BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Nifas
a. Definisi
a) Involusi Uterus
uterus dan otot dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil.
penurunan dari 100 gram menjadi 60 gram, dan ukuran uterus berubah
dengan penurunan tinggi fundus uterus. Pada hari pertama, TFU diatas
seriap harinya, sehingga hari ke-7 TFU berkisar 5cm dan pada haru ke-10
b) Lokia
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu
(1) Lokia Rubra: Berisi darah segar dan sisa - sisa selaput ketuban yang
(2) Lokia Sanguinolenta: Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir.
(3) Lokia Serosa: Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi
(4) Lokia alba: Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
(5) Lokia purulenta: Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan, seperti
dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus
hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka
episiotomi.
3) Perubahan Perkemihan
Diuresis dapat terjadi selama 2–3 hari postpartum. Diuresis terjadi karena
saluran urinaria mengalamai dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4
edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensis
pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama
proses persalinan.
3
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara
berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak
terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari post partum. HPL tidak ada lagi
ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari
pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke 3 post
partum.
15.00 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000 –
lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira – kira 700 –
1500 ml (100 – 200 ml hilang pada saat persalinan, 500 – 800 ml hilang pada
Tekanan darah harus dalam keadaan stabil, suhu turun secara perlahan, dan
(Bahiyatun 2009).
4
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini,
yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu: puerpurium dini (kepulihan
masalah yang terjadi pada ibu nifas maka dibentuklah program kunjungan ibu nifas
a. Data Subyektif
Hal yang dikaji adalah riwayat persalinan sekarang, keluhan yang dirasakan ibu
seperti rasa mulas dan nyeri luka jahit pada ibu dengan luka perineum, pemenuhan
kebutuhan makan dan minum, pemenuhan kebutuhan personal hygiene, pola istirahat,
bagaimana pola menyusui, kondisi psikologis ibu, dan pengetahuan ibu tentang masa
yang baru saja dialami oleh ibu, apakah terjadi suatu penyulit atau tidak yang bisa
mempengaruhi masa nifas. Misalnya pada ibu bersalin dengan luka episiotomi maka
akan menimbulkan luka jahitan pada jalan lahir. Pemenuhan kebutuhan makan dan
minum perlu dikaji berkaitan dengan pemenuhan gizi ibu selama nifas yang penting
mengetahui bagaimana ibu nifas dalam menjaga kebersihan selama masa nifas,
terutama pada daerah jalan lahir karena pada ibu nifas terjadi pengeluaran lochea
2012).
Pola menyusui dikaji pada ibu nifas untuk mengetahui seberapa banyak dan
seberapa lama ibu menyusui bayinya dalam sehari, serta adakah suatu keluhan atau
masalah yang timbul. Pola istirahat pada ibu nifas penting dikaji karena istirahat
penting untuk memulihkan kondisi ibu dan berdasarkan penelitian, gangguan pola tidur
pada ibu nifas bisa meningkatkan resiko terjadinya post partum blues (Khusniyati dan
Astuti, 2011).
6
Kondisi psikologis pada ibu nifas penting untuk dikaji karenca pada ibu nifas
1) Fase taking in
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang
berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu
pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan
membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang
mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis, dan menjadi pasif. Pada
fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini
1) Fase letting go
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu akan lebih percaya diri
dalam menjalani peran barunya. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri
blues di RSU Rachma Husada Bantul Yogyakarta tahun 2010”, menyatakan bahwa
ibu nifas yang diberikan konseling (86,7%) tidak mengalami postpartum blues.
7
b. Data Obyektif
vaginam berupa lochea rubra (jumlah, warna, konsistensi, bau), keadaan luka
jahitan pada ibu yang memiliki luka perineum dengan skala REEDA, serta kondisi
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
a) Lochea Rubra: berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel- sel
peralinan.
b) Lokhea sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke
c) Lokhea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
Keterangan 0 1 2 3
Redness Tidak Kurang dari 0,25 Lebih dari 0,25 cm Lebih dari 0,5 cm
ada cm dari kedua dari kedua sisi dari kedua sisi
(Kemerahan) sisi laserasi laserasi laserasi
Edema Tidak Pada perineum, Pada perineum dan Pada perineum
ada <1 cm dari atau vulva, antara dan atau vulva,
(Bengkak) laserasi 1-2cm dari laserasi >2cm dari laserasi
Ecchimosys Tidak Kurang dari 0,25-1cm pada >1cm pada kedua
ada 0,25cm pada kedua sisi atau 0,5- sisi atau 2 cm
(Bercak perdarahan) kedua sisi atau 2cm pada satu sisi pada satu sisi
0,5cm pada satu
sisi
Discharge Tidak Serum Serosanguinus Berdarah,
ada Purulent
(Pengeluaran)
Approxcimation Rapat Jarak kulit 3mm Terdapat jarak Terdapat jarak
atau kurang antara kulit dan antara kulit, lemak
(Penyatuan luka) lemak subkutan subkutan dan
fasia
Sumber: Dewi, 2011.
c. Analisa
meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), post partum berapa jam, normal/tidak. Masalah
yang biasa ditemukan antara lain nyeri, cemas, maupun masalah menyusui.
d. Penatalaksanaan
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika perdarahan
3) Melakukan konseling perawatan luka pada ibu yang mempunyai jahitan perineum
(Bahiyatun, 2009).
bahwa lama penyembuhan pada perawatan luka dengan betadine lebih pendek
4) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai cara
8) Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan bayi
lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
a. Data Subyektif
istirahat, eliminasi, rasa mulas pada perut akibat involusi uterus, nyeri luka perineum,
pola menyusui, perasaan menjadi ibu, dan pengetahuan tentang perawatan bayi baru
b. Data Obyektif
kontraksi pada uterus, pengeluaran per vaginam berupa lochea (jumlah, warna,
konsistensi, bau), keadaan luka jahitan pada ibu yang memiliki luka perineum,
c. Analisa
Analisa pada asuhan ibu nifas 6 hari meliputi diagnosa, masalah, dan
kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), nifas hari ke berapa,
10
kebutuhan sehari-hari, dan kurangnya pengetahuan tentang tanda bahaya ibu nifas.
Kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas 6 hari adalah konseling tanda bahaya ibu nifas,
perawatan bayi baru lahir, dan pola menyusui yang baik (Dewi, 2011).
d. Penatalaksanaan
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau (Bahiyatun, 2009).
Menurut Putro dan Hidayanti (2009) dalam jurnal yang berjudul “Studi kasus
manfaat senam nifas antara lain: memperbaiki peredaran darah, untuk mencegah
sirkulasi statis, trombosis, dan emboli, mengencangkan otot-otot dinding perut dan
perineum, mengurangi rasa nyeri dan sakit pada otot, melancarkan pengeluaran
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit
(Bahiyatun, 2009).
5) Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari (Bahiyatun, 2009).
a. Data Subyektif
Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya, pada saat ini hal yang
b. Data Obyektif
fisik pada ibu meliputi TTV, keadaan payudara, abdomen, perineum, dan lokhea
(Saifuddin, 2010).
c. Analisa
Analisa pada asuhan ibu nifas 2 minggu meliputi diagnosa, masalah, dan
kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), nifas minggu ke berapa,
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada asuhan ibu nifas 2 minggu sama dengan asuhan ibu
a. Data Subyektif
antara ibu dan bayi. Pada data subyektif dikaji tentang keadaan pemulihan kesehatan
b. Data Obyektif
alat reproduksi ibu sudah kembali seperti semula, laktasi berjalan dengan baik dan
c. Analisa
Analisa pada asuhan ibu nifas 6 minggu meliputi diagnosa, masalah, dan
kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), nifas minggu ke berapa,
d. Penatalaksanaan
Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partum menyatakan bahwa ada
hubungan antara ibu post partum yang mengikuti senam nifas dengan kecepatan
penurunan TFU. Pada ibu post partum yangmelakukan senam nifas sebagian besar
pada ibu post partumyang tidak melakukan senam nifas sebagian besar penurunan
tinggi fundus uterinya tidak sesuai sebanyak 11 orang (73,3%) (Widyastuti, Suherni,
pengumpulan semua data dasar yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai
kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya dan data laboratorium.
Langkah II (Interpretasi Data Dasar): Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang
benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
Langkah III (Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial): Pada langkah ini
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
13
asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan, dan sebagian lagi oleh klien
atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan
dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang diidentifikasi dalam masalah dan
diagnosis. Rencana dapat dianggap efektif jika pelaksanaannya efektif (Saminem 2008).
setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia. Pencatatan tersebut ditulis
mengorganisasi temuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan, SOAP adalah
urutan yang dapat membantu mengorganisasi pikiran dan memberi asuhan yang
menyeluruh.
O (Objektif) : apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan