7447 14643 1 SM PDF
7447 14643 1 SM PDF
Maret 2015
Abstract: One of the main aspects of health promotion for the elderly is sleep maintenance
to ensure the recovery of body functions to the optimal functional level. Survey conducted
by the National Institute of Health in the United states that in 1970, higher insomniacs
experienced by the elderly, where 1 of 4 elderly at the age of 60 years experienced serious
difficulty sleeping. One of nonpharmacological therapy that is easy to do to cure insomnia
is progressive muscle relaxation therapy. The purpose of this study was to determine the
effect of progressive muscle relaxation therapy to changes in the level of insomnia in the
elderly, Elderly Nursing Manado. The study design used was pre experimental with one
group pre-test-post-test design. The sampling technique was performed with total sampling
with a sample of 36 people. The results using the Wilcoxon statistical test p value = 0.000
<α = 0.05. The Conclusion from the results of study showed the influence of progressive
muscle relaxation therapy to changes in the level of insomnia in the elderly, Elderly In
Nursing Manado. Recommended progressive muscle relaxation therapy can be used as
one of the independent nursing interventions to help the elderly who have insomnia.
Key words : Insomnia, Progressive Muscle Relaxation, Elderly
Abstrak: Salah satu aspek utama dari peningkatan kesehatan untuk lansia adalah
pemeliharaan tidur untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional
yang optimal. Survey yang dilakukan oleh National Institut of Health di Amerika
menyebutkan bahwa pada tahun 1970, penderita insomnia lebih tinggi dialami oleh lansia,
dimana 1 dari 4 lansia pada usia 60 tahun mengalami sulit tidur yang serius. Salah satu
terapi nonfarmakologi yang mudah dilakukan untuk penyembuhan insomnia yaitu terapi
relaksasi otot progresif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap perubahan tingkat insomnia pada lansia di Panti Werdha Manado.
Desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperimental dengan One Group Pre-test-
Post-test design. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Total Sampling dengan
jumlah sampel 36 orang. Hasil penelitian menggunakan uji statistik Wilcoxon didapatkan
nilai p = 0,000 < α = 0,05. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh
terapi relaksasi otot progresif terhadap perubahan tingkat insomnia pada lansia Di Panti
Werdha Manado. Saran Terapi relaksasi otot progresif dapat dijadikan salah satu
intervensi keperawatan mandiri untuk membantu lansia yang mengalami insomnia.
Kata Kunci: Insomnia, Relaksasi Otot Progresif, Lansia.
1
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015
2
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015
3
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa Tabel 6 Uji Wilcoxon Signed Ranks Test
sebelum terapi relaksasi otot progresif,
Post
tingkat insomnia tertinggi adalah insomnia Kategori
Test- n Zhitung Pvalue
ringan yaitu sebanyak 24 orang (66,7 %), Rank
Pretest
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Post
Negatif
Insomnia Lansia Sesudah Terapi Test < 36 -5,641 0,000
Rank
Relaksasi Otot Progresif Pretest
Post
Tingkat Positif
n % Test > 0
Insomnia Rank
Pretest
Tidak ada
29 80,5 Post
insomnia
Test = Ties 0
Insomnia
5 13,9 Pretest
ringan
Jumlah 36
Insomnia
2 5,6 Sumber: data primer
berat
Jumlah 36 100,0 Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan
Sumber: data primer bahwa hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji Wilcoxon diperoleh
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat
Pvalue = 0,000 < dari α = 0,05, maka Ha
insomnia sesudah terapi relaksasi otot
diterima, artinya terdapat pengaruh terapi
progresif mengalami penurunan, dan
relaksasi otot progresif terhadap
sebagian besar responden tidak ada
perubahan tingkat insomnia pada lansia di
insomnia yaitu sebanyak 29 orang
Panti Werdha Manado.
(80,5%),
Analisis Bivariat B. PEMBAHASAN
Tabel 5. Hasil Analisis Nilai Rata-Rata Karakteristik Responden
Tingkat Insomnia Sebelum dan Sesudah Distribusi responden menurut umur
Terapi Relaksasi Otot Progresif Pada menunjukkan bahwa responden yang
Lansia Di Panti Werdha Manado berumur 71-75 tahun dan 76-80 tahun
n Mean SD merupakan responden terbanyak yaitu 9
Tingkat orang. Menurut Luce dan Segal dalam
insomnia Nugroho (2012) mengungkapkan bahwa
36 2,42 0,649 faktor usia merupakan faktor terpenting
sebelum
terapi yang berpengaruh terhadap kualitas tidur.
Tingkat Keluhan kualitas tidur seiring dengan
insomnia bertambahnya usia. Hal ini di dukung juga
36 1,25 0,554 oleh Martono & Pranarka (2011), bahwa
sesudah
terapi pada usia lanjut ekskresi cortisol dan GH
Sumber: data primer (Growth Hormon) serta perubahan
temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa menonjol. Melatonin, hormon yang di
terjadi penurunan nilai rata-rata pada ekskresikan pada malam hari dan
tingkat insomnia sesudah relaksasi otot berhubungan dengan tidur, menurun
progresif yaitu menjadi 1,25 dari rata-rata dengan meningkatnya umur.
sebelum terapi relaksasi otot progresif Distribusi reponden berdasarkan jenis
yaitu 2,42. kelamin menunjukkan bahwa responden
yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak dibandingkan yang berjenis
kelamin laki-laki. Karakteristik jenis
4
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015
kelamin ini tidak dikatakan sebagai umum, gaya hidup, faktor lingkungan
penyebab insomnia tetapi hanya fisik, dan faktor lingkungan sosial.
memberikan keterangan bahwa penelitian Dari hasil wawancara reponden juga
ini dilakukan pada lansia perempuan dan mengatakan bahwa mereka sulit memulai
laki-laki. Tetapi dapat dipertimbangkan tidur dan sering terbangun dimalam hari
juga teori Menurut Stanley & Beare dan sulit untuk tidur kembali, meskipun
(2006), bahwa lansia rentan terhadap tertidur kembali harus menunggu
insomnia karena adanya perubahan pola beberapa menit atau beberapa jam.
tidur, biasanya menyerang tahap IV (tidur Menurut Martono dan Pranarka (2011)
malam). Insomnia, yaitu ketidakmampuan Pada usia lanjut juga terjadi perubahan
untuk tidur, adalah keluhan yang sering, pada irama sirkardian tidur normal yaitu
yang meningkat secara bersamaan dengan menjadi kurang sensitif dengan perubahan
bertambahnya usia, serta mempengaruhi gelap dan terang.
lebih banyak wanita pasca-menopause Hasil penelitian tingkat insomnia
dibandingkan pria. responden sesudah terapi relaksasi otot
progresif menunjukkan bahwa tingkat
Tingkat Insomnia Lansia insomnia sesudah terapi relaksasi otot
Hasil penelitian yang didapatkan dari 36 progresif mengalami penurunan.
responden berdasarkan tingkat insomnia Penurunan tingkat insomnia ini
responden sebelum terapi relaksasi otot dikarenakan adanya efek dari terapi
progresif menunjukkan bahwa sebelum relaksasi otot progresif. Hal tersebut
terapi relaksasi otot progresif, tingkat sesuai dengan teori Ramdhani (2006)
insomnia tertinggi adalah insomnia ringan dalam Triyanto (2014) bahwa teknik
yaitu sebanyak 24 orang (66,7 %). relaksasi semakin sering dilakukan
Banyak faktor yang dapat terbukti efektif mengurangi ketegangan
menyebabkan insomnia. Antara lain stres, dan kecemasan, mengatasi insomnia dan
kecemasan, kondisi fisik dan gaya hidup. asma. Hal itu juga sesuai dengan teori
Hal ini sesuai dengan penelitian yang yang dikemukakan oleh Greenberg (2002)
dilakukan Sohat (2014), hasil yang dikutip Mashudi (2012) mengatakan
penelitiannya menyatakan ada hubungan relaksasi akan memberikan hasil setelah
yang signifikan antara kecemasan dan dilakukan sebanyak 3 kali latihan.
kejadian insomnia pada lansia di BPLU
Senja Cerah Paniki Manado. Demikian Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
juga penelitian yang dilakukan oleh Progresif Terhadap Perubahan Tingkat
Ernawati (2010) yaitu penelitian tentang Insomnia Lansia
faktor-faktor yang berhubungan dengan Hasil penelitian ini mengenai adanya
terjadinya insomnia pada lanjut usia di perubahan tingkat insomnia sebelum dan
Desa Gayam Kecamatan Sukoharjo, hasil sesudah terapi relaksasi otot progresif. Hal
penelitiannya menunjukkan bahwa faktor ini dibuktikan dengan adanya penurunan
kecemasan dan faktor gaya hidup secara skor insomnia pada lansia tersebut.
bersama-sama mempengaruhi tingkat Berdasarkan hasil penelitian terdapat
insomnia pada lansia di Desa Gayam penurunan nilai rata-rata tingkat insomnia
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten sebelum dan sesudah terapi relaksasi otot
Sukoharjo sebesar 40%. progresif. Dimana rata-rata tingkat
Menurut Rafknowledge (2004) dalam insomnia sebelum terapi relaksasi adalah
Ernawati dan Agus (2010) bahwa faktor- 2,42 dan rata-rata tingkat insomnia
faktor yang mempengaruhi insomnia pada sesudah terapi relaksasi adalah 1,25.
lansia antara lain proses penuaan, Adanya penurunan tingkat insomnia
gangguan psikologis, gangguan medis ini juga terlihat dari hasil analisa statistik
dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed
5
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015
Ranks Test diperoleh Pvalue = 0,000 < α = melalui suatu cara yang tepat, maka hal ini
0,05 pada taraf signifikan 95% atau akan diikuti dengan relaksasi mental atau
tingkat kemaknaan 5%, artinya ada pikiran.
pengaruh terapi relaksasi otot progresif Penelitian ini sejalan dengan
terhadap perubahan tingkat insomnia penelitian yang dilakukan Nessma &
lansia di Panti Werdha Manado. Widodo (2011) tentang pengaruh terapi
Adanya perubahan yang signifikan relaksasi otot progresif terhadap
tersebut menunjukkan bahwa terapi perubahan tingkat insomnia pada lansia di
relaksasi otot progresif memberikan posyandu lansia Desa Gonilan Kartasura,
dampak bagi lansia yang mengalami dengan jumlah sampel 60 lansia dan
insomnia. Insomnia yang diderita lansia desain penelitian quasi eksperimental
tersebut dikarenakan dari berbagai faktor. dengan rancangan pre test-post test
Kondisi fisik dan psikologis responden design. Dari hasil penelitiannya
seiring dengan proses penuaan berdampak membuktikan bahwa setelah diberikan
pada terjadinya insomnia pada lansia. terapi relaksasi otot progresif pada
Menurut Soewondo (2012) mengatakan kelompok perlakuan lansia yang
bahwa latihan relaksasi otot merupakan mengalami insomnia berat menurun
langkah-langkah pertama yang dapat menjadi 0%, lansia yang mengalami
dilakukan dalam rangka mengelola stres. insomnia sedang sebesar 56,7% dan lansia
Bernstein, Borkovek, dan Hazlett-Stevens yang mengalami insomnia ringan sebesar
(2000) dalam Soewondo (2012) 43,3%, sedangkan pada kelompok kontrol
mengemukakan bahwa latihan relaksasi tingkat insomnia pada lansia relatif tidak
terutama adalah untuk klien yang mengalami perubahan.
mengalami ketegangan tinggi. Yang Begitupun penelitian yang dilakukan
paling sesuai menjadi target latihan oleh Sumiarsih dan Widad (2013) tentang
relaksasi adalah mereka yang mengalami pengaruh teknik relaksasi progresif
tingkat ketegangan tinggi yang terhadap perubahan pemenuhan
mengganggu kinerja dan perilaku lain. kebutuhan tidur pada lansia di Desa
Termasuk insomnia yang disebabkan Sijambe Kecamatan Wonokerto
ketegangan otot dan pikiran kacau. Kabupaten Pekalongan. Dengan desain
Hal ini juga di dukung oleh Purwanto penelitian menggunakan quasi
(2013) mengemukakan bahwa relaksasi eksperimental dengan pendekatan pre test
otot progresif bermanfaat untuk penderita and post test without control design dan
gangguan tidur (insomnia) serta sampel sebanyak 20 orang. Dari hasil
meningkatkan kualitas tidur. Menurut penelitiannya bahwa relaksasi otot
Davis (1995) dalam Purwaningtyas dan progresif mempunyai pengaruh yang
Pratiwi (2010) mengemukakan bahwa signifikan dalam meningkatkan
latihan relaksasi progresif sebagai salah pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia.
satu teknik relaksasi otot telah terbukti Hal tersebut diatas didukung oleh
dalam program terapi terhadap ketegangan Penelitian intervensi yang dilakukan
otot mampu mengatasi keluhan anxietas, Johnson (1991) dalam Maas et al (2011)
insomnia, kelelahan, kram otot, nyeri menggunakan relaksasi progresif dengan
leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, sampel lansia wanita yang sedang tidak
fobi ringan dan gagap. dirawat. Dengan menggunakan model
Sustrani (2005) yang dikutip pretest-posttes yang dirancang untuk
Sumiarsih dan Widad (2013) subjek yang sama, responden merasakan
mengemukakan bahwa relaksasi progresif penurunan yang signifikan dari waktu
adalah cara yang efektif untuk relaksasi tidur, penurunan frekuensi terbangun
dan mengurangi kecemasan. Jika kita dimalam hari, tidur lebih tenang, perasaan
belajar mengistirahatkan otot-otot kita lebih segar saat terbangun, dan merasa
6
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015
7
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015
8
eJournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015