Anda di halaman 1dari 9

eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1.

Maret 2015

PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF


TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT INSOMNIA
PADA LANSIA DI PANTI WERDHA
MANADO
Yuliana R. Kanender
Henry Palandeng
Vandri D. Kallo

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : Arcazora@gmail.com

Abstract: One of the main aspects of health promotion for the elderly is sleep maintenance
to ensure the recovery of body functions to the optimal functional level. Survey conducted
by the National Institute of Health in the United states that in 1970, higher insomniacs
experienced by the elderly, where 1 of 4 elderly at the age of 60 years experienced serious
difficulty sleeping. One of nonpharmacological therapy that is easy to do to cure insomnia
is progressive muscle relaxation therapy. The purpose of this study was to determine the
effect of progressive muscle relaxation therapy to changes in the level of insomnia in the
elderly, Elderly Nursing Manado. The study design used was pre experimental with one
group pre-test-post-test design. The sampling technique was performed with total sampling
with a sample of 36 people. The results using the Wilcoxon statistical test p value = 0.000
<α = 0.05. The Conclusion from the results of study showed the influence of progressive
muscle relaxation therapy to changes in the level of insomnia in the elderly, Elderly In
Nursing Manado. Recommended progressive muscle relaxation therapy can be used as
one of the independent nursing interventions to help the elderly who have insomnia.
Key words : Insomnia, Progressive Muscle Relaxation, Elderly

Abstrak: Salah satu aspek utama dari peningkatan kesehatan untuk lansia adalah
pemeliharaan tidur untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional
yang optimal. Survey yang dilakukan oleh National Institut of Health di Amerika
menyebutkan bahwa pada tahun 1970, penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh lansia,
dimana 1 dari 4 lansia pada usia 60 tahun mengalami sulit tidur yang serius. Salah satu
terapi nonfarmakologi yang mudah dilakukan untuk penyembuhan insomnia yaitu terapi
relaksasi otot progresif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap perubahan tingkat insomnia pada lansia di Panti Werdha Manado.
Desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperimental dengan One Group Pre-test-
Post-test design. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Total Sampling dengan
jumlah sampel 36 orang. Hasil penelitian menggunakan uji statistik Wilcoxon didapatkan
nilai p = 0,000 < α = 0,05. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh
terapi relaksasi otot progresif terhadap perubahan tingkat insomnia pada lansia Di Panti
Werdha Manado. Saran Terapi relaksasi otot progresif dapat dijadikan salah satu
intervensi keperawatan mandiri untuk membantu lansia yang mengalami insomnia.
Kata Kunci: Insomnia, Relaksasi Otot Progresif, Lansia.

1
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015

PENDAHULUAN usia tersebut banyak yang terbangun di


Peningkatan pembangunan disegala malam hari. Angka ini ternyata tujuh kali
bidang memberikan kontribusi sangat lebih besar dibandingkan dengan
penting bagi penduduk dunia. Hasil kelompok usia 20 tahun (Nugroho, 2012).
pembangunan tersebut dibuktikan dengan Penelitian yang dilakukan Erliana,
meningkatnya umur harapan hidup. Haroen, Susanti (2008), yaitu penelitian
Semakin meningkat umur harapan hidup untuk mencari perbedaan tingkat insomnia
mengakibatkan jumlah penduduk lanjut lansia sebelum dan sesudah latihan
usia semakin bertambah banyak, bahkan relaksasi otot progresif, dari penelitian
cenderung lebih cepat dan pesat (Martono tersebut didapatkan perbedaan yang
& Pranarka, 2011). signifikan terhadap tingkat insomnia
Jumlah lanjut usia (di atas 60 tahun) lansia sebelum dan sesudah latihan
di dunia pada tahun 2000 adalah 11% dari relaksasi progresif.
seluruh jumlah penduduk dunia (±605 Berdasarkan studi pendahuluan
juta) (World Health Organization, 2012). yang dilakukan peneliti di Balai
Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik di Penyantun Lanjut Usia (BPLU) Senja
kutip oleh Nugroho (2012), pada tahun Cerah Paniki Kecamatan Mapanget
2005 di Indonesia terdapat 18.283.107 Manado, jumlah lansia yaitu 32 orang
penduduk lanjut usia. Jumlah ini akan yang terdiri dari 19 perempuan dan 13
melonjak hingga ±33 juta orang lanjut laki-laki. Di Panti Werdha Damai
usia (12% dari total penduduk) pada tahun Ranomuut jumlah lansia yaitu 37 orang
2020 dengan umur harapan hidup kurang yang terdiri 34 perempuan dan 3 laki-laki.
lebih 70 tahun. Menurut data Dinas Dan hasil wawancara dari 30 lansia, 20
Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara tahun diantaranya mengatakan mereka sulit
2014, jumlah lansia di Propinsi Sulawesi memulai dan mempertahankan tidur,
Utara hingga September 2014 berjumlah sering terbangun pada malam hari dan
665.279 jiwa dan jumlah lansia di Kota bangun dini hari serta mengantuk disiang
Manado tahun 2014 berjumlah 66.565 hari.
jiwa. Dari uraian dan data diatas, peneliti
Adanya peningkatan jumlah sudah selesai meneliti pengaruh terapi
penduduk lanjut usia menyebabkan relaksasi otot progresif terhadap
perlunya perhatian pada lansia. Salah satu perubahan tingkat insomnia pada lansia di
aspek utama dari peningkatan kesehatan Panti Werdha Manado.
untuk lansia adalah pemeliharaan tidur
untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh METODOLOGI PENELITIAN
sampai tingkat fungsional yang optimal Desain penelitian yang digunakan adalah
dan untuk memastikan keterjagaan disiang pra eksperimental dengan One Group Pre-
hari guna menyelesaikan tugas-tugas dan test-Post-test design. Penelitian ini di
menikmati kualitas hidup yang tinggi. laksanakan di BPLU Senja Cerah Paniki
Tidur menurut Johnson dianggap sebagai Kecamatan Mapanget Manado dan Panti
salah satu kebutuhan fisiologis dasar Werdha Damai Ranomuut Manado pada
manusia (Stanley & Beare, 2006). bulan November 2014-Maret 2015.
Pada kelompok lanjut usia (60 tahun), Populasi pada penelitian ini adalah semua
ditemukan 7% kasus yang mengeluh lanjut usia yang mengalami insomnia di
mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur Panti Werdha Manado yang berjumlah 36
tidak lebih dari lima jam sehari. Hal yang orang. Teknik pengambilan sampel
sama ditemukan pada 22% kasus pada dilakukan dengan Total Sampling yang
kelompok usia 70 tahun, kelompok lanjut disebut sampling jenuh yaitu teknik
usia lebih banyak mengeluh terbangun penentuan sampel bila semua anggota
lebih awal dan 30% dari kelompok lanjut populasi digunakan sebagai sampel

2
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015

(Setiadi, 2013). Sampel dalam penelitian responden dan menjelaskan bahwa


ini berjumlah 36 responden. intervensi telah selesai dilakukan.
Instrumen pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner dan HASIL DAN PEMBAHASAN
lembar observasi. Kuesioner ini dipakai A. Hasil Penelitian
untuk mengukur tingkat insomnia lansia Analisis Univariat
sebelum dan sesudah terapi relaksasi otot Tabel 1. Distribusi Frekuensi
progresif. Peneliti menggunakan teknik Karakteristik Responden Berdasarkan
wawancara terstruktur dengan Umur Di Panti Werdha Manado.
menggunakan kuesioner Kelompok Study Umur n %
Psikiatri Biologi Jakarta-Insomnia Rating 60-65 tahun 7 19,4
Scale (KSPBJ-IRS) yang di modifikasi. 66-70 tahun 3 8,3
Kuesioner ini terdiri dari 11 pertanyaan. 71-75 tahun 9 25,0
Lembar observasi digunakan untuk 76-80 tahun 9 25,0
mencatat hasil observasi pelaksanaan > 80 tahun 8 22,3
terapi relaksasi progresif sesuai pedoman Jumlah 36 100
yang dibuat peneliti. Nilai 1 jika Sumber: data primer
responden melakukan prosedur relaksasi
otot progresif sehari sekali selama 7 hari Tabel 1 menunjukkan bahwa responden
dan nilai 0 jika responden tidak yang berumur 71-75 tahun dan 76-80
melakukan prosedur relaksasi otot tahun merupakan responden terbanyak
progresif sehari sekali selama 7 hari. yaitu 9 orang (25%).
Prosedur pengumpulan data: Tabel 2. Distribusi Frekuensi
a. Sebelum pelaksanaan terapi relaksasi Karakteristik Responden Berdasarkan
otot progresif. Jenis Kelamin Di Panti Werdha Manado
Setelah mendapat izin untuk Jenis
n %
melakukan penelitian, kemudian Kelamin
dilakukan pengukuran tingkat insomnia Laki-Laki 11 30,6
di wisma masing-masing lansia satu Perempuan 25 69,4
hari sebelum terapi relaksasi otot Jumlah 36 100,0
progresif dilakukan. Pengukuran Sumber: data primer
dilakukan kepada semua lansia, dan
lansia yang mengalami tingkat Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa
insomnia ringan, berat, dan sangat sebagian besar responden berjenis kelamin
berat dijadikan sebagai populasi dalam perempuan yang berjumlah 25 orang
penelitian ini, dan kemudian dijadikan (69,4%)
sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
b. Pelaksanaan terapi relaksasi. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat
Pelaksanaan terapi relaksasi Insomnia Lansia Sebelum Terapi
berlangsung selama 7 hari berturut- Relaksasi Otot Progresif
turut. Tingkat
n %
c. Sesudah terapi relaksasi. Insomnia
Langkah selanjutnya setelah terapi Insomnia
24 66,7
relaksasi otot progresif yang dilakukan ringan
1 kali sehari selama 7 hari yaitu Insomnia
9 25,0
mengukur tingkat insomnia responden. berat
Pengukuran dilakukan di wisma Insomnia
masing-masing lansia. Pada tahapan ini sangat 3 8,3
juga peneliti melakukan evaluasi berat
dengan menanyakan kembali perasaan Jumlah 36 100,0
Sumber: data primer

3
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa Tabel 6 Uji Wilcoxon Signed Ranks Test
sebelum terapi relaksasi otot progresif,
Post
tingkat insomnia tertinggi adalah insomnia Kategori
Test- n Zhitung Pvalue
ringan yaitu sebanyak 24 orang (66,7 %), Rank
Pretest
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Post
Negatif
Insomnia Lansia Sesudah Terapi Test < 36 -5,641 0,000
Rank
Relaksasi Otot Progresif Pretest
Post
Tingkat Positif
n % Test > 0
Insomnia Rank
Pretest
Tidak ada
29 80,5 Post
insomnia
Test = Ties 0
Insomnia
5 13,9 Pretest
ringan
Jumlah 36
Insomnia
2 5,6 Sumber: data primer
berat
Jumlah 36 100,0 Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan
Sumber: data primer bahwa hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji Wilcoxon diperoleh
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat
Pvalue = 0,000 < dari α = 0,05, maka Ha
insomnia sesudah terapi relaksasi otot
diterima, artinya terdapat pengaruh terapi
progresif mengalami penurunan, dan
relaksasi otot progresif terhadap
sebagian besar responden tidak ada
perubahan tingkat insomnia pada lansia di
insomnia yaitu sebanyak 29 orang
Panti Werdha Manado.
(80,5%),
Analisis Bivariat B. PEMBAHASAN
Tabel 5. Hasil Analisis Nilai Rata-Rata Karakteristik Responden
Tingkat Insomnia Sebelum dan Sesudah Distribusi responden menurut umur
Terapi Relaksasi Otot Progresif Pada menunjukkan bahwa responden yang
Lansia Di Panti Werdha Manado berumur 71-75 tahun dan 76-80 tahun
n Mean SD merupakan responden terbanyak yaitu 9
Tingkat orang. Menurut Luce dan Segal dalam
insomnia Nugroho (2012) mengungkapkan bahwa
36 2,42 0,649 faktor usia merupakan faktor terpenting
sebelum
terapi yang berpengaruh terhadap kualitas tidur.
Tingkat Keluhan kualitas tidur seiring dengan
insomnia bertambahnya usia. Hal ini di dukung juga
36 1,25 0,554 oleh Martono & Pranarka (2011), bahwa
sesudah
terapi pada usia lanjut ekskresi cortisol dan GH
Sumber: data primer (Growth Hormon) serta perubahan
temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa menonjol. Melatonin, hormon yang di
terjadi penurunan nilai rata-rata pada ekskresikan pada malam hari dan
tingkat insomnia sesudah relaksasi otot berhubungan dengan tidur, menurun
progresif yaitu menjadi 1,25 dari rata-rata dengan meningkatnya umur.
sebelum terapi relaksasi otot progresif Distribusi reponden berdasarkan jenis
yaitu 2,42. kelamin menunjukkan bahwa responden
yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak dibandingkan yang berjenis
kelamin laki-laki. Karakteristik jenis

4
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015

kelamin ini tidak dikatakan sebagai umum, gaya hidup, faktor lingkungan
penyebab insomnia tetapi hanya fisik, dan faktor lingkungan sosial.
memberikan keterangan bahwa penelitian Dari hasil wawancara reponden juga
ini dilakukan pada lansia perempuan dan mengatakan bahwa mereka sulit memulai
laki-laki. Tetapi dapat dipertimbangkan tidur dan sering terbangun dimalam hari
juga teori Menurut Stanley & Beare dan sulit untuk tidur kembali, meskipun
(2006), bahwa lansia rentan terhadap tertidur kembali harus menunggu
insomnia karena adanya perubahan pola beberapa menit atau beberapa jam.
tidur, biasanya menyerang tahap IV (tidur Menurut Martono dan Pranarka (2011)
malam). Insomnia, yaitu ketidakmampuan Pada usia lanjut juga terjadi perubahan
untuk tidur, adalah keluhan yang sering, pada irama sirkardian tidur normal yaitu
yang meningkat secara bersamaan dengan menjadi kurang sensitif dengan perubahan
bertambahnya usia, serta mempengaruhi gelap dan terang.
lebih banyak wanita pasca-menopause Hasil penelitian tingkat insomnia
dibandingkan pria. responden sesudah terapi relaksasi otot
progresif menunjukkan bahwa tingkat
Tingkat Insomnia Lansia insomnia sesudah terapi relaksasi otot
Hasil penelitian yang didapatkan dari 36 progresif mengalami penurunan.
responden berdasarkan tingkat insomnia Penurunan tingkat insomnia ini
responden sebelum terapi relaksasi otot dikarenakan adanya efek dari terapi
progresif menunjukkan bahwa sebelum relaksasi otot progresif. Hal tersebut
terapi relaksasi otot progresif, tingkat sesuai dengan teori Ramdhani (2006)
insomnia tertinggi adalah insomnia ringan dalam Triyanto (2014) bahwa teknik
yaitu sebanyak 24 orang (66,7 %). relaksasi semakin sering dilakukan
Banyak faktor yang dapat terbukti efektif mengurangi ketegangan
menyebabkan insomnia. Antara lain stres, dan kecemasan, mengatasi insomnia dan
kecemasan, kondisi fisik dan gaya hidup. asma. Hal itu juga sesuai dengan teori
Hal ini sesuai dengan penelitian yang yang dikemukakan oleh Greenberg (2002)
dilakukan Sohat (2014), hasil yang dikutip Mashudi (2012) mengatakan
penelitiannya menyatakan ada hubungan relaksasi akan memberikan hasil setelah
yang signifikan antara kecemasan dan dilakukan sebanyak 3 kali latihan.
kejadian insomnia pada lansia di BPLU
Senja Cerah Paniki Manado. Demikian Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
juga penelitian yang dilakukan oleh Progresif Terhadap Perubahan Tingkat
Ernawati (2010) yaitu penelitian tentang Insomnia Lansia
faktor-faktor yang berhubungan dengan Hasil penelitian ini mengenai adanya
terjadinya insomnia pada lanjut usia di perubahan tingkat insomnia sebelum dan
Desa Gayam Kecamatan Sukoharjo, hasil sesudah terapi relaksasi otot progresif. Hal
penelitiannya menunjukkan bahwa faktor ini dibuktikan dengan adanya penurunan
kecemasan dan faktor gaya hidup secara skor insomnia pada lansia tersebut.
bersama-sama mempengaruhi tingkat Berdasarkan hasil penelitian terdapat
insomnia pada lansia di Desa Gayam penurunan nilai rata-rata tingkat insomnia
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten sebelum dan sesudah terapi relaksasi otot
Sukoharjo sebesar 40%. progresif. Dimana rata-rata tingkat
Menurut Rafknowledge (2004) dalam insomnia sebelum terapi relaksasi adalah
Ernawati dan Agus (2010) bahwa faktor- 2,42 dan rata-rata tingkat insomnia
faktor yang mempengaruhi insomnia pada sesudah terapi relaksasi adalah 1,25.
lansia antara lain proses penuaan, Adanya penurunan tingkat insomnia
gangguan psikologis, gangguan medis ini juga terlihat dari hasil analisa statistik
dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed

5
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015

Ranks Test diperoleh Pvalue = 0,000 < α = melalui suatu cara yang tepat, maka hal ini
0,05 pada taraf signifikan 95% atau akan diikuti dengan relaksasi mental atau
tingkat kemaknaan 5%, artinya ada pikiran.
pengaruh terapi relaksasi otot progresif Penelitian ini sejalan dengan
terhadap perubahan tingkat insomnia penelitian yang dilakukan Nessma &
lansia di Panti Werdha Manado. Widodo (2011) tentang pengaruh terapi
Adanya perubahan yang signifikan relaksasi otot progresif terhadap
tersebut menunjukkan bahwa terapi perubahan tingkat insomnia pada lansia di
relaksasi otot progresif memberikan posyandu lansia Desa Gonilan Kartasura,
dampak bagi lansia yang mengalami dengan jumlah sampel 60 lansia dan
insomnia. Insomnia yang diderita lansia desain penelitian quasi eksperimental
tersebut dikarenakan dari berbagai faktor. dengan rancangan pre test-post test
Kondisi fisik dan psikologis responden design. Dari hasil penelitiannya
seiring dengan proses penuaan berdampak membuktikan bahwa setelah diberikan
pada terjadinya insomnia pada lansia. terapi relaksasi otot progresif pada
Menurut Soewondo (2012) mengatakan kelompok perlakuan lansia yang
bahwa latihan relaksasi otot merupakan mengalami insomnia berat menurun
langkah-langkah pertama yang dapat menjadi 0%, lansia yang mengalami
dilakukan dalam rangka mengelola stres. insomnia sedang sebesar 56,7% dan lansia
Bernstein, Borkovek, dan Hazlett-Stevens yang mengalami insomnia ringan sebesar
(2000) dalam Soewondo (2012) 43,3%, sedangkan pada kelompok kontrol
mengemukakan bahwa latihan relaksasi tingkat insomnia pada lansia relatif tidak
terutama adalah untuk klien yang mengalami perubahan.
mengalami ketegangan tinggi. Yang Begitupun penelitian yang dilakukan
paling sesuai menjadi target latihan oleh Sumiarsih dan Widad (2013) tentang
relaksasi adalah mereka yang mengalami pengaruh teknik relaksasi progresif
tingkat ketegangan tinggi yang terhadap perubahan pemenuhan
mengganggu kinerja dan perilaku lain. kebutuhan tidur pada lansia di Desa
Termasuk insomnia yang disebabkan Sijambe Kecamatan Wonokerto
ketegangan otot dan pikiran kacau. Kabupaten Pekalongan. Dengan desain
Hal ini juga di dukung oleh Purwanto penelitian menggunakan quasi
(2013) mengemukakan bahwa relaksasi eksperimental dengan pendekatan pre test
otot progresif bermanfaat untuk penderita and post test without control design dan
gangguan tidur (insomnia) serta sampel sebanyak 20 orang. Dari hasil
meningkatkan kualitas tidur. Menurut penelitiannya bahwa relaksasi otot
Davis (1995) dalam Purwaningtyas dan progresif mempunyai pengaruh yang
Pratiwi (2010) mengemukakan bahwa signifikan dalam meningkatkan
latihan relaksasi progresif sebagai salah pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia.
satu teknik relaksasi otot telah terbukti Hal tersebut diatas didukung oleh
dalam program terapi terhadap ketegangan Penelitian intervensi yang dilakukan
otot mampu mengatasi keluhan anxietas, Johnson (1991) dalam Maas et al (2011)
insomnia, kelelahan, kram otot, nyeri menggunakan relaksasi progresif dengan
leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, sampel lansia wanita yang sedang tidak
fobi ringan dan gagap. dirawat. Dengan menggunakan model
Sustrani (2005) yang dikutip pretest-posttes yang dirancang untuk
Sumiarsih dan Widad (2013) subjek yang sama, responden merasakan
mengemukakan bahwa relaksasi progresif penurunan yang signifikan dari waktu
adalah cara yang efektif untuk relaksasi tidur, penurunan frekuensi terbangun
dan mengurangi kecemasan. Jika kita dimalam hari, tidur lebih tenang, perasaan
belajar mengistirahatkan otot-otot kita lebih segar saat terbangun, dan merasa

6
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015

lebih puas dengan tidur yang dialami, Keperawatan. Jakarta: Salemba


setelah menggunakan teknik relaksasi Medika.
progresif. Polisomnografi
(Elektroensefalogram (EEG), Azizah, L. M. (2011). Keperawatan
Elektromiogram (EMG) dan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha
Elektrookulogram (EOG)) Ilmu.
mengindikasikan pengurangan waktu tidur
yang signifikan, pengurangan frekuensi Copel, L. C. (2007). Kesehatan Jiwa &
terbangun dimalam hari, berkurangnya psikiatri: Pedoman Klinis perawat
waktu untuk tidur ringan selama 3 jam edisi 2 (Akemat penerjemah).
pertama dari waktu tidur, dan lebih Jakarta: EGC.
banyak waktu tidur dengan gelombang
Darmojo, R. B & Martono, H. H. (2004).
lambat selama 3 jam pertama dari waktu
Buku Ajar Geriatri (Ilmu
tidur.
Kesehatan Usia Lanjut) edisi 3.
Dengan adanya perubahan tingkat
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
insomnia sebelum dan sesudah terapi
Kedokteran Universitas Indonesia.
relaksasi otot progresif pada lansia di
Panti Werdha Manado, terapi relaksasi Erliana, E, Haroen, H, Susanti, R. D.
otot progresif merupakan salah satu terapi (2008). Perbedaan Tingkat
yang membantu lansia dalam mengatasi Insomnia Lansia Sebelum Dan
insomnia. Sesudah Latihan Relaksasi Otot
Progresif (Progressive Muscle
KESIMPULAN Relaxation) di BPSTW Ciparay
1. Sebelum dilakukan terapi relaksasi otot Bandung.
progresif, sebagian besar lansia http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
mengalami tingkat insomnia ringan dan content/uploads/2009/07/perbedaa
sebagian kecil tingkat insomnia berat n_tingkat_insomnia_lansia.pdf.
dan sangat berat. Diakses pada tanggal 30
2. Sesudah dilakukan terapi relaksasi otot September 2014 21.00 WITA.
progresif, tingkat insomnia lansia
mengalami perubahan yaitu sebagian Ernawati dan Agus, S. (2010). Faktor-
besar lansia tidak ada insomnia dan Faktor Yang Berhubungan Dengan
tidak ada lansia yang mengalami Terjadinya Insomnia Pada Lanjut
insomnia sangat berat. Usia Di Desa Gayam Kecamatan
3. Terdapat perubahan yang signifikan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.
terhadap tingkat insomnia sebelum dan http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bit
sesudah terapi relaksasi otot progresif stream/handle/123456789/3706/E
di Panti Werdha Manado. RNAWATI%20-
%20AGUS%20SUDARYANTO%
20fix%20BGT.pdf?sequence=1.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal 03 Oktober
Abrams, W. B & Berkow, R. (2013). The
2014 jam 20.00 WITA.
Merck Manual Geriatrics jilid 1
(Widjaja Kusuma, penerjemah). Green, W. (2012). 50 Hal Yang Bisa Anda
Tangerang: Binarupa Aksara Lakukan Hari Ini Untuk Mengatasi
Publisher. Insomnia. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kompas Gramedia.
Alimul, A. H. (2006). Pengantar
kebutuhan Dasar Manusia:
Aplikasi, Konsep Dan Proses

7
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015

Hastono, S. P dan Sabri, L. (2013). equence=1. Diakses Tanggal 30


Statistika Kesehatan. Jakarta: PT September jam 21.20 WITA.
RajaGrafindo Persada.
Niven, N. (2012). Psikologi Kesehatan:
Herdman, T. H. (2012). NANDA Pengantar Untuk Perawat Dan
International Diagnosis Profesional Kesehatan Lain Edisi
Keperawatan: Definisi Dan 2. Jakarta: EGC.
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC. Nugroho, W. (2012). Keperawatan
Gerontik & Geriatrik Edisi 3.
Maas, M. L. et al. (2011). Asuhan Jakarta: EGC.
Keperawatan Geriatrik: Diagnosis
NANDA, Kriteria Hasil NOC & Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan
Intervensi NIC (Renata Metodologi Penelitian Ilmu
Komalasari, Ana Lusyana, Yuyun Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Yuningsih, penerjemah). Jakarta: Tesis, Dan Instrumen Penelitian
EGC. Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Martono, H. H & Pranarka, K. (2011).
Buku Ajar Boedhi-Darmojo Padila. (2013). Buku Ajar keperawatan
Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Lanjut) Edisi 4 cetakan ke-3. Medika.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Purwaningtyas, L. D. A. Dan Pratiwi, A.
(2010). Pengaruh Relaksasi
Mashudi. (2012). Pengaruh Progressive Progresif Terhadap Tingkat
Muscle Relaxation Terhadap kadar Kecemasan Pada Pasien
Glukosa Darah Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Daerah Surakarta.
Sakit Umum Daerah Raden http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bit
Mattaher Jambi. stream/handle/123456789/3644/P
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2 URWANINGTYAS-
0281698-T%20Mashudi.pdf. ARUM%20PRATIWII%20fix%bn
Diakses Tanggal 30 September get.pdf?sequence=1. Diakses
2014 jam 22.00 WITA. Tanggal 03 Oktober 2014 jam
21.00 WITA.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Purwanto, B. (2013). Herbal Dan
Rineka Cipta. Keperawatan Komplementer
(Teori, Praktik, Hukum Dalam
Nessma, P & Widodo, A. (2011). Asuhan Keperawatan).
Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Yogyakarta: Nuha Medika.
Progresif Terhadap Perubahan
Tingkat Insomnia Pada Lansia Di Putra, S. R. (2011). Tips Sehat Dengan
Posyandu Lansia Desa Gonilan Pola Tidur Yang Tepat Dan
Kartasura. Cerdas. Yogyakarta: Buku Biru.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bit
stream/handle/123456789/3623/N Saputra, L. (2013). Pengantar Kebutuhan
ESMA%20PUTRI- Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa
ARIF%20WIDODO%20Fix.pdf?s Aksara Publisher.

8
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015

Saryono & Anggraeni, M. D. (2013). W5kZXgucGhwL2tlcGVyYXdhd


Metodologi Penelitian Kualitatif GFuL2FydGljbGUvZG93bmxvY
dan Kuantitatif Dalam Bidang WQvMjAyLzYx/UGVuZ2FydWg
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha gU2VuYW0gTGFuc2lhIFRIcmhh
Medika. ZGFwIFBIbnVydW5hbiBTa2FsY
SBJbnNvbW5pYSBQYWRh.
Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik Diakses Tanggal 02 Oktober jam
Penulisan Riset Keperawatan 11.30 WITA.
Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumiarsih & Widad. (2013). Pengaruh
Sholehah, L. R. (2013). Penanganan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Insomnia. Terhadap Perubahan Pemenuhan
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eu Kebutuhan Tidur pada Lansia Di
m/article/download/5352/4101. Desa Sijambe Kecamatan
Diakses Tanggal 02 Oktober jam Wonokerto kabupaten Pekalongan.
11.00 WITA. http://www.e-skripsi.stikesmuh-
pkj.ac.id/e-
Sitralita. (2010). Pengaruh Latihan skripsi/index.php?p=fstream-
Relaksasi Otot Progresif Terhadap pdf&fid=504&bid=560. Diakses
Kualitas Tidur Pada Lansia Di Tanggal 02 Oktober 2014 jam
panti Sosial Tresna Werdha Kasih 12.00 WITA.
Sayang Ibu Batusangkar.
http://repository.unand.ac.id. Suyanto. (2011). Metodologi Dan
Diakses Tanggal 02 Oktober jam Aplikasi Penelitian Keperawatan.
11.00 WITA. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soewondo, S. (2012). Stres, Manajemen Triyanto, E. (2014). Pelayanan


Stres, dan Relaksasi Progresif. Keperawatan Bagi Penderita
Depok: Lembaga Pengembangan Hipertensi Secara Terpadu.
Sarana Pengukuran dan Yogyakarta: graha Ilmu.
Pendidikan Psikologi (LPSP3)
Widyanto, F. C. (2014). Keperawatan
Fakultas Psikologi Universitas
Komunitas Dengan Pendekatan
Indonesia.
Praktis. Yogyakarta: Nuha
Sohat, F. (2014). Hubungan Tingkat Medika.
Kecemasan Dengan Insomnia Pada
World Health Organization (WHO).
Lansia Di Balai Penyantunan
(2012). Ageing and Life Course.
Lanjut Usia Senja Cerah Paniki
http://www.who.int/ageing/about/f
Kecamatan Mapanget Manado.
acts/en/. Diakses Tanggal 29
Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku September 2014 jam 22.00
Ajar Keperawatan Gerontik Edisi
2. Jakarta: EGC.

Sumedi, dkk. (2010). Pengaruh Senam


Lansia Terhadap Penurunan Skala
Insomnia Pada Lansia Di Panti
Werdha Dewanata Cilacap.
http://www.e-
bookspdf.org/view/aHR0cDovL2p
vcy51bnNvZWQuYWMuaWQva

Anda mungkin juga menyukai