I. MOTOR DC
III. MOTOR AC
IV. PNEUMATIK
I. TUJUAN
1) Pengaturan kecepatan motor dc dengan medan magnet permanen.
2) Karakteristik kecepatan motor dc medan magnet permanen dengan beban
Kecepatan-N (rpm) =
K = Konstanta Motor
V = Tegangan supply pada jangkar
Ra = Tahanan pada rangkaian jangkar
Ia = arus pada jangkar
= flux medan
Untuk mengatur kecepatan putaran rotor, dapat dilakukan dengan mengubah V, Ra.Ia, .
Dalam percobaan ini, kita dapat mengubah dua dari V, , dan membuat kurva karakteristik
kecepatan .
V M N
V. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
1) Of-kan power suppli
2) Pasangkan sensor Hall Effect pada motor medan magnet permanen
3) Lakukan instalasi perkabelan sesuai dengan gambar rangkaian percobaan
4) On-kan power suppli
5) Naikkan tegangan pada terminal V dengan dengan power suppli dc 60 volt, yang
dimulai dari tegangan 10 volt sampai dengan 60 volt dengan kenaikan tegangan
setiap 5 volt.
6) Buatlah grafik dibawah ini berdasarkan data hasil pengukuran pada tabel 1.1
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Ia(amper)
N(rps)
V(volt)
Gambar 1.2 Kurva Karakteristik kecepatan
I. TUJUAN
Kecepatan-N (rpm) =
K = Konstanta Motor
V = Tegangan supply pada jangkar
Ra = Tahanan pada rangkaian jangkar
Ia = arus pada jangkar
= flux medan
Untuk mengatur kecepatan putaran rotor, dapat dilakukan dengan mengubah V, Ra.Ia, .
Dalam percobaan ini, kita dapat mengubah dua dari V, , dan membuat kurva karakteristik
kecepatan .
Dengan percobaan yang sama, buatlah tegangan dari power suppli dc 60 Volt
(tegangan jangkar) menjadi 1,1 kali dan 0,9 kali dari tagangan yang dinilai.
1) Atur tegangan (tegangan medan Vf) dari power suppli dc 18 Volt pada 15 Volt.
2) Naikkan tegangan dari power suppli dc 60 Volt (tegangan jangkar Va) dari 10 V
setiap 5V. Dan baca dan catat pada tabel tachometernN dan ammeter dari power
supplli dc 60 volt (arus jangkar Ia )
N(rps)
If(amper)
Hasil percobaan kontrol kecepatan dengan metode kontrol tegangan pada motor dc
eksitasi medan terpisah.
Kecepatan
rotor N(rps)
Tegangan
kumparan jangkar
V (volt)
I. TUJUAN
Melihat hubungan perubahan beban terhadap besarnya kecepatan dan Torka dari motor
dc dengan eksitasi terpisah
Efisiensi (η)
Torka (τ)
Kecepatan N(rps)
I. TUJUAN
Pengaturan Kecepatan Motor Shunt dengan Metode Pengaturan Medan
Kecepatan-N (rpm) =
K : konstanta motor
Ra : resistansi sirkit jangkar
: fluks medan
: tegangan jangkar
arus jangkar
Perubahan kecepatan dari motor dc dengan mengubah tegangan jangkar atau fluksi medan.
Dalam praktikum ini Anda dapat mengubah kecepatan motor dc shunt, yang merupakan suatu
cara yang digunakan dalam mengubah fluksi medan yang berbeda. (Metode untuk mengubah
arus medan If).
Masukkan variabel resistan ke lilitan medan secara seri. Dan buatlah kurva kecepatan beserta
perubahan arus medan If.
Percobaan dengan cara yang sama, membuat tegangan dc power suppli 60 V (tegangan
terminal) menjadi 1.1 kali dan 0.9 kali dari nilai tegangan.
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,1
1,2
1,3
Kecepatan N(rps)
I. TUJUAN
Efisiensi – ƞ (%)
Torsi – τ (gcm)
Nilai-N (rps)
Arus – I (A)
Gambar 1.11 Kurva karakteristik Motor dc Shunt dengan pembebanan
I. TUJUAN
Untuk mempelajari pengaturan motor dc Seri dengan pengaturan tegangan
Kecepatan-N (rpm) =
Untuk merubah jumlah lilitan, dapat dilakukan dengan mengubah V, Ra Ia, . Tapi pada
motor dc seri, kumparan medan dan kumparan jangkar tersambung secara seri, sehingga dapat
membuat kurva fitur kecepatan, perubahan pada V, pada percobaan ini.
Rangkain lilitan seri percobaan pengaturan kecepatan motor dapat dilihat pada gambar 1.12
dibawah ini.
V. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Jumlah putaran
N (rpm)
2.1 TUJUAN
a. Memahami prinsip kerja motor stepping 3 phase dan 4 phase.
b. Memahami cara menjalankan motor stepping searah jarum jam (CW) dan berlawanan jarum
jam (CCW).
c. Memahami dan mengerti menjalankan motor stepping dengan eksitasi 1 phase, 2 phase dan 1-
2 phase.
d. Memahami dan mengerti cara mengatur kecepatan motor stepping.
Berputarnya motor step juga ditentukan cara penguatan (eksitasi) pada masing-masing kumparan
tiap-tiap phasenya.
U2 V2 W2 U2 V2 W2
U2 V2 W2 U2 V2 W2
Operasi Searah Jarum Jam (CW) operasi Berlawanan Jarum Jam (CCW)
S1 S2 S3
1 1 0 0
2 1 1 0
3 0 1 0
4 0 1 1
5 0 0 1
6 1 0 1
Buku Petunjuk Praktikum Elektronika Industri 2 21
Gambar 2.3. Menjalankan motor stepping dengan eksitasi 1-2 phase
START
OUTPUT
TIMER
OUTPUT
TIMER
OUTPUT
TIMER
ORG 8400H
00FD DRIVE EQU OFDH
;
8400 3E 02 LOOP: LD A,02H
8402 D3 FD OUT (DRIVE),A
8404 CD 8418 CALL TIMER
8407 3E 08 LD A,04H
8409 D3 FD OUT (DRIVE),A
840B DC 8418 CALL TIMER
840E 3E 20 LD A,08H
8410 D3 FD OUT (DRIVE),A
8412 CD 8418 CALL TIMER
8415 C3 8400 JP LOOP
;
END
a. Rangkaian percobaan
Rangkaian percobaan menggunakan Mechatro Labo Kentac 2200 ML.
b. Langkah-langkah percobaan
(1) Atur semua switch pada posisi OFF dan atur dial tegangan regulator.
(2) Hubungkan terminal motor stepping 3 phase ke rangkaian switching manual, seperti
pada gambar 2.2.
(3) Masukkan rotor pada stator motor stepping.
(4) Atur switch utama pada kondisi ON, dan set dial sampai arusnya mencapai 1 ampere.
(5) Lakukan urutan switching seperti pada gambar 2.6(a) untuk putaran dengan eksitasi 1
phase dan gambar 2.6(b) untuk eksitasi 2 phase.
(6) Baliklah urutan step switching untuk arah putaran yang berlawanan.
(7) Ulangi langkah-langkah percobaan 1 sampai dengan 6 dengan menggunakan motor
stepping 4 phase.
Step P1 P2 P3 Step P1 P2 P3
1 1 0 0 1 1 1 0
2 0 1 0 2 0 1 1
3 0 0 1 3 1 0 1
(a) Eksitasi 1 phase
(b) Eksitasi 2 phase
3.2.2. Percobaan dengan panel mikroprosesor Z-80 board dan switching transistor.
a. Rangkaian percobaan
Rangkaian percobaan lihat Mechatro Labo 2200 ML.
b. Alat-alat
1) Panel percobaan Mechatro Labo 2200 ML.
2) Oscilloscope
3) Panel mikroprosesor board.
Tugas
Dengan menggunakan trainer mikroprosesor Z-80, maka :
a. Susunlah program untuk menjalankan motor stepping 3 phase dengan eksitasi 2 phase dan 1-
2 phase (lihat program pada tabel 2.1).
b. Dengan mengubah-ubah timer, amati perubahan kecepatan motor.
c. Bandingkan tingkah laku putaran rotor bila dijalankan dengan eksitasi 2 phase dan eksitasi 1-
2 phase.
d. Berikan kesimpulan yang saudara amati.
3.1 TUJUAN
Menjalankan dan megatur kecepatan motor AC 3 Phasa
3.2 PERALATAN
[Operasi] Diagram pengkabelan inverter dengan rangkian switch manual ditunjukkan pada
gambar 3.2 dan prosedur operasi ditunjukkan pada gambar 3.3.
Memasukkan rotor Squirrel-cage ke dalam stator motor ac (4/8 kutub), koneksikan ini
seperti gambar 3.2. Tancapkan masing-masing catu daya , minimalisasikan tegangan dc pada
catu daya. Kemudian naikkan tegangan secara perlahan, lihat pada Ammeter dc catu daya.
Pada hal ini, harap berhati-hati dengan arus tidak lebih dari 2A.
Rotor berputar sesuai yang seharusnya jika anda mengoperasikan dari 1-6 seperti pada
gambar 3.3. Jika anda mengoperasikan secara normal, rotor dapat berputar secara terbalik.
Hal ini juga terjadi jika anda merubah pengkabelan stator menjadi 8 kutub, hitung berapa
banyak anda menjalankan switch untuk membuat satu putaran.
[Prinsip] Pengoperasian switch pada rangkaian 3.3, rotor berputar karena masing-masing
phasa dari stator teraliri arus yang ditunjukkan pada gambar 3.3. Setiap kali anda
mengoprasikan switch, resultan medan magnetic berputar 60 . (Ditunjukkan dengan tanda
panah) Tegangan phasa ke phasa ditunjukkan seperti gambar 3.1.
Gambar 3.3 Arah arus dan Prosedur inverter 3 phasa secara manual
Sebuah inverter gelombang pulsa mengerjakan sebuah metode AC 1 siklus dengan operasi 6
switch, dan itu disebut metode inverter 6 langkah. Ada dua bentuk dasar dari tipe konduktif
0 0
180 / 120 .
0
[Tipe konduktif 120 ]
Jika Anda telah menyelesaikan operasi switch pada gambar 3.5, setiap phasa dari stator
mendapatkan eksitasi untuk memutarkan rotor. Setiap mengoperasikan switch, resultan
0
medan magnetiknya berubah menjadi 60 . Tegangan phasa ke phasanya akan digambarkan
pada 4.6.
0
[Tipe konduktif 180 ]
Jika Anda telah menyelesaikan operasi switch pada gambar 4.2, setiap fase dari stator
mendapatkan eksitasi untuk memutarkan rotor. Setiap mengoperasikan switch, resultan
0
medan magnetiknya (sudut elektris) berubah menjadi 60 . Tegangan garis ke garisnya akan
digambarkan pada 4.3.
[Induksi melalui program]
0 0
Anda dapat mengoperasikan switch tipe konduktif 180 /120 , menggunakan rangkaian
jembatan 3- phasa dengan 6 FET pada sistem, rangkaian jembatan 3- phasa ditunjukkan pada
gambar 4.4 dan port yang dihubungkan : bit dengan KENTAC 800Zmk2, KENTAC 98SP,
KENTAC RM86 ditunjukkan pada table 4.1. Juga, urutan switching FET diindikasikan pada
table 4.2. Ketika Anda mengeluarkan data (hexadecimal) ke port yang terhubung, Anda
dapat menjalankan motor.
FET number 6 54 3 2 1
1 0 0 1 0 1 (25H)
AND 1 0 0 1 1 0 (26H)
100100
Contoh program
Contoh program yang bekerja pada kondisi 800Zmk2 dan 98SP ditunjukkan pada daftar
o
4.1~4.6. kecepatan konstan pada contoh. Pada kondisi 180 tipe konduktif. Kondisi mati
dapat dibuat dengan software. Kamu dapat mengganti frekuensi dengan merubah waktu jeda.
Frekuensi = 1 (waktu program dari perintah OUT ke Perintah Out selanjutnya x6) kamu
tidak dapat mencoba kondisi delay dengan C dan BASIC software.
Jika CTRL+C ditekan pada semua program, maka output akan hilang dan akan berhenti.
Dalam program Z80, (KENTAC 800Zmk2) kamu dapat menghentikan program dengan
Observasi gelombang
diantara TP22 - TP23 dari driver basal konektor U-V tegangan diantara fase
diantara TP23 - TP24 dari driver basal konektor V-W tegangan diantara fase
diantara TP24 - TP22 dari driver basal konektor W-U tegangan diantara fase
diantara TP26 - TP22 dari driver basal konektor U-fase tegangan bintang
diantara TP26 - TP23 dari driver basal konektor V-fase tegangan bintang
diantara TP26 - TP24 dari driver basal konektor W-fase tegangan bintang
Arus Fase
diantara TP19 - TP22 dari driver basal konektor U-fase arus bintang
diantara TP20 - TP23 dari driver basal konektor V-fase arus bintang
diantara TP21 - TP24 dari driver basal konektor W-fase arus bintang
<perhatian> jangan mencoba keduanya dalam waktu bersamaan karena hasilnya akan
berbeda
Turn 1 2 3 4 5 6
FET 1 1 1 0 0 0 0
1 : FET ON FET 2 0 0 0 1 1 0
FET 3 0 0 1 1 0 0
FET 4 1 0 0 0 0 1
0 : FET OFF FET 5 0 0 0 0 1 1
FET 6 0 1 1 0 0 0
Data of Output Port 09h 21h 24h 06h 12h 18h
(Hexadecimal)
Turn 1 2 3 4 5 6
FET 1 1 1 1 0 0 0
1 : FET ON FET 2 0 0 0 1 1 1
FET 3 0 0 1 1 1 0
FET 4 1 1 0 0 0 1
0 : FET OFF FET 5 1 0 0 0 1 1
FET 6 0 1 1 1 0 0
Data of Output Port 19 29h 25h 26h 16h 1ah
(Hexadecimal)
4.1 TUJUAN
1) Untuk mempelajari prinsip kerja sistem pneumatik
2) Membangun sistem kontrol dengan pneumatik
4.2 PERALATAN
Panel percobaan ED Laboratory
1) Silinder penggerak tunggal dan ganda
2) Katub kontrol arah aliran dan posisi manual
3) Katub kontrol arah aliran dan posisi dengan solenoid valve
4) Katub satu arah aliran dan dua arah aliran
5) Distribusi udara
6) Filter udara
7) Kompresor
Silinder ini ada dua jenis yaitu silinder penggerak tunggal dan silinder penggerak ganda.
Silinder penggerak tunggal meliputi silinder torak, silinder diaprghma dan silinder rol
diapraghma (seperti pada gambar 4.1). untuk mengatasi kebocoran pada silinder torak
dengan memakai bahan yang elastis yang dilekatakn pada torak yang terbuat dari logam
atau plastik. Pada silinder diapraghma maka menggunakan diapraghma yang dibuat dari
karet, plastik dan plat logam untuk mengganti fungsi torak. Konstruksi silinder rol
diapraghma serupa dengan silinder diapraghma. Jika udara bertekanan diberikan ke dalam
sislinder maka diterima oleh diapraghma dan mambuka gulungan sepanjang
Silinder penggerak ganda meliputi : silinder dengan bantalan pelindung, silinder penggerak
ganda khusus, silinder tandem, silinder banyak posisi, silinder impact, silinder kawat dan silinder
rotari.
Pada silinder dengan bantalan pelindung, bantalan pelindung digunakan untuk menahan
adanya hentakan yang keras pada bagian ujung sehingga kerusakan pada bagian ujung silinder
dapat dicegah (lihat gambar 4.2). prinsip kerja dari bantalan pelindung ini adalah sebelum torak
mencapai pada posisi akhir, tekanan udara yang mendorong torak dikurangi maka akan terjadi
perlambatan sehingga benturan yang keras dapaat dicegah.
Pada silinder penggerak khusus, silinder ini mempunyai bagian batang torak yang menonjol
pada kedua sisinya. Penumpuan batang torak lebih baik karena terdapat dua penahan dan jarak
antara panahan tetap sama, sehingga beban samping terutama beban ringan dapat digunakan.
.d2
F = p --------------- - R
4
Gaya gesek ditentukan oleh pelumasan, tekanan balik, bentuk dari seal dan sebagainya. Gaya
torak efektif sangat berarti dalam perencanaan silinder. Dalam perhitungan gaya torak efektif,
hambatan gesek harus diperhitungkan. Dalam kondisi operasi normal batas tekanan 400 – 800 kPa
atau 4—8 bar.
Untuk silinder penggerak tunggal, maka berlaku :
F = A . p – (Rf +Rr)
Untuk silinder penggerak ganda, maka berlaku :
F = A . p – Rr : untuk maju
F = A’ . p – Rr : untuk mundur
Keterangan : Rf = gaya lawan pegas
Rr = gaya gesek
A = luas penampang silinder tanpa batang torak
A’= luas penampang silinder dengan batang torak
a. Beban tekuk
Beban yang diberikan pada batang torak tidak boleh melebihi harga maksimum yang
diijinkan. Hal ini berhubungan dengan panjang langkah dan garis tengah batang torak. Besarnya
gaya tekuk yang diijinkan (Fk) adalah sebagai berikut :
.E.J
Fk = ---------------
L.S
Keterangan :
Fk = gaya tekuk yang diijinkan (N)
E = modulus elastisitas (N/mm2)
J = momen inersia (cm )
b. Panjang langkah
Panjang langkah silinder pneumatik tidak boleh melebihi dari 2000 mm. Dengan diameter
silinder yang besar dan langkah yang panjang, pemakaian udara yang besar membuat
peralatan pneumatik menjadi tidak hemat.
Dengan langkah yang besar, tegangan mekanik pada batang torak dan pada bearing pemandu
terlalu besar. Untuk menghindari adanya tekukan, maka diameter batang torak yang besar
dipilih untuk panjang langkah yang besar. Kemudian apabila panjang diperbesar maka jarak
antara bearing bertambah dan batang torak diperbesar.
c. Kecepatan torak
Kecepatan torak tergantung dari tekanan udara yang berlaku, panjang pipa, luas penampang
pada bagian kontrol akhir dan bagian kerja juga aliran rata-rata yang melalui bagian kontrol
akhir. Juga dipengaruhi oleh posisi akhir bantalan pelindung. Ketika terjadi gerakan dari
posisi akhir bantalan pelindung, aliran melalui katup hambat bantu (thortte relief valve),
sehingga kecepatan torak dapat diturunkan. Kecepatan torak rata-rata silinder standart sekitar
0,1 – 1,5 m/detik. Dengan silinder khusus (impact silinder), kecepatan dapat mencapai 10
m/detik. Kecepatan torak dapat diatur dengan menggunakan katup.
d. Pemakaian udara
Untuk mendapatkan informasi banyaknya pemakaian udara dalam ruangan adalah sebagai
berikut :
Untuk silinder penggerak tunggal :
Q = 0,785 x D x h x n
Keterangan :
Q = volume udara setiap centimeter langkah (liter)
D = garis tengah torak (mm)
h = panjang langkah (mm)
n = banyaknya langkah setiap menit
Untuk tekanan operasi khusus, garis tengah torak tertentu dan suatu langkah tertentu
banyaknya pemakaian takanan udara dapat dihitung melalui perbandingan kompresi (pk) yaitu :
101,3 + tekanan
pk = (kPa)
101,3
C. KATUP (VALVE)
Komponen katup pneumatik dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok katup kontrol aliran,
yaitu ;
katup kontrol arah aliran dan posisi;
katup tekanan
katup kontrol aliran
P
2. Katup kontrol arah aliran 3/2way posisi normal tertutup.
P R
A
Buku Petunjuk Industri 2 43
Praktikum Elektronika
P R
4. Katup kontrol arah aliran 4/2.
B A
P R
B A
P
S R
B A
SP R
Pengembangan dari berbagai kombinasi komponen, ditemukan katup kontrol arah aliran
lainnya, antara lain sebagai berikut.
X Y
3. Katup kontrol tekanan ganda arah aliran/fungsi AND (two pressure valve) berfungsi untuk
mengontrol arah aliran dari dua sumber tekanan yang masuk.
A
X Y
A
X A
P R
Mekanisme pengontrol pada komponen pneumatik dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. digerakkan dengan mekanik
2. digerakkan dengan pneumatik
a) operasi manual
b) operasi tombol
d) operasi pegas
e) operasi rol
4.4 PERCOBAAN .
a. Permasalahan
Pencekaman benda kerja, dengan kondisi selama tombol ditekan alat pencekam dalam
keadaan mencekam. Jika tombol dilepas, maka alat pencekam terbuka.
b. Pemecahan permasalahan
Alat pencekam digunakan silinder kerja tunggal dan katup kontrol digunakan katup kontrol
arah aliran 3/2 posisi normal tertutup operasi tombol dan pegas.
P R
a. Pemasalahan
Pencekaman benda kerja dengan beban besa, dengan kondisi selama tombol yang digunakan
ditekan alat pencekam dalam keadaan mencekam. Jika tombol dilepas, maka alat pencekam
terbuka.
b. Pemecahan permasalahan
Alat pencekam digunakan silinder kerja tunggal. Katup kontrol yang digunakan harus dengan
ukuran yang besar, dan tidak mungkin dilakukan pengontrolan secara manual, sehingga harus
digunakan katup kontrol arah aliran 3/2 kedua posisi normal tertutup operasi normal tertutup
operasi tombol dan pegas.
Gambar kerja
b A
a A P R
P R
Apabila tombol dilepas, pegas mengembalikan katup kontrol arah aliran 3/2 ke posisi semula,
dan memindahkan sinyal gerakan pada katup kontrol arah aliran 3/2 ke posisi awal juga, maka
piston bergerak mundur/maju. Udara bertekanan keluar dari silinder kerja tunggal melalui
selang penghubung mengalir dari A ke R atau ke atmosfir.
a. Permasalahan
Pencekaman benda kerja, dengan kondisi selama tombol ditekan dari salah satu atau dua katup
kontrol arah aliran, maka alat pencekam terbuka.
b. Pemecahan permasalahan.
Alat pencekam digunakan silinder kerja tunggal dan katup kontrol digunakan katup kontrol
arah aliran 3/2 posisi normal tertutup tombol dan pegas. Penghubung katup kontrol arah aliran
digunakan katup arah balik fungsi arah aliran.
Alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai sistem kontrol dengan katup balik fungsi arah
aliran, antara lain;
X Y
a A b A
P R P R
Gambar kerja
a A
P
R
Apabila tombol dilepas, pagas mengembangkan katup kontrol arah aliran 3/2 ke posisi awal,
maka piston bergerak mundur/masuk. Udara bertekanan keluar dari silinder kerja tunggal
melalui selang penghubung mengalir dari A melalui katup kontrol penghambat arah aliran pada
katup kontrol satu arah aliran ke R atau ke atmosfir.
a. Permasalahan
Pencekaman benda kerja, dengan kondisi selama tombol ditekan dari katup kontrol arah aliran
dengan pengaturan kecepatan gerakan, maka alat pencekam dalam keadaan mencekam. Jika
tombol dilepas, maka alat pencekam terbuka.
b. Pemecahan permasalahan
Alat pencekam digunakan silinder kerja tunggal dan katup kontrol arah digunakan katup
kontrol arah aliran 3/2 posisi normal tertutup operasi tombol dan pegas. Pengaturan kecepatan
gerakan digunakan katup kontrol satu arah aliran.
2
a
P R
Apabila tombol dilepas, pegas mengembalikan katup kontrol arah aliran 3/2 ke posisi awal,
maka piston tidak bergerak mundur/masuk atau udara bertekanan dihambat eloh katup kontrol
pengahambat arah aliran pada katup kontrol satu arah aliran (2).
a. Permasalahan
Pencekaman benda kerja, dengan kondisi selama tombol ditekan dari dua katup kontrol arah
aliran dengan pengaturan kecepatan gerakan, maka alat pencekam dalam keadaan mencekam.
Jika tombol dilepas, maka alat pencekam terbuka.
Gambar kerja
A
X Y
a A b A
P R P R
Apabila tombol dari dua katup kontrol arah aliran 3/2 (a) dan (b) dilepas, pegas mengembalikan
katup kontrol arah aliran ke posisi awal, maka piston bergerak mundur/masuk. Udara
bertekanan keluar melalui X dan Y pada katup kontrol arah aliran ke R atau atmosfir..
Catatan : apabila salah satu tombol katup kontrol arah aliran 3/2 ditekan, maka udara
bertekanan tidak dapat diteruskan ke ruang piston silinder atau silinder tidak bergerak.
B. Penggerak Ganda
1 : Katup kontrol arah aliran 3/2 secara tidak langsung
a. Permasalahan
Pencekaman benda kerja, dengan kondisi selama tombol ditekan dari dua katup kontrol arah
aliran dengan pengaturan kecepatan gerakan, maka alat pencekam dalam keadaan mencekam.
Jika tombol dilepas, maka alat pencekam terbuka.
b. Pemecahan permasalahan
Alat pencekam digunakan silinder kerja tunggal dan katup kontrol arah digunakan katup
kontrol arah aliran 3/2 posisi normal tertutup operasi tombol dan pegas. Untuk mengontrol
gerakan digunakan katup kontrol arah aliran 5/2 operasi pneumatik.
c. Daftar alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai sistem kontrol langsung dengan katup kontrol
satu arah aliran 3/2 posisi normal tertutup, antara lain;
Gambar kerja
B A
Z X Y
a S
P R
A b A
P R P R
Apabila tombol pada katup kontrol arah aliran 3/2 posisi normal tertutup (a) ditekan, maka
udara bertekanan dari lubang P ke A. udara bertekanan dari A masuk ke ruang piston sislinder
kerja ganda mendorong piston bergerak maju/keluar dan udara yang ada didalam silinder
bertekanan rendah, mengalir keluar melalui selang penghubung dari B ke R atau ke atmosfir.
Ketika tombol pada katup kontrol arah aliran 3/2 posisi normal tertutup (a) dilepas, pegas
mengembalikan katup kontrol arah 3/2 ke posisi awal, dan posisi piston tetap maju.
Apabila tombol pada katup kontrol arah aliran 3/2 posisi normal tertutup (b) ditekan, maka
udara bertekanan mengalir dari lubang P ke A. dari A melalui selang penghubung masuk ke Y
pada kontrol arah aliran 5/2 memindahkan posisi arah aliran udara dari lubang P ke B. udara
bertekanan dari B masuk ruang piston silinder keja ganda mendorong piston bergerak
maju/masuk dan udara yang ada didalam silinder bertekanan rendah, mengalir keluar melalui
selang penghubung dari A ke R atau atmosfir. Ketika tombol pada katup kontrol arah aliran
a. Permasalahan
Pencekaman benda kerja, dengan kondisi selama tombol ditekan dari dua katup kontrol arah
aliran dengan pengaturan kecepatan gerakan, maka alat pencekam dalam keadaan mencekam.
Jika tombol dilepas, maka alat pencekam terbuka.
b. Pemecahan permasalahan
Alat pencekam digunakan silinder kerja tunggal dan katup kontrol arah digunakan katup
kontrol arah aliran 3/2 posisi normal tertutup operasi tombol dan pegas. Pengaturan kecepatan
gerakan digunakan katup kontrol satu arah aliran 5/2 operasi pneumatik.
Apabila tombol pada katup kontrol arah aliran 3/2 posisi normal tertutup (b) ditekan, maka
udara bertekanan mengalir dari lubang P ke A. Dari A melalui selang penghubung masuk ke Y
pada katup kontrol arah aliran 5/2 memindahkan posisi arah aliran udara dari lubang P ke B.
Melalui selang penghubung dari B ke A pada katup kontrol satu arah aliran (2) dengan
pengaturan kecepatan sesuai dengan yang diinginkan, udara bertekanan dari A ke B masuk
ruang piston silinder kerja ganda mendorong piston bergerak mundur/masuk dan udara yang
ada didalam silinder bertekanan rendah, mengalir keluar melalui selang penghubung dari A ke
R atau ke atmosfir. Ketika tombol pada katup kontrol arah aliran 3/2 posisi normal tertutup
(b) dilepas, pegas mengembalikan katup kontrol arah aliran 3/2 ke posisi awal, dan posisi
piston tetap mundur.
2 1
B
B A
X Y
S
P R
a A b A
P R P R
5.1 TUJUAN :
a. Software CX Programmer.
5.3 PENGKABELAN
Berikut ini adalah pengaturan pengkabelan pada power supply PLC, jenis Power Supply yang digunakan
adalah PA204S.
Pada kabel sumber AC 220 Volt sudah terdapat label keterangan pada ujung –ujungnya. Label L1
merupakan kabel fase, sedangkan N merupakan kabel Netral, dan yang terakhir merupakan GND yaitu
ground. Untuk menghindari kerusakan, pastikan tidak terdapat jumper pada Pin Voltage Selector sebelum
tegangan AC 220 Volt masuk pada Pin masukan tegangan AC. Untuk memastikan bahwa Unit Power
Supply telah mendapat catudaya AC, dapat dilihat pada indikator power yang terdapat pada pojok kiri atas.
Peletakan slot pada rak mempengaruhi sistem memori yang akan digunakan. Alamat memori yang
disediakan oleh omron berkisar CIO 0000 hingga CIO 0319. Alamat memori dari PLC dimulai dari kiri ke
kanan yang dimulai dari alamat CIO0000.
Untuk memasangkan output dari I/O unit pada Modul I/O PLC diterapkan aturan berikut ini. Dibawah ini
merupakan modul I/O bagian atas dari PLC yang terdiri dari deretan keluaran dari PLC. Label A pada
konektor DB 25 difungsikan sebagai keluaran yang dapat dihubungkan dengan komponen luar,
sedangkan Label B pada konektor DB25 merupakan output nyala lampu.
Konektor lain yaitu Analog Output. Konektor ini merupakan keluaran dari Digital to Analog modul unit
1. Pada modul PLC bagian bawah terdapat sumber tegangan 24 Volt. Gunakan kabel jumper untuk
menghubungkan positif 24 Volt dengan masukan COM PLC.
2. Hubungkan negatif 24 Volt dengan COM SW.
3. Pastikan lampu pada EXTERNAL INPUT menyala saat saat toggle switch di-on-kan , jika ada
salah satu lampu yang tidak menyala, pastikan indikator pada Digital Input menyala. Jika pada
indikator menyala, sedangkan lampu pada modul tidak menyala, menandakan lampu mengalami
kerusakan.
4. Pastikan pada tiap unit slot tidak muncul pesan error.
Pengaturan PLC
CX-Programmer
1. Untuk membuat program pada PLC, digunakan software CX-Programmer untuk membuat
program dari ladder diagram.
2. Buka CX-Programmer dengan cara klik Start All Program OMRON CX-One
CX-Programmer. Atau juga bisa dilakukan dengan cara mengklik pada icon CX-
Programmer .
4. Isi form sesuai dengan isian sesuai gambar berikut ini. Device Name dapat diisi sesuai dengan
kebutuhan. Device Type dapat dilihat pada label CPU, dan yang digunakan adalah CS1H-H.
Network Type diisi dengan Toolbus.
Untuk mengetahui port mana yang digunakan untuk jalur download dapat dilihat pada device
manager. Dengan mengikuti langkah berikut ini. Computer Manage Device Manager
Port (COM & LPT).
14. Untuk menentukan alamat dari kontak maupun koil, dapat dilihat sesuai dengan konfigurasi dari
rak.
Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa CS1W-ID211(DC Input Unit) memiliki alamat 0000.
Dengan demikian untuk mengakses toggle switch dengan nomor 10, alamat yang diberikan
adalah sebagai berikut 0.10. Contoh lain adalah 0.05 (toggle switch posisi ke 5).
18. Transfer Program PLC dengan step berikut ini. Ubah mode PLC menjadi Work Online.
20. Jika PLC telah terhubung online dengan PC, maka transfer program dengan step berikut ini.
PLC -> Transfer -> To PLC.
a. Software CX Programmer.
Langkah Percobaan :
SET mengubah bit yang dioperasikan menjadi ON sedangkan RSET mengubah bit yang dioperasikan
menjadi OFF. Untuk memahami fungsi dari SET dan RSET, buat program di bawah ini.
2. Klik New PLC Instruction pada menubar untuk menggunakan instruksi SET.
3. Ketikan instruksi SET pada textbox paling atas, dan isi operand (bit yang dikenakan operasi)
dengan alamat W1.0 (tipe Word dengan alamat 1.0).
5. Klik New PLC Instruction pada menubar untuk menggunakan instruksi RSET.
6. Ketikan instruksi SET pada textbox paling atas, dan isi operand (bit yang dikenakan operasi)
dengan alamat W1.0 (tipe Word dengan alamat 1.0).
9. Maka akan muncul form pertanyaan berikut ini. Cocokan dengan COM yang telah diatur
sebelumnya pada praktikum 1.
11. Centang seluruh item jika diperlukan, atau centang program jika yang diubah hanya program
(bukan konfigurasi).
14. Klik New PLC Instruction pada menubar untuk menggunakan instruksi TIMER.
15. Ketikan instruksi TIM pada textbox paling atas. Pada baris pertama list operand, isikan nomor
dari timer, sedangkan pada baris ke dua isikan pewaktuan dengan format sebagai berikut #X,
dimana X jumlah perulangan timer tiap100 ms dari perubahan keadaan kontak OFF hingga
kontak ON.
17. Klik New PLC Instruction pada menubar untuk menggunakan instruksi COUNTER.
18. Ketikan instruksi CNT pada textbox paling atas. Pada baris pertama list operand, isikan nomor
dari counter, sedangkan pada baris ke dua isikan nilai awal pada counter dengan format sebagai
berikut #X, dimana X adalah nilai awal dari counter.
20. Dengan demikian, maka akan terbentuk ladder diagram sebagai berikut.
21. Transfer Program PLC dengan step berikut ini. Ubah mode PLC menjadi Work Online.
23. Jika PLC telah terhubung online dengan PC, maka transfer program dengan step berikut ini.
PLC -> Transfer -> To PLC.
7.1. TUJUAN
Memahami metoda starting motor induksi tiga phasa sistem DOL dan Sistem Star-Delta
7.2. PERALATAN
1) Motor induksi tiga phasa
2) Kontaktor
3) Timer
4) Switch (Push ON dan Push OFF)
Untuk menjalankan sebuah motor induksi diperlukan daya besar yang diberikan oleh tegangan
sumber. Besarnya daya yang diperlukan ini cukup besar dibandingkan dengan motor sesudah
beroperasi penuh (running). Arus yang diperlukan oleh motor untuk start antara 4 sampai dengan
8 kali arus beban penuh motor.
Z
phasa
4. Starting Autotransformer
Starting dengan menghubungkan motor pada tap tegangan sekunder autotransformer terendah.
Setelah beberapa saat motor dipercepat tap autotransformer diputuskan dari rangkaian dan
motor terhubung langsung pada tegangan penuh.
Menggunakan tahanan ( R )
yang dihubungkan pada
rangkaian rotor. Starting ini
hanya dapat Dipakai untuk
motor induksi rotor lilit
(motor slipring).
1) KONTAKTOR
Adalah suatu alat yang dapat dipakai untuk menghubungkan atau memutus suatu aliran listrik,
bekerjanya alat ini jika kumparan coilnya dialiri arus listrik. Kontaktor ini ada yang tegangan
kerjanya 220 V atau 380 V, mempunyai beberapa kontak utama dan Auxilliary NO (Normally
Open) maupun NC (Normally Closed) tergantung kebutuhan apa yang akan digunakan.
2) TIMER
Timer merupakan pengaturan utuk menentukan waktu delay time yang dikehendaki.
7.1 TUJUAN
Untuk memahami aplikasi Programmable Controller pada industri manufaktur yang terkait
dengan pengaturan posisi dan kecepatan
Dalam aplikasi ini ,produk yang rusak akan dideteksi dan dibuang dari konveyor berjalan.
Konfigurasi sistem ditunjukkan pada gambar berikut.
Photoelectric sensor (PH1) merupakan input data buat shift register. Sinyal output dari sensor
ini akan ON ketika terdeteksi produk yang rusak ;selain itu tetap OFF.
Photoelectric sensor (PH2) digunakan sebagai pembangkit pulsa yang digunakan sebagai input
pulsa ke shift register. PH2 ini akan membangkitkan setiap satu pulsa untuk setiap produk
yang lewat, dan kosong pada interval waktu antar produk yang telah ditetapkan oleh jarak
tertentu.
Bila suatu waktu terdeteksi produk rusak oleh PH1, ini akan diketahui oleh shift register
sampai produk tiba pada posisi yang telah ditentukan pada konveyor maka katup magnetik
MV akan difungsikan.
1. Mohammad H. Rashid, Power Electronics : Circuits, Devices, and Application, Printice Hall,
1993
2. Petruzella, Industrial Electronics, Mc Graw Hill, Singapore, 1996
3. Colin D, Simson, Industrial Electronics, Prentice Hall International Editioans, New Jersey,
1996
4. John Web, Industrial Control Electronics, Merill Publishing Company, New York, 1992
5. OMRON, Operation Manual Programmable Controllers: Cysmac CS Series, 2002
6. Peter Rohner, Pneumatic Control for Industrial Automation, John Wiley & Sons, 1990
7. Thomas Kissell, Motor Control Technology for Industrial Maintenance, Prentice Hall.Inc,
Singapore, 2002.
8. James A Rehg, Introduction to Robotics in CIM System, Prentice Hall, Ner Jersey, 2003