Anda di halaman 1dari 24

Pelaporan Korporat

Pendapatan, Kebijakan, Estimasi Akuntansi, Kesalahan, dan Pajak


Penghasilan
(SAP 9)

Oleh:
Kelompok 1

Winayaka Lingga 1807611002


I Gst. Agung Bagus Adhi Damanik 1807611003
I Putu Bayu Suyadnya Pratama 1807611004
I Made Putra Wirya Brata 1807611025

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
I. PENDAPATAN (PSAK 23, IAS 18)
PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan menggantikan PSAK 23 (1994): Pendapatan.

A. Tujuan
Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk
arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.Penghasilan
(income) meliputi:
 Pendapatan (revenue)
 Keuntungan (gain)
Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan adalah menentukan saat pengakuan
pendapatan. Pendapatan diakui bila kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan
akan mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat diukur dengan andal.

B. Ruang Lingkup
Pernyataan standar ini diterapkan untuk :
 Penjualan barang
Barang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual dan barang yang
dibeli untuk dijual kembali.
 Penjualan jasa
Penjualan jasa biasanya terkait dengan kinerja entitas atas tugas yang telah disepakati
secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu
 Penggunaan aset entitas oleh pihak yang menghasilkan bunga,royalti dan dividen
Pernyataan ini tidak mengatur pendapatan yang timbul dari:
 perjanjian sewa (lihat PSAK 30 (revisi 2007): Sewa);
 dividen yang timbul dari investasi yang dicatat sesuai metode ekuitas (lihat PSAK
15 (revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi);
 kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Akuntansi Asuransi
Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa.
 perubahan nilai wajar dari aset dan liabilitas keuangan atau pelepasannya (lihat
PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);
 perubahan nilai aset lancar lainnya;
 ekstraksi hasil tambang (lihat PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum).
C. Definisi
Berikut merupakan definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
1. Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar (arm’s length transaction).
2. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

D. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima
dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas.Pada
umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah
jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, jika arus
masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut
mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima.

E. Pengidentifikasian Transaksi
Kriteria pengakuan dalam Pernyataan ini diterapkan secara terpisah pada
setiaptransaksi.Dalam kondisi tertentu kriteria diterapkan padakomponen-komponen
yang dapatdiidentifikasi secara terpisah dari suatutransaksi tunggal atau suatu transaksi
tidakdapat dilepaskan dari transaksi lainnya makadianggap sebagai transaksi tunggal.

F. Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
1) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli;
2) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan
atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
3) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
4) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan
mengalir kepada entitas tersebut; dan
5) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat
diukur dengan andal.
G. Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi
dengan andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
1) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
2) kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat
diperoleh entitas;
3) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal; dan
4) biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat
diukur dengan andal.

H. Bunga, Royalti, dan Dividen


Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf 30, jika:
a. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh entitas; dan
b. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
1. bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di
PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 8
dan PA 17-20;
2. royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan
3. dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

I. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan:
1. kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode
yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan
pemberian jasa;
2. jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
 penjualan barang;
 penjualan jasa;
 bunga;
 royalti;
 dividen; dan
3. jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup
dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.

II. KEBIJAKAN DAN ESTIMASI AKUNTANSI DAN KESALAHAN


(PSAK 25)
A. Tujuan
Tujuan Pernyataan ini adalah menentukan kriteria untuk pemilihan dan perubahan
kebijakan akuntansi, bersama dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas
perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan.
Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi dan keandalan laporan
keuangan entitas, daya banding laporan keuangan tersebut dan dengan laporan keuangan
entitas lainnya.

B. Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan dalam pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dan
pencatatan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan koreksi
kesalahan periode lalu. Dampak pajak perbaikan kesalahan periode sebelumnya dan
penyesuaian retrospektif untuk perubahan kebijakan akuntansi diperlakukan dan
diungkapkan sesuai dengan PSAK 46: Pajak Penghasilan.

C. Definisi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang
diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan.
Penerapan prospektif suatu perubahan kebijakan akuntansi dan pengakuan dampak
perubahan estimasi akuntansi, masing-masing adalah:
(a) penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi atau peristiwa dan kondisi
lainnya yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut; dan
(b) pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan periode
mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut.
Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode lalu
tidak pernah terjadi.

D. Kebijakan Akuntansi
1. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau
kondisi lain, kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut menggunakan
PSAK tersebut. SAK menentukan kebijakan akuntansi untuk menghasilkan laporan
keuangan yang berisi informasi relevan dan andal atas transaksi, peristiwa dan
kondisi lainnya. Kebijakan akuntansi tersebut tidak perlu diterapkan ketika dampak
penerapannya tidak material. Namun, hal yang tidak tepat untuk membuat, atau
membiarkan ketidaktepatan, penyimpangan dari SAK untuk mencapai suatu
penyajian tertentu atas posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas.
SAk dilengkapi dengan pedoman untuk membantu entitas dalam menerapkan
persyaratan dalam SAK. Pedoman yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
SAK bersifat wajib diterapkan. Sementara pedoman yang bukan bagian tidak
terpisahkan dari SAK tidak berisi pengaturan untuk laporan keuangan. Dalam hal
tidak ada SAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya, maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan
dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang:
a) relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi oleh pemakai; dan
b) andal, dalam laporan keuangan yang:
 menyajikan secara jujur posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas;
 mencerminkan substansi ekonomi transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya,
dan bukan hanya bentuk hukum;
 netral, yaitu bebas dari bias;
 pertimbangan sehat; dan
 lengkap dalam semua hal yang material.
Dalam membuat pertimbangan, manajemen mengacu dan mempertimbangkan
keterterapan dari, sumber-sumber berikut ini sesuai dengan urutan menurun:
 persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa
dan terkait; dan
 definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk aset, laibilitas,
penghasilan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan.
Dalam membuat pertimbangan, manajemen juga mempertimbangkan standar
akuntansi terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lainnya
yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan standar
akuntansi, literatur akuntansi lainnya dan praktik akuntansi industri yang berlaku,
sepanjang tidak bertentangan dengan sumber pada paragraf sebelumnya.
2. Konsistensi Kebijakan Akuntansi
Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk
transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, kecuali PSAK secara spesifik
mengatur atau mengizinkan kelompok item-item dimana kebijakan akuntansi yang
berbeda adalah hal yang mungkin sesuai dengan keadaan. Jika suatu PSAK
mengatur atau mengizinkan pengelompokkan semacam itu, maka kebijakan
akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan secara konsisten untuk setiap kelompok.
3. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:
 dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau
 menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan
lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap
posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas.
Pengguna laporan keuangan perlu untuk mampu membandingkan laporan keuangan
entitas sepanjang waktu untuk mengidentifi kasi kecenderungan dalam posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kasnya. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi
yang sama diterapkan pada setiap periode dan dari suatu periode dengan periode
berikutnya, kecuali suatu perubahan kebijakan akuntansi memenuhi kriteria pada
paragraf sebelumnya. Berikut ini bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi:
1) penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya yang berbeda secara substansi daripada yang terjadi sebelumnya; dan
2) penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya yang tidak pernah terjadi sebelumnya atau tidak material.
Penerapan awal suatu kebijakan untuk menilaikembali aset sesuai dengan PSAK
16: Aset Tetap atau PSAK 19: Aset Tidak Berwujud adalah suatu perubahan dalam
kebijakan akuntansi yang berhubungan dengan suatu revaluasi sesuai dengan PSAK
16 atau PSAK 19, bukan sesuai dengan Pernyataan ini.
4. Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi
Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi bergantung kepada:
(a) Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal
suatu PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK
tersebut, jika ada;
(b) Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan secara
sukarela maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.
5. Penerapan Retrospektif
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas
menyesuaikan:
(a) Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian
paling awal.
(b) Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya
6. Keterbatasan Penerapan Retrospektif
Ketika penerapan retrospektif disyaratkan, maka perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan secara retrospektif, kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan
dampak spesifik periode atau dampak kumulatif periode tersebut.
7. Pengungkapan Penerapan Awal
Ketika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan atau
periode lalu, akan memiliki dampak semacam itu kecuali tidak praktis untuk
menentukan jumlah penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang,
entitas mengungkapkan:
(a) judul PSAK;
(b) ketika dapat diterapkan, bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan
sesuai dengan ketentuan transisinya;
(c) sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
(d) ketika dapat diterapkan, penjelasan ketentuan transisi;
(e) ketika dapat diterapkan, ketentuan transisi yang memiliki dampak pada
periode mendatang;
(f) untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis,
jumlah penyesuaian:
(i) untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak; dan
(ii) jika PSAK 56: Laba per Saham diterapkan, laba per saham dasar dan dilusian;
(g) jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan,
sepanjang praktis; dan
(h) jika penerapan retrospektif disyaratkan tidak praktis untuk suatu periode lalu
tertentu, atau periode-periode sebelum disajikan, keadaan yang mendorong ke
keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan
kebijakan akuntansi diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan di
atas. Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki dampak pada
periode berjalan atau periode lalu, akan memiliki dampak pada periode itu kecuali
tidak praktis untuk menentukan jumlah penyesuaian, atau memiliki dampak pada
periode mendatang, entitas mengungkapkan:
(a) sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
(b) alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi
yang andal dan lebih relevan;
(c) untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis,
jumlah penyesuaian:
 untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
 jika PSAK 56: Laba Per Saham diterapkan untuk entitas, laba per
saham dasar dan dilusian;
(d) jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode-periode sebelum periode-
periode tersebut disajikan, sepanjang praktis; dan
(e) jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode tertentu, atau
untuk periode-periode sebelum periode-periode tersebut disajikan, keadaan
yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak
kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.

E. Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-
elemen dalam LK.
(a) Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi terkini yang
tersedia dan dapat diandalkan.
(b) Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara akurat
namun hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat pada aktivitas
bisnis.
(c) Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam penyusunan
LK tanpa menyesampingkan keandalannya.
Perubahan Estimasi Akuntansi
Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan
andal. Perubahan estimasi akuntansi adalah:
(a) Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik
aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan dan
kewajiban yang terkait dengan, aset dan liabilitas.
(b) Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan
baru dan,
(c) Oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut:
(a) Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan
laibilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi
tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset, laibilitas, atau
ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
(b) Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di atas, diakui
secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:
 Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
 Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada
keduanya.

Pengungkapan
Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahanestimasi akuntansi yang berdampak
pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang,
kecuali pengungkapan dampak pada periode mendatang tidak praktis untuk
mengestimasi dampak itu. Jika jumlah dampak pada periode mendatang adalah tidak
diungkapkan karena estimasinya tidak praktis, maka entitas mengungkapkan hal itu.

F. Kesalahan
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan
unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan PSAK jika
mengandung kesalahan material, atau tidak material yang disengaja untuk mencapai
suatu penyajian laporan posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu.
1. Kesalahan periode lalu
Kesalahan Periode Lalu adalah kelalaian mencantumkan dan kesalahan dalam
mencatat, dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang
timbul dari kegagalan untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan informasi
andal yang:
 tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan
 secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
 Kesalahan semacam itu termasuk:
 Dampak kesalahan perhitungan matematis,
 Kesalahan penerapan kebijakan akuntansi,
 Kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta,
 Kecurangan.
2. Keterbatasan penyajian kembali retrospektif
Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajiankembali secara retrospektif
kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak periode tertentu atau
dampak kumulatif kesalahan.
Ketika tidak praktis untuk menentukan:
a) Dampak spesifik periode kesalahan
Entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, laibilitas, dan ekuitas untuk
periode paling awal di mana penyajiankembali retrospektif adalah praktis
(mungkin periode berjalan).
b) Dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua
periode lalu
Entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan
secara prospektif dari tanggal paling praktis paling awal.
3. Pengungkapan kesalahan periode lalu
a. Sifat kesalahan periode lalu;
b. Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis:
 Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
 LPS dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan atas entitas;
c. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan
d. Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode lalu
tertentu, keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan
bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi.
4. Ketidakpastian penerapan retrospektif dan penyajian kembali retrospektif
(a) Penerapan suatu pengaturan adalah tidak praktis ketika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah seluruh usaha rasional dilakukan.
(b) Untuk suatu periode lalu tertentu, adalah tidak praktis untuk menerapkan suatu
perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau menyajikan kembali
secara retrospektif untuk mengoreksi kesalahan, jika:
 dampak penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif tidak
dapat ditentukan;
 penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif memerlukan
asumsi mengenai maksud manajemen yang ada pada periode lalu tersebut;
atau
 penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif memerlukan
estimasi signifikan atas jumlah dan tidak mungkin untuk membedakan
secara obyektif informasi mengenai estimasi yang:
 menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal di mana jumlah
tersebut diakui, diukur atau diungkapkan; dan
 akan tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk
diterbitkan dari informasi lain.

III. PAJAK PENGHASILAN


Badan diatur dalam PSAK 46 tentang Pajak atas Laba Perusahaan. Dalam hal ini
penghasilan dipotong pajak oleh pihak lain saat menerima penghasilan. PSAK 46 Pajak atas
Laba Perusahaan mengatur tentang Badan memotong PPh 21 atas gaji pegawai dan PPN atas
penyerahan barang/ jasa.
Dalam hal ini, beban yang terdiri dari PBB, Materai BPHTB, dan Pajak Daerah disetorkan
kepada kas Negara kemudian dilaporkan kepada KPP.
SPT Pajak terdiri dari:
a. Penghasilan
b. Beban yang dapat dikurangkan
c. Penghasilan kena pajak x tarif pajak
d. Pajak terutang 1 tahun fiscal
e. Kredit pajak
 Angsuran pajak (PPh 25)
 Dipotong pihak lain (22,23)
 Pajak Luar Negeri (24)
f. Pajak kurang/ lebih bayar (29/28)
Berikut Ini Merupakan Perubahan PSAK 46 Tahun 2014:
A. Perbedaan Pajak dan Akuntansi
Terdapat perbedaan antara pajak dengan akuntansi. Hal tersebut merupakan masalah
yang timbul dalam akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bahwa standard atau aturan
yang digunakan dalam pelaporan akuntansi, dalam hal ini adalah Pernyataan Standard
Akuntansi Keuangan (PSAK) seringkali tidak sama atau bertentangan dengan peraturan
perpajakan yang berlaku di Indonesia dalam menentukan Laba atau penghasilan kena
pajak.
Dalam hal perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary different) dan ada
yang bersifat tetap (permanent different). Atas perbedaan tersebut harus dilakukan suatu
tahapan yang disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga pada akhirnya dapat diketahui laba
fiskal perusahaan. Perbedaan tetap adalah merupakam suatu konsekuensi yang harus
diterima bahwa hal tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi karena secara fiskal
atau berdasar peraturan pajak tidak dapat dibebankan atau bukan merupakan
penghasilan.
Berbeda dengan perbedaan tetap, perbedaan sementara baik secara standar akuntansi
maupun peraturan perpajakan boleh diakui, hanya saja waktu pengakuannya yang
berbeda, tetapi pada akhirnya mempunyai nilai yang sama. Akun terkait dengan
perbedaan sementara adalah Pajak Tangguhan: Aset/ Liabilitas dan Beban/Pendapatan.

B. Tujuan PSAK 46
a. Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan
b. Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak :
c. pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui
pada laporan posisi keuangan entitas.
d. transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada
laporan keuangan entitas.
e. Mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat
dikompensasi ke tahun berikut.
f. Perbedaan pengaturan dengan IAS 12 : SKP, penambahan kesesuaian dengan
peraturan perpajakan untuk definisi aset pajak tangguhan

C. Definisi
a. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada
periode masa depan sebagai akibat adanya:
 perbedaan temporer yang boleh dikurangkan
 akumulasi rugi pajak belum dikompensasi
 akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan
mengizinkan.

(Laba Pajak lebih besar dari Laba Akuntansi).


b. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode
masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. (Laba Akuntansi
lebih besar dari Laba pajak)
c. Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak
tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode
dipadankan dengan dengan laba akuntansi
d. Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban
pajak.
e. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi)
selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh
Otoritas Pajak atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).
f. Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan
pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.

D. Incomes Tax
ikhtisar persyaratan saat ini yang efektif
a. pajak penghasilan adalah pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dan pajak yang
dibayar oleh anak perusahaan , asosiasi atau bergabung dengan usaha distribusi
kepada investor .
b. beban pajak inccome (pendapatan) yang diakui dalam suatu periode adalah jumlah
dari pajak saat ini ditambah perubahan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan selama
periode tersebut , tidak termasuk pajak diakui di luar laba rugi atau timbul dari
combintion(pergabungan) bisnis .
c. pajak kini merupakan jumlah hutang (recoverable) pajak penghasilan sehubungan
dengan laba kena pajak (rugi) untuk periode
b. pajak tangguhan diakui untuk estimasi pengaruh pajak masa depan perbedaan
temporer , saldo rugi fiskal yang dilakukan ke depan dan kredit pajak yang tidak
terpakai dilakukan ke depan .
c. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara bas pajak aset atau kewajiban dan
jumlahnya tercatat dalam laporan keuangan
d. kewajiban pajak tangguhan tidak diakui jika timbul dari pengakuan awal goodwill
e. kewajiban pajak tangguhan (aset) tidak diakui jika timbul dari pengakuan awal aset
atau kewajiban dalam suatu transaksi yang bukan penggabungan usaha , dan pada
saat transaksi mempengaruhi laba akuntansi tidak atau laba fiskal
f. pajak tangguhan tidak diakui dalam hal investasi di anak perusahaan, asosiasi dan
joint venture jika kondisi tertentu terpenuhi
g. aktiva pajak tangguhan diakui apabila besar kemungkinan bahwa hal itu akan
terwujud
h. pajak penghasilan diukur berdasarkan tarif yang berlaku pada tanggal pelaporan.
i. pajak tangguhan didasarkan pada cara yang diharapkan penyelesaian (kewajiban)
atau pemulihan (aset)
j. pajak tangguhan diukur secara didiskontokan.
k. pajak tangguhan diklasifikasikan sebagai om-saat dalam sebuah pernyataan
diklasifikasikanmenempatkan keuangan
l. pajak penghasilan yang terkait dengan item yang diakui di luar laba atau rugi sendiri
diakui di luar laba atau rugi

E. Revenue (Pendapatan)
ikhtisar persyaratan saat ini yang efektif:
a. Pendapatan diakui hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan
mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat diukur secara andal
b. pendapatan termasuk masuknya bruto manfaat ekonomi yang diterima oleh entitas
untuk kepentingan sendiri. dalam hubungan badan, jumlah yang dikumpulkan atas
nama kepala sekolah tidak diakui oleh agen .
c. ketika pengaturan mencakup lebih dari satu komponen, mungkin perlu untuk
memperhitungkan pendapatan disebabkan setiap komponen secara terpisah
d. Pendapatan dari penjualan barang diakui pada saat entitas telah mentransfer risiko
signifikan dan manfaat kepemilikan kepada pembeli dan tidak lagi mempertahankan
kontrol pr memiliki keterlibatan manajerial dalam barang
b. pendapatan kontrak layanan berupa diakui dalam periode di mana layanan ini
diberikan, umumnya menggunakan metode persentase penyelesaian
c. kontrak konstruksi dicatat dengan menggunakan metode persentase penyelesaian.
metode kontrak selesai tidak diizinkan
d. pengakuan pendapatan tidak memerlukan pertimbangan kas. Namun, ketika barang
atau jasa dipertukarkan serupa di alam dan nilai, transaksi tidak menghasilkan
pendapatan
Soal 1.
Pada tahun 2015, PT Elang mengubah metode perhitungan persediaan dari average cost
method menjadi FIFO. Berikut adalah data persediaan akhir PT Elang menggunakan kedua metode tersebut
dalam 4 tahun terakhir.

2012 2013 2014 2015


Persediaan akhir FIFO 320.000.000 400.000.000 440.000.000 500.000.000
Persediaan akhir Average
Cost 300.000.000 370.000.000 400.000.000 450.000.000
Laba bersih (dihitung 900.000.000 1.250.000.000 1.400.000.000 1.650.000.000
menggunakan average
cost),
pajak 25%

Diminta:
1. Hitunglah laba bersih PT Elang apabila menggunakan metoda FIFO.
2. Jika perusahaan tahun 2015 mengubah metode persediaan dari rata-rata ke metode
FIFO, bagaimana dampak perubahan tersebut dalam laporan keuangan komparatif
3. Bagaimana perubahan tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan?
4. Termasuk dalam perubahan jenis apakah kejadian di atas? Bagaimana standar
akuntansi mengharuskan pelaporan yang paling baik atas perubahan tersebut dalam
laporan keuangan?
Jawab :
1. Laba Bersih saat menggunakan metode FIFO

2012 2013 2014 2015


Persediaan 320.000.0 400.000.000 440.000.00 500.000.000
Akhir FIFO 00 0
Persediaan 300.000.000 370.000.000 400.000.000 450.000.000
Akhir Average
Cost
Laba Bersih 900.000.000 1.250.000.000 1.400.000.000 1.650.000.000
(Average Cost)
Perbedaan (20.000.000) (30.000.000) (40.000.000) (50.000.000)
FIFO dan
Average Cost
Laba Bersih 880.000.000 1.220.000.0 1.360.000.000 1.600.000.0
(FIFO) 00 00
2. Pertama akan merubah HPP perusahaan, karena dalam menghitung HPP adalah
Persediaan Akhir ditambah Pembelian dikurangi Persediaan Awal. Karena merubah
metode akan merubah Persediaan Akhir maka akan merubah HPP yang berada pada
Laporan Keuangan Komparatif.

Kedua akan merubah Laba perusahaan, karena Pendapatan dikurangi dengan HPP
kemudian mendapatkan Laba, karena perubahan metode merubah angka HPP, maka
Laba pun ikut berubah pada Laporan Keuangan Komparatif.
3. Perubahan tersebut disajikan dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan,
yang menjelaskan kebijakan akuntansi apa yang digunakan oleh perusahaan salah
satunya metode perhitungan persediaan barang dagangnya.
4. Laporan perubahan secara retrospektif. Penerapan secara retrospektif dari kebijakan
akuntansi yang berbeda untuk menyusun kembali laporan keuangan yang telah
diterbitkan sebelumnya seolah-olah kebijakan baru selalu digunakan. Dengan kata lain,
perusahaan kembali dan menyesuaikan tahun sebelum pernyataan secara konsisten
dengan kebijakan baru diadopsi.

Soal 2.
Pada saat pemeriksaan laporan keuangan PT Rumah Kita tahun 2015, ditemukan beberapa
kesalahan sebagai berikut :
1. Utang kepada toko peralatan kantor sebesar Rp 50.000.000 yang berasal dari transaksi
pembelian tanggal 30 Desember 2014, baru dicatat pada saat barang diterima yaitu
tanggal 4 Januari 2015, karena menggunakan FOB Destination Point, namun akun
perlengkapan per tanggal 31 Desember 2014 sudah memasukkan transaksi tersebut.
2. PT Rumah Kita belum mencatat beban komisi penjualan kepada staf yang berhasil
melakukan penjualan unit rumah kluster Rumah Kita di luar target sebesar Rp
20.000.000 terutang pada tanggal 31 Desember 2015.
3. Nilai persediaan akhir atas unit rumah PT Rumah Kita overstated sebesar Rp
500.000.000 pada tahun 2015.
4. Pada pertengahan tahun 2015, PT Rumah Kita membeli bangunan sebagai kantor
pemasaran baru senilai Rp 420.000.000 yang memiliki masa manfaat 6 tahun dengan
nilai sisa Rp 60.000.000. Bangunan tersebut didepresiasikan dengan metoda garis lurus.
Pada saat pencatatan, nilai sisa belum dikurangkan saat penghitungan beban depresiasi.
Diminta:
1. Buatlah jurnal penyesuaian yang harus dibuat oleh PT Rumah Kita pada tahun 2015
sehubungan dengan kesalahan di atas, dengan asumsi laporan keuangan PT Rumah
Kita belum tutup buku.
2. Buatlah jurnal penyesuaian/koreksi yang harus dibuat oleh PT Rumah Kita pada tahun
2015 sehubungan dengan kesalahan di atas, dengan asumsi laporan keuangan PT
Rumah Kita sudah tutup buku.
Jawab :
1. Jurnal Penyesuaian Belum Tutup Buku Tahun 2015
a) Dibukukan pada tanggal 1 Jan 2015, dan menghapus jurnal pada tanggal 4 Januari
2015, jurnal tanggal 1 Jan 2015 sebagai berikut:

Peralatan Rp 50.000.000
Utang Usaha Rp 50.000.000
b) Mengakui beban komisi penjualan pada tanggal 31 Des 2015, jurnalnya sebagai
berikut:

Beban Komisi Penjualan Rp 20.000.000


Utang Karyawan Rp 20.000.000
c) Melakukan penyesuaian di akhir tanggal 31 Des 2015 atas overstated tersebut,
jurnal tanggal 31 Des 2015 sebagai berikut:

Utang Dagang Rp 500.000.000


Persediaan Rp 500.000.000
d) Beban Penyusutan tanpa nilai sisa adalah

420.000.000/6 = Rp 70.000.000 x 6/12 = Rp 35.000.000


Beban Penyusutan dengan nilai sisa adalah
420.000.000 – 60.000.000 = 360.000.000/6 = Rp 60.000.000 x 6/12 = Rp
30.000.000
Perbedaan Rp 5.000.000 ini dijurnal pada tanggal 31 Des 2015 sebagai berikut:
Akumulasi Peny. Bangunan Rp 5.000.000
Beban Peny. Bangunan Rp 5.000.000
2. Jurnal Penyesuaian/Koreksi Sudah Tutup Buku Tahun 2015
a) Membiarkan jurnal pada tanggal 4 Januari 2015
b) Mencatat pada tanggal 1 Jan 2016, jurnalnya sebagai berikut:

Beban Komisi Penjualan Rp 20.000.000


Utang Karyawan Rp 20.000.000
c) Mencatat pada tanggal 1 Jan 2016, jurnalnya sebagai berikut:

Utang Dagang Rp 500.000.000


Persediaan Rp 500.000.000
d) Mencatat pada tanggal 1 Jan 2016, jurnalnya sebagai berikut:

Akumulasi Peny. Bangunan Rp 5.000.000


Beban Peny. Bangunan Rp 5.000.000
Atau
Pada akhir bulan Jan tidak perlu mencatat beban penyusutan karena sudah
disusutkan sebesa Rp 5.000.000 selisih dari perhitungan.
Soal 3
PT Kenanga memulai usahanya pada tahun 2015. Untuk laporan keuangan tahun 2015 PT
Kenanga melaporkan laba sebelum pajak sebesar Rp 600.000.000 dan tahun 2016 sebesar Rp
1.200.000.000. Termasuk dalam laba sebelum pajak tersebut, terdapat informasi yang
diperoleh untuk melakukan koreksi fiscal berikut ini:
1. Pendapatan sewa mesin sebesar Rp 120.000.000, secara akuntansi diakui dalam jumlah
yang sama pada 2015 dan 2016, sedangkan menurut pajak diakui semua pada 2015.
2. Beban entertaintment yang tidak ada daftar nominatifnya pada tahun 2015 sebesar Rp
40.000.000 dan tahun 2016 sebesar Rp 60.000.000
3. Kendaraan yang diperoleh tahun 2015 senilai Rp 400.000.000 didepresiasikan dengan
metoda garis lurus dan masa manfaat 4 tahun untuk akuntansi dengan nilai sisa Rp
40.000.000. Untuk tujuan pajak depresiasi dilakukan tanpa nilai sisa dengan masa
manfaat 8 tahun.
4. Peralatan komunikasi yang digunakan manajemen kunci yang dibeli tahun 2015 senilai
Rp 100.000.000 didepresiasikan dengan metoda garis lurus tanpa nilai sisa selama 2
tahun. Menurut ketentuan pajak, depresiasi dilakukan dengan metoda garis lurus
dengan masa manfaat 4 tahun. Namun untuk beban ini menurut pajak hanya dapat
dibebankan 50%.
5. Perusahaan membeli bangunan seharga Rp 2.200.000.000. Menurut akuntansi
bangunan didepresiasikan dengan nilai sisa Rp 200.000.000 selam 40 tahun. Untuk
tujuan pajak didepresiasikan selama 20 tahun tanpa nilai sisa.
6. Penghasilan yang dikenakan pajak final sebesar Rp 40.000.000 untuk tahun 2015 dan
Rp 80.000.000 pada tahun 2016.
Tarif pajak yang berlaku pada tahun 2015 dan tahun 2016 adalah 25%.
Diminta:
1. Buatlah tabel yang menunjukkan rekonsiliasi fiskal untuk tahun 2015 dan tahun 2016.
2. Hitunglah penghasilan kena pajak dan jumlah pajak terhutang.
3. Buatlah tabel yang menunjukkan perbedaan temporer yang dapat dikurangkan dan
perbedaan temporer kena pajak.
4. Hitunglah pajak tangguhan untuk 2 tahun tersebut.
5. Buatlah jurnal untuk mencatat beban pajak kini dan pajak tangguhan perusahaan.
Jawab :
1. Tabel Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2015
Deskripsi Komersial Penyesuaian Fiskal Fiskal
Positif Negatif
Laba Sebelum Pajak 600.000.0 600.000.000
00
Pendapatan Sewa Mesin 120.000.0 120.000.000
00
Beban Entertainment 40.000.00 40.000.0 0
0 00
Beban Depresiasi Kendaraan 90.000.00 40.000.0 (50.000.000)
0 00
Beban Depresiasi Alat 50.000.00 37.500.0 (12.500.000)
Komunikasi 0 00
Beban Depresiasi Bangunan 50.000.00 60.000.0 (110.000.000)
0 00
Penghasilan yang Dikenakan 40.000.00 40.000.0 0
Pajak Final 0 00
Total laba setelah koreksi 547.500.000
fiskal

Tabel Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2016

Deskripsi Komersial Penyesuaian Fiskal Fiskal


Positif Negatif
Laba Sebelum Pajak 1.200.000.0 1.200.000.000
00
Pendapatan Sewa 120.000.00 120.000.000 0
Mesin 0
Beban Entertainment 60.000.000 60.000.000 0
Beban Depresiasi 90.000.000 40.000.000 (50.000.000)
Beban Depresiasi Alat 50.000.000 37.500.000 (12.500.000)
Komunikasi
Beban Depresiasi 50.000.000 60.000.000 (110.000.000)
Bangunan
Penghasilan yang 80.000.000 80.000.000 0
Dikenakan Pajak
Final
Total laba setelah 1.027.500.000
koreksi fiskal

2. Perhitungan Jumlah Pajak Terhutang


Tahun 2015 = 25% x 547.500.000 = 136.875.000
Tahun 2016 = 25% x 1.027.500.000 = 256.875.000
3. Tabel Perbedaan Temporer Tahun 2015 dan 2016
Keteranga Komersial Fiskal Selisih Korek
n Perhitungan Penyusut Perhitungan Penyusut Beda si
an an Temporer
Kendaraan (400.000.000-40.000.000) : 4 90.000.0 400.000.000 : 8 50.000.0 40.000.00 Positif
thn 00 thn 00 0
Alat 100.000.000 : 2 thn 50.000.0 (100.000.000 x 12.500.0 37.500.00 Positif
Komunika 00 50%) : 4 00 0
si
Bangunan (2.200.000.000-200.000.000) : 50.000.0 2.200.000.000 : 110.000. (60.000.00 Negati
40 thn 00 20 thn 000 0) ve
Total 190.000. 172.500. 17.500.00
000 000 0

4. Besar Pajak Tangguhan 2015 dan 2016


25 % x 17.500.000 = 4.375.000
Jadi pajak tangguhan tahun 2015 dan 2016 masing-masing sebesar 4.375.000
5. Jurnal beban pajak kini dan pajak tangguhan
Jurnal Tahun 2015 :
Beban Kini 136.875.000
Aset Pajak Tangguhan 4.375.000
Manfaat Pajak Tangguhan 4.375.000
Kewajiban PPh 29 136.875.000

Jurnal Tahun 2016 :


Beban Kini 256.875.000
Aset Pajak Tangguhan 4.375.000
Manfaat Pajak Tangguhan 4.375.000
Kewajiban PPh 29 256.875.000
DAFTAR REFERENSI

Dwi Martani dkk, 2015, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Buku 2, Salemba
Empat: Jakarta
Modul Charatered Accountant: Pelaporan Korporat. 2015. Ikatan Akuntan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai