SKRIPSI
INDAH NOVATRIAN PUTRI
i
RINGKASAN
i
+3,775X5+1,824X6 2,229X7+4,832X6+0,908X9+8,225X10+5,056X11+5,779X12 pada
jantansedangkan pada ayam Kampung betina diperoleh persamaan sebagai berikut ;
Y= 682,681+1,153X1+1,722X2+3,498X3+1,355X4+1,483X5+2,090X6 0,766X7+5,
692X8+1,613X9+3,050X10+1,629X11+2,922X12.
Persamaan pendugaan bobot badan ayam Kampung Tegal jantan dan betina
didapatkan masing masing: Y = 3.154,125+0,507X1+3,123X2+4,765X3+12,968X4
+1,086X5+13,785X6+9,164X7–3,435X8+5,625X9+12,045X10+5,488X11+ 11,079 X12;
sedangkan pada betina Blitar diperoleh persamaan Y = 1.709,424+1,114X1
+1,675X2+3,940X3+11,829X4+2,645X5+4,076X6+7,963X7+6,307X8+2,079X9+4,35
3X10+2,614X11 +3,762X12 .
Nilai elastisitas tertinggi yang diperoleh pada ayam Kampung Ciamis jantan
adalah panjang shank sebesar 0,311; sedangkan pada ayam Kampung jantan Tegal
dan Blitar terdapat pada variabel lebar dada masing-masing sebesar 0,378 dan 0,437.
Ayam Kampung Ciamis dan ayam Kampung Blitar betina memiliki nilai elastisitas
tertinggi pada variabel lingkar shank; yang masing-masing diperoleh sebesar 0,327;
0,333; sedangkan pada ayam Kampung Tegal betina nilai elastisitas tertinggi terdapat
pada variabel panjang jari ketiga sebesar 0,228.
Kampong chicken is one of the local chicken in Indonesia which spread across the
region. The spread of Kampong chicken in Ciamis, Tegal and Blitar can give
andescriptionthe diversity of body size and body weight Kampong chicken on the
island of Java. This study aims to determine the relationship between linear measures
of body surface to body weight and body weight of chickens suspected Kampung
based measurements at the observation site Ciamis, Tegal and Blitar. T2-Hotelling
statistic is used to determine the difference in linear measures of body Kampong
chickens were observed. T2-Hotelling statistic results showed that Kampong
chickens are observed very different from one another. Difference is due to
differences environment and the decision of farmers selecting. Principal Component
Regression Analysis (ARKU) was used to estimate weight based on linear measures
of body Kampong chickens were observed. The results of statistical calculations
show that the 12 variables observed to be very influential on the weight of Kampong
chicken Ciamis, Tegal and Blitar, both in males and females. The highest elasticity
values obtained in the village of Ciamis male chicken is a shank length of 0,311,
while the male village of Tegal chicken and Blitar contained in the variable width of
the chest amounted to 0,378 and 0,437. Kampong chicken in location Blitar and
Ciamis, females have the highest elasticity value in the variable shank
circumference;, each of which is obtained for 0,327; 0,333, while in the village of
Tegal chicken females have the highest elasticity value in the variable length of the
third finger of 0,228. The highest elasticity values should not be used as reference in
the estimation of body weight. increase in the % of variable can be used to predict
the observed increase in body weight percentage of the value of elasticity obtained.
Practicality of estimating body weight in the field are preferred.
D14080079
Menyetujui,
Mengetahui
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Pakan
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta pertolongan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Studi Morfometrik Pendugaan
Bobot Badan Ayam Kampung di Beberapa Daerah di PulauJawa Melalui Analisis
Regresi Komponen Utama”. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada
Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi umat
manusia yang senantiasa berada di jalan Allah SWT.
Penyediaan bibit ayam Kampung masih memerlukan informasi mengenai
karakteristik morfometrik yang berhubungan dengan ukuran-ukuran linear
permukaan tubuh. Pengukuran morfometrik ukuran tubuh ayam Kampung
merupakan karakter yang secara genetik diwariskan. Pengukuran bagian-bagian
permukaan linear tubuh ayam Kampung dikaitkan dengan pendugaan bobot badan
yang merupakan acuan bagi peternak untuk penjualan ayam Kampung dalam bentuk
hidup. Penentuan keterkaitan antara ukuran dan bobot badan serta pendugaan bobot
badan pada ayam Kampungdilakukan berdasarkan Analisis Regresi Komponen
Utama (ARKU).
Pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna memperbaiki kekurangan dan
kemajuan penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para
pembaca. Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN…………………………………………………………........ ii
ABSTRACT………………………………………………………………... iv
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………... v
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………... vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xiii
PENDAHULUAN……………………..…………………….…………….. 1
Latar Belakang……………………………………………………... 1
Tujuan…………..………………..…………………………........ 1
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………... 2
Klasifikasi Penyebaran Ayam Kampung ……….…………………. 2
Pertumbuhan……………..………………………………………… 3
Ukuran Bentuk Tubuh Ayam Kampung…………………………… 3
Morfometrik……………………………………………………….. 4
Panjang Tibia...…………………………………………….. 5
Panjang Femur.…………………………………………….. 5
Panjang Sayap…………………………………................... 6
Panjang Tarsometatarsus..………………………………… 7
Lingkar Tarsometatarsus.…………………………………. 7
Panjang Maxilla……...……………………………………. 7
Panjang Jari Ketiga..………………………………………. 7
Jengger…………………………………………………….. 8
Panjang Dada………………………………………………. 9
Lebar Dada………………………………………………… 9
Dalam Dada……………………………………………….. 9
Bobot Badan………………………………………………………. 9
Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling….…...……………….…….... 10
Analisis Komponen Utama……………...…………………………. 10
Analisis Regresi Komponen Utama……………………………….. 11
MATERI DAN METODE…………………………………………………. 12
Lokasi dan Waktu………………………………………………….. 12
Materi……………………………………………………………… 12
Ternak……………………………………………………… 12
Alat dan Bahan…………………………………………….. 12
iii
Prosedur…………………………………………………….……… 13
Pengambilan Data..………………………………………… 13
RancangandanAnalisis Data……………………………………… 17
Statistik Deskriptif…………………………………………. 17
Statistik T2-Hotelling ……………………………………... 18
Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU)……………… 19
Korelasi antara Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh 21
dan Bobot Badan
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………. 22
Keadaan Umum Lokasi Pengamatan …………………..…………. 22
Analisis Deskriptif Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam
26
Kampung di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal, dan Blitar...........
Statistik T2-Hotelling pada Ayam Kampung yang Diamati …….. 33
Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Variabel-Variabel
35
Pengukuran Tubuh pada Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 52
Kesimpulan…………………………………………………………. 52
Saran ……………………………………………………………….. 52
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………. 53
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 54
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 58
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rataan Ukuran Kerangka Tubuh Ayam Kampung Jantan dan
4
Betina di Indonesia.....................................................................
2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan …………………... 12
3. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung
27
Jantan dan Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis …………........
4. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung
28
Jantan dan Betina di Lokasi Pengamatan Tegal ………………..
5. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung
29
Jantan dan Betina di Lokasi Pengamatan Blitar………………..
6. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear
Permukaan Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada
30
Ayam Kampung di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan
Blitar…………………………………………………………….
7. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear
Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina antara 33
Lokasi Penelitian………………………………………………..
8. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear
Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan antara Lokasi 34
Penelitian ……………………………………………………….
9. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear
Permukaan Tubuh Ayam Kampung Betina antara Lokasi 34
Penelitian ……………………………………………………….
10. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis pada Jantan
36
dan Betina ……………………..………………………………..
11. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot
37
Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Ciamis Jantan..
12. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot
Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Ciamis 39
Betina……………………………………………………………
13. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Tegal pada Jantan
41
dan Betina ………………………………………………………
14. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot
42
Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Tegal Jantan…
15. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap
43
Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis Betina Tegal Jantan…….
16. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Blitar pada Jantan
44
dan Betina ………………………………………………………
v
17. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot
45
Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Blitar Jantan…
18. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh Terhadap Bobot
47
Badan dan Pengertiannya pada Ayam Kampung Blitar Jantan…
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Ayam Kampung Betina dan Ayam Kampung Jantan ….…….. 2
2. Letak Tulang Sayap Pada Ayam Kampung ……..…………… 6
3. Bentuk Jengger pada Ayam ……................………………….. 8
Pengukuran Panjang Femur (A), Panjang Tibia (B), Panjang
4. 14
Shank (C) dan Lingkar Shank (D)…………………………….
Pengukuran Panjang Sayap(E), Panjang Maxilla (F), Tinggi
5. 15
Jengger (G) dan Panjang Jari Ketiga (H)……………………..
Pengukuran Panjang Dada(I), Lebar Dada (J), Dalam Dada
6. 16
(K) dan Lebar Pinggul (L)…………………………………….
Peta Lokasi Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanagara,
7. 22
Kabupaten Ciamis ….…………………………………………
Kandang Ternak Ayam Kampung di Desa Tanjung Manggu
8. 23
Ciamis………………………………………………………….
Peta Lokasi Desa Dampyak, Mejasem Timur, Kabupaten
9. 24
Tegal …………………………………………………………..
10. Kandang Ayam Kampung Desa Dampyak Tegal ……………. 24
11. Peta Lokasi Desa Duren Talun, Blitar ………………………... 25
12. Kandang Ayam Kampung di Lokasi Penelitian Blitar ……….. 26
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Koefisien Keragaman Ukuran-ukuran Tubuh Ayam Kampung 58
Jantan dan Betina pada Lokasi Ciamis, Tegal dan Blitar ……..
2. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear 58
Permukaan Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada
Ayam Kampung Jantan di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal
dan Blitar………………………………………………………..
3. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear 59
Permukaan Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada
Ayam Kampung Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal
dan Blitar………………………………………………………..
4. Urutan Ukuran Panjang Maxilla, Tinggi Jengger dan Panjang 59
Jari Ketiga pada Ayam Kampung Jantan Ciamis, Tegal dan
Blitar…………………………………………………………….
5. Urutan Ukuran Panjang Maxilla, Tinggi Jengger dan Panjang 59
Jari Ketiga pada Ayam Kampung Betina Ciamis, Tegal dan
Blitar.............................................................................................
6. Perhitungan Manual Statistik T2-Hotelling pada Ayam 60
Kampung Jantan Ciamis dan Ayam Kampung Jantan Tegal …..
7. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam 63
Kampung Jantan pada Lokasi Pengamatan Ciamis Berdasarkan
Analisis Regresi Komponen Utama..….…..................................
8. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam 63
Kampung Betina pada Lokasi Pengamatan Ciamis Berdasarkan
Analisis Regresi Komponen Utama ……………………………
9. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam 64
Kampung Jantan pada Lokasi Pengamatan Tegal Berdasarkan
Analisis Regresi Komponen Utama.............................................
10. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam 64
Kampung Betina pada Lokasi Pengamatan Tegal Berdasarkan
Analisis Regresi Komponen Utama.............................................
11. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam 65
Kampung pada Lokasi Pengamatan Blitar Berdasarkan Analisis
Regresi Komponen Utama ……………………………
12. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam 65
Kampung Betina pada Lokasi Pengamatan Blitar Berdasarkan
Analisis Regresi Komponen Utama…………………………….
13. Perhitungan Analisis Regresi Komponen Utama Ayam 66
Kampung Jantan di Lokasi Penelitian Ciamis…………………..
15. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam 72
viii
Kampung Ciamis Jantan………………………………………..
16. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam 72
Kampung Ciamis Betina……………….……………………….
17. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam 73
Kampung Tegal Jantan …………………………………………
18. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam 73
Kampung Tegal Betina …………………………………………
19. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam 74
Kampung Blitar Jantan …………………………………………
20. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam 74
Kampung Blitar Betina …………………………………………
21. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada 75
Ayam Kampung Ciamis Jantan …………………………..
22. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada 75
Ayam Kampung Ciamis Betina …………………………..
23. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada 76
Ayam Kampung Tegal Jantan ………………………………….
24. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada 76
Ayam Kampung Tegal Betina …………………………….
25. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada 77
Ayam Kampung Blitar Jantan …………………………….
26. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada 77
Ayam Kampung Blitar Betina ……………………………
27. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap 78
Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis Jantan ………………….
28. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap 78
Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis Betina …………………
29. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap 79
Bobot Badan Ayam Kampung Tegal Jantan ………………….
30. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap 79
Bobot Badan Ayam Kampung Tegal Betina……………………
31. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap 80
Bobot Badan Ayam Kampung Blitar Jantan……………………
32. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati Terhadap 80
Bobot Badan Ayam Kampung Blitar Betina……………………
33. Formulir Isian Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam 81
Kampung………………………………………………………..
ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam Kampung merupakan ayam asli (native chicken) Indonesia yang telah
didomestikasi sejak dulu. Ayam Kampung memiliki produktivitas yang relatif rendah
dibandingkan dengan ayam ras luar negeri. Hal ini dikaitkan dengan sistem
pemeliharaan yang masih tradisional yang merupakan faktor penghambat, seperti
penyediaan bibit unggul dan pakan berkualitas. Penyebaran ayam Kampung di
seluruh pelosok Indonesia mencerminkan bahwa jenis ayam ini sangat beradaptasi
baik dengan lingkungan tropis Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (2010)
jumlah populasi ayam Kampung ditemukan sebesar 268.957.000 ekor pada tahun
2010.
Data Badan Pusat Statistik (2010) menyatakan bahwa lokasi pengamatan
Ciamis dapat mewakili pengambilan sampel berdasarkan jumlah populasi yang
cukup tinggi di Jawa Barat. Hal yang demikian juga berlaku pada lokasi pengamatan
Tegal di Jawa Tengah dan Blitar di Jawa Timur.
Upaya pembentukan bibit unggul pada ayam Kampung memerlukan
informasi rinci mengenai sifat-sifat morfometrik yang bersifat mewaris. Pendugaan
bobot badan ayam Kampung berdasarkan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh
melalui Analisis Regresi Komponen Utamadapat mempermudah peternak
menentukan bobot badan tanpa harus menggunakan alat timbang, disamping dapat
dijadikan acuan dalam upaya pemulia untuk meningkatkan bobot badan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keterkaitan antara ukuran-ukuran
linear permukaan tubuh terhadapbobot badan danmenduga bobot badan ayam
Kampungberdasarkan ukuran-ukuran tersebut pada lokasi pengamatan Ciamis, Tegal
dan Blitar. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan informasi mengenai
sensitivitas variabel ukuran linear permukaan tubuh terhadap sifat bobot badan yang
dapat digunakan sebagai acuan pada program seleksi terhadap bobot badan ayam
Kampung.
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
(2004), ayam Kampung dan ayam Sentul mempunyai hubungan kekerabatan yang
paling dekat (satu kelompok) kemudian diikuti oleh ayam Kedu Hitam dan ayam
Pelung. Ilustrasi ayam Kampung disajikan pada Gambar 1.
Pertumbuhan
Herren (2000) menyatakan bahwa ternak mengalami pertumbuhan secara cepat
sejak lahir hingga ternak mencapai dewasa kelamin. Pada periode ini, ternak mengalami
pertumbuhan jaringan dan otot secara cepat. Setelah mencapai dewasa kelamin, ternak
akan tetap mengalami pertumbuhan, namun kecepatan pertumbuhan semakin berkurang
sampai dengan pertumbuhan tulang dan otot berhenti. Soeparno (1992) menyatakan
bahwa pertumbuhan diawali dengan pertumbuhan tulang yang cepat setelah pubertas,
laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak mulai meningkat. Pertambahan besar
tulang berperanan penting karena berguna untuk melindungi perkembangan organ-organ
tubuh yang lunak, organ-organ reproduksi disamping sebagai tempat pertautan otot
(Sisson dan Grossman, 1953).
3
Tabel 1. Rataan Ukuran Kerangka Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina di
Indonesia
Variabel Jantan Betina
-----------------(mm)------------------
Morfometrik
Morfometrik diartikan sebagai suatu cara yang mencakup pengukuran bentuk
atau suatu cara pengukuran yang memungkinkan sesuatu untuk diuji. Berdasarkan
pengertian diatas, maka terdapat dua komponen besar mengenai morfometrik, yaitu size
atau ukuran dan shape atau bentuk. Size dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume,
ukuran relatif, sedangkan shape atau bentuk diartikan sebagai model, pola, karakteristik
sebagai pembeda panampilan eksternal (Biology Online Team, 2005). Ayam kampung
(Gallus-gallus) diklasifikasikan ke dalam ternak yang memiliki berbagai organ tubuh
yang dapat diukur. Penelitian morfometrik pada ayam Kampung telah banyak
dilakukan di berbagai daerah (Kendal, Pemalang, Brebes dan Sukaharjo,).
Bagian-bagian linear permukaan tubuh yang diamati meliputi panjang tibia,
panjang femur, panjang tarsometatarsus, panjang sayap, lingkar tarsometatarsus,
panjang maxilla, tinggi jengger dan panjang jari ketiga. Berikut ini disajikan definsi
bagian-bagian linear permukaan tubuh ayam Kampung. Menurut Herren (2000)
tubuh hewan akan mengalami pertumbuhan cepat dimulai sejak hewan lahir sampai
dewasa kelamin. Beberapa sifat yang berhubungan dengan produktivitas unggas
yaitu panjang shank (betis), lingkar tarsometatarsus, lingkar dada, panjang paha dan
4
dada, sedangkan pertambahan ukuran tubuh ditentukan oleh besar ukuran dari organ-
organ tubuh, otot dan pertumbuhan tulang (Hutt, 1949). Ukuran dari tulang paha, betis
dan shank serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank menunjukkan
nilai-nilai yang efektif untuk pendugaan konformasi tubuh. Ukuran tubuh ayam
dipengaruhi oleh jengger, panjang tibia, panjang sayap dan panjang femur (Nishida et
al., 1980)
Panjang Tibia
Tulang tibia adalah bagian anggota badan yang sering disebut dengan
drumstick yang terdiri atas balutan fibula dan tibia yang bergabung dengan baris
proksimal dari tulang tarsal ke bentuk tibiotarsus (McLelland, 1990). Menurut
Budipurwanto (2001) panjang tibia ayam Kampung betina di empat lokasi penelitian
yang berbeda (Kendal, Pemalang, Brebes dan Sukaharjo) adalah 11,90-12,87 cm
pada umur 4-6 bulan, sedangkan pada jantan sebesar 12,44–14,12 cm.
Candrawati (2007) menyatakan bahwa ayam Kampung jantan memiliki
panjang tibia sebesar 15,30 cm; sedangkan betina sebesar 12,31 cm. Panjang tulang
betis (tibia) didapatkan jantan 16,29 cm dan 12,86 cm pada betina (Mansjoer et al.,
1996). Sartika (2000) menyatakan bahwa panjang tibia memiliki korelasi positif
dengan bobot badan.
Panjang Femur
Tulang femur berbentuk agak melengkung, kuat serta silindrikal. Bagian ujung
distal berartikulasi dengan tibia, fibula dan patella (Sisson dan Grossman, 1953).
McLelland (1990) menyatakan bahwa tulang femur merupakan tulang yang terdapat
diantara tulang pelvis bagian atas dan tulang tibia di bagian bawah. Bagian ujung distal
dari femur miring secara kranioteral yang membawa banyak anggota badan bagian
belakang mendekat ke pusat gravitasi tubuh.
Menurut Candrawati (2007) panjang femur pada ayam Kampung adalah
10,23 cm pada jantan dan 8,35 cm pada betina. Panjang tulang paha (femur) pada
ayam Kampung jantan didapatkan 10,93 cm dan 9,12 cm pada betina (Mansjoer et
al., 1996).
5
Panjang Sayap
Tulang sayap ayam terdiri atas dua tulang yaitu radius dan ulna merupakan
bagian dari proximal dari hewan. Radius adalah tulang yang terkecil dari sayap yang
berbentuk silinder dan melengkung dengan permukaan konkaf terhadap ulna; sedangkan
tulang ulna memiliki ukuran yang lebih besar daripada radius, bentuknya melengkung
dan menghadap ke radius serta kedua jaraknya cukup luas (Sisson and Grossman, 1975).
Mitra unggas (2008) menambahkan bahwa sayap juga berperan dalam pengeraman telur.
Sayap yang panjang akan mengindikasikan bahwa ayam mampu bertelur banyak dan
mampu mengerami telur dalam jumlah yang banyak pula.
Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa ulna, femur, tibia,fibula dan tarsus
merupakan salah satu tempat penimbunan kalsium yang sangat diperlukan oleh ayam
untuk memproduksi telur. Gambar 2 menunjukkan letak tulang sayap pada ayam
Kampung.
Panjang Tarsometatarsus
Menurut Sisson dan Grossman (1975) tarsometatarsus diwakili oleh sebuah
tulang yang panjang dan dibentuk oleh persatuan metatarsal yang kedua, ketiga dan
6
keempat. Pada ayam dewasa, tulang metatarsus terdiri atas satu tulang yang dibentuk
dari penggabungan dari tulang metatarsus kedua, ketiga, keempat dan tarsal pada
proximal Panjang tarsometatarsus (shank) merupakan bagian dari pengukuran
morfometrik pada ayam Kampung.
Hasil penelitian. Nugraha (2007) menyatakan bahwa panjang shank pada
ayam Kampung jantan adalah 110,04±9,11 mm, sedangkan pada betina 85,81±4,82
mm. Menurut Kurnia (2011) rataan panjang shank ayam Kampung 81,56±2,93 mm
pada jantan dan 73,19±5,76 mm pada betina. Pertumbuhan ayam Kampung
dipengaruhi jenis kelamin dan panjang shank yang merupakan penduga yang paling
valid dibandingkan dengan panjang paruh, lebar dada dan lingkar dada karena
memiliki korelasi tinggi dan nyata terhadap bobot badan pada umur 4-12 minggu
(Kurnia, 2011).
Lingkar Tarsometatarsus
Lingkar metatarsus merupakan keliling dari shank yang dapat dijadikan acuan
mengetahui bentuk kerampingan dari shank (Mansjoer,1981). Menurut Mulyono et
al. (2009) menyatakan bahwa lingkar shank dihubungkan dengan kemampuan
unggas untuk menopang tubuh. Menurut Candrawati (2007) rataan ukuran lingkar
tarsometatarsus pada ayam Kampung adalah 5,33 ± 0,74 cm pada jantan, sedangkan
pada betina sebesar 3,96 ± 0,30 cm.
7
0,49 cm pada betina diperoleh pada penelitian Candrawati (2007). Menurut
Kurniawati (2008) panjang jari ketiga ayam Kampung ditemukan sebesar 5,32±0,44
cm pada jantan dan 4,59±0,4 cm pada betina.
8
pada betina. Ukuran jengger pada ayam dipengaruhi kerja hormon yang merupakan
salah satu karakter kelamin sekunder (Nishida et al., 1980).
Panjang Dada
Panjang dada merupakan panjang tulang sternum (Kusuma, 2002). Panjang
dada ayam Kampung sebesar 13,08 ± 1,03 cm pada jantan dan 10,51 ± 0,81 cm pada
betina diperoleh dari hasil penelitian Candrawati (2007). Lebih lanjut dijelaskan
dalam penelitian ini jumlah jantan yang digunakan 28 ekor dan betina 96 ekor.
Lebar Dada
Lebar dada adalah peubah terbaik pada ayam Sentul betina untuk menduga
bobot badan (Kurnia, 2011). Menurut Mansjoer (1985) lebar dada mempunyai
korelasi positif dengan bobot badan. Lebar dada yang lebar menunjukkan adanya
ruangan yang cukup bagi kerja organ-organ dalam (Kusuma, 2002).
Dalam Dada
Pernomo (2011) menyatakan dalam dada merupakan peubah yang dapat
digunakan untuk mengetahui bobot badan ternak yang memiliki korelasi linear
terhadap bobot badan. Dalam dada merupakan diameter vertikal dari badan ternak
yang dianggap volume ruang tabung sehingga dalam dada memiliki korelasi yang
positif terhadap bobot badan ternak (Utami, 2008).
Bobot Badan
Bobot badan merupakan salah satu sifat kegenetikan ternak yang memiliki
nilai ekonomis tinggi, dan merupakan indikator untuk menduga poduksi daging
ternak (Mansjoer, 1985). Ayam Kampung memiliki rataan bobot badan sebesar
1.171,0-1.555,6 g (Mansjoer,1995). Menurut Alfahriani (2003) rataan bobot ayam
Kampung ditemukan sebesar 1.148,49 g pada jantan dan 1.132,22 g pada betina di
kecamatan Leuwiliang Bogor. Dijelaskan lebih lanjut bahwa keragaman bobot badan
disebabkan sistem pemeliharaan yang tidak seragam diantara peternak yang
dijadikan responden. Budipurwanto (2001) menyatakan bahwa rataan bobot badan
ayam Kampung pada jantan umur 4-6 bulan sebesar 1,47-1,78 kg.
Hasil penelitian Mulyono dan Pangestu (1996) menyatakan bahwa
pemeliharaan ayam Kampung secara intensif dapat menghasilkan bobot badan
sebesar 1.815 ± 353 g pada jantan dan sebesar 1.382 ± 290 g pada betina. Hasil
9
penelitian Kurnia (2011) menyatakan penyebab terjadinya perbedaan bobot badan
pada ayam Kampung dipengaruhi faktor genetik dari ayam Kampung, kualitas
pakan, dan lingkungan sekitar. Hasil penelitian Mansjoer et al. (1996) rataan bobot
badan ayam Kampung jantan yang telah dewasa sebesar 2,24 kg dan 1,67 kg pada
betina. Perubahan ukuran yang meliputi perubahan pada berat hidup, bentuk, dimensi
linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh dan
organ serta komponen-komponen kimia terjadi pada fase pertumbuhan (Soeparno,
1998). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi kondisi
pemeliharaan dan pengaruh pemberian pakan.
10
terbobot variabel asal yang dapat menerangkan keragaman data dalam persentase
(proporsi) terbesar.
Keunggulan teknik komponen utama yaitu suatu teknik analisis untuk
mengatasi masalah multikolinearitas dalam analisis regresi klasik yang melibatkan
banyak variabel bebas (Gaspersz, 1992). Hasil analisis ini dapat ditampilkan dalam
diagram kerumunan berdasarkan skor komponen utama pertama (skor ukuran) dan
skor komponen utama kedua (skor bentuk) (Otsuka et al. 1982).
11
METODE
Materi
Ternak
Ayam Kampung yang digunakan pada penelitian ini telah dewasa tubuh dan
pada ayam betina dalam kondisi tidak sedang bertelur. Ayam Kampung yang
digunakan berjumlah 301 ekor. Tabel 2 menyajikan distribusi ayam Kampung yang
diamati pada tiga lokasi penelitian.
♀ 50 76 72
Jumlah 95 96 110
Keterangan : ♂ = Jantan; ♀ = betina
12
Prosedur
Ayam Kampung baik jantan maupun betina dipilih secara tidak acak
(purposive sampling). Penimbangan dilakukan pada pengukuran bobot badan dan
ukuran linear permukaan tubuh. Pengukuran bobot badan dilakukan dengan
menggunakan alat timbang, sedangkan pengamatan ukuran-ukuran linear permukaan
tubuh menggunakan jangka sorong. Pita ukur digunakan untuk mengukur lingkar
shank.
Pengukuran dilakukan pada setiap individu ayam. Variabel-variabel yang
diukur meliputi panjang femur (X1), panjang tibia (X2), panjang tarsometatarsus
(X3), lingkar tarsometatarsus (X4),panjang sayap (X5), panjang maxilla (X6), tinggi
jengger (X7), panjang jari ketiga (X8), panjang dada (X9), lebar dada (X10) dalam
dada (X11) dan lebar pinggul (X12)serta bobot badan (X13). Gambar 3 menyajikan
bagian linear permukaan tubuh ayam yang diukur.
Panjang Femur
Pengukuran panjang tulang femur dilakukan sepanjang tulang paha.
Pengukuran panjangfemurdilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan
pada Gambar 3.
Panjang Tibia
Pengukuran panjang tulang tibia dilakukan dari patella sampai ujung tibia.
Pengukuran panjang tibia dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan
pada Gambar 3.
Panjang Shank
Pengukuran panjang tarsometatarsus (shank) dilakukan sepanjang tulang
tarsometatarsus (shank). Pengukuran panjang tarsometatarsus (shank) dilakukan
dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 3.
Lingkar Shank
Pengukuran lingkar tarsometatarsus dilakukan dengan cara melingkari pita
ukur pada bagian tengah tulang tarsometatarsus (shank). Pengukuran lingkar
tarsometatarsus (shank) dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan
pada Gambar 3.
13
A B
C D
Gambar 3. Pengukuran Panjang Femur (A), Panjang Tibia (B), Panjang Shank (C)
dan Lingkar Shank (D)
Panjang Sayap
Tulang sayap terdiri atas tulang humerus, radius dan ulna. Pengukuran
panjang sayap dilakukan dari pangkal humerus sampai ujung phalanges. Pengukuran
panjang sayap dilakukan dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada
Gambar 4.
Panjang Maxilla
Pengukuran panjang maxilla (Ossa maxillaria) ini dilakukan mulai dari
pangkal sampai ujung paruh bagian atas. Pengukuran panjang maxilla dilakukan
dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 4.
14
Tinggi Jengger
Pengukuran tinggi jengger (Pecten oculi capilaries) dilakukan dari bagian
atas jengger sampai bagian bawah jengger.Pengukuran tinggi jengger dilakukan
dalam satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 4.
E F
G H
Gambar 4. Pengukuran Panjang Sayap(E), Panjang Maxilla (F), Tinggi Jengger (G)
dan Panjang Jari Ketiga (H)
Panjang Dada
Pengukuran panjang dada (sternum) dilakukan dari ujung dada bagian depan
sampai ujung bagian belakang. Pengukuran panjang tulang dada dilakukan dalam
satuan mm. Hal tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.
15
Lebar Dada
Pengukuran lebar dada diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang
sternum bagian kiri dan bagian kanan. Pengukuran lebar dada dalam satuan mm. Hal
tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.
Dalam Dada
Pengukuran dalam dada (sternum) dilakukan dari jarak antara titik tinggi
pundak dan tulang dada. Pengukuran dalam dada dilakukan dalam satuan mm. Hal
tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.
Lebar Pinggul
Pengukuran lebar pinggul dilakukan dari lumbar vertebrae kanan hingga
lumbar vertebrae kiri. Pengukuran lebar pinggul dilakukan dalam satuan mm. Hal
tersebut seperti disajikan pada Gambar 5.
I J
K L
Gambar 5. Pengukuran Panjang Dada(I), Lebar Dada (J), Dalam Dada (K) dan
Lebar Pinggul (L)
16
Bobot Badan
Penimbangan bobot badan dilakukan dengan menimbang tubuh ayam secara
keseluruhan. Penimbangan bobot badan dilakukan dalam satuan gram (g). Hal
tersebut seperti disajikan pada Gambar 6.
Statistik Deskriptif
Data yang diperoleh kemudian diolah secara deskriptif . Nilai rataan,
simpangan baku, dan koefisien keragaman pada masing-masing variabel diolah
berdasarkan rumus Walpole (1993) sebagai berikut:
ΣN
i=1 Xi X X X … X
X= =
n
2
ΣN
i=0 (Xi-X )
S=
n-1
S
KK = x 100%
Keterangan:
Xi = Data contoh
n = Banyak data sampel
S = Simpangan baku atau ragam contoh
KK = Koefisien keragaman
17
Statistik T2-Hotelling
Statistik T2-Hotelling digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran tubuh
ayam Kamung antara lokasi penelitian. Pengujian dilakukan terhadap setiap dua
lokasi penelitian. Hipotesis statistik T2-Hotelling ini adalah:
H0 : U1 = U2; artinya vektor nilai rata-rata lokasi 1 sama dengan lokasi 2
H1: U1 ≠ U2; artinya vektor nilai rata-rata lokasi 1 berbeda dengan lokasi 2
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji T2-Hotelling
menurut Gaspersz (1992):
n1n2
T2 = (X1-X2)’SG-1 (X1-X2)
n1+n2
Selanjutnya besaran
n1+n2-p-1 2
F= T
(n1+n2-2)
18
regresi linear disetarakan dengan persamaan komponen utama ke-1 atau persamaan
ukuran yang diperoleh berdasarkan Analisis Komponen Utama.
Model Komponen Utama menurut Gaspersz (1992) adalah:
Y1 = a11 X1 +a21 X2 +…+a121 X12
Keterangan:
Y = Ukuran
X = Panjang femur
X2 = Panjang tibia
X3 = Panjang shank
X4 = Lingkar shank
X5 = Panjang sayap
X6 = Panjang maxilla
X7 = Tinggi jengger
X8 = Panjang jari ketiga
X9 = Panjang dada
X10 = Lebar dada
X11 = Dalam pinggul
X12 = Lebar pinggul
a a : Vektor ciri atau vektor eigen ke-P untuk P = 1, 2, … , 12
19
X10 = Lebar dada
X11 = Dalam dada
X12 = Lebar pinggul
b0 = Konstanta
b1 = Koefisien regresi dari panjang femur (X1)
b2 = Koefisien regresi dari tibia (X2)
b3 = Koefisien regresi dari tarsometatarsus (X3)
b4 = Koefisien regresi dari lingkar tarsometatarsus (X4)
b5 = Koefisien regresi dari panjang jari ketiga (X5)
b6 = Koefisien regresi dari panjang sayap (X6)
b7 = Koefisien regresi dari tinggi jengger (X7)
b8 = Koefisien regresi dari panjang maxilla (X8)
b9 = Koefisien regresi dari panjang dada (X9)
b10 = Koefisien regresi dari lebar dada (X10)
b11 = Koefisien regresi dari dalam dada (X11)
b12 = Koefisien regresi dari lebar pinggul (X12)
Ei = bi / ; I =(1,2,3…12)
Keterangan:
Ei = Nilai elastisitas ke-i (1,2,3….12)
bi = Koefisien regresi ke-i
Xi = Nilai rata-rata ke-i
Y = Nilai rata-rata bobot badan
Korelasi antara Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh dan Bobot Badan
Korelasi antara variabel ukuran linear permukaan tubuh dan bobot badan
dihitung berdasarkan rumus menurut Gaspersz (1992) sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ² ∑ ∑ ²
20
Keterangan:
= Korelasi Pearson
X = Ukuran linear permukaan tubuh
Y = Bobot badan
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
memberikan pakan pada pagi dan sore hari. Pemberian pagi hari diberikan sebelum
ayam dilepas (diumbar) dan ketika ayam kembali ke kandang pada sore hari.
Peternak ayam Kampung Kabupaten Ciamis berada di bawah pengawasan HIMPULI
(Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia). Organisasi ini diketuai oleh Nur
Muttaqin, SH.I yang merupakan ketua HIMPULI wilayah Ciamis. Ayam Kampung
yang dipelihara masyarakat Ciamis sebagian besar digunakan sebagai tabungan
hidup untuk menopang keperluan hidup mereka. Pemasaran ayam Kampung hidup
dan telurnya difasilitasi oleh HIMPULI.Gambar 8 menyajikan keadaan
perkandangan di daerah Ciamis, Jawa Barat.
23
2.050 m dpl. Rataan suhu harian 23-320C dengan kelembaban 55%-88% (Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012). Gambar 9 menyajikan lokasi desa
Dampyak, Mejasem, Tegal, Jawa Tengah.
24
Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari sebelum ayam dikeluarkan dan pada sore
hari ketika ayam kembali ke kandang untuk istirahat. Ayam Kampung memiliki
kandang dan ditemukan yang tidak dikandangkan khusus, tetapi ditempatkan pada
bangunan yang tidak digunakan seperti rumah kosong yang sudah tidak digunakan
pemiliknya atau di atas pohon yang diberi naungan plastik. Ayam Kampung juga
ditempatkan pada sudut dapur dengan menggunakankurungan ayam. Ayam dibiarkan
bebas mencari makan di luar bangunan kandang sepanjang hari, dari pagi sampai
sore hari.
Bangunan kandang khusus didirikan di halaman belakang rumah dengan
pembatas berupa tembok supaya ayam dapat dikontrol peternak. Ayam dibiarkan
beraktivitas di lahan sekeliling kandang yang dibatasi tembok.
25
Gambar 11. Peta Lokasi Desa Duren Talun, Blitar
Kepemilikan ayam Kampung sekitar 3-15 ekor per kepala keluarga. Gambar
menyajikan peta lokasi desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur. Sistem pemeliharaan
dilakukan secara semi intensif. Ayam dikandangkan dan diberi makan pada pagi dan
sore hari. Pemberian pakan pada pagi hari dilakukan sebelum ternak dikeluarkan dari
kandang untuk mencari makan dan pada sore hari pada saat ternak kembali ke
kandang untuk beristirahat. Pakan terdiri atas limbah dapur, dedak padi dan jagung
pipilan yang telah dikeringkan. Gambar 12 menyajikan kandang ayam Kampung di
lokasi Blitar.
Kandang dibuat dari bahan kayu atau bambu dengan naungan dari genteng
atau asbes.Gambar 10 menyajikan ilustrasi tipe kandang ayam Kampung di desa
Duren Talun. Tipe kandang individu dan kelompok yang digunakan peternak desa
Duren Talun. Kandang individu yang dilengkapi dengan wadah berjerami, digunakan
untuk betina yang sedang mengeram, kandang kelompok diisi paling sedikit dengan
lima ekor ayam jantan dan betina.
26
menyajikan Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung
Jantandan Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung Jantan
dan Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis
Jenis Kelamin
Variabel Pengukuran
♂ (45 ekor) ♀ (50 ekor)
-----------------------------(g)-------------------------
Bobot Badan 2.064,4±501,9 (24,31%) 1.618±342,1 (21,14%)
-------------------------------(mm)----------------------------
Panjang Femur 127,39±15,53 (12,19%) 121,57±18,31 (15,06%)
Panjang Tibia 162,11±16,12 (9,95%) 142,80±20,16 (14,12%)
Panjang Shank 103,22±10,82 (10,48%) 85,07±12,52 (14,71%)
Lingkar Shank 52,63± 7,03 (13,36%) 44,760±3,67 (8,21%)
Panjang Sayap 163,55±18,55 (11,34%) 154,81±21,35 (13,79%)
Panjang Maxilla 36,36±5,05 (13,89%) 32,82±3,76 (11,46%)
Tinggi Jengger 26,55±15,10 (56,87%) 10,89±6,37 (58,53%)
Panjang Jari Ketiga 62,16±7,55 (12,15%) 54,06±7,15 (13,22%)
Panjang Dada 151,75±15,27 (10,06%) 143,05±17,76 (12,42%)
Lebar Dada 82,89±9,16 (11,06%) 77,81±8,41 (10,81%)
Dalam Dada 79,10±9,54 (12,06%) 73,14±7,91 (10,81%)
Lebar Pinggul 75,63±8,17 (10,81%) 73,30±9,25 (12,61%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman
Koefisien keragaman dihubungkan dengan upaya seleksi. Produk seleksi
adalah keragaman yang rendah yang dicerminkan dengan nilai koefisien keragaman
yang rendah. Seleksi menurut Noor (2004) meliputi seleksi alam dan seleksi buatan.
Dijelaskan bahwa pada seleksi buatan, peran manusia sangat dominan dalam
menentukan ternak yang boleh bereproduksi berdasarkan sifat-sifat yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan. Ayam Kampung lebih dominan mengalami seleksi
alam dibandingkan seleksi buatan sehingga memberikan keleluasaan kerangka tubuh
untuk berkembang secara optimal. Seleksi yang dilakukan peternak pada ayam
Kampung adalah bobot badan dan produksi telur sehingga dikategorikan sebagai
ayam tipe dwiguna (Sulandari et al., 2007). Perolehan koefisien keragaman pada
ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung yang diamati secara tidak langsung
27
mencerminkan bahwa seleksi terhadap sifat bobot badan dan produksi telur telah
dilakukan peternak.
Ayam Kampung merupakan ayam tipe dwiguna, karena peternak menyeleksi
ke arah pedaging dan petelur (Sulandari et al., 2007). Keragaman lingkar shank ayam
Kampung betina pada lokasi pengamatan Ciamis memiliki nilai koefisien yang lebih
rendah dibandingkan dengan jantan. Keseragaman yang tinggi pada ukuran lingkar
shank ayam Kampung betina menunjukkan bahwa ukuran lingkar shank telah
terseleksi. Hal tersebut disajikan pada Tabel 3.
Lingkarshank ayam Kampung betina pada lokasi pengamatan Tegal
memiliki nilai koefisien keragaman yang lebih rendah dibandingkan dengan jantan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkar shank telah terseleksi lebih ketat pada
ayam Kampung betina Tegal. Hal tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung Jantan dan
Betina di Lokasi Pengamatan Tegal
Jenis Kelamin
Variabel Pengukuran
♂ (20 ekor) ♀ (76 ekor)
-----------------------------(g)-------------------------
Bobot Badan 1.825±432,7 (23,71%) 1.368,4±239 (17,47%)
-------------------------------(mm)----------------------------
Panjang Femur 129,45±16,32 (12,61%) 116,69±16,05 (13,76%)
Panjang Tibia 152,70±17,75 (11,62%) 138,21±15,81 (11,44%)
Panjang Shank 99,10±10,59 (10,68%) 82,03±7,95 (9,69%)
Lingkar Shank 48,85±5,70 (11,66%) 41,85±4,02 (9,60%)
Panjang Sayap 154,06±15,06 (9,77%) 140,16±15,62 (11,14%)
Panjang Maxilla 32,46±6,04 (18,59%) 30,34±4,66 (15,31%)
Tinggi Jengger 19,23±9,70 (50,42%) 10,45±5,78 (55,32%)
Panjang Jari Ketiga 64,33±7,43 (11,54%) 54,89±5,70 (10,39%)
Panjang Dada 145,30±13,03 (8,97%) 134,92±13,10 (9,71%)
Lebar Dada 83,82±7,06 (8,43%) 77,06±8,83 (11,46%)
Dalam Dada 70,73±9,20 (13,00%) 66,95±8,16 (12,18%)
Lebar Pinggul 71,68±7,06 (9,84%) 67,40±6,29 (9,33%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman
28
Ayam Kampung betina pada lokasi pengamatan Blitar memiliki nilai
koefisien keragaman lingkar shank yang lebih rendah dibandingkan dengan jantan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ayam Kampung betina Blitar telah terseleksi ketat
pada sifat lingkar shank. Hal tersebut disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Variabel yang Diamati pada Ayam Kampung Jantan
dan Betina di Lokasi Pengamatan Blitar
Jenis Kelamin
Variabel Pengukuran
♂ (38 ekor) ♀ (72 ekor)
-----------------------------(g)---------------------------
Bobot Badan 2.323,7±534,5 (23,00%) 1.534,7±329,4 (21,46%)
-------------------------------(mm)-----------------------------
Panjang Femur 129,57±17,29 (13,34%) 117,64±16,75 (14,24%)
Panjang Tibia 170,02±16,31 (9,59%) 145,92±13,10 (8,98%)
Panjang Shank 114,95±10,42 (9,06%) 88,42 ±9,12 (10,31%)
Lingkar Shank 53,34±6,70 (12,55%) 43,24±3,66 (8,46%)
Panjang Sayap 151,75±19,70 (12,98%) 148,19±15,55 (10,49%)
Panjang Maxilla 37,11±4,44 (11,97%) 32,54±3,98 (12,23%)
Tinggi Jengger 18,79 ±8,36 (44,47%) 7,94±3,33 (41,93%)
Panjang Jari Ketiga 71,35±5,482 (7,68%) 60,98±7,160 (11,74%)
Panjang Dada 146,71±13,81 (9,41%) 136,02±13,46 (9,89%)
Lebar Dada 84,33 ±7,16 (8,49%) 76,17±6,45 (8,47%)
Dalam Dada 73,58 ±12,75 (17,34%) 65,01±8,31 (12,79%)
Lebar Pinggul 71,65±5,930 (8,28%) 67,13 ±6,00 (8,94%)
Keterangan: Persen dalam tanda kurung menunjukkan koefisien keragaman
29
variabel yaitu lebar dadadan panjang sayap; sedangkanpada betina dengan empat
variabel, yaitu panjang sayap, panjang dada, lebar dada dan dalam dada.Tabel 6
menjelaskan bahwa jumlah variabel ukuran linear tubuh terbanyak yang berkorelasi
nyata terhadap bobot badan adalah ayam Kampung Ciamis (dua buah pada jantan
dan enam buah pada betina); sedangkan yang tersedikit pada ayam Kampung Tegal
(satu buah pada jantan dan empat buah pada betina). Jumlah variabel ukuran linear
permukaan tubuh Ayam Kampung Blitar yang berkorelasi nyata dengan bobot badan,
ditemukan sebanyak dua buah pada jantan dan empat buah pada betina. Berdasarkan
Tabel 6, disimpulkan bahwa ayam Kampung Ciamis dikategorikan sebagai ayam tipe
dwiguna yang mengarah ke sifat pedaging; ayamKampung Tegal sebagai ayam tipe
dwiguna yang mengarah kesifat petelur; sedangkan ayam Kampung Blitar sebagai
ayam tipe dwiguna yang mengarah ke sifat pedaging dan petelur.
Tabel 6. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear Permukaan
Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada Ayam Kampung di
Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar
Ciamis Tegal Blitar
Variabel
♂ (n= 45) ♀ (n=50) ♂ (n= 20) ♀ (n= 76) ♂ (n= 38) ♀ (n= 72)
Panjang 0,020tn 0,108 tn 0,088 tn 0,200 tn 0,254 tn 0,132 tn
Femur (0,896) (0,455) (0,713) (0,083) (0,124) (0,268)
Panjang 0,218tn 0,344 * 0,207 tn 0,327 ** 0,150 tn 0,168 tn
Tibia (0,150) (0,014) (0,380) (0,004) (0,369) (0,158)
Panjang 0,277 tn 0,497 ** 0,426 tn 0,333 ** 0,391 * 0,383 **
Sayap (0,066) (0,000) (0,061) (0,003) (0,015) (0,001)
Panjang 0,182 tn 0,444 ** 0,374 tn 0,452 ** 0,227 tn 0,301 *
Dada (0,232) (0,001) (0,104) (0,000) (0,170) (0,010)
tn tn
Lebar 0,433 ** 0,336 * 0,283 0,195 0,681 ** 0,395 **
Dada (0,003) (0,017) (0,226) (0,092) (0,000) (0,001)
tn
Dalam 0,457 ** 0,336 * 0,595 ** 0,292 * 0,252 0,272 *
Dada (0,002) (0,017) (0,006) (0,010) (0,127) (0,021)
Lebar 0,265 tn 0,445 ** 0,442 tn 0,166 tn 0,220 tn 0,063 tn
Pinggul (0,079) (0,001) (0,051) (0,151) (0,185) (0,600)
Keterangan: * = nyata (P<0,05); ** = sangat nyata (P<0,01); tn= tidak nyata (P>0,05); angka dalam
tanda kurung menyatakan nilai P
30
Panjang maxilla, tinggi jengger, panjang jari ketiga, panjang shank dan
lingkar shank merupakan variabel-variabel ukuran tubuh yang tidak berhubungan
dengan produksi, tetapi alam menyeleksi variabel-variabel tersebut. Hasil seleksi
alam menentukan ke arah mana alam menyeleksi sehingga ayam beradaptasi baik
dengan lingkungan tempat hidup. Ayam yang beradaptasi baik memperlihatkan
perkembangan ukuran panjang maxilla, tinggi jengger panjang jari ketiga panjang
shank dan lingkar shank. Ciamis, Tegal dan Blitar memiliki lingkungan yang
berbeda.Nilai koefisien keragaman yang rendah pada variabel tersebut,
mengindikasikan variabel tersebut telah terseleksi alam. Seleksi alam menurut
Martojo (1992) merupakan seleksi yang ditentukan alam. Dijelaskan lebih lanjut
bahwa akibat seleksi akan meningkatkan suatu sifat ke arah yang lebih baik sehingga
mutu genetik ternak meningkat. Dalam hal ini ayam Kampung Ciamis, Tegal dan
Blitar telah beradaptasi baik dengan lingkungan masing-masing. Sifat adaptasi ini
merupakan produk dari interaksi antara genetik dan lingkungan.
Tabel 3, 4 dan 5 mengindikasikan bahwa alam tidak menyeleksi jantan
maupun betina terhadap sifat tinggi jengger dan panjang jari ketiga. Tinggi jengger
ditemukan paling besar pada ayam Kampung Ciamis, karena faktor suhu lingkungan
tempat hidup. Suhu Ciamis ditemukan paling tinggi.Jengger berfungsi sebagai alat
untuk membantu proses pendinginan tubuh, karena ayam tidak memiliki kelenjar
keringat (Zeffer et al., 2003). Menurut Lucas dan Stettenheim (1972) jengger
berperanan dalam sistem sirkulasi darah. Jengger berfungsi sebagai termoregulator
tubuh terhadap suhu lingkungan. Suhu lingkungan Tegal diantara Ciamis dan Blitar,
sehingga hanya ayam Kampung dengan ukuran tinggi jengger sedang yang dapat
beradaptasi. Panjang jari ketiga pada ayam Kampung Blitar ditemukan paling tinggi
karena lingkungan pada saat ayam beristirahat dengan akitivitas bertengger paling
banyak ditemukan di Blitar karena faktor ketidaktersediaan kandang. Ayam
Kampung ditemukan banyak beristirahat pada malam hari di luar bangunan kandang
dengan menggunakan segala sesuatu sebagai tempat bertengger. Hal yang sebaliknya
ditemukan pada ayam Kampung Ciamis, jari ketiga tidak berkembang sebaik ayam
Kampung Blitar, karena fungsi jari ketiga tidak terlalu digunakan untuk bertengger.
Pada saat beristirahat, ayam Kampung Ciamis dikandangkan. Ayam Kampung Tegal
sebagian beristirahat di kandang dan sebagian ditemukan bertengger di luar
31
bangunan kandang. Hal tersebut mengakibatkan rataan panjang jari ketiga ayam
Kampung Tegal antara ayam Kampung Blitar dan Ciamis.Jari kaki ayam berfungsi
sebagai alat pencekram saat bertengger, mengais makanan, dan pada saat bertarung
dengan musuh. Badriah (2011) menyatakan bahwa fungsi jari ketiga sebagai
penyeimbang tubuh burung pada saat bertengger. Adaptasi tinggi terhadap
lingkungan dapat menentukan keberhasilan ternak untuk bertahan (survive) dan
menghasilkan keturunan (Noor, 2004).
Panjang maxilla berhubungan dengan ukuran tubuh yang dikaitkan tujuan
atau arah seleksi peternak. Ayam Kampung yang lebih diarahkan ke sifat pedaging
memiliki ukuran badan yang besar sehingga memiliki panjang maxilla yang besar
pula, seperti yang ditemukan pada ayam Kampung jantan Blitar yang ditemukan
tertinggi diantara ayam Kampung jantan yang diamati dan ayam Kampung betina
Ciamis diantara ayam Kampung betina yang diamati. Hal ini memperjelas bahwa
ayam Kampung Blitar merupakan tipe dwiguna dengan penekanan arah yang sama
terhadap sifat pedaging dan petelur, sedangkan ayam Kampung Ciamis arah seleksi
lebih ditekankan pada sifat pedaging. Seleksi alam dalam hal ini sifat panjang
maxilla bersinergi dengan seleksi buatan. Maxilla merupakan bagian dari paruh.
Rusdin (2007) menyatakan bahwa salah satu fungsi paruh adalah sebagai alat
pengambil pakan. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut bahwa ukuran paruh yang
panjang pada ayam petelur tidak diinginkan karena mempengaruhi efektivitas dan
efisiensi pakan yang dikonsumsi. Pada penelitian ini panjang paruh ayam Kampung
Tegal berukuran paling kecil. Hal tersebut mendukung kesimpulan bahwa ayam
Kampung Tegal termasuk ayam Kampung yang diarahkan untuk petelur.
Mulyono et al. (2009) menyatakan bahwa lingkar shank dihubungkan dengan
kemampuan unggas untuk menopang tubuh. Ukuran badan yang besar berkorelasi
dengan bobot badan. Ukuran lingkar shank yang besar juga berhubungan dengan
bobot badan yang besar pula, sehingga lingkar shank berkorelasi positif terhadap
bobot badan. Hal tersebut bersesuaian dengan hasil penelitian. Pada penelitian ini
lingkar shank berkorelasi positif dengan bobot badan. Hasil penelitian menyatakan
bahwa korelasi antara lingkar shank dan bobot badan pada ayam Kampung jantan
Ciamis, Tegal dan Blitar; sedangkan pada betina korelasi sangat nyata ditemukan
hanya pada ayam Kampung Ciamis dan Blitar.Hasil penelitian ini menyatakan
32
bahwa seluruh ayam Kampung betina telah terseleksi lebih ketat pada lingkar
shank. Bobot badan ayam Kampung betina lebih ringan (Tabel 3, 4 dan 5), sehingga
dapat dinyatakan seleksi ke arah sifat petelur telah dilakukan. Mufti (2003)
menyatakan bahwa ayam Kampung jantan memiliki ukuran-ukuran tubuh yang lebih
besar daripada ayam Kampung betina. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa bobot
badan ayam yang ringan dikategorikan sebagai ayam tipe petelur. Hasil penelitian ini
juga bersesuaian dengan pernyataan Sulandari et al. (2007) bahwa ayam Kampung
merupakan tipe dwiguna.
Lingkar shank berfungsi menopang bobot badan ayam Kampung. Bobot
badan dipengaruhi panjang femur, panjang tibia, panjang shank, panjang sayap,
panjang dada, lebar dada, dalam dada dan lebar pinggul (Hutt 1949; Mansjoer,
1985;Suryarman, 2001; Kusuma, 2002; Soeroso et al., 2008).
33
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Analisis T2-Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh
Ayam Kampung Jantan antara Lokasi Penelitian
Statistik T2
Ayam Kampung Nilai F Nilai P Kesimpulan
Hotelling
♂ Ciamis vs ♂ Tegal 1,00601 4,359 0,000 **
♂ Ciamisvs♂ Blitar 1,42227 8,297 0,000 **
♂ Tegal vs ♂ Blitar 1,14310 4,287 0,000 **
Keterangan : ** = sangat nyata (P<0,01); ♂ = jantan; ♀ = betina ; vs = versus
34
ditemukan. Di desa tersebut juga didirikan pabrik tahu yang mengalirkan limbah
pabrik ke anak sungai yang mengalir di desa tersebut. Menurut Pemerintah Daerah
Kabupaten Tegal (2011) desa Dampyak, Tegal, Jawa Tengah bersuhu sekitar 26,9 0C
dengan kelembaban 82%. Lahan perkebunan dan sawah masih banyak ditemukan.
Menurut Pemerintah Kabupaten Blitar (2011) desa Duren Talun, Blitar, Jawa Timur
bersuhu sekitar 18-30 0C dengan kelembaban 60%-94%. Menurut Gunawan et al
(2004)suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan aktivitas metabolisme
berkurang sehingga menurunkan aktivitas makan dan minum. Hal ini bersesuaian
dengan pernyataan Rumondor (1980) bahwa kondisi daerah sangat menentukan
performa ayam Kampung. Ayam Kampung merupakan ayam lokal yang tahan
terhadap penyakit (Sulandari et al., 2007). Yani et al. (2006) menyatakanpenampilan
produksi ternak dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor keturunan (genetik), pakan,
pengelolaan, perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit serta faktor
lingkungan lain.
35
Setiap kenaikan satu % variabel yang diamati akan menaikkan persentase bobot
badan ayam Kampung atau ternak yang diamati.
Tabel 10. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Ciamis pada Jantan dan Betina
♂ Y= 2.621,173+2,164X1+3,158X2+6,226X3
+10,348X4+3,215X5+10,176X6 0,067X7 34,0 %
(n = 45) +3,560X8+3,576X9+4,732X10 +4,473X11
+4,051X12
♀ Y= 2.055,540+0,770X1+2,350X2+4,482X3
+11,824X4+2,496X5+10,722X6 2,301X7 55,2 %
(n = 50) +5,127X8+2,914X9+4,074X10+4,332X11
+ 3,994X12
Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank;
X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari
Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar
Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi
36
Tabel 11. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan
Pengertiannya pada Ayam Kampung Ciamis Jantan
Peningkatan Bobot
Urutan Elastisitas Ukuran
Elastisitas (Ei) Badan pada Setiap 1
Variabel *
cm Ukuran Variabel
-------------(g)-----------
Panjang Shank 0,311 44,823
Lingkar Shank 0,264 118,231
Panjang Dada 0,263 29,137
Panjang Sayap 0,255 24,964
Panjang Tibia 0,248 23,500
Lebar Dada 0,190 40,741
Panjang Maxilla 0,179 107,222
Dalam Dada 0,171 43,316
Lebar Pinggul 0,148 39,937
Panjang Femur 0,134 7,701
Panjang Jari Ketiga 0,107 51,273
Tinggi Jengger 0,001 23,010
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi
37
ditemukan sebesar 103,220 mm (Tabel 3); sehingga penambahan satu % panjang
shank diartikan sebagai penambahan panjang shank sebesar 1,032 mm. Hasil statistik
deskriptif menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam Kampung jantan Ciamis
ditemukan sebesar 2.064,400 g (Tabel 3). Peningkatan bobot badan sebesar 0,331%
diartikan sebagai peningkatan bobot badan sebesar 6,833 g. Hasil perhitungan ini
menyimpulkan bahwa penambahan panjang shank sebesar 1,032 mm akan
meningkatkan bobot badan sebesar 6,833 g atau setiap kenaikan satu cm panjang
shank, maka akan meningkatkan bobot badan ayam Kampung jantan Ciamis yaitu
sebesar 62,263 g. Tabel 11 menjelaskan juga arti dari setiap perolehan nilai
elastisitas.
Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung jantan disajikan pada uraian
berikut ini. Pemilihan ayam Kampung jantan Ciamis sampel dilakukan acak.
Bilaayam Kampung jantan Ciamis sampel memiliki ukuran panjang femur (X1)
149,920 mm; panjang tibia (X2) 171,980 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 99,310
mm; lingkar tarsometatarsus (X4) 50,000 mm;panjang sayap (X5) 150,920 mm;
panjang maxilla (X6) 33,730 mm; tinggi jengger (X7) 24,250 mm; panjang jari ketiga
(X8) 66,060 mm; panjang dada (X9) 154,910 mm; lebar dada (X10) 87,110 mm;
dalam dada (X11) 83,630 mm dan lebar pinggul (X12) 70,460 mm; maka bobot
badannya dapat diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung jantan Ciamis pada
Tabel 10, maka diduga perolehan bobot badan sebesar 2.069,720 g. Ayam Kampung
jantan Ciamis sampel dijadikan standar untuk pengukuran ayam Kampung jantan
Ciamis lain dalam populasi. Bila panjang shank dijadikan patokan dalam penentuan
pendugaan bobot badan, maka panjang shank ayam Kampung jantan Ciamis sampel
yang telah diukur dibandingkan dengan ayam jantan lain. Bila ditemukan panjang
shank ayam jantan lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan
cm dikalikan 62,263 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan
pengurang dari nilai bobot badan dugaan (2.069,720 g).
Nilai elastisitas terhadap variabel ukuran linear permukaan tubuh ayam
Kampung Ciamis betina disajikan pada Tabel 12. Semua varibel dapat digunakan
untuk menduga bobot badan karena berkorelasi nyata terhadap bobot badan
(P<0,01). Elastisitas variabel tertinggi pada ayam Kampung betina Ciamis adalah
lingkar shank.
38
Tabel 12. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan
Pengertiannya pada Ayam Kampung Ciamis Betina
Peningkatan Bobot
Urutan Elastisitas Ukuran
Elastisitas (Ei) Badan pada Setiap 1
Variabel *
cm Ukuran Variabel
-------------(g)---------
Lingkar Shank 0,327 118,231
Panjang Dada 0,258 29,137
Panjang Sayap 0,239 24,964
Panjang Shank 0,236 44,823
Panjang Maxilla 0,217 107,222
Panjang Tibia 0,207 23,500
Lebar Dada 0,196 40,741
Dalam Dada 0,196 43,316
Lebar Pinggul 0,181 39,937
Panjang Jari Ketiga 0,171 51,273
Panjang Femur 0,058 7,701
Tinggi Jengger 0,015 23,010
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi.
Lingkar shank dapat digunakan untuk menduga bobot badan yang dapat
diartikan sebagai penambahan satu % lingkar shank ayam Kampung betina Ciamis
dapat meningkatkan bobot badan sebesar 0,327%; karena nilai elastisitas lingkar
shank ditemukan sebesar 0,327 (Tabel 12). Hasil statistik deskriptif menyatakan
bahwa rataan lingkar shank ayam Kampung betina Ciamis ditemukan sebesar 44,760
mm (Tabel 3); sehingga penambahan 1% lingkar shank diartikan sebagai
penambahan lingkar shank sebesar 0,448 mm. Hasil statistik deskriptif menyatakan
bahwa rataan bobot badan ayam Kampung betina Ciamis ditemukan sebesar 1.618 g
(Tabel 3). Peningkatan bobot badan sebesar 0,327% diartikan sebagai peningkatan
bobot badan sebesar 5,291 g.Hasil perhitungan ini menyimpulkan bahwa
penambahan lingkar shank sebesar 0,448 mm akan meningkatkan bobot badan
sebesar 5,291 g atau setiap kenaikan satu cm lingkar shank, maka akan
meningkatkan bobot badan ayam Kampung betina Ciamis yaitu sebesar 118,231 g.
Begitu pula sebaliknya bila lingkar shank ditemukan lebih kecil, maka setiap
penurunan satu cm lingkar shank akan menurunkan bobot badan sebesar 118,231 g.
39
Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung betina Ciamis disajikan pada
uraian berikut ini. Pemilihan ayam Kampung betina Ciamis sampel dilakukan acak.
Bilaayam Kampung betina Ciamis sampel yang akan dijadikan betina standar,
memiliki ukuran panjang femur (X1) 125,040 mm; panjang tibia (X2) 151,840 mm;
panjang tarsometatarsus (X3) 86,450 mm; lingkar tarsometatarsus (X4) 40,000
mm;panjang sayap (X5)150,570 mm; panjang maxilla (X6)35,040 mm; tinggi jengger
(X7) 18,650 mm; panjang jari ketiga (X8)61,670 mm; panjang dada (X9) 161,520
mm; lebar dada (X10)72,680 mm; dalam dada (X11) 68,320 mm dan lebar pinggul
(X12) 68,780 mm; maka bobot badannya dapat diduga. Berdasarkan persamaan ayam
Kampung betina Ciamis pada Tabel 10, maka diduga perolehan bobot badan sebesar
1.620,220 g. Lingkar shank dijadikan patokan dalam penentuan pendugaan bobot
badan, dengan mengukur lingkar shank pada betina lain populasi yang sama. Lingkar
shank ayam Kampung betina Ciamis sampel dibandingkan dengan ayam betina lain
yang akan diduga bobot badannya. Bila ditemukan lingkar shank ayam betina lain
yang lebih besar, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm dikalikan 118,231 g
sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan penambah dari nilai
bobot badan dugaan ayam Kampung betina sampel. Bila ditemukan lingkar shank
ayam betina lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm
dikalikan 118,231 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan
pengurang dari nilai bobot badan dugaan ayam Kampung betina sampel.
Persamaan regresi pendugaan bobot badan jantan dan betina pada ayam
Kampung di Tegal ditunjukkan pada Tabel 13. Panjang femur (X1), panjang tibia
(X2), panjang tarsometatarsus (X3), lingkar tarsometatarsus (X4),panjang sayap (X5),
panjang maxilla (X6), tinggi jengger (X7), panjang jari ketiga (X8), panjang dada
(X9), lebar dada (X10), dalam dada (X11) dan lebar pinggul (X12)sangat berpengaruh
sangat nyata terhadap bobot badan baik pada jantan maupun betina (P<0,01).
Elastisitas terbesar ditemukan pada lebar dada pada ayam Kampung Tegal
jantan. Lebar dada dapat digunakan sebagai patokan pada penentuan bobot badan
pada individu jantan lain dalam populasi ayam Kampung Tegal. Hal tersebut bukan
berarti hanya bagian lebar dada yang dijadikan sebagai patokan, karena variabel
lain dapat juga digunakan untuk menduga bobot badan.
Tabel 13. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Tegal pada Jantan dan Betina
40
Jenis Kelamin Persamaan Regresi Komponen Utama R2
♀ Y = 682,681+1,153X1+1,722X2+3,498X3
+1,355X4+1,483X5+2,090X6 0,766X7 26,3 %
(n = 76 ) +5,692X8+1,613X9+3,050X10+1,629X11
+2,922X12
Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank;
X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari
Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar
Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi
Hal tersebut disajikan pada Tabel 14 mengenai elastisitas variabel linear permukaan
tubuh terhadap bobot badan pada ayam Kampung jantan Tegal.
Nilai elastisitas variabel tertinggi pada ayam Kampung jantan Tegal adalah
lebar dada. Bila lebar dada digunakan untuk menduga bobot badan pada ayam
Kampung jantan Tegal, maka diartikan bahwa penambahan satu % lebar dada ayam
Kampung jantan Tegal dapat meningkatkanbobotbadansebesar 0,378%; berdasarkan
perolehan nilai elastisitas sebesar 0,378 (Tabel 14). Hasil perhitungan statistik
deskriptif menyatakan bahwa rataan lebar dada ayam Kampung jantan Tegal
ditemukan sebesar 83,820 mm (Tabel 4); sehingga penambahan 1% lebar dada
diartikan sebagai penambahan lebar dada sebesar 0,838 mm. Tabel 4 menyajikan
hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam Kampung
jantan Tegal sebesar 1.825 g. Peningkatan bobot badan sebesar 0,378% diartikan
sebagaipeningkatanbobotbadan sebesar6,898g.Hasil perhitungan ini menyimpulkan
bahwa penambahan lebar dada sebesar 0,838 mm akan meningkatkan bobotbadan
sebesar 6,898 g atau setiap kenaikan satu cm lebar dada, akan meningkatkan bobot
badan ayam Kampung jantan Tegal yaitu sebesar 8,255 g.
Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung jantan Tegal, disajikan pada
uraian berikut ini. Pemilihan ayam Kampung jantan Tegal sampel dilakukan acak.
Bilaayam Kampung jantan Tegal sampel memiliki ukuran panjang femur (X1)
119,400 mm; panjang tibia (X2) 163,510 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 101,950
mm; lingkar tarsometatarsus(X4) 52,000 mm;panjang sayap (X5)153,520 mm;
41
Tabel 14. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan
Pengertiannya pada Ayam Kampung Tegal Jantan
Peningkatan Bobot
Urutan Elastisitas Ukuran
Elastisitas (Ei) Badan pada Setiap 1
Variabel *
cm Ukuran Variabel
----------(g)---------
Lebar Dada 0,378 8,255
Panjang Sayap 0,319 37,748
Lingkar Shank 0,275 102,597
Lebar Pinggul 0,227 57,790
Dalam Dada 0,196 50,557
Panjang Femur 0,189 26,583
Panjang Jari Ketiga 0,170 48,323
Panjang Dada 0,072 9,081
Panjang Shank 0,050 9,247
Panjang Maxilla 0,032 18,238
Tinggi Jengger 0,023 22,293
Panjang Tibia 0,121 14,481
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi.
panjang maxilla (X6) 37,410 mm; tinggi jengger (X7) 26,580 mm; panjang jari ketiga
(X8) 61,340 mm; panjang dada (X9) 153,620 mm; lebar dada (X10) 95,690 mm;
dalam dada (X11) 90,670 mm dan lebar pinggul (X12) 79,990 mm; maka bobot
badannya dapat diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung jantan Tegal pada
Tabel 13, maka diduga perolehan bobot badan sebesar 1.859,190 g. Ayam Kampung
jantan Tegal sampel dijadikan standar untuk pengukuran ayam Kampung jantan
Tegal lain dalam populasi. Variabel lebar dada dijadikan patokan dalam penentuan
pendugaan bobot badan, maka lebar dada ayam Kampung jantan Tegal sampel yang
telah diukur dibandingkan dengan ayam jantan lain. Bila ditemukan lebar dada ayam
jantan lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm dikalikan
8,255 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan pengurang dari
nilai bobot badan dugaan (1.859,190 g). Hal yang sebaliknya dilakukan pada ayam
jantan lain dengan ukuran lebar dada yang lebih kecil dari ayam standar pada ayam
Kampung jantan Tegal.
42
Tabel 15 menunjukkan tingkat sensitivitas yang diperlihatkan dengan nilai
elastisitas terhadap variabel ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung Tegal
betina. Setiap variabel memiliki nilai elastisitas yaitu kemampuan sensitivitas
varaiabel terhadap pendugaan bobot badan. Elastisitas variabel tertinggi pada ayam
Kampung betina Tegal adalah panjang jari ketiga. Penambahan 1% panjang jari
ketiga ayam Kampung betina Tegal dapat meningkatkan bobot badan sebesar
0,228%; berdasarkan perolehan nilai elastisitas sebesar 0,228.
Tabel 15. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan
Pengertiannya pada Ayam Kampung Tegal Betina
Peningkatan Bobot
Urutan Elastisitas Ukuran
Elastisitas (Ei) Badan pada Setiap 1
Variabel Tubuh*
cm Ukuran Variabel
-----------(g)----------
Panjang Jari Ketiga 0,228 56,924
Panjang Shank 0,210 34,976
Panjang Tibia 0,174 17,220
Lebar Dada 0,172 30,504
Panjang Dada 0,159 16,127
Panjang Sayap 0,152 14,827
Lebar Pinggul 0,144 29,220
Panjang Femur 0,098 11,535
Dalam Dada 0,080 16,290
Panjang Maxilla 0,046 20,899
Lingkar Shank 0,041 13,548
Tinggi Jengger 0,006 7,662
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi
Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan panjang jari ketiga ayam
Kampung betina Tegal ditemukan sebesar 54,890 mm (Tabel4); sehingga
penambahan satu % panjang jari ketiga diartikan sebagai penambahan panjang jari
ketiga sebesar 0,549 mm. Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan bobot
badan ayam Kampung betina Tegal ditemukan sebesar 1.368,4 g (Tabel 4).
Peningkatan bobot badan sebesar 0,228% diartikan sebagai peningkatan bobot
badan sebesar 3,119 g. Hasil perhitungan ini menyimpulkan bahwa penambahan
43
panjang jari ketiga sebesar 0,549 mm akan meningkatkan bobot badan sebesar 3,119
g atau setiap kenaikan satu cm panjang jari ketiga, maka akan meningkatkan bobot
badan ayam Kampung betina Tegal yaitu sebesar 56,924 g. Hal tersebut berlaku
sebaliknya bila ditemukan ukuran panjang jari ketiga yang lebih kecil dari ayam
standar.
Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung betina disajikan pada uraian
berikut ini. Pemilihan ayam Kampung betina Tegal sampel dilakukan acak. Bila
Ayam Kampung betina Tegal sampel memiliki ukuran panjang femur (X1) 99,740
mm; panjang tibia (X2) 145,570 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 86,280 mm;
lingkar tarsometatarsus (X4) 47,000 mm;panjang sayap (X5)130,210 mm; panjang
maxilla (X6) 31,520 mm; tinggi jengger (X7) 28,190 mm; panjang jari ketiga (X8)
53,040 mm; panjang dada (X9) 141,190 mm; lebar dada (X10) 69,770 mm; dalam
dada (X11) 90,020 mm dan lebar pinggul (X12) 66,580 mm; bobot badannya dapat
diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung betina Tegal pada Tabel 13, maka
diduga perolehan bobot badan sebesar 1.369,500 g. Ayam Kampung betina Tegal
sampel dijadikan standar untuk pengukuran ayam Kampung betina Tegal lain dalam
populasi. Bila panjang jari ketiga dijadikan patokan dalam penentuan pendugaan
bobot badan, maka betina Tegal ayam Kampung betina Tegal sampel yang telah
diukur dibandingkan dengan ayam betina lain. Bila ditemukan panjang jari
ketigaayam betina lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan
cm dikalikan 62,263 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan
Tabel 16. Pendugaan Bobot Badan Ayam Kampung Blitar pada Jantan dan Betina
Jenis Kelamin Persamaan Regresi Komponen Utama R2
♂ Y = 3.154,125+0,507X1+3,123X2+4,765X3
+12,968X4+1,086X5+13,785X6+9,164X7 46,4 %
(n = 38 ) –3,435X8+5,625X9+12,045X10+5,488X11
+ 11,079 X12
♀ Y= 1.709,424+1,114X1+1,675X2+3,940 X3
+11,829X4+2,645X5+4,076X6+7,963X7 29,4 %
(n =72 ) + 6,307 X8+2,079 X9+4,353X10 +2,614X11
+3,762X12
Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank;
X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari
Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar
Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi
44
pengurang dari nilai bobot badan dugaan (1.369,500 g). Hal yang sebaliknya berlaku
juga pada ayam betina lain dengan ukuran panjang jari ketiga yang lebih besar.
Tabel 16 memberikan gambaran bahwa semua variabel berpengaruh terhadap
pendugaan bobot badan.Berdasarkan persamaan pada Tabel 16, nilai elastisitas dapat
diturunkan.Hal tersebut disajikan pada Tabel 17.
Bobot badan dapat diduga berdasarkan model persamaan regresi komponen
utama, hanya pada ayam sampel. Pendugaan bobot badan individu lain dalam
populasi, dapat ditentukan kemudian dengan teknik yang berbeda.
Elastisitas variabel tertinggi pada ayam Kampung jantan Blitar adalah lebar
dada (Tabel 17); yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan. Hal tersebut
berartipenambahan satu % lebar dada ayam Kampung jantan Blitar dapat
meningkatkan bobot badan sebesar 0,437%; berdasarkan perolehan nilai elastisitas
sebesar 0,437.Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan lebar dada ayam
Kampung jantan Blitar ditemukansebesar 84,330mm (Tabel 5); sehingga
Tabel 17. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan
Pengertiannya pada Ayam Kampung Blitar Jantan
Peningkatan Bobot
Urutan Elastisitas Ukuran Elastisitas (Ei) Badan pada Setiap 1
Variabel *
cm Ukuran Variabel
-----------(g)---------
Lebar Dada 0,437 120,450
Panjang Dada 0,355 56,251
Lebar Pinggul 0,342 110,790
Lingkar Shank 0,298 129,678
Panjang Shank 0,236 47,647
Panjang Tibia 0,229 31,228
Panjang Maxilla 0,220 137,847
Dalam Dada 0,174 54,885
Tinggi Jengger 0,074 91,641
Panjang Sayap 0,071 10,863
Panjang Femur 0,028 5,075
Panjang Jari Ketiga 0,106 34,352
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi
45
penambahan satu % lebar dada diartikan sebagai penambahan lebar dada sebesar
0,843 mm. Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam
Kampung jantan Blitar ditemukan sebesar 2.323,700 g (Tabel 5). Peningkatan bobot
badan sebesar 0,437% diartikan sebagai peningkatan bobot badan sebesar 10,155 g.
Hasil perhitungan ini menyimpulkan bahwa penambahan lebar dada sebesar 0,843
mm akan meningkatkan bobot badan sebesar 10,155 g atau setiap kenaikan satu cm
lebar dada, maka akan meningkatkan bobot badan ayam Kampung jantan Blitar
sebesar 120,450g.
Teknik pendugaan bobot badan ayam Kampung jantan disajikan pada uraian
berikut ini. Pemilihan ayam Kampung jantan Blitar sampel dilakukan acak. Bila
ayam Kampung jantan Blitar sampel memiliki ukuran panjang femur (X1) 123,410
mm; panjang tibia (X2) 172,240 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 122,550 mm;
lingkar tarsometatarsus (X4)52,000 mm;panjang sayap (X5)149,000 mm;panjang
maxilla (X6) 38,930 mm; tinggi jengger (X7) 18,500 mm; panjang jari ketiga (X8)
76,410 mm; panjang dada (X9) 134,310 mm; lebar dada (X10) 83,760 mm; dalam
dada (X11) 86,420 mm dan lebar pinggul (X12) 70,800 mm; maka bobot badannya
daat diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung jantan Blitar pada Tabel 15,
maka diduga perolehan bobot badan sebesar 2.333,210 g. Sampel dijadikan standar
pada ayam Kampung jantan Blitar untuk pengukuran ayam Kampung jantan Blitar
lain dalam populasi. Bila lebar dada dijadikan patokan dalam penentuan pendugaan
bobot badan, maka lebar dada ayam Kampung jantan Blitar sampel yang telah diukur
dibandingkan dengan ayam jantan lain. Bila ditemukan lebar dada ayam jantan lain
yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm dikalikan 120,450g
sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan pengurang dari nilai
bobot badan dugaan (2.333,210 g).
Tabel 18 menyajikan nilai elastisitas terhadap variabel ukuran linear
permukaan tubuh ayam Kampung Blitar betina. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa semua varibel yang diamati dapat digunakan untuk menduga bobot
badan.Lingkar shank memiliki nilai elastisitas variabel tertinggi pada ayam
Kampung betina Ciamis. Lingkar shank dapat digunakan untuk menduga bobotbadan
yang dapat diartikan sebagai penambahan satu % lingkar shankayamKampung
betina
46
Blitar dapat meningkatkan bobot badan sebesar 0,333%; berdasarkan perolehan
nilai elastisitas sebesar 0,333.
Tabel 18. Elastisitas Ukuran Linear Permukaan Tubuh terhadap Bobot Badan dan
Pengertiannya pada Ayam Kampung Blitar Betina
Peningkatan Bobot
Urutan Elastisitas Ukuran Elastisitas (Ei) Badan pada Setiap 1
Variabel *
cm Ukuran Variabel
----------(g)---------
Lingkar Shank 0,333 118,293
Panjang Sayap 0,255 26,449
Panjang Jari Ketiga 0,251 63,067
Panjang Shank 0,227 39,401
Lebar Dada 0,216 43,530
Panjang Dada 0,184 20,790
Lebar Pinggul 0,165 37,617
Panjang Tibia 0,159 16,750
Dalam Dada 0,111 26,140
Panjang Maxilla 0,086 40,760
Panjang Femur 0,085 11,138
Tinggi Jengger 0,041 79,627
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi
47
129,590 mm; panjang tibia (X2) 138,980 mm; panjang tarsometatarsus (X3) 76,830
mm; lingkar tarsometatarsus (X4) 42,000 mm;panjang sayap (X5)159,320 mm;
panjang maxilla (X6) 33,540 mm; tinggi jengger (X7) 6,840 mm; panjang jari ketiga
(X8) 55,340 mm; panjang dada (X9) 147,89mm; lebar dada (X10) 78,640 mm; dalam
dada (X11) 77,320 mm dan lebar pinggul (X12) 67,270 mm; maka bobot badannya
dapat diduga. Berdasarkan persamaan ayam Kampung betina Blitar pada Tabel 16,
maka diduga perolehan bobot badan sebesar 1.633,990 g. Ayam Kampung betina
Blitar sampel dijadikan standar untuk pengukuran ayam Kampung betina Blitar lain
dalam populasi. Lingkar shank dijadikan patokan dalam penentuan pendugaan bobot
badan, maka lingkar shank ayam Kampung betina Blitar sampel yang telah diukur
dibandingkan dengan ayam betina lain. Bila ditemukan lingkar shank ayam betina
lain yang lebih kecil, maka selisih yang diperoleh dalam satuan cm dikalikan
118,293 g sehingga diperoleh hasil, kemudian hasil tersebut merupakan pengurang
dari nilai bobot badan dugaan (1.633,990 g). Hal yang sebaliknya terjadi bila lingkar
shank ditemukan lebih kecil, maka setiap penurunan satu cm lingkar shank akan
menurunkan bobot badan sebesar 118,293 g pada ayam Kampung betina Blitar.
Ukuran kerangka ayam bagi peternak merupakan indikator produksi ternak
karena dapat menentukan produktivitas antara lain untuk menduga bobot badan ayam
yang dihasilkan (Suryaman, 2001). Pada penelitian ini, ukuran linear permukaan
tubuh dapat dianalogikan dengan ukuran kerangka ayam. Korelasi yang tinggi antara
bobot tubuh dengan setiap ukuran tubuh memberikan indikasi bahwa setiap ukuran
tubuh dapat digunakan sebagai penduga bobot badan (Rumondor, 1980; Soeroso et
al., 2008).Pada penelitian ini, korelasi yang tinggi (P<0,01) ditemukan antara ukuran
linear permukaan tubuh dan bobot badan, melalui Analisis Regresi Komponen
Utama; yang ditemukan pada setiap kelompok ayam Kampung yang diamati.
Mansjoer (1981) menyatakan bahwa panjang paha dam panjang betis
merupakan tempat perletakan daging. Panjang paha pada penelitian merupakan
panjang femur, sedangkan panjang betis merupakan panjang tibia. Dijelaskan oleh
Mansjoer (1981) bahwa panjang tulang paha dan betis menunjukkan produksi
daging, karena berkorelasi positif terhadap bobot badan. Berdasarkan Analisis
Regresi Komponen Utama pada penelitian ini; panjang femur dan panjang tibia,
berkorelasi positif terhadap bobot badan (P<0,01).
48
Mansjoer (1981) menyatakan panjang shank yang besar menunjukkan
pertumbuhan atau kecepatan tumbuh yang tinggi. Menurut Kurnia (2011) ayam
Kampung memiliki korelasi positif dan nyata dengan bobot badan adalah panjang
shank. Kusuma (2002) menyatakan bahwa panjang shank merupakan variabel yang
paling cocok untuk menduga bobot badan pada ayam Kampung.
Akibat seleksi alam dan buatan (peternak) bentuk ayam Kampung berbeda di
antara Ciamis, Tegal dan Blitar. Hal tersebut dibuktikan dengan kerampingan ayam
Kampung Blitar yang berdasarkan analisis deskriptif. Kerampingan yang dimiliki
ayam Kampung Blitar disertai dengan bobot badan yang cukup besar, yang
diperlihatkan dengan lingkar shank yang diperoleh paling tinggi di antara ayam
Kampung kelompok lain. Mansjoer (1981) dan Mulyono et al. (2009) menyatakan
bahwa kerampingan shank dapat ditentukan dengan lingkar metatarsus; yang
dihubungkan dengan kemampuan ayam untuk menopang tubuh. Budipurwanto
(2001) menyatakan korelasi antara bobot badan dan lingkar shankpada ayam
Kampung sebesar 0,96. Bobot badan ayam Kampung jantan Blitar ditemukan
tertinggi di antara ayam Kampung jantan lokasi lain, sedangkan ayam Kampung
betina Ciamis ditemukan tertinggi di antara ayam Kampung betina lokasi lain.
Kusuma (2002) menyatakan lebar dada yang tinggi menyediakan ruangan
yang cukup bagi kerja organ-organ dalam pada tubuh ayam.Pada penelitian ini,
panjang dada dan dalam dada merupakan bagian dada. Mansjoer (1981) menyatakan
bahwa bagian dada merupakan tempat perletakan daging sehingga perkembangan
dari tulang dada dapat menunjukkan produksi daging.Kusuma (2002) menyatakan
lebar dada dan lingkar dada berkorelasi nyata terhadap bobot badan pada ayam
Kampung.
Tulang pinggul dan panjang sayap merupakan bagian dari kerangka tubuh
ayam. Suryaman (2001) menyatakan bahwa ukuran kerangka tubuh ayam bagi
peternak merupakan indikator produksi ternak. Berdasarkan Analisis Regresi
Komponen Utama pada penelitian ini; tulang pinggul dan panjang sayap berkorelasi
positif terhadap bobot badan (P<0,01).
Pakan yang dikonsumsi, pertama kali digunakan untuk kebutuhan hidup
pokok (Rasyaf, 2011). Kebutuhan hidup pokok ayam dikaitkan dengan ketahanan
hidup (survive) sampai pada saat tertentu yaitu pada saat kebutuhan pokok terpenuhi,
49
ayam bersiap untuk berproduksi. Lingkungan tempat hidup berkaitan erat dengan
zona nyaman ayam untuk survive lalu berproduksi. Menurut Lucas dan Stettenheim
(1972) jengger berperanan dalam sistem sirkulasi darah. Jenggerberfungsi sebagai
termoregulator tubuh terhadap suhu lingkungan. Meskipun tinggi jengger berkaitan
dengan upaya fisiologis ayam untuk bertahan hidup pada lingkungan dengan suhu
tertentu, tinggi jengger ayam Kampung pada masing-masing lokasi memiliki ukuran
yang berbeda, yang secara tidak disadari telah diseleksi alam. Tinggi jengger yang
rendah yang telah terseleksi ketat pada ayam Kampung Blitar, berdasarkan Analisis
Regersi Komponen Utama menunjukkan bahwa bila ukuran tinggi jengger
bertambah maka bobot badan akan bertambah. Hal yang sebaliknya ditemukan pada
kelompok ayam Kampung Ciamis dan Tegal. Pada kelompok ayam Kampung
Ciamis dan Tegal, peningkatan ukuran tinggi jengger akan menurunkan bobot badan,
sebagai upaya ayam untuk tetap berada pada zona nyaman untuk bertahan hidup dan
berproduktivitas.
Jari ketiga berkembang baik pada ayam Kampung betina Blitar, karena
digunakan untuk bertengger pada saat ayam beristirahat. Lingkungan ayam
Kampung di Blitar dengan tempat beristirahat ayam tidak pada kandang, yang
berakibat pada perkembangan panjang jari ketiga yang cepat; sehingga ayam
Kampung Blitar memiliki ukuran panjang jari ketiga tertinggi diantara ayam
Kampung Ciamis dan Tegal. Perolehan nilai elastisitas pada ayam Kampung Blitar
memberikan hasil yang bertentangan antara jantan dan betina. Nilai elastisitas Ayam
Kampung panjang jari ketiga terhadap bobot badan pada jantan bernilai negatif,
sedangkan pada betina positif. Respon adaptasi ayam Kampung jantan Blitar berbeda
dengan kelompok ayam lain, karena seleksi alam terhadap panjang jari ketiga
sebagai upaya ayam jantan Blitar untuk menyeimbangkan posisi ayam pada saat
bertengger tidak memberikan respon positif terhadap bobot badan. Ayam Kampung
jantan Blitar bertahan (survive) pada kondisi bobot badan yang semakin besar
dengan panjang jari ketiga yang semakin kecil. Noor (2004) menyatakan daya
adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dapat menentukan keberhasilan ternak
untuk dapat bertahan (survive).
Kusuma (2002) menyatakan bahwa panjang paruh (maxilla) memiliki
korelasi yang tinggi dan nyata terhadap bobot badan pada ayam Kampung. Paruh
50
berfungsi sebagai alat pengambil pakan (Rusdin, 2007). Dijelaskan lebih lanjut
bahwa ukuran paruh yang panjang pada ayam petelur akan mempengaruhi
efektivitas dan efisiensi pakan.
Kesimpulan
Perbedaan ditemukan diantara jantan maupun betina ayam Kampung Ciamis,
ayam Kampung Tegal dan ayam Kampung Blitar.Perbedaan ukuran-ukuran linear
51
permukaan tubuh ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar disebabkan faktor
lingkungan (seleksi alam) dan keputusan peternak (seleksi buatan) dalam menyeleksi
sehingga ayam Kampung Ciamis dikategorikan sebagai ayam tipe dwiguna yang
mengarah ke sifat pedaging; ayam Kampung Tegal sebagai ayam tipe dwiguna yang
mengarah ke sifat petelur; sedangkan ayam Kampung Blitar sebagai ayam tipe
dwiguna yang mengarah ke sifat pedaging dan petelur.
Pengaruh yang sangat nyata antara ukuran-ukuran linear tubuh terhadap
bobot badan ditemukan sehingga peningkatanukuran-ukuranlinear tubuh maka akan
meningkatkan bobot badan ayam Kampung yang diamati. Nilai elastisitas tertinggi
tidak harus dijadikan patokan dalam pendugaan bobot badan ayam dilapang. Setiap
kenaikan satu % variabel yang diamati akan menaikkan persentase bobot badan ayam
Kampung atau ternak yang diamati sebesar nilai elastisitas.Kepraktisan pendugaan
bobot badan di lapang lebih diutamakan. Pada penelitian, elastisitas tertinggi
ditemukan pada panjang shank (ayam Kampung jantan Ciamis), lingkar shank (ayam
Kampung betina Ciamis dan betina Blitar), lebar dada (ayam Kampung jantan Tegal
dan jantan Blitar) dan panjang jari ketiga (ayam Kampung betina Tegal).
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alfahriani. 2003. Tanggap kebal terhadap virus new castle disease dan hubungannya
dengan bobot badan pada ayam Kampung tanpa vaksin di desa Karacak,
Kecamatan Leuwiliang, Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
52
Badan Pusat Statistik. 2010. Populasi ternak tahun 2010. http://bps.go.id. [Disunting
terakhir 2010] [8 April 2011].
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Prakiraan cuaca Indonesia.
http://www.bmkg.go.id [Disunting terakhir 2012]. [3 Juli 2012]
Badriah, S.2011. Studi morfometrik tubuh burung dara laut (LARIDAE) melalui
Analisis Komponen Utama dan jarak minimum D2-Mahalanobis. Skripsi.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Budipurwanto, T. 2001. Studi tentang fenotip ayam buras berdasarkan sifat
kuantitatif dan kualitatif ayam. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Biology Online Team. 2005a. Shape. http://www.biology-online.org/dictionary/
Shape. [Last modified in October 3rd, 2005] [6 April 2012].
Biology Online Team. 2005b. Size. http://www.biology-online.org/dictionary/Size.
[Last modified in October 3rd, 2005] [6 April 2012].
Biology Online Team. 2005c. Morphology. http://www.biology-online.org/
dictionary/Morphology. [Last modified in October 3rd, 2005][4 April 2011].
Candrawati, V.Y.2007. Studi ukuran dan bentuk tubuh ayamKampung, ayam Sentul
dan ayam Wareng Tangerang.Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Volume II. Tarsito,
Bandung.
Gunawan, et al. 2004. SISKA (Sistim Integrasi Sapi Kelapa Sawit) di perkebunan
rakyat Bengkulu. Badan Litbang Provinsi Bengkulu.
Herren, R. 2000. The Science of Animal Agriculture. 2nded. Delmar, New York.
Hutt, F.B. 1949. Genetics of the Fowl. McGraw-Hill Book Company, Inc., New
York.
Kurniawati, A. 2008.Ukuran dan bentuk tubuh ayam Arab,ayam Kampung dan ayam
Pelungberdasarkan Analisis Komponen Utama. Bogor. Skripsi. Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Kurnia,Y. 2011. Morfometrik ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada fase
pertumbuhan dari umur 1-12 minggu. Skripsi.Fakultas Peternakan.Institut
Pertanian Bogor.Bogor.
Kusuma, A.S. 2002. Karakteristik sifat kuantitatif dan kualitatif ayam Merawang dan
ayam Kampung Umur 5-12 Minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Lucas, A. M., & P. R. Stettenheim. 1972. Avian anatomy. Integument. Agriculture
Handbook 362, U.S. Dept. Agric., Washington, D.C.
Mansjoer S.S. 1996. Studi karakteristik dan sifat-sifat genetik melalui polimorfisme
protein pada ayam Sentul, Pelung dan Kampung. Bogor. Laporan Penelitian
ARMP-Project, Kerjasama IPB-Balitnak.
53
Mansjoer, S. S. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam Kampung serta
persilangannya dengan Rhode Island Red. Disertasi. Fakultas Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mansjoer S.S. 1981. Studi Sifat-sifat Ekonomis yang Menurun pada Ayam
Kampung. Laporan Penelitian No 15/Penelitian/PUT/IPB/1979-1980.
Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mattjik, A. A. & M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan
AplikasiSAS dan Minitab. Jilid I. Edisi ke-2. Institut Pertanian Bogor (IPB)
Press,
Bogor.
Mc. Henry. 2008. Incubation and Embryology. U.S. Department of Agriculture.
University of Illinois Extension.
Mc Lelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd.,
London.
Mitra Unggas. 2008. Bisnis DOC ayam buras. http://www.mitraunggas.com [2008].
Moniharpon, M.1997. Studi sifat-sifat biologis ayam Kampung dan ayam Gemba di
Maluku sampai dewasa kelamin. Tesis. Bogor: Program Pascasarjana, IPB.
Moreng,R.E & J.S Avens.1985. Poultry Science and Production Reston Publishing
Company, Inc, Reston. Virginia.
Mufti, R. 2003. Studi ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung, ayam Pelung dan
persilangannya. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan
Garut. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mulyono,R.H, T Sartika & R.D Nugraha 2009. A Study of Morphometric
Phenotypic Characteristic of Indonesian Chicken : Kampong, Sentul and
Wareng-Tangerang, Based on Discriminant Analysis, Wald-Anderson
Criteria and Mahalanobis Minimum Distance. The 1st International Seminar
on Animal Industry Faculty of Animal Science. Bogor Agricultural
University.
Mulyono, R.H. & R.B. Pangestu.1996. Analisis statistik ukuran-ukuran tubuh dan
analisis karakter-karakter genetic eksternal pada ayam Kampung, Pelung, dan
Kedu. SeminarHasil-Hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor. Hal : 17-21.
Nataamijaya, A.G. 2008. The native chicken of Indonesian. Buletin Plasma Nutfah.
14(2) :85-89.
Noor, R.R. 2004. Ilmu Genetika Ternak Cetakan ketiga. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nugraha,R. D.2007.Perbandingan morfometrik ayam Kampung, Wereng Tanggerang
dan Sentul melalui analisis diskriminan. Skripsi. Fakultas Peternakan.Institut
Pertanian Bogor.Bogor.
54
Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Hashiguchi & S.S. Mansjoer. 1982. Body
measurement and analysis of external genetic characters of Indonesian native
fowl. The origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The
Research Group of Overseas Scientific Survey. Page : 73-83.
Nishida, T., K. Nozawa, K. Kondo, S.S. Mansjoer & H. Martojo. 1980.
Morphological and genetical studies on the Indonesian native fowl.The
Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group
of Overseas Scientific Survey. Hal : 47-70.
Otsuka, J., T. Namikawa, K. Nozawa, & H. Martojo. 1982. Statistical analysis on the
body measurements of East Asian Native Cattle and Bantengs. The Origin
and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of
Overseas Scientific Survey. Tokyo. P: 7-18.
Pemerintah Daerah propinsi Jawa Barat. http://www.ciamiskab.go.id/teras/info-
ciamis/tentang-ciamis. [Disunting terakhir 2011] [10 April 2012].
Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal. http://www.tegalkab.go.id/page.php?id=8
[Disunting terakhir 2011] [10 April 2012].
Pemerintah Kabupaten Blitar. http://www.blitarkab.go.id/sekilas-kab-blitar/132.html
[Disunting terakhir 2011] [10 April 2012].
Pernomo,S. 2011. Pendugaan bobot badan jantan sapi bali dan sapi Peranakan
Ongole (PO) berdasarkan Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU).
Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Petelur. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Rasyaf, M. 2011. Manajemen Peternakan Ayam Broiler, Jakarta.
Rumondor, F.F. 1980. Hubungan antara beberapa sifat produksi ayam Kampung di
desa Cigombong, kecamatan Cijeruk, kabupaten Bogor. Karya Ilmiah.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rusdin, M. 2007. Analisis fenotipe, genotipe dan suara ayam Pelung di Kabupaten
Cianjur. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sartika, T., S. Iskandar, L. H. Prasetyo, H. Takahashi, & M. Mitsuru. 2004.
Karakteristik genetik ayam Kampung, Pelung, Sentul dan Kedu Hitam
dengan menggunakan penanda DNA mikrosatelit: I. Grup pemetaan pada
makro kromosom. J. Ilmu Ternak dan Veteriner. 9 (2) : 81-86.
Sartika, T. 2000. Studi keragaman fenotipik dan genetik ayam kampung (Gallus
gallus domesticus) pada populasi dasar seleksi. Tesis. Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Scanes, C. G. 2003. Biology of Growth of Domestic Animals. 1st Ed. Iowa
StatesPress, Iowa.
Sisson, S & J. D. Grossman. 1953. The Anatomy of the Domestic Animals. 4th
Revised Edition. W. B. Saunders Company, Philadelphia.
55
Sisson, S & J. D. Grossman. 1975. The Anatomy of the Domestic Animals. 5th
Revised Edition. W. B. Saunders Company, Philadelphia.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Madha University Press,
Yogyakarta.
Soeroso, Awaluddin & S. Mozin. 2008. Studi dimensi tubuh dan korelasinya dengan
bobot badan pada ayam Kampung di Sigi Biromaru. J. Agri Sains 9 (3) : 160-
161.
Sulandari, S., M. S. A. Zein., S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T. Widjastuti, E.
Sudjana, S. Darana, I. Setiawan & D. Garnida. 2007. Sumberdaya genetik
ayam lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal 50
Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Hal : 45-67.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono & R. Kartosudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suryaman, A. 2001. Perbandingan morfometri ayam Kampung, ayam Pelung dan
ayam keturunan pertama (F1) persilangan Pelung Kampung umur 5-
12minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syahid, A. 2009. Koefisien keragaman. http://abdulsyahid-forum.blogspot.com. Blog
Edukasi. Disunting terakhir pada 2 April 2009. [12 Mei 2012].
Utami., T. 2008. Pola pertumbuhan berdasarkan bobot badan dan ukuran-ukuran
tubuh domba Lokal di Unit Pendidikan dan penelitian Peternakan Jonggol
UP3J). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika. Cetakan ke-3. PT Gramedia, Jakarta.
Yani,A. Purwanto. 2006. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi
Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan
Produktivitasnya. Media Peternakan. IPB. Bogor.
Zeffer, A., L.C. Johanson & A. Marmebro. 2003. Functional correlation between
habitat use and leg morphology in birds (Aves). Gotenborg. Biological
Journal of the Linnean Society; 79, 461–484.
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi,
56
seminar, penelitian dan skripsi dengan lancar. Shalawat dan salam tak lupa Penulis
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-sahabatnya sehingga kita
semua senantiasa memperoleh perlindungan Allah SWT.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya Penulis ucapkan kepada Ir. Rini H.
Mulyono, M.Si. dan Dr. Ir. Rukmiasih, MSsebagai dosen Pembimbing Skripsi yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran dalam
penyusunan serta penyelesaian skripsi, dan Prof.Ir.Muladno, MSA; Dr.Ir. Ibnu Katsir
Amarullah,MS; Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si sebagai penguji yang telah
memberikan saran yang membangun. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Nur
Muttaqin,S.Hi dan segenap masyarakat desa Tanjung Manggu, Ciamis, Jawa Barat;
Bapak Jaenudin dan segenap masyarakat desa Dampyak, Tegal, Jawa Tengah serta
Bapak Ribut dan Mulyanto yang telahmengijinkan, memberikan fasilitas dan
membantu dalam pelaksanaan penelitian, kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu, MS
sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ayah bunda tercinta bapak H.
Suwarno Saleh, dan ibu Istriningsih Rahayu; Kakak tercinta (Anitha, Indra,
Hendriyanto dan Eni) serta Eyang kakung dan Eyang putri yang senantiasa
memberikan kasih sayang dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi. Penulis
sampaikan terima kasih kepada Yayang Sophiyan yang telah memberikan motivasi
dan semangat dalam penyelesaian skripsi dan kepada teman seperjuangan Sita, Fitria,
Alexandra, Yenny, teman satu bimbingan (Ika, Dini, Bedi, Restu, Ester, Mban, Indah
Permata),Pipih Suningsih, A.Md, Dadang yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi. Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman kandang ABC
(Kuswanto dan Ari) dan IPTP 45yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
Terakhir Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Bogor, Juli 2012
Penulis
57
♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀
n = 45 n = 50 n = 20 n = 76 n = 38 n = 72
Panjang Femur (X1) 12,19% 15,06% 12,61% 13,76% 13,34% 14,24%
Panjang Tibia (X2) 9,95% 14,12% 11,62% 11,44% 9,59% 8,98%
Panjang Shank (X3) 10,48% 14,71% 10,68% 9,69% 9,06% 10,31%
Lingkar Shank (X4) 13,36% 8,21% 11,66% 9,60% 12,55% 8,46%
Panjang Sayap (X5) 11,34% 13,79% 9,77% 11,14% 12,98% 10,49%
Panjang Maxilla (X6) 13,89% 11,46% 18,59% 15,31% 11,97% 12,23%
Tinggi Jengger (X7) 56,87% 58,53% 50,42% 55,32% 44,47% 41,93%
Panjang Jari Ketiga (X8) 12,15% 13,22% 11,54% 10,39% 7,68 % 11,74%
Panjang Dada (X9) 10,06% 12,42% 8,97% 9,71% 9,41% 9,89%
Lebar Dada (X10) 11,06% 10,81% 8,43% 11,46% 8,49% 8,47%
Dalam Dada (X11) 12,06% 10,81% 13,00% 12,18% 17,34% 12,79%
Lebar Pinggul (X12) 10,81% 12,61% 9,84% 9,33% 8,28% 8,94%
Keterangan: n = jumlah sampel
Lampiran 2. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear Permukaan
Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada ayam Kampung
Jantan di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar
Variabel Jantan Ciamis Jantan Tegal Jantan Blitar
0,020 tn 0,088 tn 0,254 tn
Panjang Femur (0,713) (0,124)
(0,896)
0,218 tn 0,207 tn 0,150 tn
Panjang Tibia (0,150) (0,380) (0,369)
0,505 ** 0,207 tn 0,298 tn
Panjang Shank (0,000) (0,381) (0,069)
0,486 ** 0,740 ** 0,822 **
Lingkar shank (0,001) (0,000) (0,000)
0,277 tn 0,426 tn 0,391 *
Panjang Sayap (0,066) (0,061) (0,015)
0,182 tn 0,374 tn 0,227 tn
Panjang Dada (0,232) (0,104) (0,170)
0,433 ** 0,283 tn 0,681 **
Lebar Dada (0,003) (0,226) (0,000)
0,457 ** 0,595 ** 0,252 tn
Dalam Dada (0,002) (0,006) (0,127)
0,265 tn 0,442 tn 0,220 tn
Lebar Pinggul (0,079) (0,051) (0,185)
Keterangan: ** = sangat nyata (p<0,01); ; tn = tidak nyata (p>0,05) angka dalam tanda kurung
menyatakan nilai P
Lampiran 3. Korelasi antara Bobot Badan dan Beberapa Variabel Linear Permukaan
Tubuh yang Berhubungan dengan Produksi pada ayam Kampung
Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar
58
Variabel Ciamis Tegal Blitar
0,108 tn 0,200 tn 0,132 tn
Panjang Femur
(0,455) (0,083) (0,268)
0,344 * 0,327 ** 0,168 tn
Panjang Tibia
(0,014) (0,004) (0,158)
0,557 ** 0,397 ** 0,239 *
Panjang Shank
(0,000) (0,000) (0,043)
0,439 ** 0,108 tn 0,398 **
Lingkar shank
(0,001) (0,355) (0,001)
0,497 ** 0,333 ** 0,383 **
Panjang Sayap
(0,000) (0,003) (0,001)
0,444 ** 0,452 ** 0,301 *
Panjang Dada
(0,001) (0,000) (0,010)
0,336 * 0,195 tn 0,395 **
Lebar Dada
(0,017) (0,092) (0,001)
0,336 * 0,292 * 0,272 *
Dalam Dada
(0,017) (0,010) (0,021)
0,445 ** 0,166 tn 0,063 tn
Lebar Pinggul
(0,001) (0,151) (0,600)
Keterangan: ** = sangat nyata (p<0,01); ; tn = tidak nyata (p>0,05) angka dalam tanda kurung
menyatakan nilai P
Lampiran 4. Urutan Ukuran Panjang Maxilla, Tinggi Jengger dan Panjang Jari
Ketiga pada Ayam Kampung Jantan Ciamis, Tegal dan Blitar
Jantan Ciamis Tegal Blitar
Panjang Maxilla 2 3 1*
Tinggi Jengger 1 2 3*
Lampiran 5. Urutan Ukuran Panjang Maxilla, Tinggi Jengger dan Panjang Jari
Ketiga pada Ayam Kampung Betina Ciamis, Tegal dan Blitar
Betina Ciamis Tegal Blitar
Panjang Maxilla 1* 3 2
Tinggi Jengger 1 2 3*
59
Ho : U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata kelompok ternak Jantan Ciamis sama
dengan kelompok ternak Jantan Tegal
Rumus T2 Hotelling :
T2 = n1n2 X1-X2 ‘SG-1X1-X2
n1+n2
Selanjutnya besaran
F= T2
241,292 17,887 4,406 18,8273 59,7 4,6441 14,226 33,055 50,655 56,6577 53,3275 29,7915
17,887 259,951 60,785 38,8196 67,97 16,0001 8,157 2,563 74,467 7,5282 6,623 45,0989
4,406 60,785 117,11 36,3608 98,556 18,5357 0,111 12,9394 36,76 15,2929 19,5786 17,8834
18,827 38,82 36,361 49,4818 39,476 15,8737 26,413 6,1146 36,445 14,2174 14,9364 17,977
59,7 67,97 98,556 39,476 344,207 13,7763 12,148 2,3178 82,609 32,1448 42,9916 21,0705
4,644 16 18,536 15,8737 13,776 25,525 25,519 11,4932 23,222 3,5906 1,3973 14,3567
14,226 8,157 0,111 26,4129 12,148 25,5187 227,961 22,1593 15,886 6,0213 0,3279 6,8164
33,055 2,563 12,939 6,1146 2,318 11,4932 22,159 56,992 4,122 3,745 6,1569 0,2474
50,655 74,467 36,76 36,4449 82,609 23,2223 15,886 4,1217 233,075 11,5254 1,2757 39,1914
56,658 7,528 15,293 14,2174 32,145 3,5906 0,328 3,745 11,525 83,9948 82,3755 18,944
53,327 6,623 19,579 14,9364 42,992 1,3973 6,021 6,1569 1,276 82,3755 91,0396 21,0354
29,792 45,099 17,883 17,977 21,07 14,3567 6,816 0,2474 39,191 18,944 21,0354 66,7996
60
266,324 51,933 26,688 18,1343 112,939 23,5784 32,85 55,9117 22,853 31,0767 9,4824 28,9915
51,933 315,039 74,082 4,7777 96,821 28,3951 4,279 26,3633 51,715 41,2863 21,2095 3,4663
26,688 74,082 112,113 13,3346 13,27 29,0531 13,1741 17,7459 23,955 12,1959 3,7418 17,2067
18,134 4,778 13,335 32,45 52,242 5,0176 1,9729 3,8626 13,608 15,1806 34,4677 17,2254
112,939 96,821 13,27 52,2417 226,685 13,7181 6,9893 21,6887 23,71 36,1184 57,0704 34,0133
23,578 28,395 29,053 5,0176 13,718 36,4279 24,1236 6,6527 10,117 21,9253 10,0518 4,1062
32,85 4,279 13,174 1,9729 6,989 24,1236 94,0185 20,9371 3,318 11,755 8,353 11,1457
55,912 26,363 17,746 3,8626 21,689 6,6527 20,9371 55,1439 9,038 25,0731 7,1281 3,8422
22,853 51,715 23,955 13,6076 23,71 10,1174 3,318 9,0379 169,868 12,809 0,7007 32,0432
31,077 41,286 12,196 15,1806 36,118 11,755 21,9253 25,0731 12,809 49,9137 28,1518 17,9251
9,482 21,209 3,742 34,4677 57,07 10,0518 8,353 7,1281 0,701 28,1518 84,5535 9,416
28,992 3,466 17,207 17,2254 34,013 4,1062 11,1457 3,8422 32,043 17,9251 9,416 49,7919
Langkah 2
Membuat matriks gabungan (SG) dari rumus berikut :
SG =
248,842 3,17 4,971 18,6183 75,756 10,3544 19,843 39,9483 42,27 48,9428 40,1043 12,0633
3,17 276,565 64,795 25,6712 18,271 19,7382 4,407 6,1608 67,605 7,1936 11,0221 30,4522
4,971 64,795 115,603 29,4164 64,831 21,7076 4,051 14,3889 32,898 7,0026 12,5454 17,6793
18,618 25,671 29,416 44,3452 43,326 12,5996 17,852 5,4355 29,557 14,5079 20,8268 17,7503
75,756 18,271 64,831 43,326 308,764 5,4844 6,377 8,1598 50,544 33,3432 47,2376 24,9739
10,354 19,738 21,708 12,5996 5,484 28,8132 25,098 10,0333 19,27 1,0375 2,0556 8,7885
19,843 4,407 4,051 17,8521 6,377 25,098 187,566 21,7907 10,095 10,8178 2,2902 1,3992
39,948 6,161 14,389 5,4355 8,16 10,0333 21,791 56,4346 0,153 10,1773 2,1503 1,3316
42,27 67,605 32,898 29,5575 50,544 19,27 10,095 0,153 214,013 11,9125 0,6796 37,0356
48,943 7,194 7,003 14,5079 33,343 1,0375 10,818 10,1773 11,913 73,7164 66,0223 7,8247
40,104 11,022 12,545 20,8268 47,238 2,0556 2,29 2,1503 0,68 66,0223 89,0835 11,8516
12,063 30,452 17,679 17,7503 24,974 8,7885 1,399 1,3316 37,036 7,8247 11,8516 61,6703
61
Langkah 3
Menghitung matriks rataan dari kelompo
127,39 129,45
162,11 152,7
103,22 99,1
52,63 48,85
163,55 154,06
36,361 32,46
26,55 19,23
62,16 64,33
X1 = X2 = 145,3
151,75
82,89 83,82
79,1 70,73
75,63 71,68
Langkah 4
n1+n2
Langkah 5
V2 = n1+n2-p-1 = 45 + 20 – 12 – 1 = 52
Apabila dipilih taraf nyata = 0,05 ; maka dari tabel distribusi F(52) diperoleh :
F0,05 : 1,952
F= T2 = (63,4472) = 4,364
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ayam Kampung Jantan Ciamis berbeda dengan
Ayam Kampung Jantan Tegal.
62
Lampiran 7. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung
Jantan pada Lokasi Pengamatan Ciamis berdasarkan Analisis Regresi
Komponen Utama
Kelas
Persamaan Regresi Komponen Utama R2
Bobot
<2 kg Y= 2226,335 0,105X1 0,097X2–0,181X3
(n = 19) 0,454X4 0,071X5 0,965X6 0,0284X7
1,6 %
+0,973X8+0,223X9 0,770X10 0,715X11
+1,097X12
>2 kg Y = 1039,451+1,055X1+0,712X2+1,659X3
(n = 26) +2,257X4+0,721X5+1,686X6+0,018X7
6,5 %
+1,581X8+1,088X9+2,360X10+2,472X11 0,57
3X12
Total Y= 2621,173+2,164X1+3,158X2+6,226X3
(n = 45) +10,348X4+3,215X5+10,176X6 0,067X7
34 %
+3,560X8+3,576X9+4,732X10+4,473X11
+4,051X12
Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank;
X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari
Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar
Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi
63
Lampiran 9. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung
Jantan pada Lokasi Pengamatan Tegal berdasarkan Analisis Regresi
Komponen Utama
Kela
s
Persamaan Regresi Komponen Utama R2
Bob
ot
<2 Y = 1373,667 1,357X1 1,030X2 0,087X3
kg +0,469X4+0,546X6+0,168X6 0,867X7 0,3
(n = +2,356X8+2,382X9+2,407X10 1,255X11 +1,790X12 %
9)
>2 Y= 2821,852 0,601X1+0,688X2+0,462X3
kg 2,775X4 1,012X5+1,540X6+0,192X7 0,993X8+0,624X9 2,160X10 11,
6
(n = 1,116X11 2,010X12
%
11)
Tota Y = 1392,776+2,658X 1,448X2 0,925X3
l +10,260X4+3,775X5+1,824X6 2,229X7 +4,832X8+0, 31
(n = 908X9+8,225X10+5,056X11 +5,779X12 %
20)
Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank;
X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari
Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar
Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi
Lampiran 10. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung
Betina pada Lokasi Pengamatan Tegal berdasarkan Analisis Regresi
Komponen Utama
Kelas
Persamaan Regresi Komponen Utama R2
Bobot
<2 kg Y = 682,681+1,153X1+1,722X2+3,498X3
(n = 76 ) +1,355X4+1,483X5+2,090X6 0,766X7
26,3 %
+5,692X8+1,613X9+3,050X10+1,629X11
+2,922X12
Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank;
X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari
Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar
Pinggul; R2 = Koefisien Determinasi
64
Lampiran 11. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung
padaLokasi Pengamatan Blitar berdasarkan Analisis Regresi
Komponen Utama
Kelas
Bobo Persamaan Regresi Komponen Utama R2
t
<2 Y= 1404,183+0,144X1+0,373X2+1,285X3
kg +1,904X4+0,677X5 2,305X6 0,000947X7 13
(n = +1,769X8 1,003X9 0,028X10 0,990X11 +0,663X12 %
9)
>2 Y = 137,406 0,369X1+1,486X2+3,986X3
kg +8,139X4 1,209X5+8,531X6+5,814X7 8,605X8+3,358X9+5,064X10+2 28
(n = ,993X11 +6,799 X12 %
29)
Total Y = 3154,125+0,507X1+3,123X2+4,765X3
+12,968X4+1,086X5+13,785X6+9,164X7 3,435X8+5,625X9+12,045X1 46,
(n = 4%
38 ) 0+5,488X11 +11,079 X12
Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank;
X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari
Ketiga; X9 = Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar
Pinggul; R2 = Koefisien DeterminasI
Lampiran 12. Persamaan Pendugaan Bobot Badan Dewasa Tubuh Ayam Kampung
Betina pada Lokasi Pengamatan Blitar berdasarkan Analisis Regresi
Komponen Utama
Kelas
Persamaan Regresi Komponen Utama R2
Bobot
<2 kg Y = 861,014+0,864X1+1,433X2+2,947X3
(n = 62 ) +8,994X4+1,920X5 3,002X6 4,983X7
29,8 %
+4,630X8 1,175X9 2,387X10 1,534X11
+3,054X12
>2 kg Y = 2058,171+0,056X1 0,092X2 0,049X3
(n = 10) +0,237X4+0,058X5 0,078X6+0,333X7
+0,210X8+0,091X9 +0,356X10+0,084X11 0,2 %
+0,0190X12
Total Y = 1709,424+1,114X1+1,675X2+3,940X3
(n =72 ) +11,829X4+2,645X5+4,076X6+7,963X7
29,4 %
+6,307X8+2,079X9+4,353X10+2,614X11
+3,762X12
Keterangan : X1 = Panjang Femur; X2 = Panjang Tibia; X3 =Panjang Shank; X4 = Lingkar Shank;
X5 = Panjang Sayap; X6 = Panjang Maxilla; X7 = Tinggi Jengger; X8 = Panjang Jari Ketiga; X9 =
Panjang Dada; X10 = Lebar Dada; X11 = Dalam Dada; X12 = Lebar Pinggul; R2 = Koefisien
Determinasi
65
Lampiran 13. Perhitungan Analisis Regresi Komponen Utama Ayan Kampung
Jantan di Lokasi Penelitian Ciamis
No.Ayam
Y SK 1 atau X XY X2
Kampung
66
25 2.400 4,86459 1.1675 23,6642
26 3.200 3,40589 10.898,8 11,6001
27 3.000 1,92078 5.762,34 3,6894
28 3.000 1,11918 3.357,54 1,25256
29 2.000 0,33519 670,38 0,11235
30 2.200 1,26846 2.790,61 1,60899
31 2.600 1,8675 4855,5 3,48756
32 2.600 1,79649 4.670,87 3,22738
33 2.800 0,1515 424,2 0,02295
34 2.600 0,95498 2.482,95 0,91199
35 2.200 0,63454 1.395,99 0,40264
36 2.500 1,57302 3.932,55 2,47439
37 2.200 0,6953 1.529,66 0,48344
38 2.000 0,60925 1.218,5 0,37119
39 2.600 2,56388 6.666,09 6,57348
40 2.100 1,94683 4.088,34 3,79015
41 2.200 0,73094 1.608,07 0,53427
42 2.000 0,03297 65,94 0,00109
43 2.200 −1,57267 −3.459,9 2,47329
44 2.600 1,29657 3.371,08 1,68109
45 2.000 −0,93903 −1.878,1 0,88178
Rata-rata 2.064,44
∑ ∑
∑ ∑
b= ∑ ∑ =∑ = = 168
∑ ,
Y=a+bX
67
Y = 2.064,4 + 168 SK1
R-Sq = 34%
S = 412,572
SS= 170.215,65518
Lampiran 14. Hasil Analisis Regresi Skor Komponen Utama Pertama terhadap Bobot
Badan Ayam Kampung Jantan Ciamis
Total 44 11.083.111
a11 = 0,200; a12 = 0,303; a13 = 0,401; a14= 0,433 ; a15 = 0,355 ; a16 = 0,306;
a17 = 0,006; a18 = 0,160; a19 = 0,325 ; a110 = 0,258; a111 = 0,254; a112 =
0,197
= 3,0225
,
s*2 ∑ = = 0,01536
Formula :
,
Var (C1) = 0,05785 x = 0,000203
,
,
Var (C2) = 0,05785 x = 0,000467
,
68
,
Var (C3) = 0,05785 x = 0,000817
,
,
Var (C4) = 0,05785 x = 0,000953
,
,
Var (C5) = 0,05785 x = 0,000640
,
,
Var(C6) = 0,05785 x = 0,000476
,
,
Var (C7) = 0,05785 x = 0,0000002
,
,
Var (C8) = 0,05785 x = 0,000130
,
,
Var (C9) = 0,05785 x = 0,000537
,
,
Var (C10) = 0,05785 x = 0,000338
,
,
Var (C11) = 0,05785 x = 0,000328
,
,
Var (C12) = 0,05785 x = 0,000197
,
69
S (C11) = =√0,000328= 0,01811
,
t(C2) = = = 2.356,667
,
,
t(C3) = = = 2.357,173
,
,
t(C4) = = = 2.518,432
,
,
t(C5) = = = 2.356,381
,
,
t(C6) = = = 2.357,084
,
,
t(C7) = = = 2.344,186
,
,
t(C8) = = = 2.355,828
,
,
t(C9) = = = 2.356,495
,
,
t(C10) = = = 2.356,933
,
,
t(C11) = = = 2.356,267
,
,
t(C12) = = = 2.357,265
,
,
E1= 2,164 = 0,1335
,
,
E2 = 3,158 = 0,2480
,
,
E3 = 6,226 = 0,3113
,
70
,
E4 = 10,348 = 0,2638
,
,
E5 = 3,215 = 0,2547
,
,
E6 = 10,176 = 0,1792
,
,
E7 = 0,067 = 0,0009
,
,
E8 = 3,560 = 0,1072
,
,
E9 = 3,576 = 0,2628
,
,
E10 = 4,732 = 0,1900
,
,
E11 = 4,473 = 0,1714
,
,
E12 = 4,051 = 0,14884
,
, ,
x = x 2064,4 g = 6,4264 g
x 6,4264 = 62,263 g
,
71
Lampiran 15. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung
Ciamis Jantan
Lampiran 16. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung
Ciamis Betina
72
Lampiran 17. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung
Tegal Jantan
Lampiran 18. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung
Tegal Betina
Variabel Koefisien Regresi Galat Baku t-hitung Taraf Signifikan
(Zi) (Ci) s(Ci) t(Ci) (
Z1 18,513 0,01507 1.228,467 **
Z2 27,225 0,02216 1.228,564 **
Z3 27,806 0,02263 1.228,723 **
Z4 5,445 0,00443 1.229,120 **
Z5 23,159 0,01885 1.228,594 **
Z6 9,728 0,00792 1.228,283 **
Z7 4,429 0,00360 1.230,278 **
Z8 32,452 0,02641 1.228,777 **
Z9 21,127 0,01720 1.228,314 **
Z10 26,935 0,02192 1.228,786 **
Z11 13,286 0,01081 1.229,047 **
Z12 18,368 0,01495 1.228,629 **
Keterangan : Z1 = Panjang Femur; Z2 = Panjang Tibia; Z3 =Panjang Shank; Z4 = Lingkar Shank;
Z5= Panjang Sayap; Z6 = Panjang Maxilla; Z7 = Tinggi Jengger; Z8 = Panjang Jari
Ketiga; Z9 = Panjang Dada; Z10 = Lebar Dada; Z11 = Dalam Dada; Z12 = Lebar Pinggul;
**= Sangat Nyata (P<0,01)
73
Lampiran 19. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung
Blitar Jantan
Lampiran 20. Koefisien Regresi, Galat Baku dan t-hitung pada Ayam Kampung
Blitar Betina
74
Lampiran 21. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam
Kampung Ciamis Jantan
Lampiran 22. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam
Kampung Ciamis Betina
75
Lampiran 23. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam
Kampung Tegal Jantan
Lampiran 24. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam
Kampung Tegal Betina
76
Lampiran 25. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam
Kampung Blitar Jantan
Lampiran 26. Koefisien Regresi, Nilai Rata-rata, Elastisitas dan Ranking pada Ayam
Kampung Blitar Betina
77
Lampiran 27. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot
Badan Ayam Kampung Ciamis Jantan
Peningkatan Bobot Badan pada
Ukuran Elastisitas* Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran
Variabel yang Diamati
------------(g)-----------
Panjang Shank 62,263
Lingkar Shank 103,477
Panjang Dada 35,756
Panjang Sayap 32,151
Panjang Tibia 31,578
Lebar Dada 47,319
Panjang Maxilla 101,758
Dalam Dada 44,730
Lebar Pinggul 40,510
Panjang Femur 21,636
Panjang Jari Ketiga 35,603
Tinggi Jengger 0,668
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi
Lampiran 28. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot
Badan Ayam Kampung Ciamis Betina
Peningkatan Bobot Badan pada
Ukuran Elastisitas* Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran
Variabel yang Diamati
------------(g)-----------
Lingkar Shank 118,231
Panjang Dada 29,137
Panjang Sayap 24,964
Panjang Shank 44,823
Panjang Maxilla 107,222
Panjang Tibia 23,500
Lebar Dada 40,741
Dalam Dada 43,316
Lebar Pinggul 39,937
Panjang Jari Ketiga 51,273
Panjang Femur 7,701
Tinggi Jengger 23,010
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi
78
Lampiran 29. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot
Badan Ayam Kampung Tegal Jantan
Peningkatan Bobot Badan pada
Ukuran Elastisitas* Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran
Variabel yang Diamati
--------------(g)------------
Lebar Dada 8,255
Panjang Sayap 37,748
Lingkar Shank 102,597
Lebar Pinggul 57,790
Dalam Dada 50,557
Panjang Femur 26,583
Panjang Jari Ketiga 48,323
Panjang Dada 9,081
Panjang Shank 9,247
Panjang Maxilla 18,238
Tinggi Jengger 22,293
Panjang Tibia 14,481
Keterangan: * = Diukur dari yang tertinggi
Lampiran 30. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot
Badan Ayam Kampung Tegal Betina
Peningkatan Bobot Badan pada
Ukuran Elastisitas* Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran
Variabelyang Diamati
----------------(g)----------------
Panjang Jari Ketiga 56,924
Panjang Shank 34,976
Panjang Tibia 17,220
Lebar Dada 30,504
Panjang Dada 16,127
Panjang Sayap 14,827
Lebar Pinggul 29,220
Panjang Femur 11,535
Dalam Dada 16,290
Panjang Maxilla 20,899
Lingkar Shank 13,548
Tinggi Jengger 7,662
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi
79
Lampiran 31. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot
Badan Ayam Kampung Blitar Jantan
Peningkatan Bobot Badan pada
Ukuran Elastisitas* Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran
Variabel yang Diamati
-----------------(g)----------------
Lebar Dada 120,450
Panjang Dada 56,251
Lebar Pinggul 110,790
Lingkar Shank 129,678
Panjang Shank 47,647
Panjang Tibia 31,228
Panjang Maxilla 137,847
Dalam Dada 54,885
Tinggi Jengger 91,641
Panjang Sayap 10,863
Panjang Femur 5,075
Panjang Jari Ketiga 34,352
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi
Lampiran 32. Elastisitas Ukuran Variabel Tubuh yang Diamati terhadap Bobot
Badan Ayam Kampung Blitar Betina
Peningkatan Bobot Badan pada
Ukuran Elastisitas* Setiap Peningkatan 1 cm Ukuran
Variabel yang Diamati
----------------(g)----------------
Lingkar Shank 118,293
Panjang Sayap 26,449
Panjang Jari Ketiga 63,067
Panjang Shank 39,401
Lebar Dada 43,530
Panjang Dada 20,790
Lebar Pinggul 37,617
Panjang Tibia 16,750
Dalam Dada 26,140
Panjang Maxilla 40,760
Panjang Femur 11,138
Tinggi Jengger 79,627
Keterangan: * = Diurut dari yang tertinggi
80