Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayarn suatu negara.
Bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem
keuangan dan sistem pembayaran dunia. Sistem keuangan merupakan satu kesatuan sistem
yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan yang kegiatan utamanya
dibidang keuangan yaitu menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat. Keberadaan sistem keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan fungsinya
sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediation) dan lembaga transmisi yang
mampu menjembatani mereka yang kelebihan dana dengan mereka yang kekurangan dana
serta memperlancar transaksi ekonomi.
Berkaitan dengan sistem keuangan yang dianut di Indonesia, terdiri dari sistem
keuangan moneter dan lembaga keuangan lainnya. Sistem keuangan moneter terdiri atas
otoritas moneter dan sistem Bank Umum (commercial bank). Otoritas moneter sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia jo. Undang-
Undang No. 3 tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No.
23 tahun 1999. Secara tegas menyatakan bahwa Bank Indonesia adalah penanggung jawab
otoritas kebijakan moneter yang biasanya disebut otoritas moneter.
Disamping itu terdapat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk berdasarkan UU No
21 tahun 2011, yang merupakan suatu lembaga yang independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, selanjutnya kami dapat menyimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana sejarah perkembangan Bank Sentral di Indonesia.
b. Sejarah OJK di Indonesia .

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
a. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Bank Indonesia
b. Untuk mengetahui kedudukan Bank Indonesia sebagai Lembaga Negara dan modal
Bank Indonesia
c. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan fungsi Bank Indonesia
d. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Otoritas Jasa Keuangan
e. Untuk mengetahui apa saja tujuan dan fungsi Otoritas Jasa Keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah perkembangan Bank Sentral di Indonesia


Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang
bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral
berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem
finansial secara keseluruhan.
Di Indonesia, fungsi bank sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Bank sentral
adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga atau nilai
suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang dalam hal ini dikenal dengan
istilah inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam arti lain turunnya suatu nilai uang. Bank
Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali dan selalu berada pada nilai yang serendah
mungkin atau pada posisi yang optimal bagi perekonomian (low/zero inflation), dengan
mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar
terlalu banyak maka bank sentral dengan menggunakan instrumen dan otoritas yang
dimilikinya.
Awal mula dikenalnya Bank Sentral di indonesia yaitu adanya suatu kegiatan
lembaga keuangan, dan perbankan yang diperkenalkan oleh VOC dan NHM yang
merupakan perusahaan pertama yang menjalankan fungsi sebagai bank di Indonesia, yang
secara resmi adalah perusahaan dagang. Pada tanggal 10 oktober 1828 didirikannya De
Javasche Bank yang resmi didirikan untuk menjalankan usaha bank1. Setelah di ambil
alihnya kekuasaan dari belanda oleh jepang, De Javasche Bank berganti nama menjadi
Syomin Ginko yang pada saat itu dikuasai oleh tentara jepang2.
Setelah Indonesia merdeka, bank tersebut dinasionalisasi menjadi Bank
Indonesia dan berada di bawah kewenangan pemerintah Indonesia. Pada awal periode
kemeredekaan, bank Indonesia masih melakukan usaha komersial. Namun dalam
perkembangannya, usaha tersebut dihentikan. Apalagi semenjak krisis moneter yang dialami
Indonesia pada tahun 1997-1998, Bank Indonesia diberikan independensi untuk fokus pada
tujuan utama, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah3.

1. Status dan Kedudukan Bank Indonesia


Kedudukan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral secara tegas diatur dalam UU No 23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia, yang dalam pasal 4 menentukan sebagai berikut;
(1) Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.

1
Drs. Muhamad Djumhana, S.H., Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm. 40.
2
Ibid., hlm. 45.
3
Agnestesia Putri, Bank Sentral, diakses dari http://www.studiobelajar.com/bank-sentral/ , pada
tanggal 21 Agustus 2017 pukul 16.31
(2) Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan
Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam undang-undang ini.
(3) Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang ini4.

a. Sebagai Lembaga Negara yang Independen


Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen
dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia,
dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999. Undang-undang ini memberikan status dan
kedudukan sebagai suatu lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan
pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank
Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas
dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut.Pihak luar tidak
dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga
berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga. Untuk lebih menjamin independensitersebut, undang-undang ini telah
memberikan kedudukan khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan
Republik Indonesia.
Sebagai Lembaga negara yang independen kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar
dengan Lembaga Tinggi Negara. Disamping itu, kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama
dengan Departemen, karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar Pemerintah. Status
dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.

Dalam pasal 5 ditentukan tempat dan kedudukan sebagai berikut;


(1) Bank Indonesia berkedudukan di Ibukota negara Republik Indonesia.
(2) Bank Indonesia dapat mempunyai kantor-kantor di dalam dan di luar wilayah negara
Republik Indonesia.

b. Sebagai Badan Hukum


Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum
perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia
berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari
undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan
wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan
atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.5

4
DR. H. Zainal Asikin, S.H., S.U., Pengantar HUKUM PERBANKAN INDONESIA, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2013, hlm. 40.
5http://sejarahbangsaindonesia.wordpress.com/2011/03/31/meringkas-tentang-bank-indonesia/ Diakses pada tanggal 3,
September 2017 pukul 19.16 WIB.
2. Tugas, wewenang, tujuan, dan fungsi Bank Indonesia diantaranya;

Tugas Bank Indonesia

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter


Tugas bank sentral ini dilakukan dalam rangka mengendalikan jumlah uang beredar,
agar tercipta kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa. Selain itu, kebijakan ini juga
dapat dilaksanakan untuk mendorong perekonomian nasional. Dalam pelaksanaannya, Bank
Indonesia juga perlu berkoordinasi dengan Pemerintah agar kebijakan moneter yang
dilaksanakan sejalan dengan kebijakan fiskal dan kebijakan ekonomi lainnya yang
ditetapkan pemerintah, sehingga hasil yang diperoleh dari pelaksanaan kebijakan tersebut
dapat dimaksimalkan.
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Tugas bank sentral ini dilakukan dalam rangka terciptanya kesepakatan, aturan,
standar dan prosedur yang digunakan untuk mengatur peredaran uang. Sistem pembayaran
yang dimaksud dapat berupa sistem pembayaran tunai dan non tunai6.
c. Mengatur dan mengawasi perbankan
Seiring dengan terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tugas pengawasan yang
dilaksanakan oleh Bank Indonesia difokuskan kepada pengawasan makroprudensial,
sementara pengawasan mikroprudensial diserahkan kepada OJK. Pelaksanaan pengawasan
makroprudensial dimaksudkan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Stabilitas sistem
keuangan adalah suatu kondisi dimana seluruh lembaga keuangan, pasar keuangan dan
sarana-sarana pendukungnya memiliki ketahanan dan mampu mengarasi ketidakseimbangan
keuangan. Dengan demikian, secara umum, kebijakan makroprudensial dapat diartikan
sebagai kebijakan untuk membatasi risiko dan biaya krisis sistemik dalam rangka
memelihara kesimbangan sistem keuangan secara keseluruhan.

Wewenang Bank Indonesia

Dalam pelaksaan tugasnya, Bank Indonesia memilik wewenang tertentu yang telah
ditetapkan oleh undang-undang, yaitu:
1. Wewenang bank sentral yang berkaitan dengan tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, yang meliputi:
a.Menetapkan tingkat diskonto, cadangan minimum bank umum, serta mengatur kredit
atau pembiayaan
b.Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi
c.Melakukan pengendalian moneter dengan tidak terbatas pada operasi pasar terbuka
di pasar uang, baik dalam bentuk mata uang Rupiah maupun valuta asing
2. Wewenang yang berkaitan dengan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, yang meliputi:
a. Menetapkan penggunaan alat atau instrumen pembayaran

6
Angenestia Putri., op. Cit.
b. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa
sistem pembayaran
c. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
kegiatannya
3. Wewenang bank sentral yang berkaitan dengan tugas mengatur dan mengawasi bank,
yang meliputi:
a.Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan
b.Menetapkan peraturan
c.Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari
bank
d.Mengawasi bank, baik secara individual maupun sebagai sistem perbankan

Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk


mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan
uang dimaksud dari peredaran (Pasal 20). Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
dibebaskan dari bea materai (Pasal 21). Bank Indonesia tidak memberikan penggantian atas
uang yang hilang atau musnah karena sebab apa pun (Pasal 22)7.

Tujuan dan Fungsi Bank Indonesia

Dari beberapa wewenang tersebut Bank Indonesia memiliki tujuan atau fungsi yang
diatur dalam Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Sebagaimana Telah
Diubah Beberapa Kali Terakhir Dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun
2009 (selanjutnya disingkat UU-BI) mengatur:
(1) Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah,
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud, BI melakukan kebijakan moneter secara
berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum
pemerintah di bidang perekonomian8.

Tujuan dan fungsi bank yang utama adalah untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud terdiri dari dua aspek yaitu:
1. Kestabilan terhadap barang dan jasa, yang tercermin dalam kestabilan tingkat inflasi di
Indonesia
2. Kestabilan terhadap mata uang negara lain, yang tercermin dalam nilai tukar mata uang
asing (kurs).

Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, Bank Indonesia memiliki tiga tugas
utama yang di atur dalam Pasal 8 UU-BI menetapkan:
(a) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;

7
Ibid., hlm. 40.
8
Abdul Rasyid, TUGAS DAN WEWENANG ANTARA BANK INDONESIA DENGAN OTORITAS JASA KEUANGAN
TERHADAP SEKTOR PERBANKAN, diakses dari http://business-law.binus.ac.id/2016/07/30/tugas-dan-
wewenang-antara-bank-indonesia-dengan-otoritas-jasa-keuangan-tehadap-sektor-keuangan-bagian-1-dari-2-
tulisan/ , pada tanggal 21 Agustus 2017 pukul 16.40
(b) mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
(c) mengatur dan mengawasi Bank.

Berdasarkan Penjabaran di atas, maka dapat dipahami bahwa BI mempunyai peran


penting dalam menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah dan nilai tukar yang
wajar merupakan salah satu prasyarat tercapainya pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu
tugas yang diemban BI bukan perkara mudah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

3. Struktur Organisasi Bank Indonesia

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Bank Indonesia dipimpin oleh


Dewan Gubernur. Dewan ini terdiri atas seorang Gubernur sebagai pemimpin, dan dibantu
oleh asisten gubernur. Masa jabatan Gubernur dan Asisten Gubernur selama 5 tahun dan
dapat diangkat kembali dalam jabatan yang sama untuk sebanyak-banyaknya 1 kali masa
jabatan berikutnya. Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat diberhentikan
oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, terbukti melakukan tindak pidana kejahatan,
tidak dapat hadir secara fisik dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan, dinyatakan pailit atau tidak mampu memenuhi
kewajiban kepada kreditur, atau berhalangan tetap.

Sebagai pimpinan Bank Indonesia, Dewan Gubernur mempunyai wewenang, tugas


dan konsekuensi seperti diuraikan di bawah ini :

a. Dewan Gubernur mengangkat dan memberhentikan pegawai Bank Indonesia.


b. Dewan Gubernur menetapkan peraturan kepegawaian, sistem penggajian,
penghargaan, pensiun dan tunjangan hari tua serta penghasilan lainnya bagi pegawai Bank
Indonesia.
c. Gubernur, Deputi Gubernur Senior Deputi Gubernur dan atau pejabat Bank
Indonesia tidak dapat dihukum.
d. Gaji, penghasilan lainnya dan fasilitas bagi Gubernur, Deputi Gubernur Senior dan
Deputi Guberur ditetapkan oleh Dewan Gubernur.
e. Sanksi administrasi dapat berupa :
 Denda;
 Teguran tertulis;
 Pencabutan atau pembatalan izin usaha oleh instansi yang berwenang apabila
pelanggaran dilakukan oleh badan usaha;
 Pengenaan sanksi disiplin kepegawaian.
4. Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah
Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah seperti yang dituangkan dalam
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :
a. Bertindak sebagai pemegang kas Negara
b. Untuk dan atas nama pemerintah Bank Indonesia dapat menerima pinjaman luar
negeri, menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan
pemerintahterhadap pihak luar negeri.
c. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia dan atau mengundang Bank
Indonesia dalam siding cabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan
keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau kewenangan Bank Indonesia.
d. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain yang berkaitan dengan
tugas dan wewenang Bank Indonesia
e. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-surat utang Negara, pemerintah wajib
terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia dan pemerintah juga wajib terlebih
dahulu berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
f. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat utang Negara yang
diterbitkan pemerintah.
g. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada pemerintah.
Dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan
Gubernur yang terdiri dari seorang Gubernur sebagai pemimpin, dibantu oleh seorang
Deputi Gubernur Senior sebagai wakilnya, serta sekurang-kurangnya empat atau sebanyak-
banyaknya tujuh Deputi Gubernur. Masa jabatan yang berlaku bagi Dewan Gubernur adalah
selama lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk jabatan yang sama sebanyak-
banyaknya satu kali masa jabatan berikutnya.

Dewan Gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
Deputi Gubernur yang disulkan oleh Presiden didasarkan pada rekomendasi dari Gubernur
Bank Indonesia. Meskipun diangkat oleh Presiden, anggota Dewan Gubernur Bank
Indonesia tidak dapat diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, terbukti
melakukan tindak pidana kejahatan, tidak dapat hadir secara fisik selama jangka waktu tiga
bulan berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, dinyatakan pailit atau
tidak mampu memenuhi kewajiban kepada kreditur, atau berhalangan tetap.
Saat ini (2017), Dewan Gubernur Bank Indonesia dipimpin oleh Agus
Martowardojo, dengan Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara, serta beranggotakan
empat Deputi Gubernur, yaitu: Perry Warjiyo, Erwin Riyanto, Sugeng dan Rosmaya Hadi.

2.2 Sejarah Perkembangan OJK di Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun
2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK didirikan
untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal
dan lembaga keuangan, serta menggantikan peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan
pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri jasa keuangan.
Dari penguraian diatas OJK memiliki beberapa tujuan dan fungsi, diantaranya;
1. Keseluruhan kegiatan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
2. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil;
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Dan mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.
Tugas dan Wewenang OJK
Tugas OJK yaitu melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap9:
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan .
2. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan,
dan lembaga jasa keuangan lainnya.
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:
1. Menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
2. Menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
3. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
4. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
5. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
6. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga
Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
7. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga
Jasa Keuangan;
8. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan
menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan

9
Wikipedia Bahasa Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan
, diakses pada tanggal 21 Agustus 2017 pukul 16.18
9. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:
1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan;
2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan
tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan
jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan;
4. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu;
5. Melakukan penunjukan pengelola statuter;
6. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
7. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
8. Memberikan dan/atau mencabut:
a. Izin usaha;
b. Izin orang perseorangan;
c. Efektifnya pernyataan pendaftaran;
d. Surat tanda terdaftar;
e. Persetujuan melakukan kegiatan usaha;
f. Pengesahan;
g. Persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
h. Penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan.
Di dalam lembaga OJK dikenal adanya Dewan Komisioner yaitu pimpinan tertinggi
OJK yang bersifat kolektif dan kolegial. Dewan Komisioner beranggotakan 9 (sembilan)
orang yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Susunan Dewan Komisioner terdiri atas:
1. seorang Ketua merangkap anggota;
2. seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
3. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
4. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
5. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;
6. seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
7. seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan Konsumen;
8. seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan
Gubernur Bank Indonesia; dan
9. seorang anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat
setingkat eselon I Kementerian Keuangan10.

10
Wikipedia Bahasa Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan,
https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan , diakses pada tanggal 21 Agustus 2017 pukul 16.18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kewenangan pengaturan dan pengawasan lembaga perbankan BI saat ini direduksi
oleh munculnya lembaga baru yang dinamakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-undang No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
(selanjutnya disingkat dengan UU-OJK). Dengan adanya lembaga OJK maka kewenangan
BI dalam hal pengawasan keuangan lembaga bank dan non-bank berada pada OJK. Meski
demikian, hal penting yang kerap dilupakan adalah tugas BI dalam menjaga stabilitas
moneter dan sistem pembayaran dalam sistem keuangan nasional tetap berada pada BI. Hal
ini dibuktikan dengan salah satu tugas BI yang penting, yaitu: macroprudential dalam
mengawasi terhadap resiko sistemik pada sistem keuangan. Oleh sebab itu, melihat
kedudukan BI secara yuridis, maka keberadaannya masih tetap penting meski ada lembaga
baru yang bernama OJK.
Daftar Pustaka

Djumhana, Muhamad. 1996. Hukum Perbankan di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung
Asikin, Zainal. 2013. Pengantar HUKUM PERBANKAN INDONESIA. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Putri, Agnestesia. Bank Sentral, diakses dari http://www.studiobelajar.com/bank-sentral/ , pada
tanggal 21 Agustus 2017 pukul 16.31

Rasyid, Abdul. TUGAS DAN WEWENANG ANTARA BANK INDONESIA DENGAN OTORITAS JASA
KEUANGAN TERHADAP SEKTOR PERBANKAN, diakses dari http://business-
law.binus.ac.id/2016/07/30/tugas-dan-wewenang-antara-bank-indonesia-dengan-otoritas-jasa-keuangan-
tehadap-sektor-keuangan-bagian-1-dari-2-tulisan/ , pada tanggal 21 Agustus 2017 pukul 16.40

Wikipedia Bahasa Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan ,


diakses pada tanggal 21 Agustus 2017 pukul 16.18

Anda mungkin juga menyukai