Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1
PENYEMPURNAAN LIPATAN PERMANEN MENGGUNAKAN RESIN ELTEX
PVAC PADA KAIN KAPAS, POLIESTER DAN CAMPURAN POLIESTER-
KAPAS (T/C)

Oleh :

Kelompok 1

Nama : M. Wahyudi (16020005)

Yessy Arya Saputri (16020013)

Ririn Anjasni Surya Dewi (16020015)

Monika Pebriani (16020023)

Asri Indriyani(16020029)

Grup : 2-K1

Dosen : Wulan S. S.ST., MT.

Asisten : Sukirman S.ST., MIL.

Desti M., S.ST.


KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2018

I. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud
Mampu melakukan praktikum penyempurnaan lipatan permanen pada
kain kapas, poliester dan kain T/C menggunakan resin.
1.2 Tujuan
Mengetahui mekanisme penyempurnaan lipatan permanen dan pengaruh
resin Eltex PVAC terhadap kekakuan kain kapas, poliester dan kain T/C.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu serat yang berasal dari tanaman
dengan kandungan utama selulosa. Tanaman ini tumbuh dengan baik
didaerah lembab dan banyak disinari oleh matahari. Sifat dan kualitas kapas
tergantung pada tempat tumbuh dan berkembang. Walaupun saat ini telah
banyak serat regenerasi selulosa maupun serat buatan yang memiliki sifat
mirip dengan selulosa telah banyak diproduksi, kapas tetap memegang
peranan penting dalam perindustrian tekstil ± 51%.
Tabel 1. Komposisi Serat Kapas

Komposisi % pada serat % pada dinding


primer
Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7 - 1.2 12
Lilin 0,4 - 1,0 7,0
Protein 1,1 - 1,9 12
Abu 0,7 - 1,6 3
Senyawa Organik 0,5 - 1,0 14
Gambar 1. Penampang Membujur dan Melintang Serat Kapas

Sifat kimia serat kapas


 Terhidrolisis dalam asam kuat
 Oksidator berlebih menghasilkan oksiselulosa
 Menggembung dalam larutan alkali

Sifat fisika serat kapas


 Warna kapas tidak benar-benar putih, agak sedikit cream
 Kekuatan 3 gram/denier, akan meningkat 10% ketika basah
 Mulur berkisar antara 4-13% bergantung pada jenisnya dengan
mulur rata-rata 7%
 MR 7-8,5%
 Mudah kusut, untuk mengatasi kekusutan biasanya dicampur
dengan serat poliester
Gambar 2. Struktur Selulosa Serat Kapas

Struktur selulosa merupakan rantai dari glukosa yang panjang dan


membentuk cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung
rantai yang mengandung aldehida yang mempunyai gugus pereduksi,
sedangkan pada rantai bagian tengah mempunyai gugus hidroksil. Bila rantai
tersebut dipecah menjadi dua atau lebih dengan suatu proses kimia maka
ujung-ujung rantai akan terhapus membentuk gugusan aldehida atau
karboksilat.

2.2.Serat Poliester
Serat poliester adalah serat sintetik yang umunya terbentuk dari reaksi
antara etilena glikol dan asam tereftalat. Poliester merupakan polimer yang
diperoleh dari reaksi senyawa asam dan alkohol.

Gambar 3. Reaksi Pembentukan Poliester

Serat ini merupakan serat yang popular diantara serat lainnya karena
mudah perawatannya (ease of care), bersifat cuci-pakai (wash and wear),
tahan kusut, mempunyai kekuatan yang baik, elastis, awet, ketahanan
terhadap zat-zat kimia, mikrobiologi, tahan panas yang baik dan lain-lain.
Keuntungan yang dimiliki pada serat poliester sukar dikotori oleh kotoran
yang larut dalam air dan juga cepat kering.
Serat poliester mempunyai kekurangan yaitu sifatnya sangat hidrofob
dengan kandungan air (moisture regain) kurang lebih 0,4%, sifatnya keras
dan kaku sehingga perlu dilakukan proses penyempurnaan untuk
memperoleh sifat yang lebih baik serta meningkatkan kenyamanan dalam
pemakaian, sukar dicelup dan mudah menimbulkan listrik statik. Poliester
lebih mudah menimbulkan listrik statik dibandingkan dengan serat-serat lain
yang bersifat peka terhadap panas. Listrik statis tersebut bersifat mudah
menarik bulu halus pada permukaan pakaian, sehingga kain yang berwarna
tua, sukar untuk lebih rapi atau bersih. Kain-kain poliester yang baru masih
sering mengandung zat anti statik, tetapi zat tersebut dapat hilang saat
pencucian.
Kekuatan poliester dalam keadaan basah hampir sama dengan keadaan
saat kering. Kekuatan polyester tinggi disebabkan oleh proses peregangan
dingin pada waktu pemintalannya akan menyebabkan terjadinya
pengkristalan molekul dengan baik, sehingga berat molekunya akan tinggi.
Poliester memiliki sifat yang khas, yaitu dalam pengerjaan dengan larutan
kaustik soda bagian permukaannya akan larut/terkikis, sehingga diperoleh
kain, benang atau serat yang lebih tipis dengan tidak mengubah serat secara
hebat. Pengerjaan ini membuat kain polyester mempunyai sifat pegangan
seperti sutera. Pada umumnya kehilangan berat sebesar 5% dianggap cukup
baik. Serat polyester pada umumnya tahan terhadap asam maupun basa yang
lemah, tetapi kurang tahan terhadap basa kuat dan dapat dikelantang dengan
zat pengelantangan kapas.

Gambar 4. penampang membujur dan melintang serat poliester


Sumber : Arena Tekstil Volume 22 No.1-Februari 2007:1-46

Tabel 2. Sifat Fisika Serat Poliester


Sumber : Arena Tekstil Volume 22 No.1-Februari 2007:1-46

2.3 Penyempurnaan Lipatan permanen (Durable Pleat)


Penyempurnaan resin merupakan penyempurnaan yang dilakukan secara
kimia. Pada penyempurnaan ini digunakan resin sintetik, yaitu senyawa
organik yang mempunyai berat molekul tinggi. Penggunaan resin sintetik di
bidang tekstil mula-mula dilakukan pada kira-kira tahun 1930 oleh Fould,
Marsh, dan Wood dari Tootal Broadhurst Lee Co. Ltd, Manchester, Inggris,
untuk memperbaiki ketahanan kusut bahan-bahan dari kapas , rayon, linen
dan serat-serat selulosa lainnya.
Semakin berkembangnya waktu, diketahui bahwa resin tidak hanya
dapat digunakan untuk memperbaiki ketahanan kusut tetapi juga stabilitas
dimensi bahan, sehingga mengurangi mengkeret dalam proses pencucian.
Resin dapat digunakan untuk membuat kain menjadi kaku secara permanen,
dan dapat pula memberikan sifat termoplastik yang memungkinkan
diperolehnya efek penyempurnaan yang lebih awet pada proses-proses
penempurnaan mekanik seperti luster, calendering, embossing, dan
sebagainya.
Penyempurnaan untuk membuat bahan-bahan dari selulosa menjadi
tahan kusut (crease resistant) merupakan salah satu penemuan yang sangat
penting. Penemuan ini merupakan awal dari produk-produk wash and wear,
drip-dry, durable/permanent press.
Penyempurnaan lipatan permanen merupakan suatu proses pemberian
lipatan yang bersifat permanen pada kain tertentu untuk keperluan tertentu.
Proses lipatan permanen merupakan salah satu proses penyempurnaan tekstil
menggunakan resin yang juga memberikan sifat tahan kusut, kestabilan
dimensi, dan lain sebagainya.

3.4 Resin
Pada awal penemuan penyempurnaan tahan kusut, resin sintetik yang
banyak dipakai adalah hasil kondensasi urea dan formaldehida. Kedua resin
tersebut memiliki beberapa kelemahan sehingga selanjutnya tidak banyak
digunakan lagi dan diganti dengan resin lain yang umumnya juga digunakan
formaldehida sebagai salah satu komponennya.
Pada proses penyempurnaan resin harus terbentuk di dalam serat karena
resin pada permukaan akan menyebabkan kekakuan bahan yang tinggi. Resin
terbentuk bila sejumlah molekul-molekul sederhana dengan berat molekul
rendah bergabung dengan molekul yang jauh lebih panjang, baik linier
maupun siklik. Pada saat berlangsungnya reaksi penggabungan (polimerisasi)
dapat terbentuk cabang-cabang atau ikatan-ikatan silang.
Agar polimer terbentuk di dalam serat mula-mula serat direndam peras
dalam larutan monomer resin atau molekul-molekul resin yang ukurannya
masih kecil (prakondensat) sehingga memungkinkannya masuk ke dalam
serat. Setelah itu pembentukan resin dapat dilanjutkan dengan memberikan
kondisi polimerisasi yang sesuai.Saat ini banyak prakondensat yang telah
diproduksi oleh pabrik-pabrik kimia dengan berbagai nama dagang misalnya
turunan dari urea, etilena urea, triazon, dan hidroksietilena urea.
Resin untuk penyempurnaan tesktil dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok sebagai berikut :
1) Resin self crosslinking misalnya dimetilol urea (DMU)
2) Reaktan, misalnya dimetiloldihidroksietilena urea (DMDHEU), dsb

Reaksi yang terjadi pada kondensasi atau polimerisasi resin adalah :


 Pembentukan jembatan metilen
N-CH2-N-CH2OH + H2O N-CH2-N-CH2OH + H2O
 Pembentukan jembatan eter
N-CH2OH + CH2OH-N N-CH2-O-CH2-N + H2O
 Pembentukan jembatan metilen dengan pengeluaran air dan formaldehid
N-CH2OH + CH2OH-N N-CH2-N + H2O + H2O
Disamping terjadi ikatan yang membentuk resin, resin tersebut juga
mengikat gugus hidroksil serat membentuk jembatan eter. Dengan demikian
resin dapat menghubungkan rantai-rantai molekul selulosa yang berdekatan
sehingga terjadi ikatan silang antar molekul selulosa melalui jembatan resin.
2sell-OH + OH-CH2-resin-CH2-OH sell-O-CH2-resin-CH2-O-sell + 2H2O
Kain yang disempurnakan dengan zat ini mempunyai sifat lipatan
permanen yang baik, pegangan tidak kaku dan stabilitas dimensinya baik.
Senyawa-senyawa tersebut pada umumnya memiliki dua gugus hidroksil
sehingga bersifat bifungsional yang dapat membentuk ikatan silang dengan
selulosa. Kelompok self crosslinking cenderung berpolimerisasi sendiri dan
mengisi ruang-ruang antar molekul selulosa dengan resin yang sangat
kompleks, tetapi hanya sedikit membentuk ikatan silang. Kelompok reaktan
cenderung membentuk polimer-polimer pendek tetapi banyak berikatan
silang dengan molekul selulosa. Pada penyempurnaan resin ini, selain
diperoleh hasil lipatan permanen juga dapat mengakibatkan hal-hal lain yang
menguntungkan yaitu :
a) Sifat kering halus setelah pencucian
b) Dapat diperoleh efek awet dengan perlakuan mekanik sebagai tahap
antara
c) Mengurangi pengerutan akibat pencucian
d) Menambah kekuatan tarik kering dan kekuatan tarik basah dari rayon
e) Menambah daya tahan luntur terhadap pencucian dan gosokan dari
kebanyakan zat warna
f) Mengurangi imbibisi air dan mempercepat pengeringan
g) Memperbaiki pegangan (handling) dan drape kain
h) Menambah berat
i) Memperbaiki daya tahan terhadap penggelinciran dan pengoyakan
j) Menambah daya tahan terhadap distorsi dari kain, bentuk, dan kesegaran
pakaian dapat dipertahankan
k) Pengemban bagi zat tahan api
l) Menambah daya tahan terhadap degradasi akibat cahaya dan udara

Masalah dalam penyempurnaan resin :


a) Kelarutan kurang baik
b) Stabilitas larutan kurang
c) Lapisan permukaan pada bahan berwarna
d) Bau formaldehida
e) Bau anyir
f) Pengaruh pada warna putih akan menjadi kekuningan
g) Perubahan warna atau ketahanan luntur warna terhadap sinar
h) Retensi khlor
1dB4Dygn.PhAerlsi5Htap2mobu6Ev
i)
j)

III. PERCOBAAN
3.1 Alat
Penurunan kekuatan
Pegangan kaku

 Gelas plastik
 Nampan plastik
 Pengaduk
 Gelas ukur
 Mesin padder
 Mesin stenter
 Stifness tester
 Neraca analitik
3.2 Bahan
 Resin SCL (Eltex PVAC)
 Katalis
 Kain kapas
 Kain polister
 Kain T/C
 Air
3.3 Diagram Alir

3.4 Skema Proses


3P . a
id n d
g
3.5 Resep
 Resin Eltex PVAC : 80 g/L
 Katalis : 20% dari resin
 WPU : 65%
 Drying : 100°C 1 menit
 Heat Press : 170°C 1 menit
3.6 Fungsi Zat
 Resin Eltex PVAC sebagai resin self cross linking yang malapisi kain
sehingga memiliki efek lipatan yang permanen dengan berikatan silang
tiga dimensi antar polimer
 Katalis berfungsi mempercepat reaksi polimerisasi
3.7 Perhitungan Resep
80 g
Resin = x 150 ml=12 gram
1000 mL

22
Katalis = x 12 gram=2,64 gram
100

Air = 150 mL

IV. HASIL
4.1 Gramasi
100 x 100
Gramasi T/C = [ Berat kain (gram)]
10 x 10
100 x 100
Gramasi K = [ 1,15 ]
10 x 10
= 115 g/m2

100 x 100
Gramasi PES= [ 1,49 ]
10 x 10
= 149 g/m2
100 x 100
Gramasi T/C = [ 0,89 ]
10 x 10
= 89 g/m2

4.2 Panjang Lengkung (cms)

KAPAS POLIESTER T/C


2,25 2,45 2,15
2,3 2,2 2
2,2 2,25 2
2,5 2,25 1,9
∑=9,15 ∑=8,01 ∑=9,25
x=2,29 x=2 x=2,31

4.3 Kekakuan
Kekakuan = 0,1 x Gramasi (g/m2) x Panjang lengkung3
Kekakuan Kapas = 0,1 x 115 x 2,293
= 138 mgcm
Kekakuan Poliester = 0,1 x 149 x 23
= 119,2 mgcm
Kekakuan Kapas = 0,1 x 89 x 2,33
= 109,6 mgcm

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan proses percobaan penyempurnaan lipatan
permanen untuk memperoleh kain dengan lipatan permanen dengan tujuan
tertentu menggunakan resin pada kain kapas, kain T/C dan kain Poliester. Jenis
resin yang digunakan adalah resin Eltex PVAC dengan konsentrasi 80g/L. Variasi
penggunaan jenis kain ini dimaksudkan supaya dapat diketahui penggunaan resin
yang paling optimal pada penyempurnaan lipatan permanen terhadap jenis bahan
yang diujikan baik pada kain kapas, kain T/C maupun kain poliester.
Untuk mendapatkan kain dengan lipatan permanen, pada pengujian ini kain
dilipat-lipat terlebih dahulu lalu disetrika untuk pembentukan lipatan. Metode
yang digunakan adalah pad-dry-heat press. Metode pad ini membantu resin
masuk kedalam serat dengan menekannya melalui rol-rol mangel/padder. Pada
penekanan ini diatur wet pick up/jumlah larutan yang dibawa oleh kain adalah
65%. Setelah itu kain dikeringkan (drying) dengan suhu 100°C selama 1 menit.
Drying ini dilakukan untuk memperoleh kelembaban kain yang tepat sebelum
diproses heat press. Selain itu, air juga berpengaruh pada pegangan atau handling
kain sehingga kadarnya juga perlu dikurangi. Selanjutnya, kain diproses hot press
dengan suhu 170°C selama 1 menit. Pada proses ini kain dipress membentuk
lipatan yang telah dibuat sebelumnya. Pada saat heat press resin berpolimerisasi
membentuk ikatan silang antar resin pada bagian amorf serat sebab resin yang
digunakan berjenis SCL (Self Cross Linking) sehingga memberikan efek kaku
pada bahan. Efek kaku pada bahan yang diberi lipatan akan memiliki sifat lipatan
yang permanen. Pada awalnya resin ini merupakan prakondensat yang berukuran
kecil, kemudian bereaksi didalam serat berpolimerisasi membentuk ukuran yang
lebih besar dan membentuk ikatan silang dengan serat. Dalam kondisi
polimerisasi dibutuhkan suhu yang tinggi dengan suasana asam. Donor asam (H+)
diperoleh dari katalis garam asam yang diperoleh pada saat suhu tinggi.
Pemakaian garam asam ini juga dilakukan agar tidak terjadi polimerisasi dini
sehingga resin sulit masuk kedalam serat serta dapat menimbulkan kerusakan
serat apabila yang diproses penyempurnaan adalah serat selulosa.
Evaluasi dilakukan terhadap kekakuan kain. Tiap kain digunakan 1 contoh uji
dengan ukuran 2,5 x 20 cm untuk pengukuran panjang lengkung menggunakan
Stifness Tester dan 1 contoh uji ukuran 10 x 10 cm untuk gramasi.
Grafik Evalusi
160
140
120
100
Axis Title

80
60
40

20
0
Keka kuan (mgcm) Grama si (g/m2)

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa kain kapas memiliki kekakuan
paling tinggi sebab serat kapas memiliki bagian amorf yang cukup banyak
sehingga banyak resin yang dapat masuk dan berpolimerisasi kedalam serat.
Namun, kain poliester memiliki gramasi yang lebih besar. Hal ini disebakan kain
poliester memiliki derajat kristalinitas yang tinggi daripada kapas. Selain itu,
karena strukturnya yang rapat, resin sulit untuk dapat berpolimerisasi masuk
kedalam serat sehingga kekakuan yang dimiliki kapas lebih tinggi dari poliester.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan
bahwa resin Eltex 80 g/L berpengaruh paling baik pada kain kapas dengan
kekakuan 138 mgcm.

VII.DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Diktat Teknologi Penyempurnaan. Institut Teknologi Tekstil :
Bandung
Seoprijono, P., Poerwanti, Widayat, & Jumaeri. 1974. Serat-serat Tekstil.
Bandung: Institut Teknologi Tekstil
Susyami, N.M., Mohamad Widodo dan Hardianto. Bahan Ajar Praktek
Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Susyami, N.M. 2017. Teknologi Penyempurnaan 1. Bandung : Politeknik
STTT Bandung.

Anda mungkin juga menyukai