Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT

EMPATI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG

Mazaya Conita Widaputri


16410189
Kelas E

LATAR BELAKANG

Berkembangnya teknologi secara otomatis mempengaruhi bagaimana


masyarakat berperilaku, baik perilaku yang lebih mengacu ke arah positif
ataupun negatif. Era digital dengan segenap kecanggihannya mengantarkan
masyarakat pada suatu era baru, dimana kejadian di belahan bumi lain dapat
diketahui oleh khalayak yang berada jauh dari lokasi kejadian. Menurut Helsper
& Enyon (2009) generasi muda yang lahir saat internet telah menjadi bagian
hidup yang tak bisa terpisahkan dari mereka disebut dengan digital native.
Keseharian generasi ini tak lepas dari internet, sejak masih dalam kandungan,
masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Sedangkan menurut Tapscott
(2009), generasi internet di Amerika Serikat dibagi ke dalam empat kategori.
Pertama, generasi baby boom (yang hidup sejak Januari 1946-Desember 1964).
Kedua, generasi X (yang hidup sejak Januari 1965-Desember 1976), atau
generasi yang disebut dengan baby bust. Ketiga, yaitu generasi internet (yang
hidup sejak Januari 1977-Desember 1997) generasi ini sekitar 27% dari jumlah
penduduk atau berjum;ah sekitar 81,1 juta anak. Generasi ini kerap disebut
dengan generasi milenial atau generasi Y. Keempat, generasi Z (yang hidup
sejak Januari 1998-sekarang). Kaum digital native seperti yang diungkapkan
Helsper & Enyon (2009) adalah generasi milenial dan generasi Z, yang hidup
sejak tahun 1977-sekarang, keseharian generasi ini hampir dihabiskan dengan
berinteraksi dengan teknologi atau media sosial.

1
Dampak positif dari penggunaan jejaring sosial adalah sebagai media
penyebaran informasi, sarana pengembangan ketrampilan, memperluas
jaringan pertemanan dan dapat menghubungkan sanak saudara yang jauh
jaraknya, disisi lain terdapat pula dampak negatif dari penggunaan teknologi
dan media sosial, yaitu lupa waktu karena kecanduan teknologi, maraknya
kriminal lewat media sosial, dan pencurian identitas privasi (Herdianto &
Widiantari: 2003). Disaat terjadi tragedi atau bencana di suatu tempat,
masyarakat dapat mengetahuinya dan menyebarluaskan informasi tentang
tragedi tersebut. Sehingga, penanganan akan tragedi atau bencana tersebut
dapat lebih sigap, karena masyarakat dapat menggunakan media sosial sebagai
ladang berempati bagi mereka.
Disisi lain, perilaku masyarakat yang ingin selalu menjadi pusat perhatian
tidak dapat dihindarkan di era digital. Disaat terjadi suatu kecelakaan di tempat
umum, fenomena yang ditemukan adalah banyak orang yang memposting
detail kejadian di lokasi ke akun media sosial mereka sebelum tergerak untuk
membantu meringankan penderitaan korban. Nampaknya prioritas masyarakat
zaman sekarang adalah sebagai penyedia informasi yang harus selalu siap
dengan handphone yang mereka miliki demi eksistensi dan kepuasan diri
sendiri. (Depa Juliharti: 2017) Hal ini menjadi suatu paradoks yang terjadi di
tengah masyarakat akibat perkembangan teknologi, disaat suatu sisi membawa
efek positif namun di sisi lain terdapat efek negatif yang tetap mengikuti.
Motivasi dalam menggunakan media sosial dirumuskan oleh McQuail (1987),
yaitu: (1) kebutuhan akan informasi, motivasi akan informasi berkaitan dengan
keingintahuan akan lingkungan sekitar, dunia, atau masyarakat. Kemudian
untuk belajar dan pendidikan diri sendiri, dan memperoleh rasa damai melalui
penambahan pengetahuan. (2) menonjolkan identitas pribadi, motivasi ini
berupa kebutuhan diri sendiri untuk menunjukkan identitas dan potensi yang
dimiliki individu, serta mengidentifikasi pemahaman akan dirinya sendiri. (3)
kebutuhan akan interaksi sosial, motivasi bertujuan untuk mengetahui keadaan

2
orang lain di sekitar individu, berkomunikasi dengan sanak keluarga atau teman,
dan membantu menjalankan peran sosial. (4) kebutuhan akan hiburan, motivasi
ini bertujuan untuk menghilangkan rasa penat akibat permasalahan dalam
keseharian, menyalurkan emosi, dan mengisi waktu luang.
Perkembangan teknologi di era digital ini membawa dampak positif dan
negatif, khususnya perihal empati masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya.
Empati adalah bagaimana seseorang memahami pikiran-pikiran dan perasaan
orang lain dan memposisikan dirinya sebagai orang lain tersebut ke dalam
kerangka pedoman psikologis orang tersebut tanpa sungguh-sungguh
mengalami yang dirasakan oleh orang yang bersangkutan (Chaplin, 1995).
Menurut Sears (1994), empati adalah bagaiama merasakan apa yang menjadi
penderitaan orang lain. Menurut Santrok (2007), empati merupakan sebuah
keadaan psikologis yang berupa emosi, namun memiliki aspek kognitif pula
untuk melihat da merasakan keadaan psikologis orang lain. Menurut Baron &
Bryne (2005) empati merupakan suatu respon afeksi dan juga kognisi yang
kompleks dalam melihat distress psikologis orang lain. Empati merupakan suatu
sikap simpatik, yaitu mencoba membantu menyelesaikan penderitaan orang
lain dan melihat masalah itu dari sudut pandang mereka. Sedangkan menurut
Hurlock (1999) empati adalah kemampuan seseorang untuk membayangkan
dirinya berada di posisi orang lain disertai emosi dan perasaan yang dimilikinya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat empati mahasiswa di era


digital dengan berbagai tantangannya. Di saat teknologi berkembang dengan
pesat, apakah berimplikasi pada empati mahasiswa yang semakin tinggi atau
rendah ditinjau dari dampak positif dan negatif darinya. Mahasiswa, sebagai
penerus generasi bangsa, diharapkan memiliki rasa empati yang kuat dan
kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Adanya empati yang kuat akan
menanamkan rasa kepedulian dan muncullah perilaku menolong sesama.
(Dayakisni & Hudaniah, 2003). Namun, dilihat dari motivasi penggunaan media

3
sosial seperti pendapat McQuail, kebanyakan generasi muda yang
menggunakan media sosial sebagai ajang untuk menunjukkan kelebihan-
kelebihan diri. Seperti yang diungkapkan oleh Dhuha Hadiansyah dalam artikel
yang berjudul Media Sosial dan Penumpulan Empati, eksistensi dan potensi yang
dimiliki oleh pemilik akun dieksploitasi sedemikian rupa. Seperti, foto berlibur,
foto makanan yang enak, foto diri yang paling baik, atau foto lain yang dapat
mengundang kecemburuan orang lain yang melihatnya. Bisa jadi, disaat yang
sama ada orang lain yang keadaannya berbalik dari yang memiliki akun. Disinilah
media sosial dapat dikatakan mengikis sisi empati seseorang.

HIPOTESIS

Berdasarkan fakta ini, dapat ditarik hipotesis nol (h0) yakni adanya korelasi
negatif antara variabel motivasi penggunaan media sosial dengan tingkat
empati mahasiswa, yakni semakin tinggi seseorang termotivasi untuk
menggunakan media sosial, maka semakin rendah tingkat empati yang
dimilikinya.
Sedangkan hipotesis alternatif (ha) dari penelitian ini adalah tidak ada
korelasi yang signifikan antara variabel motivasi penggunaan media sosial
dengan tingkat empati yang dimiliki mahasiswa. Artinya meskipun motivasi
penggunaan media sosial mahasiswa tinggi, tidak berpengaruh pada tingkat
empati yang dimilikinya.

METODE PENELITIAN

Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan variabel bebas motivasi penggunaan media


sosial dan variabel terikat tingkat empati.
Definisi Operasional
Menurut Kaplan dan Haenlein, sosial media adalah suatu media yang
menggunakan kecanggihan teknologi untuk bertukar informasi antar-

4
individu. Dalam penelitian ini, definisi operasional dari motivasi penggunaan
media sosial adalah dorongan seseorang untuk menggunakan media online
berbasis visual untuk menyebarkan foto atau video keadaan dimana
seseorang berada dan tujuannya untuk memberitakan dirinya, atau apa yang
terjadi di sekitarnya.
Aspek yang ingin digali dalam peneitian ini adalah aspek motivasi
pengguna media sosial sebagai sarana untuk memberitakan diri atau
kejadian yang ada di sekitar pengguna. Dalam tugas akhir yang dilakukan
oleh Asri Hidayati (2010), motivasi dalam menggunakan media sosial dibagi
menjadi tiga jenis, yakni:
1. Motivasi kognitif; yakni berupa dorongan akan kebutuhan informasi,
berita, pengetahuan tentang sekeliling atau seseorang.
2. Motivasi diversi; yakni berupa kebutuhan akan pelepasan distress
atau kebutuhan seseorang akan hiburan.
3. Motivasi identitas personal; yakni kebutuhan akan menggunakan
media sosial untuk menunjukkan indentitas dan potensi diri kepada
orang lain.
Davis (1996) berpendapat mengenai empati yaitu suatu konsep yang
berhubungan dengan reaksi seseorang atas apa yang terjadi pada orang lain.
Secara spesifik, konsep ini meliputi aspek afektif dan non-afektif yang
dihasilkan dalam proses tersebut.

Dalam penelitian ini, empati berarti sikap dan perasaan yang mengacu
pada merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang dicerminkan dalam
perilaku menolong secara spontan saat melihat orang lain kesusahan di
lokasi orang itu membutuhkan pertolongan.

Aspek dari empati menurut Davis adalah:

a. Perspective taking; melihat suatu permasalahan dari sudut pandang


orang lain secara spontan.

5
b. Fantasi; berimajinasi dan membayangkan jika individu berada di posisi
orang lain.
c. Empathy concern; perasaan empati yang berorientasi pada orang lain.
d. Personal distress; kecemasan yang dihasilkan saat melihat keadaan
orang lain tidak menyenangkan.

Teknik Sampling

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan


2016 yang berjumlah 259 orang. Sample yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 15 % dari jumlah populasi yakni 30 orang mahasiswa psikologi angkatan
2016. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple
random sampling, yakni teknik yang digunakan jika sampel yang akan diteliti
bersifat homogen. Cara pengambilan sampel tidak ditentukan oleh kriteria
tertentu, yang berarti dilakukan secara acak dalam sebuah populasi yang ada.

Pengumpulan Data

Metode pengambilan data dengan cara menyebarkan kuisioner yang


berupa skala motivasi penggunaan media sosial yang berjumlah 6 butir aitem
dan skala empati yang berjumlah 16 butir aitem. Kuisioner yang disebarkan
terdiri dari 4 kategori jawaban, yakni sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1,
tidak setuju (TS) dengan skor 2, setuju (S) dengan skor 3, dan sangat setuju
(SS) dengan skor 4 pada aitem favorable. Sedangkan, pada aitem unfavorable
skor pada aitem 4,3,2,1.

Tabel 1. Blue print skala motivasi penggunaan media sosial (Asri Hidayati:
2010).

Konstruk Aspek Indikator

1. Keinginan mendapatkan kabar terbaru

6
dari teman

Motivasi kognitif 2. Keinginan mendapatkan berita seputar


fenomena yang terjadi di sekitar.

1. Keinginan mendapatkan hiburan.


Motivasi
penggunaan 2. Keinginan mencurahkan perasaan atau
media sosial emosi.
Motivasi diversi
3. Keinginan melepaskan diri dari
permasalahan.

4. Keinginan melepaskan kebosanan.

1. Keinginan menampilkan profil diri.

Motivasi identitas 2. Keinginan menampilkan hasil karya.


personal
3. Keinginan membagikan keadaan sekitar
subjek.

4. Keinginan memberitakan apa yang


sedang dialami.

Item:

1. Saya penasaran akan apa yang menjadi trending topic di media sosial
akhir-akhir ini.
2. Saya mengikuti berita terkini yang sedang menjadi topik pembicaraan
publik.
3. Ketika saya bosan, saya mencari hiburan dari media sosial.
4. Saya menampilkan profil diri saya di media sosial.

7
5. Saya mengabarkan diri saya sedang berada di suatu tempat melalui
instastory atau whatsapp story.
6. Saya merasa tidak perlu mengabarkan kepada teman-teman saya
tentang keaadaan diri saya di instastory atau whatsapp story.

Tabel 2. Blue print skala empati (Davis: 1983)

Konstruk Aspek Indikator

1. Merasakan kesulitan orang lain

Perspective taking 2. Tidak merasa dirugikan saat membantu


orang lain.

1. Membayangkan berada di posisi orang


yang kesulitan.
Fantasi
2. Memiliki rasa iba kepada orang lain.

1. Berusaha membuat orang lain senang.


Empati
2. Merasa bahagia melihat orang lain
senang.
Empathy concern
3. Memprioritaskan kepentingan orang lain
daripada diri sendiri.

1. Terganggu melihat orang lain terganggu.

2. Tidak ingin melihat orang lain kesulitan.

Personal distress 3. Mengerahkan tenaga untuk meringankan


beban orang lain.

4. Memberikan materi demi meringankan


beban orang lain.

8
Item:

1. Saya memberikan kemampuan yang saya miliki untuk meringankan


beban orang lain.
2. Saya merasa membuang waktu saya jika terlibat dalam kesulitan orang
lain.
3. Saya berinisiatif membantu meringankan beban orang lain.
4. Saya mengakhirkan urusan saya saat ada orang lain yang membutuhkan
pertolongan saya.
5. Saya merasa tidak berguna sebagai teman jika membiarkan teman saya
terlarut dalam kesulitan.
6. Saya dapat beraktivitas sebagaimana mestinya disaat orang lain
mengalami musibah.
7. Kebahagiaan orang lain adalah penghilang penat saya dalam rutinitas.
8. Saya tidak mau mengetahui keadaan orang lain.
9. Saya spontan menolong orang lain dalam kesulitan saat saya berada di
lokasi kejadian.
10. Saya mendokumentasikan kecelakaan yang terjadi sebelum menolong
korban.
11. Saya terdorong untuk melakukan berbagai macam kegiatan sosial.
12. Saya tidak merasa dirugikan saat orang lain menggunakan barang saya
demi keperluannya.
13. Saya mementingkan kuliah saya daripada menolong teman saya yang
mengalami kecelakaan
14. Saya menuntut kerusakan mobil saya akibat kecelakaan pada korban
yang gawat darurat
15. Saya merasa tidak nyaman melihat orang lain kesusahan.
16. Saya tidak merasa dirugikan saat mengerahkan tenaga saya bagi orang la

9
Analisis Data

1. Uji Reliabilitas

Uji reliabiltias untuk mengukur keterpercayaan, konsistensi,


keterandalan dan keajegan item. Uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan koefisien reliabilitas dihitung dengan SPSS 16.00 for windows.
Item skala motivasi penggunaan media sosial yang awalnya berjumlah 17
butir, setelah diuji menggunakan koefisien correlation item-total correlation
diatas 0,3 didapatkan aitem yang tersisa sebanyak 6 butir aitem.
Sedangakan untuk aitem skala tingkat empati yang awalnya berjumlah 19
butir, setelah diuji reliabilitas menggunakan correlation item-total correlation
diatas 0,3 didapatkan aitem yang tersisa sebanyak 16 aitem.

Tabel 3. Hasil uji reliabilitas skala motivasi penggunaan media sosial


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.760 6

Tabel 4. Hasil uji reliabilitas skala tingkat empati

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.871 .874 16

10
2. Uji Deskriptif

Dari hasil penyebaran kuisioner penelitian didapatkan bahwa responden


berjumlah 30 orang yang merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang berumur 20-
22 tahun, dimana kecenderungan jawaban dapat dijelaskan sebagai berikut:
untuk variabel motivasi penggunaan media sosial nilai maksimum sebesar
20 dan nilai minimum sebesar 20, sedangkan rata-rata dari keseluruhan nilai
variabel ini adalah 15,90 dengan standar deviasi sebesar 3,021. Sedangkan
untuk variabel tingkat empati didapatkan nilai tertinggi sebesar 64 dan nilai
terendah sebesar 40 dengan rata-rata 49,03 dan strandar deviasi 5.738.

Tabel 5. Hasil uji deskriptif

Statistics
motivasi
penggunaan tingkat
media sosial empati
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 15.90 49.03
Median 16.00 48.00
Mode 19 47
Std. Deviation 3.021 5.738
Variance 9.128 32.930
Skewness -1.248 .985
Std. Error of Skewness .427 .427
Kurtosis 2.526 1.001
Std. Error of Kurtosis .833 .833
Minimum 6 40
Maximum 20 64
Sum 477 1471
Percentiles 25 14.00 46.00
50 16.00 48.00
75 18.25 51.50

11
3. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk melihat apakah data penelitian
berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Santoso: 2010).
Penelitian ini menggunakan metode kolmogrov-Smirnov dengan cara
melihat nilai signifikasi dari masing-masing variabel. Variabel yang
memilki nilai signifikasi lebih dari 0,05 menandakan bahwa data variabel
tersebut terdistribusi secara normal. Sedangkan, variabel yang memiiki
data dengan nilai signifikasi dibawah 0,05 menandakan bahwa data
variabel tersebut tidak terdistribusi secara normal.

Dapat dilihat pada tabel. 6, bahwa variabel motivasi penggunaan


media sosial memiliki nilai signifikasi sebesar 0,753 > 0,05 yang
menandakan bahwa data terdistribusi secara normal. Sedangkan nilai
sig. 2 tailed dari variabel tingkat empati adalah 0,358 > 0,05 yang
menunjukkan data terdistribusi secara normal pula.
Tabel 6. Hasil uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


motivasi untuk
penggunaan mengukur
media sosial tingkat
pada empati
N 30 30
Normal Parametersa Mean 15.90 49.03
Std. Deviation 3.021 5.738
Most Extreme Absolute .123 .169
Differences Positive .119 .169
Negative -.123 -.099
Kolmogorov-Smirnov Z .675 .926
Asymp. Sig. (2-tailed) .753 .358

12
4. Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat motivasi
penggunaan media sosial pada tingkat empati mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Metode
analisis data penelitian ini menggunakan korelasi product moment Pearson
untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel tersebut. Alasan
menggunakan korelasi product moment Pearson dikarenakan jenis data
yang digunakan berupa data interval dan ordinal. Berdasarkan hipotesis
awal, diprediksi adanya korelasi negatif antara motivasi penggunaan media
sosial dan tingkat empati. Berdasarkan uji statistik menggunakan SPSS 16.0
for windows, didapatkan hasil sebagai berikut:
Inteprestasi output hasil hitungan SPSS, Pada tabel. 7 memperlihatkan
bahwa diperoleh nilai korelasi sebesar -0,125 dengan nilai signifikasi sebesar
0,510. Tanda negatif (-) pada output menunjukkan arah korelasi yang
berlawanan, artinya semakin tinggi motivasi penggunaan media sosial
maka akan di barengi dengan semakin rendanya tingkat empati mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Namun, uji korelasi
ini menunjukkan bahwa ada tidak korelasi yang signifikan antara variabel
motivasi penggunaan media sosial dengan variabel tingkat empati (r = -
0,125, p > 0,05).
Dengan demikian (h0) ditolak, yakni adanya korelasi negatif antara
variabel motivasi penggunaan media sosial dengan tingkat empati
mahasiswa, dan (ha) diterima, yakni tidak ada korelasi yang signifikan
antara variabel motivasi penggunaan media sosial dan tingkat empati.
Artinya, semakin termotivasi seseorang untuk menggunakan media sosial,
tidak berpengaruh pada tinggi atau rendahnya tingkat empati.

13
Tabel 7. Hasil uji hipotesis korelasi produk momen Pearson

Correlations
untuk
mengukur untuk
motivasi mengukur
penggunaan tingkat
media sosial empati
untuk mengukur Pearson
1 -.125
motivasi penggunaan Correlation
media sosial pada Sig. (2-tailed) .510
mahasiswa psikologi
N 30 30
angkatan 2016
untuk mengukur Pearson
-.125 1
tingkat empati Correlation
mahasiswa psikologi Sig. (2-tailed) .510
angkatan 2016
N 30 30

Pembahasan

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data variabel motivasi


penggunaan media sosial dan tingkat empati memiliki sebaran data yang
berdistribusi normal, yang ditunjukkan dengan koefisien Kolmogrov-Smirnov
sebesar 0,753 > 0,05 pada variabel motivasi penggunaan media sosial dan
0,358 > 0,05 pada variabel tingkat empati. Hasil uji hipotesis korelasi product
moment Pearson, terdapat hubungan dengan arah yang berlawanan antara
variabel motivasi penggunaan media sosial dengan variabel tingkat empati,
namun tidak ada korelasi yang signifikan antara keduanya. Hal ini dibuktikan
dengan nilai koefisien korelasi sebesar (r = -0,125, p > 0,05).

Hasil dari penelitian ini adalah adanya tidak ada korelasi yang signifikan
antara motivasi penggunaan media sosial dengan tingkat empati, yang

14
artinya semakin tinggi mahasiswa psikologi termotivasi untuk menggunakan
media sosial, maka tidak berpengaruh pada tingkat empati yang dimilikinya.
Lain dengan hasil penelitian terdahulu oleh Selviana (2016), yang
menghubungkan antara media sosial dan empati dengan perilaku moral.
Hasil dari penelitian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari
empati dan penggunaan situs jejaring sosial terhadap perilaku moral. Hal ini
berarti semakin tinggi tingkat empati yang dibentuk dalam diri remaja, maka
perilakunya akan semakin bermoral, bergitupun bila penggunaan situs
jejaring sosialnya ditujukan pada hal-hal yang positif maka dapat menunjang
remaja dalam berperilaku baik di dunia maya ataupun di dunia nyata.
Perbedaan hasil penelitian ini dikarenakan variabel penelitian yang
digunakan pun berbeda. Dalam penelitian ini hanya ada dua variabel yakni
motivasi penggunaan media sosial dan tingkat empati, sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Selviana (2016) menggunakan variabel jejaring sosial dan
empati yang dapat mempengaruhi perilaku moral.

Sementara penelitian terdahulu oleh Gumelar (2014) menunjukkan


hasil yang bertentangan dengan penelitian ini. Penelitian Gumelar (2014)
mengkaji tentang pengaruh empati terhadap perilaku prososial dalam
berbagi ulang informasi atau retweet kegaiatan sosial di jejaring sosial
twitter. Menurut hasil penelitian tersebut, ditemukan adanya hubungan
yang signifikan antara empati dengan perilaku prososial di media sosial
twitter. Variabel empati menunjukkan hubungan yang positif terhadap
terjadinya perilaku prososial di media sosial twitter. Artinya jika seorang
pengguna twitter memiliki tingkat empati yang tinggi, maka perilaku
prososial pada pengguna media sosial twitter dalam berbagi ulang informasi
atau retweet kegiatan sosial pun akan tinggi. Sebaliknya, jika tingkat empati
yang dimiliki pengguna media sosial twitter rendah, maka perilaku prososial
dalam berbagi ulang informasi atau retweet kegiatan sosial pun akan rendah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan dalam hasil penelitian ini bahwa empati

15
memberikan kontribusi positif dalam perilaku prososial berbagi ulang
informasi atau retweet kegiatan sosial di jejaring sosial twitter. Hal ini
dikarenakan, variabel dari penelitian ini adalah motivasi penggunaan media
sosial berbentuk visual seperti foto atau video, berbeda dengan twitter yang
berupa tulisan. Dengan media sosial yang berbentuk tulisan, lebih mudah
bagi seseorang untuk menyebarkan perilaku prososial daripada media sosial
yang berbentuk foto atau video. Seseorang lebih bersifat narsistik dan
menonjolkan diri sendiri di dalam media sosial yang berbentuk foto atau
video.

Artikel yang ditulis oleh Mutia Ramadhani dalam Republika


(06/06/2017) yang berjudul “Ketergantungan Ponsel Bunuh Rasa Empati”,
mendukung hasil dari penelitian ini dilihat dari hasil negatif (-) pada koefisien
yakni adanya arah yang berlawanan antara kedua variabel. Maksudnya,
semakin tinggi motivasi penggunaan media sosial, maka semakin rendah
tingkat empati yang dimilikinya. Artikel yang ditulis Mutia menyatakan
bahwa semakin ketergantungan seseorang pada ponselnya maka semakin
membunuh rasa empati pada manusia. Kecanduan ponsel juga merusak
budaya, keluarga, dan kesehatan mental, pendapat ini menurut Profesor
Sains dan Teknologi di Massachusetts Institute of Technology, Sherry Turkle.

Hasil penelitian skripsi yang ditulis oleh Dwi Indah Mustiko (2015)
menunjukkan hasil yang netral. Yakni dampak penggunaan facebook
terhadap kepekaan sosial peserta didik di SMP Negeri 1 Demak dapat
berpengaruh pada tinggi dan juga rendahnya tingkat empati peserta didik.
Tingkat empati peserta didik akan terlihat rendah disaat mereka
menggunakan facebook untuk mencemarkan atau memberikan komentar
negatif kepada temannya dengan menggunakan kalimat yang kurang sopan.
Sedangkan tingkat empati peserta didik terlihat tinggi ketika ada temannya
yang memposting mengenai berita senang atau sedih dan mengharuskan

16
teman lainnya untuk saling respek dan peduli satu sama lain. Penelitian ini
menunjukkan bahwa media sosial dapat berkorelasi positif juga negatif
dengan empati. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa media sosial bukan
hanya berdampak negatif pada tingkat empati seseorang namun juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan sisi empati seseorang. Hal ini
dapat dilihat dari bagaimana seseorang tersebut memanfaatkannya.

PENUTUP

Atas hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, serta merujuk
pada kajian teori dan penelitian terdahulu maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
meskipun kedua variabel memiliki arah hubungan yang berlawanan
antara variabel motivasi penggunaan media sosial dengan variabel
tingkat empati pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2016. Hal ini dibuktikan
dengan nilai koefisien korelasi sebesar (r = -0,125, p > 0,05). Dengan
demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin termotivasi
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang angkatan 2016 untuk menggunakan media sosial, maka
tidak berpengaruh pada tinggi rendah tingkat empati yang dimilikinya.

Dari kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat disarankan


beberapa hal berikut:

1. Bagi mahasiswa psikologi


Diharapkan agar menggunakan media sosial bukan hanya sebagai ajang
untuk mendapatkan eksistensi diri saja. Tetapi agar memperhatiakan

17
apa yang terjadi di sekeliling. Bisa jadi, dengan bermedia sosial dapat
meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Selain itu, untuk dapat
memposisikan dirinya sebagai mahasiswa psikologi yang mempelajari
tingkah laku manusia untuk tidak menjadi seseorang yang anti sosial
PEatau memperbaiki ditra dirinya di media sosial saja, namun untuk lebih
memiliki rasa peka terhadap lingkungan sosialnya secara nyata.
2. Bagi pembaca
Diharapkan untuk membuka mata melihat kondisi era kini yang tidak
bisa lepas dari teknologi digital. Maka dari itu, meskipun segalanya serba
digital, namun tetap memperhatikan sisi manusiawi dan dapat
menggunakannya secara bijak.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan, seperti belum
mengklasifikasikan motivasi apa saja yang mempengaruhi rendahnya
tingkat empati seseorang. Penelitian ini hanya meneliti tingkat motivasi
penggunaan media sosial secara keseluruhan. Yang artinya, seseorang
yang memiliki motivasi menggunakan media sosial baik apapun itu
dikategorikan sebagai satu variabel yang diukur. Sehingga bagi peneliti
selanjutnya dapat mengukur motivasi menggunakan media sosial
berdasarkan kategorinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baron, Robert & Donn Byrne. (2005). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta. Erlangga
Brigham.
Chaplin. (1995). Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartono. Jakarta :
Rajawali Press.
Dayakisni, T & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Malang : UMM Press.
Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Modul Khusus Komunitas PNPM
Mandiri.

Davis, Mark. (1983). Measuring Individual Differences in Emphaty: Evidence for


a Multidimensional Approach. Journal of Personality and Social Psychology.
4 (1): 113-126.

Depa J. 2017. Ironis, Mulai Terkikisnya Belas Kasih dan Rasa Empati Hanya Karena
Euforia Medsos. (Online). Diakses pada 24 September 2018.
https://www.hipwee.com/opini/mulai-terkikisnya-rasa-empati-karena-
media-sosial/

Dwi, I.M. (2015). “Dampak Penggunaan Facebook Terhadap Kepekaan Sosial


Peserta Didik Di SMP Negeri 1 Demak”. Skripsi: Jurusan Politik Dan
Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Gumelar, G. (2014). “Pengaruh Empati Terhadap Perilaku Prososial Dalam


Berbagi Ulang Informasi Atau Retweet Kegiatan Sosial Di Jejaring Sosial
Twitter”. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi. 3 (1). (Online).
https://www.researchgate.net/publication/319296604_ . Diakses pada 26
November 2018.

Helsper, E., & Enyon, R. (2009). Digital natives: Where is the evidence? British
Educational Research Journal, 1-18. (Online). Diakses pada 24 September 2018.

Herdianto, Y.K & Komang Sri Widiantari. (2003). Perbedaan Intensitas


Komunikasi Melalui Jejaring Sosial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan

19
Introvert pada Remaja. Jurnal Psikologi Udayana. 1 (1), 06115. (Online). Diakses
pada 24 September 2018.

Hidayati, Asri. (2010). Motivasi dan Kepuasan Menggunakan Jejaring Sosial


Facebook: Studi korelasi antara Motivasi, Penggunaan dan Kepuasan
Menggunakan Jejaring Sosial Facebook dalam Menjalin Komunikasi
Interpersonal pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Swadana Transfer
Angkatan 2008 FISIP UNS. Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga.

McQuail, Denis. (1987). Teori Komunikasi Massa edisi kedua. Jakarta :

Erlangga.

Mutia, R. Republika (06/06/2017). “Ketergantungan Ponsel Bunuh Rasa Empati”.

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Sears, David O, dkk. (1994). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Selviana. (2016). “Empati Dan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Sebagai Faktor
Dalam Membentuk Moral Remaja”. Jurnal Psikologi Ulayat, 3 (2): 143-157.
(online). Diakses pada 26 November 2018.

Tapscott, D. (2009). Grown up digital: How the net generation is changing your
world. New York, US: McGraw-Hill.

Windy, L. (2017). Penggunaan Jejaring Sosial Dengan Konsep Heppy (Help


People Around You) Sebagai Strategi Bk Dalam Menumbuhkan Empati
Peserta Didik. Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling 1 (1): 408-416.
(Online). Diakses pada 24 September 2018.

20
21

Anda mungkin juga menyukai