KESIMPULAN :
merupakan Kejadian Luar Biasa yang disebabkan oleh biotoksin yang diproduksi fitoplankton
dari golongan dinoflagelata, yaitu Pyrodinium bahamense yang sedang blooming di perairan
tempat budidaya kerang hijau. Keracunan pangan ini tersebar di 15 desa yang berada dalam
7 kecamatan dengan jumlah penderita 115 orang dan kematian 2 orang (CFR : 1,7%).
Sebagian besar (54,8%) penderita berjenis kelamin perempuan dan sebagian besar (67,8 %)
penderita berada pada umur produktif yaitu umur 20 – 59 tahun sedangkan kematian
berada pada umur balita dan usia lanjut. Pola penularan keracunan pangan bersifat
masa inkubasi terpanjang adalah 14 jam (1 orang) dan median masa inkubasi adalah 3 jam.
Ada 4 gejala utama yang dirasakan penderita yaitu pusing (100%), kesemutan yang bermula
dari bibir kemudian menjalar keseluruh tubuh mengakibatkan kaku pada bibir, leher, dan
seluruh tubuh (100%), mual (98,3%) dan lemas (100%). Hasil laboratorium pada kerang hijau
mentah dan matang serta pengujian kelimpahan fitoplankton menunjukan bahwa sedang
KEKURANGAN : Perlu dilakukan lagi monitoring kualitas air secara periodic sehingga dapat
diketahui pola terjadinya blooming fitoplankton untuki menyusun waktu budidaya dan
selain itu juga, setelah dipanen dan sebelum di jual, harus dilakukan pengujian mutu
keterangan terlebih dahulu seperti mikrobiologi, biotoksin, dan juga logam berat. Selain itu
perlu juga dilakukan sanitasi pada produk pasca panen (cuci tangan dengan air bersih dan
KELEBIHAN : Dari jurnal ini pengetahuan masyarakat tentang blooming fitoplankton semakin
meningkat, sehingga jika terjadi lagi, maka kejadian konsumsi ikan, Kerang dan komoditas
sangat penting, sehingga masyarakat tidak lagi membuang sampah rumah tangga ke dalam
sungai dan limbah industri pun bisa diawasi dengan ketat agar tidak lagi terjadi kejadian
blooming fitoplankton.
LITERATURE :
Literature yang digunakan sudah tepat, dimana semua bahan acuan dalam bentuk jurnal,
buku ataupun naskah ilmiah yang digunakan sebagai referensi atau acuan pada bagian ini.
Reference yang dirujuk harus;lah benar-benar mempunyai kontribusi nyata dalam penelitian
tersebut.
Sistem Harvard menggunakan nama penulis dan tahun publikasi dengan urutan
pemunculan berdasarkan nama penulis dan secara Alfabetis. Alamat internet ditulis cetak
miring.
Contoh :
Nurlina A., Liambo Aswalt A. 2016. Kejadian Luar Biasa PARALYTHIC SHELLFISH POISONING
Penggunaan literature sudah tpat, yaitu menggunakan sumber-sumber acuan yang dapat
dipercaya dan sesuai atau mendukung teori dalam penelitian ini. Secara umum penyusunan
daftar pusaka terbagi menjadi dua jenis, yaitu dengan cara penomoran dan penyusunan
secara alfabetis. Pada penelitian ini, penulisan daftar pustaka menggunakan teknik alfabetis.