Anda di halaman 1dari 13

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. Nifas

a. Definisi

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah kelahiran plasenta 6

minggu (42 hari) (Prawirohardjo 2014).

b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan yang terjadi selama nifas antara lain perubahan sistem

reproduksi, perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem perkemihan,

perubahan sistem endokrin, perubahan sistem kardiovaskuler, perubahan sistem

hematologi, perubahan tanda vital:

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Involusi Uterus

Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil,

baik dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus, vagina, ligamentum

uterus dan otot dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil.

Selama proses involusi uterus berlangsung, berat uterus mengalami

penurunan dari 100 gram menjadi 60 gram, dan ukuran uterus berubah

dari 15x11x7,5 cm menjadi 7,5x5x2,5 cm. Proses involusi uterus disertai

dengan penurunan tinggi fundus uterus. Pada hari pertama, TFU diatas

simfisis pubis, proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm

seriap harinya, sehingga hari ke-7 TFU berkisar 5cm dan pada haru ke-10

TFU tidak teraba di simfisis pubis.

b) Lokia

Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu

postpartum. Ada beberapa jenis lokia, yakni:


2

(1) Lokia Rubra: Berisi darah segar dan sisa - sisa selaput ketuban yang

terjadi selama 2 hari pasca persalinan.

(2) Lokia Sanguinolenta: Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir.

Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

(3) Lokia Serosa: Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi

pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

(4) Lokia alba: Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.

(5) Lokia purulenta: Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan, seperti

nanah, berbau busuk.

(6) Lokiotosis: Lokia tidak lancar keluarnya.

c) Ovarium dan Tuba Falopii

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun,

sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari sirkulasi menstruasi.

Pada saat inilah dimulai.

2) Perubahan pada Sistem Pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi progesterone,

sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn) dan konstipasi, terutama

dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus

akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya refleks

hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka

episiotomi.

3) Perubahan Perkemihan

Diuresis dapat terjadi selama 2–3 hari postpartum. Diuresis terjadi karena

saluran urinaria mengalamai dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4

mingguan postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami

edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensis

pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama

proses persalinan.
3

4) Perubahan System Endokrin

Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara

berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak

terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari post partum. HPL tidak ada lagi

terdapat dalam plasenta.

5) Perubahan Sistem Kardiovaskular

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala 3

ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari

pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke 3 post

partum.

6) Perubahan Sistem Hematologi

Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar

15.00 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000 –

30.000 yang merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama.

Pada 2 – 3 hari post partum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2 % atau

lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira – kira 700 –

1500 ml (100 – 200 ml hilang pada saat persalinan, 500 – 800 ml hilang pada

minggu I postpartum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas).

7) Perubahan Tanda Vital

Tekanan darah harus dalam keadaan stabil, suhu turun secara perlahan, dan

stabil pada 24 jam postpartum. Nadi menjadi normal setelah persalinan

(Bahiyatun 2009).
4

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

1. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

a. Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini,

yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu: puerpurium dini (kepulihan

ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan), puerpurium intermedial

(kepulihan menyeluruh alat-alat genital), dan remote puepurium (waktu yang

diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna) (Bahiyatun, 2009).

Untuk menilai keadaan ibu nifas, mencegah, mendeteksi, serta menangani

masalah yang terjadi pada ibu nifas maka dibentuklah program kunjungan ibu nifas

yang dilakukan paling sedikit 4 kali, antara lain:

Tabel 2.4 Kunjungan Ibu Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

I 6-8 jam setelah Tindakan yang dilakukan adalah untuk mencegah


persalinan perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
memberikan konseling pada ibu maupun keluarga
untuk mencegah terjadinya atonia uteri,
menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI pada
bayinya dan bounding attachement terhadap bayinya

II 6 hari setelah Tindakan yang dilakukan adalah untuk memastikan


persalinan involusi uterus berjalan normal (uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal), menilai adanya tanda-tanda infeksi
(demam, bau pada lochea), memastikan ibu
mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan baik tanpa ada
penyulit, serta pemberian konseling mengenai cara
perawatan dan tanda bahaya bayi

III 2 minggu setelah Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)


persalinan
5

IV 6 minggu setelah Tindakan yang dilakukan adalah untuk mengkaji


persalinan tentang kemungkinan penyulit pada ibu dan memberi
konseling keluarga berencana (KB) secara dini.

Sumber: Saifuddin, dkk, 2011.

1. Catatan Perkembangan Asuhan Nifas 6 Jam

a. Data Subyektif

Evaluasi data hasil asuhan sebelumnya (catatan antepartum dan intrapartum).

Hal yang dikaji adalah riwayat persalinan sekarang, keluhan yang dirasakan ibu

seperti rasa mulas dan nyeri luka jahit pada ibu dengan luka perineum, pemenuhan

kebutuhan makan dan minum, pemenuhan kebutuhan personal hygiene, pola istirahat,

bagaimana pola menyusui, kondisi psikologis ibu, dan pengetahuan ibu tentang masa

nifas (Saifuddin, 2010).

Riwayat persalinan sekarang dikaji untuk mengetahui bagaimana persalinan

yang baru saja dialami oleh ibu, apakah terjadi suatu penyulit atau tidak yang bisa

mempengaruhi masa nifas. Misalnya pada ibu bersalin dengan luka episiotomi maka

akan menimbulkan luka jahitan pada jalan lahir. Pemenuhan kebutuhan makan dan

minum perlu dikaji berkaitan dengan pemenuhan gizi ibu selama nifas yang penting

untuk pemulihan tubuh. Pemenuhan kebutuhan personal hygiene dikaji untuk

mengetahui bagaimana ibu nifas dalam menjaga kebersihan selama masa nifas,

terutama pada daerah jalan lahir karena pada ibu nifas terjadi pengeluaran lochea

yang menyebabkan rawannya pertumbuhan bakteri penyebab infeksi (Muslihatun,

2012).

Pola menyusui dikaji pada ibu nifas untuk mengetahui seberapa banyak dan

seberapa lama ibu menyusui bayinya dalam sehari, serta adakah suatu keluhan atau

masalah yang timbul. Pola istirahat pada ibu nifas penting dikaji karena istirahat

penting untuk memulihkan kondisi ibu dan berdasarkan penelitian, gangguan pola tidur

pada ibu nifas bisa meningkatkan resiko terjadinya post partum blues (Khusniyati dan

Astuti, 2011).
6

Kondisi psikologis pada ibu nifas penting untuk dikaji karenca pada ibu nifas

terjadi perubahan peran yang membutuhkan proses adaptasi. Dalam menjalani

adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :

1) Fase taking in

Fase taking in merupakan periode ketergantungan. Periode ini berlangsung

dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang

berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu

pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan

membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang

mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis, dan menjadi pasif. Pada

fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu

dapat melewati fase ini dengan baik (Suherni, 2008).

2) Fase taking hold

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Dukungan moril sangat diperlukan untuk

menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini

merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan

pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas (Suherni, 2008).

1) Fase letting go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu akan lebih percaya diri

dalam menjalani peran barunya. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri

dan bayinya (Suherni, 2008).

Menurut Nurmalasari, Umu, dan Amin (2010) dalam penelitiannya yang

berjudul “Pengaruh pemberian konseling masa nifas terhadap kejadian postpartum

blues di RSU Rachma Husada Bantul Yogyakarta tahun 2010”, menyatakan bahwa

ibu nifas yang diberikan konseling (86,7%) tidak mengalami postpartum blues.
7

Sehingga ada pengaruh pemberian konseling masa nifas terhadap kejadian

postpartum blues pada masa nifas.

b. Data Obyektif

a) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital (Saifuddin, 2010).

b) Pemeriksaan khusus obstetrik

Pemeriksaan khusus dilakukan dengan pemeriksaan tinggi fundus uteri

(untuk mengetahui involusi uterus), kontraksi pada uterus, pengeluaran per

vaginam berupa lochea rubra (jumlah, warna, konsistensi, bau), keadaan luka

jahitan pada ibu yang memiliki luka perineum dengan skala REEDA, serta kondisi

payudara (adakah suatu pembengkakan, putting lecet, atau infeksi).

Tabel 2.5 Involusi Uterus

Waktu TFU Berat Uterus

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram


Setelah placenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram
symphisis
2 minggu Tidak teraba di atas 350 gram
symphisis
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram
Sumber: (Walyani dan Endang, 2015)

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas yang terdiri dari 4 lochea, antara lain:

a) Lochea Rubra: berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel- sel

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca

peralinan.

b) Lokhea sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke

3-7 pasca persalinan.

c) Lokhea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pasca persalinan.

d) Lokhea alba: berwarna putih, setelah 2 minggu (Dewi, 2010).


8

Penilaian penyembuhan luka perineum menggunakan skala REEDA,

seperti yang ada pada tabel berikut:

Tabel 2.6 Skala REEDA

Keterangan 0 1 2 3

Redness Tidak Kurang dari 0,25 Lebih dari 0,25 cm Lebih dari 0,5 cm
ada cm dari kedua dari kedua sisi dari kedua sisi
(Kemerahan) sisi laserasi laserasi laserasi
Edema Tidak Pada perineum, Pada perineum dan Pada perineum
ada <1 cm dari atau vulva, antara dan atau vulva,
(Bengkak) laserasi 1-2cm dari laserasi >2cm dari laserasi
Ecchimosys Tidak Kurang dari 0,25-1cm pada >1cm pada kedua
ada 0,25cm pada kedua sisi atau 0,5- sisi atau 2 cm
(Bercak perdarahan) kedua sisi atau 2cm pada satu sisi pada satu sisi
0,5cm pada satu
sisi
Discharge Tidak Serum Serosanguinus Berdarah,
ada Purulent
(Pengeluaran)
Approxcimation Rapat Jarak kulit 3mm Terdapat jarak Terdapat jarak
atau kurang antara kulit dan antara kulit, lemak
(Penyatuan luka) lemak subkutan subkutan dan
fasia
Sumber: Dewi, 2011.

c. Analisa

Analisa nifas 6 jam meliputi diagnosa, masalah, dan kebutuhan. Diagnosa

meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), post partum berapa jam, normal/tidak. Masalah

yang biasa ditemukan antara lain nyeri, cemas, maupun masalah menyusui.

Kebutuhan masa nifas meliputi managemen nyeri dan pengetahuan tentang

kebutuhan masa nifas (Bahiyatun, 2009).

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang disesuaikan dengan tujuan asuhan nifas 6 jam, yaitu:

1) Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri (Bahiyatun, 2009).

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika perdarahan

berlanjut (Bahiyatun, 2009).


9

3) Melakukan konseling perawatan luka pada ibu yang mempunyai jahitan perineum

(Bahiyatun, 2009).

Menurut penelitian dari Runjati, Ariyanti I dan Uripmi CL (2012) menyatakan

bahwa lama penyembuhan pada perawatan luka dengan betadine lebih pendek

dibanding dengan bersih kering.

4) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai cara

mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri

5) Pemberian ASI awal.

6) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

7) Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia

8) Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan bayi

lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil (Bahiyatun, 2009).

2. Catatan Perkembangan Asuhan Nifas 6 Hari

a. Data Subyektif

Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya. Kaji tentang pola

istirahat, eliminasi, rasa mulas pada perut akibat involusi uterus, nyeri luka perineum,

pola menyusui, perasaan menjadi ibu, dan pengetahuan tentang perawatan bayi baru

lahir (Bahiyatun, 2009).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital (Bahiyatun, 2009).

2) Pemeriksaan khusus obstetrik

Pemeriksaan khusus dilakukan dengan pemeriksaan involusi uterus,

kontraksi pada uterus, pengeluaran per vaginam berupa lochea (jumlah, warna,

konsistensi, bau), keadaan luka jahitan pada ibu yang memiliki luka perineum,

kondisi payudara, dan tanda-tanda infeksi (Dewi, 2011; Prawirohardjo, 2010).

c. Analisa

Analisa pada asuhan ibu nifas 6 hari meliputi diagnosa, masalah, dan

kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), nifas hari ke berapa,
10

normal/tidak. Masalah yang biasa ditemukan adalah masalah menyusui, pemenuhan

kebutuhan sehari-hari, dan kurangnya pengetahuan tentang tanda bahaya ibu nifas.

Kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas 6 hari adalah konseling tanda bahaya ibu nifas,

perawatan bayi baru lahir, dan pola menyusui yang baik (Dewi, 2011).

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang disesuaikan dengan tujuan asuhan nifas 6 hari, yaitu:

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau (Bahiyatun, 2009).

2) Menilai adanya demam (Bahiyatun, 2009).

3) Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, istirahat serta

melaksanakan senam nifas (Bahiyatun, 2009).

Menurut Putro dan Hidayanti (2009) dalam jurnal yang berjudul “Studi kasus

hubungan senam nifas dengan status kesehatan ibu nifas”,menyatakan bahwa

manfaat senam nifas antara lain: memperbaiki peredaran darah, untuk mencegah

sirkulasi statis, trombosis, dan emboli, mengencangkan otot-otot dinding perut dan

perineum, mengurangi rasa nyeri dan sakit pada otot, melancarkan pengeluaran

lokhea, mempercepat proses involusi uterus, memulihkan kembali otot dasar

panggul, dan mengembalikan sikap dan bentuk tubuh yang baik.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit

(Bahiyatun, 2009).

5) Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari (Bahiyatun, 2009).

3. Catatan Perkembangan Asuhan Nifas 2 Minggu

a. Data Subyektif

Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya, pada saat ini hal yang

dikaji sama dengan asuhan 6 hari (Saifuddin, 2010).


11

b. Data Obyektif

Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya. Melakukan pemeriksaan

fisik pada ibu meliputi TTV, keadaan payudara, abdomen, perineum, dan lokhea

(Saifuddin, 2010).

c. Analisa

Analisa pada asuhan ibu nifas 2 minggu meliputi diagnosa, masalah, dan

kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), nifas minggu ke berapa,

normal/tidak. Kemudian menentukan masalah dan kebutuhan berdasarkan data yang

telah didapatkan (Muslihatun, 2010).

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada asuhan ibu nifas 2 minggu sama dengan asuhan ibu

nifas 6 hari (Sulistyawati, 2009).

4. Catatan Perkembangan Asuhan Nifas 6 Minggu

a. Data Subyektif

Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya dan melihat hubungan

antara ibu dan bayi. Pada data subyektif dikaji tentang keadaan pemulihan kesehatan

ibu dan persiapan kontrasepsi (Prawirohardjo, 2010).

b. Data Obyektif

Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya. Memastikan bahwa alat-

alat reproduksi ibu sudah kembali seperti semula, laktasi berjalan dengan baik dan

berat badan bayi meningkat (Prawirohardjo, 2010).

c. Analisa

Analisa pada asuhan ibu nifas 6 minggu meliputi diagnosa, masalah, dan

kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), nifas minggu ke berapa,

normal/tidak. Kemudian menentukan masalah dan kebutuhan berdasarkan data yang

telah didapatkan (Muslihatun, 2010).


12

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada ibu postpartum 6 minggu yaitu:

1) Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu.

Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini (Bahiyatun, 2009).

b. Evidence Based pada Masa Nifas

Berdasarkan jurnal penelitian yang berujudul Pengaruh Senam Nifas terhadap

Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partum menyatakan bahwa ada

hubungan antara ibu post partum yang mengikuti senam nifas dengan kecepatan

penurunan TFU. Pada ibu post partum yangmelakukan senam nifas sebagian besar

penurunan tinggi fundus uterinya sesuai sebanyak 13 orang (86,7%), sedangkan

pada ibu post partumyang tidak melakukan senam nifas sebagian besar penurunan

tinggi fundus uterinya tidak sesuai sebanyak 11 orang (73,3%) (Widyastuti, Suherni,

dan Marianingsih 2013).

BELUM ADA JURNAL TERUPDATE

2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney yaitu Langkah I

(Pengumpulan Data Dasar): Pada langkah pertama dilakukan pengkajian melalui

pengumpulan semua data dasar yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai

kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya dan data laboratorium.

Langkah II (Interpretasi Data Dasar): Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang

benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas data yang telah dikumpulkan.

Langkah III (Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial): Pada langkah ini

dilakukan identifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.

Langkah IV (Identifikasi Perlunya Penanganan Segera): Bidan atau dokter

mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan konsultasi atau penanganan bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
13

Langkah V (Perencanaan Asuhan Menyeluruh): Pada langkah ini, direncanakan

asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi.

Langkah VI (Pelaksanaan Rencana): Perencanaan ini dapat dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan, dan sebagian lagi oleh klien

atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan

dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Langkah VII (Evaluasi): Dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang diidentifikasi dalam masalah dan

diagnosis. Rencana dapat dianggap efektif jika pelaksanaannya efektif (Saminem 2008).

3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan

Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 pencatatan dilakukan segera

setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia. Pencatatan tersebut ditulis

dalam catatan perkembangan SOAP.

Tujuan penggunaan catatan SOAP untuk pendokumentasian adalah

pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang

mengorganisasi temuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan, SOAP adalah

urutan yang dapat membantu mengorganisasi pikiran dan memberi asuhan yang

menyeluruh.

S (Subjektif) : apa yang dikatakan oleh klien.

O (Objektif) : apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan

pemeriksaan (laboratorium, tanda vital dan lain-lain).

A (Assessment) : kesimpulan dari data-data subjektif/objektif.

P (Plan) : apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil pengevaluasian.

Anda mungkin juga menyukai