Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1
PENYEMPURNAAN LIPATAN PERMANEN MENGGUNAKAN RESIN ELTEX
PVAC PADA KAIN KAPAS, POLIESTER DAN CAMPURAN POLIESTER-
KAPAS (T/C)
Oleh :
Kelompok 1
Asri Indriyani(16020029)
Grup : 2-K1
2018
2.2.Serat Poliester
Serat poliester adalah serat sintetik yang umunya terbentuk dari reaksi
antara etilena glikol dan asam tereftalat. Poliester merupakan polimer yang
diperoleh dari reaksi senyawa asam dan alkohol.
Serat ini merupakan serat yang popular diantara serat lainnya karena
mudah perawatannya (ease of care), bersifat cuci-pakai (wash and wear),
tahan kusut, mempunyai kekuatan yang baik, elastis, awet, ketahanan
terhadap zat-zat kimia, mikrobiologi, tahan panas yang baik dan lain-lain.
Keuntungan yang dimiliki pada serat poliester sukar dikotori oleh kotoran
yang larut dalam air dan juga cepat kering.
Serat poliester mempunyai kekurangan yaitu sifatnya sangat hidrofob
dengan kandungan air (moisture regain) kurang lebih 0,4%, sifatnya keras
dan kaku sehingga perlu dilakukan proses penyempurnaan untuk
memperoleh sifat yang lebih baik serta meningkatkan kenyamanan dalam
pemakaian, sukar dicelup dan mudah menimbulkan listrik statik. Poliester
lebih mudah menimbulkan listrik statik dibandingkan dengan serat-serat lain
yang bersifat peka terhadap panas. Listrik statis tersebut bersifat mudah
menarik bulu halus pada permukaan pakaian, sehingga kain yang berwarna
tua, sukar untuk lebih rapi atau bersih. Kain-kain poliester yang baru masih
sering mengandung zat anti statik, tetapi zat tersebut dapat hilang saat
pencucian.
Kekuatan poliester dalam keadaan basah hampir sama dengan keadaan
saat kering. Kekuatan polyester tinggi disebabkan oleh proses peregangan
dingin pada waktu pemintalannya akan menyebabkan terjadinya
pengkristalan molekul dengan baik, sehingga berat molekunya akan tinggi.
Poliester memiliki sifat yang khas, yaitu dalam pengerjaan dengan larutan
kaustik soda bagian permukaannya akan larut/terkikis, sehingga diperoleh
kain, benang atau serat yang lebih tipis dengan tidak mengubah serat secara
hebat. Pengerjaan ini membuat kain polyester mempunyai sifat pegangan
seperti sutera. Pada umumnya kehilangan berat sebesar 5% dianggap cukup
baik. Serat polyester pada umumnya tahan terhadap asam maupun basa yang
lemah, tetapi kurang tahan terhadap basa kuat dan dapat dikelantang dengan
zat pengelantangan kapas.
3.4 Resin
Pada awal penemuan penyempurnaan tahan kusut, resin sintetik yang
banyak dipakai adalah hasil kondensasi urea dan formaldehida. Kedua resin
tersebut memiliki beberapa kelemahan sehingga selanjutnya tidak banyak
digunakan lagi dan diganti dengan resin lain yang umumnya juga digunakan
formaldehida sebagai salah satu komponennya.
Pada proses penyempurnaan resin harus terbentuk di dalam serat karena
resin pada permukaan akan menyebabkan kekakuan bahan yang tinggi. Resin
terbentuk bila sejumlah molekul-molekul sederhana dengan berat molekul
rendah bergabung dengan molekul yang jauh lebih panjang, baik linier
maupun siklik. Pada saat berlangsungnya reaksi penggabungan (polimerisasi)
dapat terbentuk cabang-cabang atau ikatan-ikatan silang.
Agar polimer terbentuk di dalam serat mula-mula serat direndam peras
dalam larutan monomer resin atau molekul-molekul resin yang ukurannya
masih kecil (prakondensat) sehingga memungkinkannya masuk ke dalam
serat. Setelah itu pembentukan resin dapat dilanjutkan dengan memberikan
kondisi polimerisasi yang sesuai.Saat ini banyak prakondensat yang telah
diproduksi oleh pabrik-pabrik kimia dengan berbagai nama dagang misalnya
turunan dari urea, etilena urea, triazon, dan hidroksietilena urea.
Resin untuk penyempurnaan tesktil dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok sebagai berikut :
1) Resin self crosslinking misalnya dimetilol urea (DMU)
2) Reaktan, misalnya dimetiloldihidroksietilena urea (DMDHEU), dsb
III. PERCOBAAN
3.1 Alat
Penurunan kekuatan
Pegangan kaku
Gelas plastik
Nampan plastik
Pengaduk
Gelas ukur
Mesin padder
Mesin stenter
Stifness tester
Neraca analitik
3.2 Bahan
Resin SCL (Eltex PVAC)
Katalis
Kain kapas
Kain polister
Kain T/C
Air
3.3 Diagram Alir
22
Katalis = x 12 gram=2,64 gram
100
Air = 150 mL
IV. HASIL
4.1 Gramasi
100 x 100
Gramasi T/C = [ Berat kain (gram)]
10 x 10
100 x 100
Gramasi K = [ 1,15 ]
10 x 10
= 115 g/m2
100 x 100
Gramasi PES= [ 1,49 ]
10 x 10
= 149 g/m2
100 x 100
Gramasi T/C = [ 0,89 ]
10 x 10
= 89 g/m2
4.3 Kekakuan
Kekakuan = 0,1 x Gramasi (g/m2) x Panjang lengkung3
Kekakuan Kapas = 0,1 x 115 x 2,293
= 138 mgcm
Kekakuan Poliester = 0,1 x 149 x 23
= 119,2 mgcm
Kekakuan Kapas = 0,1 x 89 x 2,33
= 109,6 mgcm
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan proses percobaan penyempurnaan lipatan
permanen untuk memperoleh kain dengan lipatan permanen dengan tujuan
tertentu menggunakan resin pada kain kapas, kain T/C dan kain Poliester. Jenis
resin yang digunakan adalah resin Eltex PVAC dengan konsentrasi 80g/L. Variasi
penggunaan jenis kain ini dimaksudkan supaya dapat diketahui penggunaan resin
yang paling optimal pada penyempurnaan lipatan permanen terhadap jenis bahan
yang diujikan baik pada kain kapas, kain T/C maupun kain poliester.
Untuk mendapatkan kain dengan lipatan permanen, pada pengujian ini kain
dilipat-lipat terlebih dahulu lalu disetrika untuk pembentukan lipatan. Metode
yang digunakan adalah pad-dry-heat press. Metode pad ini membantu resin
masuk kedalam serat dengan menekannya melalui rol-rol mangel/padder. Pada
penekanan ini diatur wet pick up/jumlah larutan yang dibawa oleh kain adalah
65%. Setelah itu kain dikeringkan (drying) dengan suhu 100°C selama 1 menit.
Drying ini dilakukan untuk memperoleh kelembaban kain yang tepat sebelum
diproses heat press. Selain itu, air juga berpengaruh pada pegangan atau handling
kain sehingga kadarnya juga perlu dikurangi. Selanjutnya, kain diproses hot press
dengan suhu 170°C selama 1 menit. Pada proses ini kain dipress membentuk
lipatan yang telah dibuat sebelumnya. Pada saat heat press resin berpolimerisasi
membentuk ikatan silang antar resin pada bagian amorf serat sebab resin yang
digunakan berjenis SCL (Self Cross Linking) sehingga memberikan efek kaku
pada bahan. Efek kaku pada bahan yang diberi lipatan akan memiliki sifat lipatan
yang permanen. Pada awalnya resin ini merupakan prakondensat yang berukuran
kecil, kemudian bereaksi didalam serat berpolimerisasi membentuk ukuran yang
lebih besar dan membentuk ikatan silang dengan serat. Dalam kondisi
polimerisasi dibutuhkan suhu yang tinggi dengan suasana asam. Donor asam (H+)
diperoleh dari katalis garam asam yang diperoleh pada saat suhu tinggi.
Pemakaian garam asam ini juga dilakukan agar tidak terjadi polimerisasi dini
sehingga resin sulit masuk kedalam serat serta dapat menimbulkan kerusakan
serat apabila yang diproses penyempurnaan adalah serat selulosa.
Evaluasi dilakukan terhadap kekakuan kain. Tiap kain digunakan 1 contoh uji
dengan ukuran 2,5 x 20 cm untuk pengukuran panjang lengkung menggunakan
Stifness Tester dan 1 contoh uji ukuran 10 x 10 cm untuk gramasi.
Grafik Evalusi
160
140
120
100
Axis Title
80
60
40
20
0
Keka kuan (mgcm) Grama si (g/m2)
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa kain kapas memiliki kekakuan
paling tinggi sebab serat kapas memiliki bagian amorf yang cukup banyak
sehingga banyak resin yang dapat masuk dan berpolimerisasi kedalam serat.
Namun, kain poliester memiliki gramasi yang lebih besar. Hal ini disebakan kain
poliester memiliki derajat kristalinitas yang tinggi daripada kapas. Selain itu,
karena strukturnya yang rapat, resin sulit untuk dapat berpolimerisasi masuk
kedalam serat sehingga kekakuan yang dimiliki kapas lebih tinggi dari poliester.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan
bahwa resin Eltex 80 g/L berpengaruh paling baik pada kain kapas dengan
kekakuan 138 mgcm.
VII.DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Diktat Teknologi Penyempurnaan. Institut Teknologi Tekstil :
Bandung
Seoprijono, P., Poerwanti, Widayat, & Jumaeri. 1974. Serat-serat Tekstil.
Bandung: Institut Teknologi Tekstil
Susyami, N.M., Mohamad Widodo dan Hardianto. Bahan Ajar Praktek
Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Susyami, N.M. 2017. Teknologi Penyempurnaan 1. Bandung : Politeknik
STTT Bandung.