria minor.1-
3
Kriteria Framingham dapat di lihat pada tabel 1.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara head to toe lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan
secara sistematis yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Penilaian perfusi perifer, suhu
kulit dan peninggian pengisian vena menjadi evaluasi yang penting. Adanya sistolik murmur
dan diastolik murmur serta gallop harus bisa di deteksi pada auskultasi. Mitral inefisiensi sering
di temukan pada fase akut serta stenosis aorta dan inefisiensi aorta. Kongesti paru di deteksi
dengan auskultasi dada dimana dapat di temukan ronkhi basah pada kedua basal parudan
konstriksi bronchial pada seluruh lapangan paru sebagai tanda adanya peninggian dari tekanan
pengisian ventrikel. Tekanan pengisian jantung kanan dapat di nilai dari evaluasi pengisian vena
jugularis.1-3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam membantu menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut.
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG meliputi frekuensi debar jantung, irama jantung dan sistem konduksi.
Kelainan segmen ST berupa infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) atau
Non STEMI. Gelombang Q petanda infark transmural sebelumnya. Adanya hipertrofi,
bundle branch block, disinkroni elektrikal, interval QT yang memanjang, distritmia atau
perimiokarditis.1,3,4
2. Foto toraks
Pasien yang diduga gagal jantung akut harus di lakukan foto toraks untuk menilai derajat
kongesti paru serta untuk mengetahui adanya kelainan paru dan jantung lain seperti efusi
pleura, infiltrate dan kardiomegali.1,3,4
3. Analisis Gas Darah Arterial
Tujuan dari pemeriksaan analisis gas darah adalah untuk menilai oksigenasi (pO2) fungsi
respirasi (pCO2) dan keseimbangan asam basa (pH) dan harus di nilai pada setiap pasien
yang datang dengan distress pernapasan. Adanya asidosis merupakan petanda perfusi
jaringan yang buruk atau retensi CO2.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, urea, kreatinin,
gula darah, albumin, enzim hati dan INR. Kadar sodium yang rendah, urea dan kreatinin
yang tinggi akan memberikan prognosis yang buruk. Kadar troponin dapat meningkat
sedikit walaupun tidak ada sindrom koroner akut.1,3,5
5. Ekokardiografi
Penilaian kelainan struktural dan fungsional dari jantung. Pencitraan echo/Doppler
dilakukan untuk evaluasi dan monitor fungsi sistolik ventrikel kiri dan kanan, fungsi
diastolik, struktur dan fungsi valvular, kelainan perikard, komplikasi mekanis dari infark
akut, adanya disinkroni. Selain itu, juga dapat menilai semi kuantitatif, non invasive,
tekanan pengisian dari ventrikel kanann dan kiri, stroke volume dan tekanan arteri
pulmonalis.1,3,4
Tatalaksana
Edukasi
Kesimpulan
Daftar Pustaka