E Mazaya Conita 16410189 REVISI
E Mazaya Conita 16410189 REVISI
LATAR BELAKANG
1
Dampak positif dari penggunaan jejaring sosial adalah sebagai media
penyebaran informasi, sarana pengembangan ketrampilan, memperluas
jaringan pertemanan dan dapat menghubungkan sanak saudara yang jauh
jaraknya, disisi lain terdapat pula dampak negatif dari penggunaan teknologi
dan media sosial, yaitu lupa waktu karena kecanduan teknologi, maraknya
kriminal lewat media sosial, dan pencurian identitas privasi (Herdianto &
Widiantari: 2003). Disaat terjadi tragedi atau bencana di suatu tempat,
masyarakat dapat mengetahuinya dan menyebarluaskan informasi tentang
tragedi tersebut. Sehingga, penanganan akan tragedi atau bencana tersebut
dapat lebih sigap, karena masyarakat dapat menggunakan media sosial sebagai
ladang berempati bagi mereka.
Disisi lain, perilaku masyarakat yang ingin selalu menjadi pusat perhatian
tidak dapat dihindarkan di era digital. Disaat terjadi suatu kecelakaan di tempat
umum, fenomena yang ditemukan adalah banyak orang yang memposting
detail kejadian di lokasi ke akun media sosial mereka sebelum tergerak untuk
membantu meringankan penderitaan korban. Nampaknya prioritas masyarakat
zaman sekarang adalah sebagai penyedia informasi yang harus selalu siap
dengan handphone yang mereka miliki demi eksistensi dan kepuasan diri
sendiri. (Depa Juliharti: 2017) Hal ini menjadi suatu paradoks yang terjadi di
tengah masyarakat akibat perkembangan teknologi, disaat suatu sisi membawa
efek positif namun di sisi lain terdapat efek negatif yang tetap mengikuti.
Motivasi dalam menggunakan media sosial dirumuskan oleh McQuail (1987),
yaitu: (1) kebutuhan akan informasi, motivasi akan informasi berkaitan dengan
keingintahuan akan lingkungan sekitar, dunia, atau masyarakat. Kemudian
untuk belajar dan pendidikan diri sendiri, dan memperoleh rasa damai melalui
penambahan pengetahuan. (2) menonjolkan identitas pribadi, motivasi ini
berupa kebutuhan diri sendiri untuk menunjukkan identitas dan potensi yang
dimiliki individu, serta mengidentifikasi pemahaman akan dirinya sendiri. (3)
kebutuhan akan interaksi sosial, motivasi bertujuan untuk mengetahui keadaan
2
orang lain di sekitar individu, berkomunikasi dengan sanak keluarga atau teman,
dan membantu menjalankan peran sosial. (4) kebutuhan akan hiburan, motivasi
ini bertujuan untuk menghilangkan rasa penat akibat permasalahan dalam
keseharian, menyalurkan emosi, dan mengisi waktu luang.
Perkembangan teknologi di era digital ini membawa dampak positif dan
negatif, khususnya perihal empati masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya.
Empati adalah bagaimana seseorang memahami pikiran-pikiran dan perasaan
orang lain dan memposisikan dirinya sebagai orang lain tersebut ke dalam
kerangka pedoman psikologis orang tersebut tanpa sungguh-sungguh
mengalami yang dirasakan oleh orang yang bersangkutan (Chaplin, 1995).
Menurut Sears (1994), empati adalah bagaiama merasakan apa yang menjadi
penderitaan orang lain. Menurut Santrok (2007), empati merupakan sebuah
keadaan psikologis yang berupa emosi, namun memiliki aspek kognitif pula
untuk melihat da merasakan keadaan psikologis orang lain. Menurut Baron &
Bryne (2005) empati merupakan suatu respon afeksi dan juga kognisi yang
kompleks dalam melihat distress psikologis orang lain. Empati merupakan suatu
sikap simpatik, yaitu mencoba membantu menyelesaikan penderitaan orang
lain dan melihat masalah itu dari sudut pandang mereka. Sedangkan menurut
Hurlock (1999) empati adalah kemampuan seseorang untuk membayangkan
dirinya berada di posisi orang lain disertai emosi dan perasaan yang dimilikinya.
3
sosial seperti pendapat McQuail, kebanyakan generasi muda yang
menggunakan media sosial sebagai ajang untuk menunjukkan kelebihan-
kelebihan diri. Seperti yang diungkapkan oleh Dhuha Hadiansyah dalam artikel
yang berjudul Media Sosial dan Penumpulan Empati, eksistensi dan potensi yang
dimiliki oleh pemilik akun dieksploitasi sedemikian rupa. Seperti, foto berlibur,
foto makanan yang enak, foto diri yang paling baik, atau foto lain yang dapat
mengundang kecemburuan orang lain yang melihatnya. Bisa jadi, disaat yang
sama ada orang lain yang keadaannya berbalik dari yang memiliki akun. Disinilah
media sosial dapat dikatakan mengikis sisi empati seseorang.
HIPOTESIS
Berdasarkan fakta ini, dapat ditarik hipotesis nol (h0) yakni adanya korelasi
negatif antara variabel motivasi penggunaan media sosial dengan tingkat
empati mahasiswa, yakni semakin tinggi seseorang termotivasi untuk
menggunakan media sosial, maka semakin rendah tingkat empati yang
dimilikinya.
Sedangkan hipotesis alternatif (ha) dari penelitian ini adalah tidak ada
korelasi yang signifikan antara variabel motivasi penggunaan media sosial
dengan tingkat empati yang dimiliki mahasiswa. Artinya meskipun motivasi
penggunaan media sosial mahasiswa tinggi, tidak berpengaruh pada tingkat
empati yang dimilikinya.
METODE PENELITIAN
Identifikasi Variabel
4
individu. Dalam penelitian ini, definisi operasional dari motivasi penggunaan
media sosial adalah dorongan seseorang untuk menggunakan media online
berbasis visual untuk menyebarkan foto atau video keadaan dimana
seseorang berada dan tujuannya untuk memberitakan dirinya, atau apa yang
terjadi di sekitarnya.
Aspek yang ingin digali dalam peneitian ini adalah aspek motivasi
pengguna media sosial sebagai sarana untuk memberitakan diri atau
kejadian yang ada di sekitar pengguna. Dalam tugas akhir yang dilakukan
oleh Asri Hidayati (2010), motivasi dalam menggunakan media sosial dibagi
menjadi tiga jenis, yakni:
1. Motivasi kognitif; yakni berupa dorongan akan kebutuhan informasi,
berita, pengetahuan tentang sekeliling atau seseorang.
2. Motivasi diversi; yakni berupa kebutuhan akan pelepasan distress
atau kebutuhan seseorang akan hiburan.
3. Motivasi identitas personal; yakni kebutuhan akan menggunakan
media sosial untuk menunjukkan indentitas dan potensi diri kepada
orang lain.
Davis (1996) berpendapat mengenai empati yaitu suatu konsep yang
berhubungan dengan reaksi seseorang atas apa yang terjadi pada orang lain.
Secara spesifik, konsep ini meliputi aspek afektif dan non-afektif yang
dihasilkan dalam proses tersebut.
Dalam penelitian ini, empati berarti sikap dan perasaan yang mengacu
pada merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang dicerminkan dalam
perilaku menolong secara spontan saat melihat orang lain kesusahan di
lokasi orang itu membutuhkan pertolongan.
5
b. Fantasi; berimajinasi dan membayangkan jika individu berada di posisi
orang lain.
c. Empathy concern; perasaan empati yang berorientasi pada orang lain.
d. Personal distress; kecemasan yang dihasilkan saat melihat keadaan
orang lain tidak menyenangkan.
Teknik Sampling
Pengumpulan Data
Tabel 1. Blue print skala motivasi penggunaan media sosial (Asri Hidayati:
2010).
6
dari teman
Item:
1. Saya penasaran akan apa yang menjadi trending topic di media sosial
akhir-akhir ini.
2. Saya mengikuti berita terkini yang sedang menjadi topik pembicaraan
publik.
3. Ketika saya bosan, saya mencari hiburan dari media sosial.
4. Saya menampilkan profil diri saya di media sosial.
7
5. Saya mengabarkan diri saya sedang berada di suatu tempat melalui
instastory atau whatsapp story.
6. Saya merasa tidak perlu mengabarkan kepada teman-teman saya
tentang keaadaan diri saya di instastory atau whatsapp story.
8
Item:
9
Analisis Data
1. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.871 .874 16
10
2. Uji Deskriptif
Statistics
motivasi
penggunaan tingkat
media sosial empati
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 15.90 49.03
Median 16.00 48.00
Mode 19 47
Std. Deviation 3.021 5.738
Variance 9.128 32.930
Skewness -1.248 .985
Std. Error of Skewness .427 .427
Kurtosis 2.526 1.001
Std. Error of Kurtosis .833 .833
Minimum 6 40
Maximum 20 64
Sum 477 1471
Percentiles 25 14.00 46.00
50 16.00 48.00
75 18.25 51.50
11
3. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk melihat apakah data penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Santoso: 2010).
Penelitian ini menggunakan metode kolmogrov-Smirnov dengan cara
melihat nilai signifikasi dari masing-masing variabel. Variabel yang
memilki nilai signifikasi lebih dari 0,05 menandakan bahwa data variabel
tersebut terdistribusi secara normal. Sedangkan, variabel yang memiiki
data dengan nilai signifikasi dibawah 0,05 menandakan bahwa data
variabel tersebut tidak terdistribusi secara normal.
12
4. Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat motivasi
penggunaan media sosial pada tingkat empati mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Metode
analisis data penelitian ini menggunakan korelasi product moment Pearson
untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel tersebut. Alasan
menggunakan korelasi product moment Pearson dikarenakan jenis data
yang digunakan berupa data interval dan ordinal. Berdasarkan hipotesis
awal, diprediksi adanya korelasi negatif antara motivasi penggunaan media
sosial dan tingkat empati. Berdasarkan uji statistik menggunakan SPSS 16.0
for windows, didapatkan hasil sebagai berikut:
Inteprestasi output hasil hitungan SPSS, Pada tabel. 7 memperlihatkan
bahwa diperoleh nilai korelasi sebesar -0,125 dengan nilai signifikasi sebesar
0,510. Tanda negatif (-) pada output menunjukkan arah korelasi yang
berlawanan, artinya semakin tinggi motivasi penggunaan media sosial
maka akan di barengi dengan semakin rendanya tingkat empati mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Namun, uji korelasi
ini menunjukkan bahwa ada tidak korelasi yang signifikan antara variabel
motivasi penggunaan media sosial dengan variabel tingkat empati (r = -
0,125, p > 0,05).
Dengan demikian (h0) ditolak, yakni adanya korelasi negatif antara
variabel motivasi penggunaan media sosial dengan tingkat empati
mahasiswa, dan (ha) diterima, yakni tidak ada korelasi yang signifikan
antara variabel motivasi penggunaan media sosial dan tingkat empati.
Artinya, semakin termotivasi seseorang untuk menggunakan media sosial,
tidak berpengaruh pada tinggi atau rendahnya tingkat empati.
13
Tabel 7. Hasil uji hipotesis korelasi produk momen Pearson
Correlations
untuk
mengukur untuk
motivasi mengukur
penggunaan tingkat
media sosial empati
untuk mengukur Pearson
1 -.125
motivasi penggunaan Correlation
media sosial pada Sig. (2-tailed) .510
mahasiswa psikologi
N 30 30
angkatan 2016
untuk mengukur Pearson
-.125 1
tingkat empati Correlation
mahasiswa psikologi Sig. (2-tailed) .510
angkatan 2016
N 30 30
Pembahasan
Hasil dari penelitian ini adalah adanya tidak ada korelasi yang signifikan
antara motivasi penggunaan media sosial dengan tingkat empati, yang
14
artinya semakin tinggi mahasiswa psikologi termotivasi untuk menggunakan
media sosial, maka tidak berpengaruh pada tingkat empati yang dimilikinya.
Lain dengan hasil penelitian terdahulu oleh Selviana (2016), yang
menghubungkan antara media sosial dan empati dengan perilaku moral.
Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari
empati dan penggunaan situs jejaring sosial terhadap perilaku moral. Hal ini
berarti semakin tinggi tingkat empati yang dibentuk dalam diri remaja, maka
perilakunya akan semakin bermoral, bergitupun bila penggunaan situs
jejaring sosialnya ditujukan pada hal-hal yang positif maka dapat menunjang
remaja dalam berperilaku baik di dunia maya ataupun di dunia nyata.
Perbedaan hasil penelitian ini dikarenakan variabel penelitian yang
digunakan pun berbeda. Dalam penelitian ini hanya ada dua variabel yakni
motivasi penggunaan media sosial dan tingkat empati, sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Selviana (2016) menggunakan variabel jejaring sosial dan
empati yang dapat mempengaruhi perilaku moral.
15
memberikan kontribusi positif dalam perilaku prososial berbagi ulang
informasi atau retweet kegiatan sosial di jejaring sosial twitter. Hal ini
dikarenakan, variabel dari penelitian ini adalah motivasi penggunaan media
sosial berbentuk visual seperti foto atau video, berbeda dengan twitter yang
berupa tulisan. Dengan media sosial yang berbentuk tulisan, lebih mudah
bagi seseorang untuk menyebarkan perilaku prososial daripada media sosial
yang berbentuk foto atau video. Seseorang lebih bersifat narsistik dan
menonjolkan diri sendiri di dalam media sosial yang berbentuk foto atau
video.
Hasil penelitian skripsi yang ditulis oleh Dwi Indah Mustiko (2015)
menunjukkan hasil yang netral. Yakni dampak penggunaan facebook
terhadap kepekaan sosial peserta didik di SMP Negeri 1 Demak dapat
berpengaruh pada tinggi dan juga rendahnya tingkat empati peserta didik.
Tingkat empati peserta didik akan terlihat rendah disaat mereka
menggunakan facebook untuk mencemarkan atau memberikan komentar
negatif kepada temannya dengan menggunakan kalimat yang kurang sopan.
Sedangkan tingkat empati peserta didik terlihat tinggi ketika ada temannya
yang memposting mengenai berita senang atau sedih dan mengharuskan
16
teman lainnya untuk saling respek dan peduli satu sama lain. Penelitian ini
menunjukkan bahwa media sosial dapat berkorelasi positif juga negatif
dengan empati. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa media sosial bukan
hanya berdampak negatif pada tingkat empati seseorang namun juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan sisi empati seseorang. Hal ini
dapat dilihat dari bagaimana seseorang tersebut memanfaatkannya.
PENUTUP
Atas hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, serta merujuk
pada kajian teori dan penelitian terdahulu maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
meskipun kedua variabel memiliki arah hubungan yang berlawanan
antara variabel motivasi penggunaan media sosial dengan variabel
tingkat empati pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2016. Hal ini dibuktikan
dengan nilai koefisien korelasi sebesar (r = -0,125, p > 0,05). Dengan
demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin termotivasi
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang angkatan 2016 untuk menggunakan media sosial, maka
tidak berpengaruh pada tinggi rendah tingkat empati yang dimilikinya.
17
apa yang terjadi di sekeliling. Bisa jadi, dengan bermedia sosial dapat
meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Selain itu, untuk dapat
memposisikan dirinya sebagai mahasiswa psikologi yang mempelajari
tingkah laku manusia untuk tidak menjadi seseorang yang anti sosial
PEatau memperbaiki ditra dirinya di media sosial saja, namun untuk lebih
memiliki rasa peka terhadap lingkungan sosialnya secara nyata.
2. Bagi pembaca
Diharapkan untuk membuka mata melihat kondisi era kini yang tidak
bisa lepas dari teknologi digital. Maka dari itu, meskipun segalanya serba
digital, namun tetap memperhatikan sisi manusiawi dan dapat
menggunakannya secara bijak.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan, seperti belum
mengklasifikasikan motivasi apa saja yang mempengaruhi rendahnya
tingkat empati seseorang. Penelitian ini hanya meneliti tingkat motivasi
penggunaan media sosial secara keseluruhan. Yang artinya, seseorang
yang memiliki motivasi menggunakan media sosial baik apapun itu
dikategorikan sebagai satu variabel yang diukur. Sehingga bagi peneliti
selanjutnya dapat mengukur motivasi menggunakan media sosial
berdasarkan kategorinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Baron, Robert & Donn Byrne. (2005). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta. Erlangga
Brigham.
Chaplin. (1995). Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartono. Jakarta :
Rajawali Press.
Dayakisni, T & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Malang : UMM Press.
Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Modul Khusus Komunitas PNPM
Mandiri.
Depa J. 2017. Ironis, Mulai Terkikisnya Belas Kasih dan Rasa Empati Hanya Karena
Euforia Medsos. (Online). Diakses pada 24 September 2018.
https://www.hipwee.com/opini/mulai-terkikisnya-rasa-empati-karena-
media-sosial/
Helsper, E., & Enyon, R. (2009). Digital natives: Where is the evidence? British
Educational Research Journal, 1-18. (Online). Diakses pada 24 September 2018.
19
Introvert pada Remaja. Jurnal Psikologi Udayana. 1 (1), 06115. (Online). Diakses
pada 24 September 2018.
Erlangga.
Selviana. (2016). “Empati Dan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Sebagai Faktor
Dalam Membentuk Moral Remaja”. Jurnal Psikologi Ulayat, 3 (2): 143-157.
(online). Diakses pada 26 November 2018.
Tapscott, D. (2009). Grown up digital: How the net generation is changing your
world. New York, US: McGraw-Hill.
20
21