Tugas Pai Sy
Tugas Pai Sy
NAMA KELOMPOK
DODI INDRA PRAMANA 5140911050
NIRWAN AJI 5140911053
KELAS : D
Barang siapa yang ingin agar kejujuran itu menjadi kebiasaan dan akhlaqnya
ingin menjadi agama dan tabiatnya, maka hendaknya dia mempunyai tujuan
jujur dalam semua ucapan, dan jujur dalam semua perbuatannya. Jika kejujuran
itu sesudah menjadi karakternya, maka yang demikian dia menjadi orang yang
paling jujur.
Kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para nabi,
yakni Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya‟qub, sebagaimana firman Allah :
Artinya: “Dan Kami telah anugrahkan kepada mereka rahmat- Ku dan Kami
telah ciptakan bagi mereka lisan yang jujur, yakni pujian yang baik yang tinggi
nilainya.” ( QS. Maryam : 50 ).
2.1 PENGERTIAN
Apa pengertian jujur itu? Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya
dengan “ash-shidqu” atau “shiddiq” yang berarti nyata, benar, atau berkata
benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”.
Contoh kisah nyata yang menarik diperlihatkan oleh Bapak Abdul Mukti
dari Kediri. Ia mampu menggemakan semangat kejujuran tidak hanya dengan
omongan, tapi dengan tindakan jujur yang nyata. Sejak tahun 2011, Pak Mukti
menjual bensin dengan menaruhnya ke dalam botol-botol yang ditatanya di atas
sebuah rak di depan rumahnya. Di rak tersebut ditulisnya tulisan 'Kejujuran',
'Ambil sendiri', 'Bayar dengan pas dan masukkan ke dalam toples', Kios bensin
"kejujuran" tersebut tidak pernah dijaga, karena Pak Mukti percaya bahwa
"kejujuran" masih banyak berada di sekelilingnya. (dikutip dari detik.com)
2.2 HADITS
َّ اُٛصذَل
ُْ ُٙ ٌَ َّللاَ ٌَ َىاَْ َخي ًْشا َ ْٛ ٍََف
“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu
lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)
Dalam hadits dari sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu „anhu juga
dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas‟ud
menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
َِاَٚ ْاٌ َجَّٕ ِحٌَٝ ِإِٜذْٙ َإِ َّْ ْاٌثِ َّش يَٚ ْاٌثِ ِ ّشٌَِٝ إِٜذْٙ اٌص ْذقَ َي
ّ ِ َّْ ِق فَإ ّ ِ ػٍَ ْي ُى ُْ ِت
ِ اٌص ْذ َ
ُْ إِيَّا ُوَٚ ص ِذّيمًاِ َِّللاَّ َة ِػ ْٕذ َ َ يُ ْىتَّٝاٌص ْذقَ َحت
ّ ِ ٜيَتَ َح َّشَٚ صذ ُُق ْ َاٌش ُج ًُ ي َّ يَضَ ا ُي
َِاَٚ اس ِ ٌَّٕ اٌَِٝ إِٜذْٙ َس يٛ َ إِ َّْ ْاٌفُ ُجَٚ سٛ
ِ ْاٌفُ ُجٌَٝ ِإِٜذْٙ َِب يَ ِب فَإِ َّْ ْاٌ َىز َ ْاٌ َىزَٚ
َّللاِ َوزَّاتًا
َّ َة ِػ ْٕذ َ َ يُ ْىتَِّٝب َحتَ ْاٌ َىزٜيَتَ َح َّشَٚ ِب
ُ اٌش ُج ًُ يَ ْىز
َّ يَضَ ا ُي
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran
akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan
mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha
untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-
hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan
mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka.
Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan
dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin „Ali, Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda,
َ ِإ َّْ ْاٌ َىزَٚ ٌط َّأِْٔيَٕح
ٌِب ِسي َثح ُ َاٌص ْذق
ّ ِ َّْ ِ َِا الَ يَ ِشيثُ َه فَإٌَٝع َِا يَ ِشيثُ َه ِإ
ْ َ دد
“Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu.
Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu)
akan menggelisahkan jiwa.”
Begitu sering kita melihat para pedagang berkata, “Barang ini dijamin
paling murah. Jika tidak percaya, silakan bandingkan dengan yang lainnya.”
Padahal sebenarnya, di toko lain masih lebih murah dagangannya dari pedagang
tersebut. Cobalah lihat ketidakjujuran kebanyakan pedagang saat ini. Tidak mau
berterus terang apa adanya.
َ ٍَػذَ أَ ْخ
َْ ِإرَا ائْت ُ َِّٓ خَاَٚ ف َ َٚ ِإرَاَٚ ب
َ ََّث َوز ِ ِآيَحُ ْاٌ َُّٕاف
ٌ َك ثَال
َ ث ِإرَا َحذ
“Tanda orang munafik itu ada tiga, dusta dalam perkataan, menyelisihi janji jika
membuat janji dan khinat terhadap amanah.”
Dari berbagai hadits terlihat jelas bahwa sikap jujur dapat membawa pada
keselamatan, sedangkan sikap dusta membawa pada jurang kehancuran. Di
antara kehancuran yang diperoleh adalah ketika di akhirat kelak. Kita dapat
menyaksikan pada hadits berikut,
ٌُ اب أَ ٌِ ْي ُ ْٕ َ َال يَٚ ََ ْاٌ ِم َيا َِ ِحْٛ َ ُُ هللاُ يُٙ ُّ ٍِّ ثَ َالثَحٌ َال يُ َى
َ ُْ ُٙ ٌََٚ ُْ ِٙ َال يُضَ ِ ّو ْيَٚ ُْ ِٙ ظ ُش ِإٌَ ْي
ٌ َػز
ِ ف ْاٌ َىا ِر
ب ِ ٍَ ْاٌ ُّ ْٕ ِف ُك ِع ٍْؼَتَُٗ تِ ْاٌ َحَٚ ُٖاس َ َ ْاٌ ُّ ْغثِ ًُ ِإص,ْا ُ ََّّٕ ٌ ْا:
“Tiga (golongan) yang Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat,
tidak melihat kepada mereka, tidak mensucikan mereka dan mereka akan
mendapatkan siksaan yang pedih, yaitu: orang yang sering mengungkit
pemberiannya kepada orang, orang yang menurunkan celananya melebihi mata
kaki dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah dusta.”
َ َت أ
ُُٗصاتِؼ ْ ٌَا فََٕاَٙ طؼَ ٍاَ فَأ َ ْد َخ ًَ يَذَُٖ فِي
َ ِصث َْشج
ُ ٍَٝػ ُ أَ َّْ َس
َّ َيٛع
َ َِ َّش-ملسو هيلع هللا ىلص- َِّللا
َّ َيٛع
.َِّللا ُ غ َّا ُء َيا َس َّ ٌصا َتتُْٗ ا َّ ة
َ َ لَا َي أ.» َاٌط َؼ ِا َ اح
ِ صَ َتٍَالً فَمَا َي « َِا َ٘زَا يَا
َ َش فٍََي
ِِِّٕٝ ْظ َّ اط َِ ْٓ غ َّ َقْٛ َ» لَا َي « أَفَالَ َجؼَ ٍْتَُٗ ف
ُ ٌَّٕ يَ َشاُٖ اْٝ اٌط َؼ ِاَ َو
“Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan,
lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau
menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, "Apa ini wahai
pemilik makanan?" Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air
hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Mengapa kamu tidak
meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah,
barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami."
Namun sikap jujur ini seakan-akan mulai punah. Padahal sudah sering kita
dengar perilaku jujur dari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, para sahabat, dan
ulama salafush sholeh lainnya. Mereka semua begitu semangat dalam
memelihara akhlak yang mulia ini. Walaupun ujung-ujungnya, bisa jadi mereka
merugi karena begitu terus terang dan terlalu jujur.
Bandingkan dengan perangai jelek sebagian pelaku bisnis saat ini. Coba
saja lihat secara sederhana pada penjual dan pembeli yang melakukan transaksi.
“Mas, HP yang saya jual ini masih awet lima tahun lagi,” ucapan seseorang
ketika menawarkan HP pada saudaranya. Padahal yang sebenarnya, HP tersebut
sudah jatuh sampai sepuluh kali dan seringkali diservis.
Perilaku tidak jujur ini pula seringkali kita saksikan dalam transaksi online
(semacam pada toko online). Awalnya barang yang dipajang di situs, sungguh
menawan dan membuat orang interest, tertarik untuk membelinya. Tak tahunya,
apa yang dipajang berbeda jauh dengan apa yang sampai di tangan pembeli.
Pahamilah wahai saudaraku! Jika pelaku bisnis mau berlaku jujur ketika
berbisnis, mau menerangkan „aib barang yang dijual, tidak sengaja
menyembunyikannya, sungguh keberkahan akan selalu hadir. Walaupun
mungkin keuntungan secara material tidak diperoleh karena saking jujurnya,
namun keuntungan secara non material itu akan diperoleh.
Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (shiddiq) sebagai berikut.
1. Jujur dalam niat atau berkehendak maksudnya adalah tiada dorongan bagi
seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain karena dorongan dari
Allah Swt.
2. Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan
berita yang disampaikan. Setiap orang harus bisa memelihara perkataannya.
Ia tidak berkata kecuali kata-kata yang jujur. Barangsiapa yang menjaga
lidahnya dengan selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang
sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji juga termasuk jujur
jenis ini.
3. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh
sehingga perbuatan akhirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam
batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.
Pesan moral dari ayat tersebut tidak lain adalah untuk memerintahkan
satunya perkataan dengan perbuatan, atau dengan kata lain berkata dan berbuat
jujur. Dosa besar di sisi Allah Swt., jika mengucapkan sesuatu yang tidak
disertai dengan perbuatannya.
Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu hal yang sangat penting
dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga,
perusahaan, perniagaan, dan hidup bermasyarakat. Sifat-sifat dan akhlaknya
yang sangat terpuji merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Nabi
Muhammad saw. berhasil dalam membangun masyarakat Islam. Salah satu
sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir
hayat beliau sehingga ia mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya
atau jujur).
Adapun kebohongan adalah sumber dari segala keburukan dan muara dari
segala kecaman karena akibat yang ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil
akhirnya adalah kekejian. Akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan adalah
namimah (mengadu domba), dan namimah dapat melahirkan kebencian,
sedangkan kebencian adalah awal dari permusuhan.
Namun, bagi si bapak uang bukanlah segala-galanya yang dia tahu bahwa
uang tersebut bukanlah miliknya dan pasti orang yang kehilangan sedang
mengalami depresi berat. Dari kebaikan dan teladan si bapak akhirnya banyak
orang merasa simpati kepadanya, hingga terdengar sampai ke jajaran direksi
dan akhirnya mengangkat bapak tersebut menjadi karyawan tetap pada posisi
yang lebih baik.
3.1 KESIMPULAN
Sifat jujur adalah keutamaan dari segala sendi akhlaq yang menjadi dasar
peraturan masyarakat dan tertibnya semua urusan serta menjadikan lancarnya
semua tugas-tugas dengan baik.
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/09/arti-dan-makna-kejujuran-dalam-
islam.html?m=1
http://tiarahayusman5.blogspot.co.id/2012/11/hadist-tentang-
kejujuran.html?m=1
http://dannyferdiansyah.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentang-
kejujuran.html?m=1
http://indonesian.irib.ir/islam/keluarga/item/66038-
Nasihat_Imam_Husein_as-_Ciri-Ciri_Orang_Jujur_dan_Pengkhianat
https://keluarga.com/2537/pertumbuhan/8-keuntungan-bersikap-jujur-dalam-
kehidupan-sehari-hari