ANGGOTA KELOMPOK 1 :
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Makalah Skrining Kesehatan Pada Lansia Dan Faktor- Faktor
Yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia ( Budaya, Keluarga, Sosial Ekonomi )” ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah komunitas .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
Untuk mengetahui Skrining Kesehatan Pada Lansia Dan Faktor- Faktor Yang
Memepngaruhi Kesehatan Lansia ( Budaya, Keluarga, Sosial Ekonomi ).
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa manfaat tes skrining di masyarakat antara lain, biaya yang dikeluarkan
relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif, selain itu melalui tes skrining dapat
lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dan situasi penyakit dalam masyarakat
untuk usaha penanggulangan penyakit yang akan timbul. Skrining juga dapat mendeteksi
kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala ditemukan sedangkan pengobatan lebih efektif
ketika penyakit tersebut sudah terdeteksi keberadaannya (Chandra, 2009).
C. Sasaran Skrining
D. Jenis Skrining
1. Penyaringan Massal (Mass Screening)
Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.
Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita
2. Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan
pada saat yang sama.
Contoh: skrining pada penyakit aids
3. Penyaringan yg. Ditargetkan
Penyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena paparan yang
spesifik.
Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.
4. Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita – penderita yang
berkonsultasi kepada praktisi kesehatan
Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.
E. Syarat Skrining
Untuk dapat menyusun suatu program penyaringan, diharuskan memenuhi beberapa
kriteria atau ketentuan-ketentuan khusus yang merupakan persyaratan suatu tes penyaringan,
antara lain (Noor, 2008):
a. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam
masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.
b. Tersediannya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang
dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyediaan obat dan
jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang
dipilih.
c. Tersediannya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan
positif serta tersediannya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif
melalui diagnosis klinis.
d. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup lama
dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.
e. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan
spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standard untuk mengetahui apakah
di suatu daerah yang dilakukan skrining berkurang atau malah bertambah frekuensi
endemiknya.
f. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat
diterima oleh masyarakat secara umum.
g. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.
h. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang
dinyatakan menderita penyakit tersebut.
i. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik akhir
pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut.
j. Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit
tersebut serta penemuan penderita secara berkesinambungan.
Melihat hal tersebut penyakit HIV/AIDS dan Ca paru serta penyakit yang tidak
diketahui pasti perjalanan penyakitnya tidak dibenarkan untuk dilakukan skrining namun jika
dilihat dari sisi lamanya perkembangan penyakit, HIV/AIDS merupakan penyakit yang
memenuhi persyaratan skrining (Noor, 2008).
2. Keganasan
Skrining terhadap keganasan terutama ditujukan terhadap penyakit kanker payudara,
yaitu dengan cara BSE. Juga penyakit kanker serviks dengan cara pap smear. Selanjutnya
skrining juga dilakukan terhadap kanker kolon dan rectum. Adapun caranya adalah dengan
pengujian laboratorium terhadap darah samar di dalam feses, selain dengan cara endoskopi
untuk kelainan dalam sigmoid dan kolon terutama pada penderita yang menunjukkan adanya
keluhan.
3. Wanita menopause
Tindakan skrining ditujukan untuk memastikan apakah diperlukan terapi hormone
pengganti estrogen. Terapi ini dapat mengurangi risiko kanker payudara. Juga fraktur akibat
osteoporosis. Namun, perlu diwaspadai kemungkinan timbulnya kanker endometrium,
dimana untuk pencegahannya dapat dianjurkan agar diberikan secara bersamaan dengan
hormone progesterone.
4. Skrining Ketajaman Visus
Skrining katajaman visus dengan tindakan sederhana, yaitu koreksi dengan ukuran
kacamata yang sesuai. Bagi kasus katarak dengan tindakan ekstraksi lensa tidak saja akan
memperbaiki penglihatan, tetapi juga akan meningkatkan status fungsional dan psikologis.
Skrining dengan alat funduskopi dapat mendeteksi penyakit glaucoma, degenerasi macula,
dan retinopati diabetes. Adapun factor resiko untuk degenerasi macula adalah adanya riwayat
keluarga dan factor merokok.
5. Skrining Pendengaran
Dengan tes bisik membisikkan enam kata-kata dari jarak tertentu ke telinga pasien serta
dari luar lapang pandang. Selanjutnya minta pasien untuk mengulanginya. Cara ini cukup
sensitive, dan menurut hasil penelitian dikatakan mencapai 80% dari hasil yang diperoleh
melalui pemeriksaan dengan alat audioskop. Mengenai pemeriksaan dengan audioskop, yaitu
dihasilkan nada murni pada frekuensi 500, 1.000, 2.000, dan 4.000 Hz, yaitu pada ambang
25-40 dB.
6. Perubahan Kognitif
8. Kesehatan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas
atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat
meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu
terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depres i juga dapat
disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebu t
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
1. Penyakit Hipertensi
Tindakan skrining sangat bermanfaat, baik terhadap hipertensi sistolik maupun
diastolik. Pencegahan akan dapat mengurangi resiko timbulnya stroke, penyakit jantung,
bahkan kematian. Dari hasil studi, ditemukan bahwa bila 40 orang diobati dalam waktu 5
tahun akan dapat mencegah satu kejadian stroke, pada hipertensi dilakukan pengkajian secara
lengkap (anamnesa dan pemeriksaan fisik) , skrining atau tes saringan. Hal yang perlu
dilakukan disini adalah pengukuran tekanan darah. Sebagai patokan diambil batas normal
tekanan darah bagi lansia adalah (1) tekanan sistolik 120-160mmHg, dan (2) tekanan
diastolic sekitar 90mmHg. Pengukuran tekanan darah pada lansia sebaiknya dilakukan dalam
keadaan berbaring, duduk, dan berdiri dengan selang beberapa waktu, yaitu untuk
mengetahui kemungkinan adanya hipertensi ortostatik.
2. Penyakit Jantung
Selain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang
perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan jantung antara lain pemeriksaan EKG,
treadmill, dan foto thoraks.
3. Penyakit Ginjal
Selain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang
perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan ginjal adalah pemeriksaan laboratorium
tes fungsi ginjal dan foto IVP.
4. Diabetes Melitus
Selain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang
perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan diabetes antara lain pemeriksaan reduksi urine,
pemeriksaan kadar gula darah, dan funduskopi.
5. Gangguan Mental
Selain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang
perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan gangguan mental antara lain pemeriksaan status
mental dan tes fungsi kognitif. Biasanya telah dapat dibedakan apakah terdapat kelainan
mental seperti depresi, delirium, atau demensia.
b. Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah suatu sikap dengan cara memberikan kenyamanan dan
bantuan secara fisik atau nyata kepada lansia, misalnya memperhatikan kesehatan
lansia, mengantar atau menemani lansia untuk berobat atau berkunjung ke
posyandu atau puskesmas. Dukungan sosial juga di sebut sebgai Dukungan
instrumental yaitu bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau
materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, memberikan uang,
memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain. Bantuan instrumental
ini berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang dibutuhkan oleh orang
lain dan bantuan finansial untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya
hidup sehari-hari selama seseorang tersebut belum dapat menolong dirinya
sendiri.
c. Tingkat Pendidikan
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
- Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan
- Semoga dapat menjadi bahan asuhan pembelajar bagi mahasiswa keperawatan
khususnya dalam mata kuliah keperawatan gerontik
DAFTAR PUSTAKA
Skrining. Available:http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab
6-skrinning.pdf. Diakses pada 16 Maret 2016