PENYAKIT PARKINSON
Oleh :
Periode:
6 Maret- 1 Mei 2015
Preseptor :
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit parkinson adalah salah satu dari banyak penyakit yang menyebabkan
gangguan neurologis yang biasanya menyerang sekitar 1% dari orang usia lebih dari 60 tahun
dan menyebabkan kecacatan progresif yang berjalan lambat, tapi tidak dapat disembuhkan
dengan pengobatan. Penyakit ini ditandai oleh hilangnya dopaminergik neuron yang
terpigmentasi pada substansia nigra pars compacta dan terdapatnya Lewy Body dan Lewy
Neurites.1 Faktor Lingkungan dan genetik diduga sebagai pencetus penyakit parkinson.
Beberapa gen yang menyebab kan Parkinson telah diidentifikasi dan gen tersebut lah yang
berkontribusi sebagai faktor risiko terjadinya penyakit ini. Faktor- faktor lingkungan yang
mem pengaruhi penyakit Parkinson adalah berkerja terpapar dengan pestisida, minum kopi
dan merokok.2
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
yang ditandai oleh adanya degenerasi ganglia basalis, terutama pada sel-sel penghasil
dopamin di substansia nigra pars kompakta (SNC).1 Orang dengan penyakit parkinson
muncul dengan gejala dan tanda yang terkait dengan parkinsonisme, yaitu bradikinesia,
kekakuan, tremor istirahat dan instabilitas postural. Diagnosis Parkinson dapat ditegakkan
apabila sekurang-kurangnya terdapat dua dari empat tanda dan gejala diatas. 3
2.2 Epidemiologi
Inggris dengan angka kejadian tahunan 4- 20 per 100.000.4 Kelompok usia yang lebih sering
menderita parkinson antara 50-59 tahun dan jarang bermula sebelum 30 tahun atau setelah
usia 80 tahun. Insiden dan prevalensi Parkinson pada umur 40 tahun jarang ditemukan dan
2.3 Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit parkinson sampai saat ini masih belum diketahui secara
pasti. Namun, sebagian besar kasus diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan
terutama jika penyakit ini dimulai pada atau sebelum usia 50 tahun. Faktor risiko lingkungan
hidup di lingkungan pedesaan, konsumsi air sumur, paparan herbisida, dan kedekatan dengan
tanaman industri atau tambang.1 Terdapat hipotesis yang disebutjuga sebagai mekanisme
degenerasi neuronal pada penyakit Parkinson, yaitu: hipotesis radikal bebas dan hipotesis
neurotoksin. Hipotesis radikal bebas menjelaskan bahwa oksidasi enzimatik dopamin dapat
merusak neuron nigristriatal dan menghasilkan hidrogen peroksida dan radikal oksi lainnya,
namun ada mekanisme perlindungan dari stress oksidatif oleh tubuh dan pada usia lanjut
menjelaskan bahwa terdapat zat neuro toksin yang dapat merusak substansia nigra dan lokus
seruleus, contohnya zat MPTP.3 Traumatik ‘Punch-drunk syndrome’, yaitu cedera kepala
kronik akibat benturan terus menerus, biasanya pada petinju dan akan memiliki gejala dari
Parkinson.
2.4 Patofisiologi
Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin sampai 20% akibat
kematian neuron di pars kompakta substansianigra sebesar 40 – 50% yang disertai adanya
inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies). Kedua hal tersebut merupak tanda utama pada
penyakit Parkinson.5 Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang
kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang. Secara fisiologis,output
striatum disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars
retikularislewat 2 jalur yaitu jalur direk yang berkaitan dengan reseptor D1 dan jalur indirek
yang berkaitan denganreseptor D2. Pelepasan dopamin dari ujung saraf nigrostriatum akan
output neuron striatum.Bila masukan direk dan indirek seimbang, maka tidak ada kelainan
gerakan. Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia nigra
pars kompakta dan saraf dopaminergik nigrostriatum sehingga tidak adarangsangan terhadap
reseptor D1 maupun D2. Konsentrasi dopamin dalam korpus striatum dan substansia nigra
sangat mengurang, sehingga kondisi di korpus striatum lebih kolinergik daripada
dopaminergik. Hal ini mengakibatkan terjadinya supresi terhadap gerakan-gerakan tubuh atau
terjadi bradikinesia.6,7,8
Gambar 2.1. Klasik model mekanisme ganglia basalis pada normal, Parkinson dan
diskinesia8
a. Tremor
Tremor merupakan gejala pertama pada penyakit Parkinson. Tremor mulanya terjadi
pada pada satu ekstremitas atas, kemudian melibatkan ekstremitas bawah pada sisi yang
sama. Beberapa waktu kemudian sisi lainnya juga terlibat dengan urutan yang serupa.
Kepala, bibir, dan lidah sering tidak terlibat atau terlibat pada stadium penyakit yang lanjut.
Frekuensi tremor parkinson berkisar antara 4-7 gerakan permenit. Tremor terutama timbul
bila penderita dalam keaadan istirahat dan dapat ditekan untuk sementara bila ekstremitas
digerakkan. Tremor menjadi bertambah hebat dalam keadaan emosi dan menghilang bila
tidur.1,2,3
b. Rigiditas
Pada stadium dini, rigiditas otot terbatas pada satu ekstremitas atas, dan hanya
terdeteksi pada gerakan pasif. Biasanya lebih jelas bila peradangan di fleksi dan ekstensi
secara pasif dan pronasi supinasi lengan bawah secara pasif. Rigiditas terjadi akibat regangan
otot pada otot antagonis dan agonis, salah satu gejalanya adalah hilangnya gerak asosiasi
lengan bila berjalan. Rigiditas juga dipengaruhi oleh karena meningkatnya aktivitas neuron
motorik alfa. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan berat sehingga
phenomenon).1,2,3
c. Bradikinesia
Pada bradikinesia, gerakan volunter manjadi lamban dan sulit untuk memulai suatu
gerakan. Berkurangnya gerak asosiatif bila berjalan. Ekspresi atau mimik muka berkurang
(seperti muka topeng). Bila berbicara gerakan lidah dan bibir menjadi lambat. Gerak halus
sewaktu menulis atau mengerjakan benda-benda berukuran kecil menjadi sulit dan
menghilang. Bradikinesia merupakan hasil akhir dari ganguan integrasi pada impuls optik,
propiosptik, dan impuls sensorik lainnya di ganglia basal. Ini mengakibatkan berubahnya
d. Wajah Parkinson
seperti topeng. Kedipan mata berkurang. Disamping itu, muka seperti berminyak dan ludah
e. Mikrografia
penyakit Parkinson. Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan tangan secara
gradual menjadi kecil dan rapat. Pada beberapa kasus. Hal ini merupakan gejala dini.1,2,3
f. Sikap parkinson
Pada stadium yang lebih lanjut, sikap penderita dalam fleksi, kepala difleksi ke dada,
bahu membengkok kedepan, dan lengan tidak melengkung ketika berjalan.3 Pasien juga akan
mengalami propulsion dan retropulsion yaitu: pasien akan mudah jatuh ke depan apabila
diberikan tekanan dari belakang dan sebaliknya. Pasien juga akan susah untuk menginisiasi
berjalan atau disebut freezing, dan pasien akan berjalan sedikit demi sedikit (festinant).
g. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernapasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir
mengakibatkan pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume kecil. Pada beberapa
kasus suara dapat berkurang sampai berbentuk suara bisikan yang dalam.3
h. Disfungsi autonom
Dapat terjadi karena berkurangnya secara progresif sel-sel neuron di ganglia simpatis.
Ini mengakibatkan keringat berlebihan, air ludah berlebihan, ganguan spingter terutama
inkontinensia dan hipotensi ortostatik.3 Pasien juga akan memiliki seboroik tekstur pada kulit,
i. Demensia
selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi visuospasial merupakan defisit kognitif yang sering
neuron transmitter lainnya mungkin pula mempunyai peranan dalam kemunduran intelektual
pada penyakit parkinson. Ganguan mental ini dapat pula disertai gangguan visual atau
Insomnia biasanya juga ditemukan pada pasien Parkinson, hal ini mungkin
2.6 Diagnosis
utama antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia dan instabilitas postural.
Untuk kepentingan klinis berdasarkan berat ringannya penyakit dalam hal ini
• Stadium 1
Gejala dan tanda pada satu sisi (unilateral), terdapat gejala yang ringan, terdapat
gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu
anggota gerak terutama pada saat istirahat, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat
(teman).
• Stadium 2
• Stadium 3
Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas
dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibandingkan stadium
sebelumnya.
• Stadium 5
Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu terdiri dan berjalan
walaupun dibantu.
diagnosis penyakit parkinson secara pasti adalah magnetic resonance imagin (MRI).10 Selain
itu pemeriksaan radionuklir seperti SPECT single photon emission computed tomography
radiologi juga dilakukan untuk melihat apakah ada lesi lain yang dapat berdampak pada
2.8 Tatalaksana
Penyakit Parkinson adalah keadaan dimana terdapat insufisiensi relatif dari dopamin
di susunan saraf pusat, oleh karena itu terapi obat untuk meningkatakan kadar dopamin masih
merupakan cara efektif untuk mengobati penyakit ini. Berikut merupakan algoritma
a. Levodopa
memang dibutuhkan. Bila gejala masih ringan, tidak menganggu sebaiknya levodopa jangan
dimulai. Hal ini mengingat efektifitas yang berkaitan dengan lama waktu pemakaiannnya.
Bila pemakaian sudah mencapai hitungan waktu beberapa bulan atau tahun, sering timbul
komplikasi seperti gejala on-off. Pasien yang mengalami gejala on-off akan mempelihatkan
keadaan immobil selama beberapa saat, dimana gerakan seolah-olah membeku dan berhenti.
Disamping itu, didapatkan juga berbagai komplikasi lain. Batas waktu penundaan sangat
individul, dikaitkan dengan apakah gejala sudah mengganggu kegiatan sehari-hari, kehidupan
neuron ganglia basal. Neuron ini juga dipengaruhi oleh aktivitas eksitasi dan sistem
kolinergik. Jadi berkurangnya inhibisi sistem dopaminergik pada nigrostrtial dapat diatasi
oleh meningkatnya jumlah dopamin dan keseimbangan antara inhibisi dopaminergik dan
eksitasi kolinergik dipulihkan.Efek samping dari levodopa, antara lain nausea, muntah,
laboratorium.3
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin diluar otak, maka
c. Bromokriptin
reseptor dopamin. Obat ini diciptakan untuk mengatasi beberapa kekurangan levodapa,
walaupun efek samping bromokriptin sama dengan efek samping levodopa.Obat ini
diindikasikan bila terapi dengan levodopa atau karbidopa/levodopa tidak atau kurang berhasil
atau bila terdapat diskinesia atau fenimen on-off. Dosis bromokroptin ialah dimulai dengan
2,5 mg sehari, ditingkatkan menjadi 2x2,5 mg dan kemudian dapat ditingkatkan sampai 40-
d. Obat antikolinergik
secara normal diinhibisi mengakibatkan aktivitas yang berlebihan pada sistem kolinergik.
Obat antikolinergik paling efektif diberikan pada penderita penyakit Parkinson yang ringan
dengan gangguan ringan. Contoh obat antikolinergik triheksifenidil, antara lain benztropin
dan biperiden. Mulut kering, konstipasi dan retensio urin merupakan komplikasi yang sering
e. Amantadin
nigrostrial. Obat ini merupakan obat ajuvan yang berguna yang dapat memberikan perbaikan
lebih lanjut pada penderita yang tidak dapat mentoleransi dosis levodopa atau bromokriptin
yang tinggi. Obat ini dalam bentuk kapsul 100mg. Dosisnya ialah 2x100mg. Efek samping di
ekstremitas bawah, insomnia, mimpi buruk, jarang dijumpai hipotensi postural, retensio urin,
gagal jantung.3
dopamin dapat ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Obat ini baik dikombinasikan
2.9 Prognosa
Penyakit parkinson menjadi penyebab kecacatan yang berat atau kematian pada 25%
pasien dalam 5 tahun sejak onset diketahui. Sejak dipergunakannya levodopa sebagai terapi
maka angka kematian dapat diturunkan hingga 50% dan angka ketahanan hidup lima tahun
menjadi meningkat.1
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Usia : 68 tahun
Anamnesis
Telah berobat seorang pasien Perempuan berusia 68 tahun ke Poli Saraf RSUP Dr. M.
Keluhan Utama:
- Gemetar pada kedua anggota gerak atas sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya,
pasien merasakan gemetaran pada anggota gerak atas sebelah kanan. Sekitar 2
minggu setelahnya, anggota gerak atas kiri pasien juga mulai mengalami
menggerakkan tangannya.
- Menurut keluarga, pasien sering tampak seperti akan jatuh jika sedang berdiri.
- Tidak ada riwayat tercemar pestisida atau material kimia lain pada lingkungan tempat
- Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit seperti ini.
- Pasien adalah seorang pensiunan PNS, dengan aktivitas fisik harian cukup.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Suhu : 37o C
Status Internus
Kepala : Normocephal
Thoraks
Pulmo :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis
Cor :
Perkusi : Timpani
Corpus Vertebrae :
Status Neurologikus
Kaku kuduk :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
Kernig :-
N. III, IV, VI : - Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya langsung
N. VII : Raut muka simetris, plika nasolabialis kanan dan kiri simetris,
N. IX, X : Refleks muntah (+), arkus faring simetris kiri dan kanan, uvula di
N. XII : Deviasi lidah (-), tremor (-), fasikulasi (-), atropi (-).
555 555
Refleks Fisiologis
Biceps : ++/++
Triceps : ++/++
APR : ++/++
KPR : ++/++
Refleks Patologis
Babinski : -/-
Chaddok : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Schaeffer : -/-
Pemeriksaan fungsi luhur : kesadaran baik, intelektual menurun, reaksi emosi baik
Reflek Regresi : reflek glabela (+), snout (+), menghisap (+), menggenggam (+),
palmomental (+)
Tanda- tanda Parkinson : Tremor (+), rigiditas (+), akinesia (+), wajah parkinson (+),
Diagnosis Kerja
Diagnosis sekunder :-
Penatalaksanaan
- Antikolinergik : THP 3 x 2 mg
BAB IV
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 68 tahun dengan diagnosis klinik
penyakit Parkinson stadium 2; diagnosis topik substansia nigra pars compacta; dan diagnosis
Dari anamnesis didapatkan keluhan utama gemetar pada kedua anggota gerak atas
sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya, pasien merasakan gemetaran pada anggota gerak atas
sebelah kanan .Sekitar 2 minggu setelahnya, anggota gerak atas kiri pasien juga mulai
mengalami gemetar. Gemetar terutama dirasakan saat pasien sedang melipat tangannya
ketika shalat serta saat pasien beristirahat. Gemetaran ini hilang apabila pasien menggerakkan
tangannya. Pasien merasakan kekakuan pada kedua tungkai dan mengeluhkan langkah
kakinya menjadi pendek-pendek saat berjalan, sehingga pasien sering tersandung oleh
perabotan rumah. Selain itu pasien merasa sulit untuk mulai dan berhenti berjalan. Pasien
juga mengeluhkan bicaranya menjadi lambat sejak 5 bulan ini. Menurut keluarga pasien
Dari keluhan gemetar yang dirasakan terutama pada saat kedua anggota gerak diam,
diketahui bahwa pasien mengalami resting tremor. Kekakuan pada kedua tungkai bisa
merupakan salah satu manifestasi klinis rigiditas. Keluhan bicara lambat, langkah kaki yang
pendek-pendek saat berjalan, serta sulit untuk mulai berjalan kembali merupakan manifestasi
klinis dari bradikinesia. Tampak seperti akan jatuh merupakan instabilitas postural.
Terdapatnya 4 gejala utama parkinson pada pasien ini yaitu berupa Resting tremor, rigiditas,
bradikinesia dan instabilitas postural maka dapat ditegakkan diagnosa definite pasti penyakit
(rigiditas). Selain itu juga ditemukan adanya cog-wheel phenomenon saat pemeriksa mencoba
resting tremor (+), rigiditas (+), akinesia (+), wajah parkinson (+), langkah menjadi kecil (+),
bicara melambat (+). Berdasarkan hasl pemeriksaan ini dapat ditetapkan berat ringannya
penyakit pada pasien ini dengan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr yang
dikategorikan sebagai stadium 2 karena terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal,
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik di atas, ditegakkan diagnosis klinik
penyakit Parkinson stadium 2; diagnosis topik substansia nigra pars compacta; dan diagnosis
etiologi Idiopatik.
Pengobatan yang diberikan pada pasien adalah dopaminergik dan antikolinergik, yaitu
levodopa 1x100 mg dan trihexylphenidil 3x2 mg. Pengobatan dengan levodopa merupakan
pengobatan simptomatis yang diperlukan untuk mengganti jumlah dopamin yang menurun
ganglia basal. Obat antikolinergik paling efektif diberikan pada penderita penyakit Parkinson
KESIMPULAN
progresif yang ditandai dengan muncul gejala dan tanda berupa bradikinesia, kekakuan,
termor istirahat dan instabilitas postural. Penyakit ini merupakan penyebab kecacatan
progresif yang berjalan lambat, tapi tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan. Seiring
dengan kemajuan di bidang farmasi memberikan dampak positif dalam pengelolaan pasien
B (MAO-B) ihibitor dan agonis dopamin dapat memberikan prognosa yang baik pada pasien
parkinson dimana angka kematian dapat diturunkan hingga 50% dan angka ketahanan hidup