MAKALAH
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Nilai Semester
Genap
Oleh :
Dedi Wihanda
1303120056
FAKULTAS TEKNIK
BANDA ACEH
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya penulisan makalah ini semoga
dapat dijadikan sebuah sarana sebagai penunjang pembelajaran.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu selaku dosen pembimbing kami sebagai dosen
mata kuliah Rekayasa Sistem Air Bersih yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
mengerti tentang krisis air bersih dan bagaimana cara penanggulangannya.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 2
BAB VI PENUTUP
5.1 Kesimpulan 8
5.2 Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Terdiri dari beragam jenis air yaitu air laut, air sungai, dan danau (air tawar).
Keberadaannya pun mengelilingi kehidupan kita baik di lingkungan dan juga dalam tubuh kita.
Dalam tubuh orang dewasa sekitar 70% massa tubuh mengandung air di dalamnya. Organ penting
seperti darah, hati, jantung, paru-paru bahkan otak tidak akan bisa bekerja tanpa adanya
kandungan air. Pada saat tubuh mengalami dehidrasi, bukan hanya akan mengganggu aktifitas
tubuh namun, juga dapat menyebabkan kematian. Jika kita pahami, manfaat air bagi kehidupan
makhluk hidup menempati urutan kedua setelah oksigen karena seseorang mungkin bisa tahan
dalam waktu lama dengan minum air tanpa makanan.
Itulah alasan mengapa air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan. Di daerah
rawan bencana, sering kita menjumpai masalah penyediaan air bersih. Padahal kita tahu bahwa
air memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab itu, dalam makalah yang akan penulis buat.
Kami akan membahas mengenai penyediaan air bersih dan bagaimana cara penanggulangannya,
terutama di daerah yang mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba. Sehingga kita akan
mengetahui bagaimana penyediaan dan pengolahan pada daerah yang rawan terhadap masalah
kekurangan air bersih tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan
dibahas, yaitu :
a. Bagaimana upaya mengatasi masalah krisis penyediaan air bersih pada daerah rawan
kekeringan.?
b. Bagaimana syarat dalam penyediaan air bersih yang sesuai dengan standar peraturan
pemerintah.?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
e. Mengetahui program yang dilaksanakan pemerintah untuk mengatasi krisis air bersih.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam UU RI No.7 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002,
disebutkan beberapa pengertian terkait dengan air, yaitu sebagai berikut :
a. Sumber daya air adalah air dan daya air yang terkandung didalamnya.
b. Air adalah semua air yang terdapat pada diatas, ataupun di bawah permukaan tanah.
c. Air Bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
d. Air Minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
e. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
Dalam referensi lain disebutkan bahwa air adalah adalah zat kimia yang penting bagi semua
bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi
hampir 71% permukaan bumi. Saat ini kualitas air minum di kota-kota besar di Indonesia masih
memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber
daya air sangat berpengaruh pada kualitas air itu sendiri.
Siklus air, juga dikenal sebagai siklus hidrologi, dapat didefinisikan sebagai suatu siklus
terus menerus, tak berujung dan penguapan air secara alami. Berikut ada berbagai proses yang
terjadi selama siklus air, yang meliputi :
· Penguapan/Suplimasi
· Kondensasi/Presipitasi
· Debit sungai
Bumi sebenarnya masih mempunyai banyak persediaan air tetapi hanya sedikit sekali air
yang layak dikonsumsi. Dalam 20 tahun ini, air yang dibutuhkan untuk konsumsi dunia, baik air
minum maupun air untuk mengairi tanaman, sudah tak cukup lagi. Hanya 2,5 persen saja air di
dunia ini yang tidak mengandung garam. Dan dua pertiga dari jumlah itu terkubur dalam gunung
es dan glasier.
2.4 Kebijakan Pemerintah Terkait Sumber Daya Air
Sumber daya air merupakan kebutuhan mutlak setiap individu yang harus dipenuhi untuk
kelangsungan hidupnya. Apabila terjadi pengurangan kuantitas maupun kualitas sumber daya air
maka akan mempengaruhi kehidupan manusia secara bermakna. Untuk menjamin ketersediaan
dan pengelolaan sumber daya air ini, maka pemerintah sebagai pemangku tanggung jawab
kesejahteraan warga negaranya, berkewajiban menetapkan suatu kebijakan atau Undang-Undang
untuk mengatur sumber daya air. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
merupakan salah satu Undang-Undang yang dibuat untuk mengaturnya. Secara umum Undang-
Undang tersebut terdiri atas delapan belas bab, yang sebagian besar membahas tentang
Ketentuan Umum, Wewenang dan Tanggung Jawab, Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan
Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air.
BAB III
PEMBAHASAN
Di Indonesia, dengan jumlah penduduk mencapai lebih 200 juta, kebutuhan air bersih
menjadi semakin mendesak. Kecenderungan konsumsi air diperkirakan terus naik hingga 15-35
persen per kapita per tahun. Sedangkan ketersediaan air bersih cenderung melambat (berkurang)
akibat kerusakan alam dan pencemaran.
Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih. Penduduk Indonesia
yang bisa mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, baru mencapai 20 persen dari total
penduduk Indonesia. Itupun yang dominan adalah akses untuk perkotaaan. Artinya masih ada 82
persen rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air yang tak layak secara kesehatan. Contoh
krisis air bersih diperkotaan pertengahan februari 2007, warga jakarta mengeluh kenaikan harga
air yang gila-gilaan.
Seperti dilaporkan sejumlah media, harga air bersih di sebagian wilayah Jakarta Utara naik
sampai lima kali lipat dari harga sebelumnya. Kelangkaan dan kenaikan harga air gerobakan itu
terjadi akibat terputusnya aliran PAM.
1. Syarat Fisik :
· Tidak berbau
· Tidak berwarna
· Tidak berasa
· Terasa segar
1. Syarat Kimia :
· Derajat keasaman (Ph antara 6,5-9,2).
· Tidak boleh ada zat kimia berbahaya (beracun, kalaupun ada jumlahnya harus sedikit sekali).
· Unsur kimiawi yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang boleh ditentukan.
Unsur kimiawi yang disyaratkan mutlak harus ada dalam air.
2. Syarat Bakteriologis :
· Tidak ada bakteri atau virus kuman berbahaya (patogen dalam air).
· Bakteri yang tidak berbahaya namun menjadi indikator pencemaran tinja (Coliformbacteria)
harus negatif.
3. Syarat Radioaktifitas :
Selama puluhan tahun Indonesia telah melakukan pembangunan dalam sektor air minum.
Akan tetapi sampai saat ini tingkat pelayanan air minum melalui sistem perpipaan yang relatif
paling aman dibanding sistem lain secara nasional baru mencapai 41% untuk penduduk perkotaan
dan 8% untuk penduduk pedesaan. Dalam target kesepuluh sasaran pembangunan
milenium/MDGs ditetapkan bahwa tahun 2015 pemerintah perlu meningkatkan akses separuh
masyarakat yang saat ini belum mendapat pelayanan terhadap air minum yang aman. Ada lima
indikator untuk mengukur akses masyarakat terhadap ketersediaan air minum, yaitu :
· Kualitas
· Kuantitas
· Kontinuitas
· Keandalan (reliability) sistem penyediaan air minum
Indonesia terancam gagal untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium pada 2015.
Data Bappenas menunjukkan hingga saat ini, lebih dari 100 juta penduduk Indonesia belum
mempunyai akses terhadap air (bersih) yang aman untuk diminum. Hal ini disebabkan, belum
tersedianya sarana yang memadai di samping rendahnya prioritas anggaran penyediaan air bersih
dari pemerintah
Berikut ada beberapa penyebab krisis air bersih yang terjadi saat ini, antara lain sebagai
berikut :
a. Perilaku Manusia
b. Populasi yang terus bertambah dan sebaran penduduk yang tidak merata.
c. Kerusakan Lingkungan
· Penggundulan Hutan
· Global Warming
· Pencemaran Air
Krisis air bersih yang berkepanjangan menyebabkan dampak yang buruk pada segala hal.
Dalam masalah kekurangan air, negara-negara miskin paling banyak merasakan dampaknya.
Negara-negara ini membutuhkan air dalam jumlah besar untuk bidang irigasi, domestik dan
industri. Air adalah kebutuhan mendasar manusia, tanpa air lingkungan akan kering dan manusia
akan mati. Ada beberapa penyebab merebaknya masalah krisis air ini, salah satunya kegagalan
beberapa negara untuk meregulasi, mengatur dan menjaga kelestarian air, selain itu juga
pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat.
Sebagai contoh, jumlah penduduk Cina yang mencapai 1,2 miliar saat ini akan membengkak
menjadi 1,5 miliar pada tahun 2030. Berarti permintaan air akan meningkat sebesar lebih dari 66
persen selama periode itu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per
empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari
4-5 hari tanpa minum air. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan
kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Maka dari itu, ketika jumlah air dalam
suatu daerah mengalami krisis seperti musim kemarau panjang maka kehidupan manusia akan
sangat terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan suatu alternatif pemecahan
masalah seperti membuat bak penampung sumber air/mata air dan membuat sumur resapan.
4.2 Saran
a. Untuk pemerintah diharapkan dapat membuat dan mengoptimalkan program mengenai
Penyediaan Air bersih dan diperlukan kerja sama dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaaan
program.
b. Untuk masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran untuk menjaga kelestarian alam sekitar
sehingga kualitas ketersediaan air di daerah mereka tetap bagus dan tidak tercemar.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Asti., Kuncoroyekti, Andre., Nu’man Afif., dkk. 2008. Pembangunan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Jakarta : Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (Pokja AMPL.
Kartasapoetra, A.G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Purwanto, Eling., Pitojo., Setijo. 2003. Deteksi Pencemar Air Minum. Semarang : CV Aneka Ilmu.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
BAB 2. TOPIK 2
BAB 3. PEMBAHASAN 4
BAB 4. PENUTUP 14
4.1 Kesimpulan 14
4.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB 1. PENDAHULUAN
Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan makhluk
hidup. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan kelangsungan hidup, baik
manusia, hewan dan tumbuhan. Sepertiga bagian bumi yang kita tempati terdiri dari air, itulah
kenyataan yang kita yakni bahwa air sangat penting bagi kehidupan.
Terdiri dari beragam jenis air yaitu air laut, air sungai, dan danau (air tawar). Keberadaannya pun
mengelilingi kehidupan kita baik di lingkungan dan juga dalam tubuh kita. Dalam tubuh orang
dewasa sekitar 70% massa tubuh mengandung air di dalamnya. Organ penting seperti darah, hati,
jantung, paru-paru bahkan otak tidak akan bisa bekerja tanpa adanya kandungan air. Pada saat
tubuh mengalami dehidrasi, bukan hanya akan mengganggu aktifitas tubuh namun, juga dapat
menyebabkan kematian. Jika kita pahami, manfaat air bagi kehidupan makhluk hidup menempati
urutan kedua setelah oksigen karena seseorang mungkin bisa tahan dalam waktu lama dengan
minum air tanpa makanan.
Itulah alasan mengapa air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan. Di daerah rawan
bencana, sering kita menjumpai masalah penyediaan air bersih. Padahal kita tahu bahwa air memiliki
peran yang sangat penting. Oleh sebab itu, dalam makalah yang akan kami buat. Kami akan
membahas mengenai penyediaan air bersih, terutama di daerah yang mengalami kekeringan saat
musim kemarau tiba. Sehingga kita akan mengetahui bagaimana penyediaan dan pengolahan pada
daerah yang rawan terhadap masalah kekurangan air bersih.
1.2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana upaya mengatasi masalah krisis penyediaan air bersih pada daerah rawan
kekeringan?
b. Bagaimana syarat dalam penyediaan air bersih yang sesuai dengan standar peraturan
pemerintah?
BAB 2. TOPIK
Komentar : 0
Republika/Bowo S Pribadi
Musim kemarau panjang sebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di Tanah Air.
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, PACITAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur (Jatim)
mengidentifikasi 25 daerah (kabupaten/kota) di wilayahnya yang mengalami krisis air bersih
(kekeringan) selama beberapa pekan terakhir. "Jumlah tersebut sesuai dengan usulan permintaan
bantuan. Hanya kota-kota seperti Surabaya atau Malang yang selama ini terhindar dari masalah
ketersediaan air bersih selama musim kemarau," terang Kasi Rehabilitasi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Jatim Alwi Djunaedi usai berkunjung di Kabupaten Pacitan, Ahad (22/9).
Untuk bantuan droping air bersih sendiri didasarkan pada usulan yang masuk, baik ke pemerintah
provinsi maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Djunaedi mengonfirmasikan
bahwa pihaknya telah mengucurkan bantuan dana dan prasarana senilai Rp20 miliar untuk
mengatasi krisis air bersih di sejumlah wilayah tersebut.
Namun, dia mengatakan bahwa bantuan itu bersifat sementara. Pemberian bantuan air bersih pada
wilayah-wilayah rawan kekeringan di Jawa Timur sifatnya untuk jangka pendek tanpa dibarengi
upaya penyediaan sarana sumber air baku, misalnya, pembangunan embung. "Belum (rencana
pembangunan embung), kalau kami bangun pun belum tentu memecahkan masalah kekeringan,"
ujarnya.
Menurut dia, untuk mengatasi masalah kekeringan pada daerah-daerah rawan dalam jangka
panjang, perlu koordinasi lebih intensif dengan instansi lain, salah satunya dengan Dinas Pekerjaan
Umum atau Cipta Karya. Selain itu, keterlibatan pemerintah pusat melalui program penyediaan air
bersih juga ikut membantu, khususnya pembangunan jaringan infrastruktur besar.
Selain menghadapi kekeringan, pihak BPBD Jatim juga tengah berkonsentrasi pada pembenahan
sejumlah tanggul sungai yang kondisinya rusak. Apalagi, tak lama lagi musim hujan akan tiba dan
potensi banjir mengintai. Tidak hanya tanggul sungai, kata dia, juga saluran dan jalan. Namun, untuk
saluran akan dikoordinasikan dengan pihak berwenang.
Kondisi itu memaksa BPBD untuk bersiap melakukan perbaikan, terutama bila instansi terkait belum
melakukannya. Dari inventarisasi, sejauh ini Kabupaten Lumajang menjadi wilayah dengan jumlah
rehabilitasi tanggul terbanyak, yaitu 11 titik.
Sumber : Antara
BAB 3. PEMBAHASAN
Dalam topik yang kita pilih, memuat masalah mengenai krisis air bersih yang dialami oleh beberapa
wilayah di Jawa Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengidentifikasi sekitar 25
daerah kabupaten/kota mengalami kekeringan. Masalah ini disebabkan oleh musim kemarau
panjang selama beberapa pekan terakhir. Pihak pemerintah sudah berupaya memberikan bantuan
sementara yang bersifat jangka pendek. Artinya, bantuan yang diberikan tidak sepenuhnya
menangani masalah yang terjadi. Kemungkinan masalah ini dapat menjadi masalah yang
berkepanjangan. Oleh sebab itu kita perlu memikirkan upaya-upaya lain terkait masalah krisis
penyediaan air bersih.
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhkan puluhan liter air
bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain.
Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi,
mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga. Untuk daerah pedesaan yang kering di musim
kemarau, pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali
untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar
berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut
banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk
mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan.
Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup
mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau
alang-alang tidak memungkinkan. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng
bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi
atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
Ada tujuh cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia.
Ketujuh cara tersebut diantaranya:
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng
dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah
dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
Keuntungan
1. Air dari sumber dapat ditampung sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Air yang diperoleh cukup bersih karena dapat dipergunakan untuk diminum. Selain diminum juga
bisa dipergunakan untuk keperluan mencuci dan mandi.
3. Rumah-rumah yang dekat dengan bak penampungan tidak memerlukan bambu yang panjang,
sehingga akan efesien waktu dan tenaga.
Kerugian
1. Apabila musim kemarau, air yang ditampung hanya sedikit dan pemakaian supaya dihemat.
1. Syarat Fisik: tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, terasa segar.
2. Syarat Kimia:
b. Tidak boleh ada zat kimia berbahaya (beracun, kalaupun ada jumlahnya harus sedikit sekali).
c. Unsur kimiawi yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang boleh ditentukan.
3. Syarat Bakteriologis:
a. Tidak ada bakteri atau virus kuman berbahaya (patogen dalam air).
b. Bakteri yang tidak berbahaya namun menjadi indikator pencemaran tinja (Coliformbacteria) harus
negatif.
Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum yang sehat terdiri atas:
1. Survei saniter (sanitary survey): Survei saniter (sanitary survey) merupakan pengumpulan data
dari tempat dan sumber persediaan air. Data yang dikumpulkan, antara lain, sumber pencemaran,
cara distribusi air, dan informasi lain yang ada kaitannya dengan kepentingan sanitasi. Survei harus
dilakukan oleh orang yang terlatih dan memiliki keahlian di bidang sanitasi. Hasil-hasil pemeriksaan
laboratorium harus dikonfirmasikan dengan data-data dari hasil survei sebelumnya sehingga dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa sumber air yang telah diperiksa memang aman dan tidak
berbahaya bagi masyarakat.
3. Pemeriksaan laboratorium
Seperti telah disebutkan, ada beberapa tipe pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan fisik,
kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan Fisik
Karakteristik fisik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan respons yang subjektif.
Variabel-variabel yang diperiksa di dalam pemeriksaan fisik ini, antara lain:
a. Turbiditas (kekeruhan)
Air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas dapat diukur dengan alat yang disebut
turbidimeter. Salah satu turbidimeter standar adalah Jackson Candle Turbidimeter. Sementara itu
batasan turbiditas yang di perbolehkan adalah kurang dari 5 unit.
b. Warna
Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna. Pemeriksaan warna dapat dilakukan dengan
kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan untuk air minum adalah kurang dari 15 unit.
Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Bau (odor) diukur secara subjektif terhadap air yang telah
menjalani pencemaran serial. Pemeriksaan juga dilakukan pada larutan yang paling cepat encer,
yang masih terdeteksi baunya. Jumlah pengenceran merupakan odor number dari air yang diperiksa.
Rasa adalah subjektivitas yang sulit dispesifikasikan. Respons terhadap rasa dan bau bersifat
subjektif dan bercampuran sehingga sulit dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif. Nilai ambang
bau (threshold odor number) adalah 3.
Pemerikasaan Kimia
Karakteristik kimia air minum ditentukan berdasarkan kandungan bahan-bahan kimia di dalamnya.
International Standard of Drinking Water dari WHO membagi komponen bahan kimia dalam air
menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Bahan-bahan toksik
· Arsenik 0,05
· Kadmium 0,005
· Sianida 0,05
· Timbal 0,05
· Merkuri 0,001
· Selenium 0,01
Adanya substansi yang disebut di atas ini dengan konsentrasi melampaui batasan maksimal yang
diperbolehkan pada air minum tidak diperkenankan untuk dipergunakan oleh masyarakat. Contoh:
Penyakit Minamata akibat keracunan Mercury di Jepang.
a. Flourida
Dari zat-zat kimia yang mungkin terkandung di dalam air minum, flourida (F) merupakan zat kimia
yang sifatnya unik karena memiliki dua konsentrasi batas (konsentrasi atas dan konsentrasi bawah)
yang dapat menimbulkan efek yang merugikan dan yang menguntungkan terhadap gigi dan tulang.
Konsentrasi flourida yang berlebihan dalam air minum untuk masa waktu yang lama dapat
menimbulkan lourosis kumulatif endemik, berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang
dewasa. Bila konsentrasi flourida dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l, dapat peningkatan insidensi
penyakit karies gigi pada masyarakat. Flourida merupakan bahan esensial untuk mencegah karies
gigi pada anak-anak. Batasan yang aman untuk lourida adalah 0,5-0,8 mg/l.
b. Nitrat
Nitrat dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan menimbulkan
metahemoglobinemia infantil.
Zat ini dapat bersifat karsinogenik. Konsentrasinya dalam air minum <0,2 g/l.
WHO membuat suatu kriteria bahan-bahan yang dapat mempengaruhi potabilitas air yaitu, batasan
maksimal yang diperbolehkan:
· pH 7,0-8,5
· kalsium 75 mg/l
· magnesium 30 mg/l
a. Klorida
Semua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida. Kadar klorida bervariasi
antar tempat sementara di daerah dekat laut, kadar klorida cenderung tinggi. Zat klorida dapat
digunakan sebagai indikator adanya pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar
klorida pada sumber air yang diperkirakan tidak mengalami pencemaran di sekitar lokasi sumber air
yang akan di periksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang lebih tinggi
dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang terdapat di sekitarnya, dapat di pastikan bahwa
sumber tersebut telah mengalami pencemaran.
c. Amonia albuminoid
Amonia albuminoid merupakan bagian dari proses dekomposisi benda-benda organik yang belum
mengalami oksidasi. Sumber air tanah tidak boleh mengandung amonia albuminoid. Jika terjadi hasil
pemeriksaan menunjukkan adanya perembesan dari limbah kotoran manusia, batas yang
diperbolehkan 0,1 mg/l.
d. Nitrit
Dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air minum, kecuali dalam air yang berasal dari
air tanah akibat adanya proses reduksi nnitrat oleh garam besi. Apabila hasil pemeriksaan
menunjukkan adanya nitir (walau konsentrasinya rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran.
e. Nitrat
Adanya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas pencemaran yang lama dan
batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l.
f. Oxigen adsorbed
Kadar oksigen diabsorpsi oleh air dapat digunakan sebagai approximate test terhadap kadar oksigen
yang diabsorpsi oleh bahan-bahan organik dalam air. Kadar oksigen yang diabsorpsi oleh air pada
temperatur 37 dalam waktu 3 jam tidak boleh >1 mg/l.
g. Dissolved oxygen
Kadar oksigen yang dilepaskan oleh air tidak boleh >5 mg/l. Pemeriksaan kimia lengkap hanya dapat
dilakukan pada pemeriksaan sumber air baru, sedangkan dalam pemeriksaan rutin selanjutnya dapat
dilakukan uji-uji semacam pemeriksaan pH, oxidizability, amonia, nitrit, nitrat, kloridam amonia
albuminoid, dan zat besi.
Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk mendeteksi
kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering diperiksa sabagai indikator
pencemaran oleh feses, antara lain:
1. Organisme koliform
Organisme koliform merupakan organisme nonspora yang motil atau nonmotil, berbentuk batang,
dan mampu memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37 dalam
waktu 48 jam. Contoh tipikal koliform tinja adalah E.coli dan koliform nontinja adalah Klebsiella
aerogeus. Keberadaan E. coli dalam sumber air merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja
manusia. Ada beberapa alasan mengapa organisme koliform dipilih sebagai indikator terjadinya
kontaminasi tinja dibandingkan kuman patogen lain yang terdapat di saluran pencernaan manusia,
antara lain:
Jumlah organisme koliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200 sampai 400 miliar
organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang sekali ditemukan dalam
air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.
Organisme ini lebih mudah di deteksi melalui metode kultur (walaupun hanya terdapat 1
kuman dalam 100cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya.
Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen lainnya.
Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila koliform
organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka akan diambil suatu kesimpulan bahwa
kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut di atas
walaupun dalam jumlah yang kecil.
2. Streptokokus tinja
Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan E.coli. Pada kasus-kasus yang tidak
jelas streptokokus tinja ini dapat digunakan sebagai indikator untuk uji pembuktia (confirmatory
test) adanya kontaminasi tinja manusia.
Organisme ini biasa ditemukan dalam feses manusia dalam jumlah kecil. Sporanya dapat bertahan
lama dalam air dan biasanya resisten terhadap dosis klorinasi normal. Keberadaan Cl. perfingens
bersama E.coli dalam air menunjukkan terjadinya kontaminasi baru. Selabiknya, jika yang ditemukan
hanya Cl. perfingens, kontaminasi terjadi setelah waktu berselang.
Pengujian yang biasa dilakukan pada pemeriksaan bakteriologis air, antara lain:
2. Colony Count
Kapan saja sepanjang tahun, 95% dari sampel air yang diperiksa tidak boleh mengandung
organisme koliform per 100 ml
Tidak satupun sampel air yang boleh mengandung E.coli per 100 ml.
Tidak ada dari sampel air yang boleh mengandung lebih 10 organisme koliform per 100 ml.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat
bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari
tanpa minum air. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan kelangsungan hidup,
baik manusia, hewan dan tumbuhan. Maka dari itu, ketika jumlah air dalam suatu daerah mengalami
krisis seperti musim kemarau panjang maka kehidupan manusia akan sangat terganggu. Untuk
mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan suatu alternatif pemecahan masalah seperti membuat bak
penampung sumber air/mata air dan membuat sumur resapan.
4.2 Saran
Untuk pemerintah diharapkan dapat membuat dan mengoptimalkan program mengenai Penyediaan
Air bersih dan diperlukan kerja sama dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaaan program.
Untuk masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran untuk menjaga kelestarian alam sekitar
sehingga kualitas ketersediaan air di daerah mereka tetap bagus dan tidak tercemar.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Asti., Kuncoroyekti, Andre., Nu’man Afif., dkk. 2008. Pembangunan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (Pokja AMPL.
Kartasapoetra, A.G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
Purwanto, Eling., Pitojo., Setijo. 2003. Deteksi Pencemar Air Minum. Semarang: CV Aneka Ilmu.
Sutrisno, Totok., dkk. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/09/22/mtixyn-25-daerah-di-jatim-alami-
krisis-air-bersih (diakses pada tanggal 3-12-2013)
Metode Pengawasan dan Perbaikan Kualitas Air Bersih Pada Wilayah Bencana
Kebutuhan air bersih menjadi sangat penting pada wilayah bencana, khususnya pada daerah
pengungsian. Dari aspek kesehatan, kecukupan air bersih sangat penting, misalnya terkait dengan
upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit diare. Penyakit diare merupakan penyakit menular
yang sangat potensial terjadi di daerah pengungsian maupun wilayah bencana. Selain karena
keterbatasan akses air bersih, penyebaran penyakit ini juga sangat erat terkait dengan masalah
perilaku dan masalah sanitasi lain.
Berdasarkan kondisi tersebut, beberapa upaya dapat dilakukan untuk mencegah berkembangnya
penyakit diare di wilayah bencana, seperti dengan selalu menggunakan air bersih yang memenuhi
syarat, pemanfaatan jamban untuk sarana buang air besar,berperilaku membuang tinja bayi dan
anak kecil di jamban, selalu berperilaku CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) sebelum makan atau
menjamah/memasak makanan dan sesudah buang air besar.
Mengingat pentingnya air bersih pada wilayah bencana, maka harus dapat dipastikan akses air
bersih yang memadai untuk mampu berperan memelihara kesehatan pengungsi. Masalah lain juga
harus selalu diperhatikan jika akses ini sudah memadai, yaitu berbagai upaya pengawasan dan
perbaikan kualitas air bersih dan sarana sanitasi di wilayah bencana. Tujuan utama perbaikan dan
pengawasan kualitas air adalah untuk mencegah timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air
yang tidak memenuhi persyaratan. Pada tahap awal kejadian bencana atau pengungsian
ketersediaan air bersih bagi pengungsi perlu mendapat perhatian, karena tanpa adanya air bersih
sangat berpengaruh terhadap kebersihan dan mening-katkan risiko terjadinya penularan penyakit
seperti diare, typhus, scabies dan penyakit lainnya.
1. Prioritas pada hari pertama atau awal terjadinya bencana/pengungsian, kebutuhan air
bersih yang harus disediakan bagi pengungsi adalah 5 liter/orang/hari. Jumlah ini
dimaksudkan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal, seperti masak, makan dan
minum.
2. Pada hari kedua dan seterusnya harus segera diupayakan untuk meningkatkan volume air
sampai sekurang kurangnya 15–20 liter/orang/ hari. Volume sebesar ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan mencuci. Bilamana hal ini tidak terpenuhi,
sangat besar potensi risiko terjadinya penularan penyakit, terutama penyakt penyakit
berbasis lingkungan.
4. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka melayani korban bencana dan pengungsian,
volume sir bersih yang perlu disediakan di Puskesmas atau rumah sakit: 50 liter/org/hari.
1. Bila sumber air bersih yang digunakan untuk pengungsi berasal dari sumber air permukaan
(sungai, danau, laut, dan lain-lain), sumur gali, sumur bor, mata air dan sebagainya, perlu
segera dilakukan pengamanan terhadap sumber-sumber air tersebut dari kemungkinan
terjadinya pence-maran, misalnya dengan melakukan pemagaran ataupun pemasangan
papan pengumuman dan dilakuk perbaikan kualitasnya.
2. Bila sumber air diperoleh dari PDAM atau sumber lain yang cukup jauh dengan tempat
pengung-sian, harus dilakukan pengangkutan dengan mobil tangki air.
3. Untuk pengolahan dapat menggunakan alat penyuling air (water purifier/water treatment
plant).
1. Air Permukaan (sungai dan danau) : Diperlukan pompa untuk memompa air ke tempat
pengolahan air dan kemudian ke tangki penampungan air di tempat penampungan
pengungsi; b. Area disekitar sumber harus dibebaskan dari kegiatan manusia dan hewan
2. Sumur gali : a. Lantai sumur harus dibuat kedap air dan dilengkapi dengan SPAL (saluran
pembuangan air limbah); b. Bilamana mungkin dipasang pompa untuk menyalurkan air ke
tangki tangki penampungan air
3. Sumur Pompa Tangan (SPT): a. Lantai sumur harus dibuat kedap air dan dilengkapi dengan
SPAL (saluran pembuangan air limbah); b. Bila lokasinya agak jauh dari tempat
penampungan pengungsi harus disediakan alat pengangkut seperti gerobak air dan
sebagainya
4. Mata Air: Perlu dibuat bak penampungan air untuk kemudian disalurkan dengan pompa ke
tangki air; b. Bebaskan area sekitar mata air dari kemungkinan pencemaran
Tempat penampungan air di lokasi pengungsi dapat berupa tangki air yang dilengkapi dengan kran
air. Untuk mencegah terjadinya antrian yang panjang dari pengungsi yang akan mengambil air, perlu
diperhatikan jarak tangki air dari tenda pengungsi minimum 30 meter dan maksimum 500 meter.
Untuk keperluan penampungan air bagi kepentingan sehari hari keluarga pengungsi, sebaiknya
setiap keluarga pengungsi disediakan tempat penampungan air keluarga dalam bentuk ember atau
jerigen volume 20 liter.
Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit memperoleh air bersih yang sudah memenuhi
persyaratan, oleh karena itu apabila air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik
maupun bakteriologis, perlu dilakukan dengan membuang bahan pencemar, serta melakukan
beberapa hal berikut.
1. Melakukan penjernihan air secara cepat apabila tingkat kekeruhan air yang ada cukup tinggi.
2. Melakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan bahan bahan desinfektan
untuk air
3. Melakukan pemeriksaan kadar sisa klor jika air dikirim dari PDAM
JIka air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis dapat
dilakukan upaya perbaikan mutu air seperti berikut:
Penjernihan Air Cepat, dengan menggunakan Alumunium Sulfat (Tawas). Sedangkan cara
Penggunaan tawas sebagai berikut:
2. Tuangkan/campuran tawas yang sudah digerus sebanyak 1/2 sendok teh dan langsung
diaduk perlahan selama 5 menit sampai larutan merata
3. Diamkan selama 10–20 menit sampai terbentuk gumpalan/flok dari kotoran/lumpur dan
biarkan mengendap. Pisahkan bagian air yang jernih yang berada di atas endapan, atau
gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan
4. Bila akan digunakan untuk air minum agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih atau
didesinfeksi dengan aquatabs
Penjernihan Air Cepat, dengan menggunakan Poly Alumunium Chlorida (PAC). Lazim disebut
penjernih air cepat yaitu polimer dari garam alumunium chloride yang dipergunakan sebagai
koagulan dalam proses penjernihan air sebagai pengganti alumunium sulfat.
Kemasan PAC terdiri dari: a). Cairan yaitu koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran/
lumpur yang ada di dalam air dan b). Bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk menetralisir pH
Cara Penggunaan:
1. Sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember sebanyak 100 liter
2. Bila air baku tersebut pH nya rendah (asam), tuangkan kapur (kantung bubuk putih) terlebih
dahulu agar pH air tersebut menjadi netral (pH=7). Bila pH air baku sudah netral tidak perlu
digunakan lagi kapur
3. Tuangkan larutan PAC (kantung A) kedalam ember yang berisi air lalu aduk perlahan lahan
selama 5 menit sampai larutan tersebut merata
4. Setelah diaduk merata biarkan selama 5 – 10 menit sampai terbentuk gumpalan/flok flok
dari kotoran/lumpur dan mengendap. Pisahkan air yang jernih dari endapan atau gunakan
selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan
5. Bila akan digunakan sebagai air minm agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih atau di
desinfeksi dengan aquatabs
Desinfeksi Air
Proses desinfeksi air dapat menggunakan Kaporit (Ca(OCl)2) atau Aquatabs (Aqua tablet);
2. Kaporit adalah bahan kimia yang banyak digunakan untuk desinfeksi air karena murah,
mudah didapat dan mudah dalam penggunaanya.
3. Banyaknya kaporit yang dibutuhkan untuk desinfeksi 100 liter air untuk 1 KK (5 orang)
dengan sisa klor 0,2 mg/liter adalah sebesar 71,43 mg/hari (72 mg/hari).
1. Sesuai namanya aquatabs berbentuk tablet, setiap tablet aquatabs (8,5 mg) digunakan untuk
mendesinfeksi 20 liter air bersih, dengan sisa klor yang dihasilkan 0,1 – 0,15 mg/liter
2. Setiap 1 KK (5 jiwa) dibutuhkan 5 tablet aquatabs per hari untuk mendesinfeksi 100 liter air
bersih.
Pengawasan kualitas air dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain:
1. Pada awal distribusi air: a). Air yang tidak dilakukan pengolahan awal, perlu dilakukan
pengawasan mikrobiologi, tetapi untuk melihat secara visual tempatnya, cukup menilai ada
tidaknya bahan pencemar disekitar sumber air yang digunakan; b). Perlu dilakukan test
kekeruhan air untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pengolahan awal; b). Perlu
dilakukan test pH air, karena untuk desinfeksi air memerlukan proses lebih lanjut bilamana
pH air sangat tinggi (pH >5); c). Kadar klor harus tetap dipertahankan agar tetap 2 kali pada
kadar klor di kran terakhir (rantai akhir), yaitu 0,6 – 1 mg/liter air.
2. Pada distribusi air (tahap penyaluran air), seperti di mobil tangki air perlu dilakukan
pemeriksaan kadar sisa klor.
3. Pada akhir distribusi air, seperti di tangki penampungan air, bila air tidak mengandung sisa
klor lagi perlu dilakukan pemeriksaan bakteri Coliform.
Sementara itu pemeriksaan kualitas air secara berkala yang perlu dilakukan antara lain meliputi:
1. Pemeriksaan Sisa klor. Pemeriksaan dilakukan beberapa kali sehari pada setiap tahapan
distribusi untuk air yang melewati pengolahan
2. Pemeriksaan Kekeruhan dan pH. Pemeriksaan dilakukan mingguan atau bilamana terjadi
perubahan cuaca, misalkan hujan.
3. Pemeriksaan Bakteri E. coli tinja. Pemeriksaan dilakukan mingguan disaat KLB diare dan
periode emergency dan pemeriksaan dilakukan bulanan pada situasi yang sudah stabil dan
pada periode paska bencana.
Referensi, Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, Depkes RI, 2007