Hiperresponsivitas saluran nafas dan keterbatasan aliran udara akut merupakan dua manifestasi uatama
dari gangguan fungsi paru pada penderita asma.
Hiperresponsivitas saluran nafas. Komponen penting asma yang mendasari ketidak stabilan saluran
nafas adalah adanya respon bronkokonstriksi terhadap bermacam stimulus eksogen maupun endogen.
Banyak mekanisme telah diusulkan untuk menjelaskan hiperresponsivitas saluran nafas ini, tetapi
beberapa kejadian menggambarkan bahwa inflamasi saluran nafas merupakan faktor kunci. Akibat klinis
dari hiperresponsivitas saluran nafas tercermin pada peningkatan variasi dari ukuran saluran nafas dalam
sehari atau antar hari. 11
Keterbatasan aliran udara. Episode berulang dari keterbatasan aliran udara pada asma mempunyai
empat bentuk, dan masing-masing berhubungan dengan respon inflamasi saluran nafas.
1. Bronkokonstriksi akut. Mekanisme keterbatasan aliran udara akut bervariasi tergantung dari
rangsangan. Bronkokonstriksi akut allergen-induced, disebabkan oleh pelepasan mediator IgE
dependent termasuk histamin, prostaglandin dan leukotrien dari sel mast saluran nafas yang
menyebabkan kontraksi otot polos. Reaksi ini kadang disebut sebagai respon asma segera
Keterbatasan aliran udara akut juga terjadi karena saluran nafas pada penderita asma hiperresponsif
terhadap banyak rangsangan seperti inhalasi alergen, aktivitas, udara dingin, bahan kimia dan
ekspresi emosional yang berlebihan seperti menangis dan tertawa. Bronkokonstriksi akut dengan
cepat dapat dihilangkan dengan bronkodilator inhaler, seperti short acting 2-agonis.11
2. Penebalan dinding saluran nafas. Keterbatasan aliran udara juga terjadi akibat edema dari dinding
saluran nafas dengan atau tanpa kontraksi otot polos atau bronkokonstriksi. Bronkodilator dapat
menghilangkan sedikit dari komponen ini, tetapi lebih efektif untuk menggunakan obat anti inflamasi
seperti kortikosteroid. Komponen respon asma ini disebut sebagai reaksi asma lambat. Kerusakan
dan peningkatan permeabilitas mikrovaskular, menyebabkan penebalan mukosa dan pembengkakan
saluran nafas diluar otot polos. Ini menyebabkan udema dinding saluran nafas dan hilangnya elastic
recoil pressure.11
3. Pembentukan mukus plug kronis. Merupakan keterbatasan aliran udara yang sulit diatasi dan
sedikit dipelajari.Umumnya membutuhkan waktu enam minggu atau lebih untuk menghilangkannya
dengan pemberian kortikosteroid. Hal ini terutama disebabkan peningkatan sekresi mukus yang
bersama dengan eksudasi protein serum dan sel debris membentuk mukus plug yang kental yang
menutup saluran nafas perifer pada asma berat.11
4. Remodeling dinding saluran nafas. Keterbatasan aliran udara kadang tidak membaik dengan
pemberian kortikosteroid. Dasar seluler dan molekuler dari resistensi steroid ini mungkin pada level
reseptor transduksi steroid atau mungkin berhubungan dengan perubahan struktur dari matriks
saluran nafas akibat inflamasi saluran nafas yang berat dan dalam waktu lama.11
Dari pandangan klinis diatas, inflamasi saluran nafas merupakan variabel terpenting, sehingga elemen
terpenting sebagai obat kontroler adalah sodium kromoglikat, nedokromil dan kortikosteroid.
V. DIAGNOSA ASMA
A. Pemeriksaan Fisik
Diagnosa klinis asma sering didapat dari gejala seperti sesak, mengi, dada terasa berat dan batuk,
biasanya memburuk pada malam dan pada awal pagi hari. Tetapai gejala diatas bukanlah diagnosa
pasti. Yang penting adalah serangan berulang tersebut sering dicetuskan oleh faktor seperti alergi,
iritan, aktivitas fisik dan infeksi virus. Tanda klinis penting yang lain adalah bahwa gejala diatas dapat
hilang secara spontan atau dengan pemberian bronkodilator dan kortikosteroid. Variabilitas gejala
berdasar musim dan riwayat asma keluarga juga penyakit atopi juga membantu untuk diagnosa.
Karena gejala asma sangat bervariasi dalam sehari, pemeriksaan fisik dari sistem respirasi bisa
menjadi normal. Selama eksaserbasi, kontrasksi otot polos saluaran nafas, udema dan hipersekresi
cenderung menutup saluran nafas terkecil (nonkartilagenus). Kombinasi dari hiperinflasi dan
peningkatan obstruksi saluran nafas pada saat eksaserbasi akan meningkatkan kerja nafas secara
bermakna. Hal ini yang menyebabkan tanda klinis sesak, mengi dan tanda-tanda hiperinflasi paru.8.11
B. Pemeriksaan Faal Paru
Pengukuran faal paru menghasilkan penilaian langsung maupun tidak langsung dari obstruksi jalan
nafas. Penilaian obstruksi saluran nafas, reversibilitas dan variabilitasnya sangatlah penting untuk
menegakkan diagnosa asma. Penilaian hal-hal diatas mendasari strategi penanganan asma yang
baru.
Variasi diurnal memakai PEF lebih dari 20% adalah diagnostik untuk asma, tetapi perlu diingat
bahwa asma intermitten ringan atau pada penyakit yang sangat berat, variabilitas sebesar ini tiodak
dijumpai. 8.11
C. Penilaian Status Alergi
Skin tes dengan memakai alergen merupakan pemeriksaan utama untuk mengetahui adanya reaksi
alergi dan Prick Test adalah yang tersering digunakan. Tes ini sangat sederhana, cepat, murah dan
sangat sensitif, tetapi bila tidak dilakukan dengan baik dapat menyebabkan terjadinya false positif
maupun negatif. Pengukuran IgE spesifik dalam serum mempunyai nilai yang tinggi, tetapi tidak
dapat mengalahkan skin tes dan relatif lebih mahal. Riwayat paparan dengan alergen yang
berhubungan dengan gejala harus dipastikan melalui anamnesa. Tes provokasi bronkus kadang
dikerjakan, tetapi jarang untuk kepentingan diagnostik. 8.11