Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

I. Kasus (Masalah Utama)

Harga Diri Rendah

II. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi

terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 2014 :227). Menurut Townsend

(2015:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri

atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak langsung.

Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (2014:352) bahwa harga diri

rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang

negatif mengenai diri atau kemampuan diri.

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri

dan kemampuan diri (Budi Anna Keliat, 2007).

Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya

percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam

Fitria, 2009).

Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak

diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry,

dalam Yosep, 2009).

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

1
2. Klasifikasi

Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang

sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif

mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,

perubahan).

b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami

evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu

lama.

3. Etiologi

Harga diri rendah dapat terjadi secara :

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,

kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan

malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-

tiba).Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang

sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,

pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).

2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai

karena dirawat/sakit/penyakit.

3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai

pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa

persetujuan.

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

2
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu

sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.

Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif.

4. Proses terjadinya

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan

kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungannya dengan. Konsep diri terdiri atas komponen : citra

diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas personal. Respons

individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri

yaitu dari adaptif sampai maladatif.

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri

adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa

jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Sedangkan harga diri rendah adalah

menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas

kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri

rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang

lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah

diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.

Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap

diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal

mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif

yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan

menarik diri secara sosial.

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

3
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,

harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang

mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal

diri yang tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari

sumber internal dan eksternal seperti :

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan

kejadian yang mengancam.

b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan

dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :

1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan

dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan

dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-

nilai tekanan untuk peyesuaian diri.

2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke

keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian

tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh,

perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009),

menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita

seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai

tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya

hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

4
Life Span Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga diri rendah adalah

pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.

Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak

diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal

sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan

cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

5. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan

orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak

realistis (Fitria, 2009).

6. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya

sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami

kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).

7. Rentang Respon

Respon adaptif Respon mal adaptif

Konsep Diri Kekacauan Identitas

Harga Diri Rendah

Aktualisasi Diri Depersonalisasi

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

5
Penjelasan :

1. Aktualisasi diri

Yaitu pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang

pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

2. Konsep diri

Yaitu apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam

beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari

dirinya.

3. Kekacauan identitas

Yaitu kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa

kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa

dewasa yang harmonis.

4. Depersonalisasi

Yaitu perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan

dirinya dengan orang lain.

8. Penatalaksanaan Medis

Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah

dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya

lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada

gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia,

khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu:

a. Psikofarmakologi

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

6
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan

yaitu:

1) Golongan generasi pertama (typical)

Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:

Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine

HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol,

Govotil, Serenace).

2) Golongan kedua (atypical)

Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,

Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan

Clozapine (Clozaril).

b. Psikotherapi

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan

apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana

kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah

baik.Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi

aktivitas kelompok (TAK).

c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara

artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang

satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang

tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang

listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)

d. Therapy Modalitas

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

7
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk

skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik

perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan

kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis

dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia

biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan

kehidupan.

e. Terapi somatik

Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan

tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif

dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan

Purwanto, 2009).Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:

1) Restrain

Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau

manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto,

2009).

2) Seklusi

Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan

khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009).

3) Foto therapy atau therapi cahaya

Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan

dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar

ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).

4) ECT (Electro Convulsif Therapie)

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

8
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan

menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi

dan Purwanto, 2009).

f. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana

terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih

(sosialisasi).

III. Pohon Masalah

Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan harga

diri rendah adalah sebagai berikut:

Efek : isolasi social : menarik diri

CP : gangguan konsep diri : harga diri rendah

Etiologi : koping tidak efektif

Masalah Dan Data Yang Perlu Dikaji

1. Isolasi social : menarik diri

a. Data objektif : Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri, berdiam diri di

kamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan

dengan orang lain, perawatan diri kurang.

b. Data subjektif : Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya

dijawab dengan singkat, ya atau tidak.

2. Harga diri rendah

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

9
a. Data objektif : Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternative tindakan, ingin mencederai diri.

b. Data subjektif : Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau

tidak tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri

IV. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi Social : Menarik Diri

2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

V. Rencana Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk

membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih

dimilikiya, perawat dapat melakukan hal-hal berikut ini :

a. Diskusikan tentang jumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan dirumah, adanya keluarga dan

lingkungan terdekat pasien.

b. Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negative.

2. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut:

a. Diskuskan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat digunakan

saat ini.

b. Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang

diungkapkan pasien.

c. Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

10
3. Membantu pasien untuk memilih/ menetapkan kemapuan yag akan dilatih. Tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut

a. Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang akan

pasien lakukan sehari-hari

b. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri

atau dengan bantuan minimal.

4. Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut:

a. Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan.

b. Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan

c. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien

5. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksaan kemampuan yang dilatih

a. Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.

b. Beri pujian atas kegiatan yang dapat dialakukan pasien setiap hari.

c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap

kegiatan.

d. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih

e. Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan

kegiatan.

No Pasien Keluarga
SPIP SPIK
1 Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan Diskusikan masalah yang dirasakan
dan aspek positif yang dimiliki pasien (buat keluarga dalam merawat pasien
daftar kegiatan)
2 Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan
dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) : proses terjdinya harga diri rendah (gunakan
buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat booklet)

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

11
ini
3 Bantu pasien memilih salah satu kegiatan Diskusikan kemampuan atau aspek positif
yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih pasien yang pernah dimiliki seelum dan
setelh sakit
4 Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara Jelaskan cara merawat hagadiri rendah
melakukannya) terutma memberikan pujian semua hal
yang positif pada pasien
5 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk dilatih Latih keluarga memberi tanggung jawab
dua kali per hari kegiatan pertama yang dipilih pasien:
bimbing dan beri pujian
Anjurkan membantu pasien sesuai jadual
dan memberikan pujian
SPIIP SPIIK
1 Evaluasi kegiatan pertama yang telah diltih Evaluasi kegiatan keluarga daam
dan berikan pujian membimbing pasien melaksanakan
kegiatan pertama yang dipilih dan dilatih
pasien. Beri pujian
2 Bantu pasien memilih kegitan kedua yang Bersama keluarga melatih pasien dalam
akan dilatih melakukan kegiatan kedua yang dipilih
pasien
3 Latih kegiatan kedua (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual
dan memberikan pujian
4 Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan:
dua kegiatan masing masing dua kali per hari
SPIIIP SPIIIK
1 Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang Evaluasi kegiatan keluarga daam
telah dilatih dan berikan pujian membimbing pasien melaksanakan
kegiatan pertama dan kedua yang dipilih
dan dilatih pasien. Beri pujian
2 Bantu pasien meilij kegiatan ketiga yang akan Bersama keluarga melatih pasien dalam
dilatih melakukan kegiatan ketiga yang dipilih
pasien
Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV
Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

12
3 Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai jadual
dan memberikan pujian
4 Masukkan pada jadual kegiatan untuk dilatih:
tiga kegiatan, masing masing dua kali per hari
SPIVP SPIVK
1 Evaluasi kegiatan pertama, kedua, dan ketiga Evaluasi kegiatan keluarga dalam
yang telah dilatih dan berikan pujian membimbing pasien melaksanakan
kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang
dipilih dan dilatih pasien. Beri pujian
2 Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang Bersama keluarga melatih pasien dalam
akan dilatih melakukan kegiatan keempat yang dipilih
pasien
3 Latih kegiatan keempat (alat dan cara) Jelaskan follow up keRSJ/PKM, tanda
kambuh
4 Masukkan pada jadual kegiatan untuk dilatih: Anjurkan membantu pasien sesuai jadual
empat kegiatan, masing masing dua kali per dan memberikan pujian
hari
SPVP SPVK
1 Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian Evaluasi kegiatan keluarga dalam
membimbing pasien melaksanakan
kegiatan yang dipilih pasien. Beri pujian
2 Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak Nilai kemampuan keluarga
terhingga
3 Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai kemampuan keluarga membimbing
4 Nilai apakah harga diri pasien telah meningkat pasien melakukan kontrol ke RSJ/PKM

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

13
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba

Medika.

Hawari, D. 2013. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Kelliat, B. A., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart, & Sundeen. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: Buku kedokteran EGC.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

Program Studi Profesi ners UIN Alauddin Makassar Angkatan XIV


Indriani Saputri, S.Kep ( 70900118041)

14

Anda mungkin juga menyukai