PENDAHULUAN
1
penyebab adalah Steptococcus pneumonia (PDPI, 2003). Pada penelitian Wu dkk
(2010), ditemukan peningkatan tahunan signifikan terhadap rata-rata insiden
pneumonia lobaris pada anak-anak yaitu 44,9 episode per 100.000 anak. 64% dari
anak-anak dengan pneumokokus/lobar pneumonia di bawah 5 tahun. Anak-anak
usia 4 sampai 5 tahun memiliki insiden tertinggi pneumokokus/lobar pneumonia.
Insiden tertinggi pada saat setiap musim semi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Klebsiella pneumonia, Legionella pneumophila, Haemophilus influenza,
Mycobacterium tuberculosis (Paks et al., 2005).
Pada dasarnya saluran napas bawah merupakan daerah steril dan bebas
mikroorganisme. Proses patogenesis pneumonia berkaitan dengan tiga faktor yaitu
host (imunitas), mikroorganisme penyebab, dan lingkungan yang mendukung.
Cara transmisi mikroorganisme mencapai permukaan yaitu melalui inokulasi
langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi bahan aerosol, dan
kolonisasi dipermukaan mukosa. Proses patogenesis terjadinya pneumonia yaitu
kuman dan sekret bronkus masuk ke alveoli, kemudian terjadi reaksi radang
disertai infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit kemudian terjadilah proses
fagositosis hingga terbentuknya antibody dari sistem imun. Dari proses tersebut
terbentuklah empat zona patologis dari pneumonia, yaitu:
c. Stadium III (3-8 hari berikutnya) disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi
sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat
ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi,
4
lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
5
25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia
dan hikarbia (PDPI, 2003).
6
BAB III
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : An. SS
Umur : 18 bulan
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Nomor CM : 486770
2. Anamnesis
3. Keluhan Utama
7
4. Riwayat Penyakit Sekarang
5. Anamesis Sistem
Respirasi : batuk berdahak (+), pilek (+), sesak (-), hemoptisis (-)
Gastrointestinal : nyeri perut (+), mual (-), muntah (+), hematemesis (-),
BAB cair 5 kali berbusa, ampas (+), lendir (-), darah (-)
8
7. Riwayat Kehamilan
8. Riwayat Persalinan
Pasien melahirkan secara normal. Berat badan bayi saat lahir adalah 2700
gr dan panjang badan adalah 49 cm. Usia kehamilan saat melahirkan adalah 39
minggu.
9. Riwayat Imunisasi
Normal sesuai tumbuh kembang anak seusianya. Pasien mulai berdiri usia
11 bulan dan lancar berjalan usia 15 bulan. Pasien berbicara saat 16 bulan.
Kebiasaan makan dan minum pasien baik, pasien suka minum susu.
Namun akhir-akhir ini nafsu makan pasien berkurang. Ayah pasien adalah
seorang perokok yang biasanya dapat mengahbiskan 1 bungkus rokok dalam
sehari dan biasanya merokok di dalam maupun di luar rumah.
9
- Muntah saat batuk
Respirasi : 68 x/menit
Suhu : 37,9 oC
a. Keadaan Umum
Keadaan umum : tampak rewel
Kesadaran umum : Compos Mentis, E4V5M6
Tinggi badan : 78 cm
Berat badan : 8,4 kg
IMT : 13,80 kg/m2
Status Gizi : Kurus
b. Pemeriksaan Kepala : Normoshepal
Rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-), sianosis (-)
Telinga hidung mulut DBN
c. Pemeriksaan Leher
10
Bentuk kesan normal, pembesaran kelenjar getah bening (-), bruit (-), JVP
normal
d. Pemeriksaan Thoraks
Inspeksi: bentuk dinding dada simetris, gerak nafas simetris
Palpasi : vokal fremitus simetris kanan dan kiri, krepitasi (-)
Perkusi: sonor pada kedua lapang paru
Batas jantung atas: SIC II linea sternalis kiri
Pinggang : SIC III linea parasternalis kiri
Kanan : SIC IV linea sternalis kanan
Kiri : SIC V linea midclavicula kiri
Auskultasi : ronki (+/+), murmur (-)
e. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : datar, supel
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri abdomen (+)
f. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas : edem (-/-), CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : edem (-/-), CRT < 2 detik
Vital sign takipneudan demam, mata konjungtiva anemis (-), leher kesan
normal, jantung kesan normal, pada auskultasi thoraks terdengar ronki pada
kedua lapang paru, abdomen nyeri abdomen (+), ekstremitas kesan normal.
11
Hemoglobin : 10,9 (14-18 %)
A. eritrosit : 4,03 (4,4 – 5,5 jt u/l)
A.Leukosit : 4.700 (4.700-10.300/ mmk)
Hemogram : eos 1/ bas 1/ stab1/ seg 33/ limp 62/ mon 2
HMT : 30 (lk 44%; pr 37%)
Trombosit : 123.000 (150.000-450.000)
Widal : negatif
Pada foto thorax terdapat identitas pasien (nama, usia, no. RM), tanggal
foto, marker “R”, proyeksi AP dan lateral, asimetris kanan kiri, inspirasi
cukup, densitas cukup, kondisi layak dibaca.
12
- Tidak ada soft tissue swelling
- Sistema tulang intak
- Pleural space tidak melebar
- Trakhea ditengah
- Tampak opasitas di lubus superior pulmo Dekstra et Sinistra terutama
sinistra, membulat, batas tegas
- CTR < 0,5, konfigurasi jantung normal
- Kedua sinus costofrenicus lancip
- Kedua diafragma licin, tidak mendatar
- Selisih diafragma kanan dan kiri tidak lebih dari 2 corpus vertebrae
Kesan:
Pneumonia
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Batuk-batuk bertambah
Perubahan karakteristik dahak / purulen
14
Suhu tubuh > 38ºC (aksila) / riwayat demam
Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas
bronkial dan ronki
Leukosit > 10.000 atau < 4500
Pada pasien memenuhi kriteria klinis riwayat demam, batuk berdahak, dan
pemeriksaan fisik ditemukan suara ronki pada kedua lapang paru. Sehingga
diagnosis pneumonia dapat tegak.
15
FORM REFLEKSI KASUS
__________________________________________________________________
Identitas Pasien
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-
Islaman sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain
Form uraian
16
observasi febris hari ke VII. Pasien mengalami demam tinggi dan
mendadak. Namun demam naik turun. Keluhan disertai batuk berdahak
dan pilek. Pasien juga mengalami BAB cair sebanyak 5x dan muntah
sehari SMRS. Pasien juga rewel, gelisah, tidak mau makan tetapi masih
mau menyusu. Pasien telah mendapat pamol, antibiotic, zink, antiemetic,
dan suplemen makanan dari puskesmas. Pasien pernah mengalami keluhan
batuk sebelumnya saat usia 15 bulan. Kakak kandung pasien sedang
menjalani pengobatan TB. Pasien mempunyai riwayat asma dari ibu
kandungnya. Serta riwayat hipertensi dari bapak kandungnya. Kebiasaan
makan dan minum pasien baik, pasien suka minum susu. Namun akhir-
akhir ini nafsu makan pasien berkurang. Ayah pasien adalah seorang
perokok yang biasanya dapat mengahbiskan 1 bungkus rokok dalam sehari
dan biasanya merokok di dalam maupun di luar rumah.
17
asing maupun asap rokok. Faktor resiko terjadinya pneumonia dibagi
menjadi tiga, yaitu faktor host, faktor agent dan faktor lingkungan. Pada
pasien ini faktor host yang mempengaruhi dari pasien ini adalah usia
pasien yang masih 1,5 tahun sehingga rentan infeksi, dan pasien memiliki
gizi kurang yang dapat mempengaruhi daya tahan tubuh pasien.
Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pasien ini yaitu
lingkungan rumahnya, dimana terdapat anggota keluarga yaitu kakak
pasien yang menderita batuk lama dan menjalankan pengobatan TB,
infeksi TB sangat mudah menular dari satu individu ke individu sehingga
disarankan untuk penggunaan APD bagi penderita dan mengkondisikan
lingkungan rumah bersih dan ventilasi udara baik. Kedua lingkungan yang
dapat menjadi faktor terjadinya infeksi adalah ayah kandung pasien
memiliki kebiasaan merokok, baik di luar maupun di dalam rumah. Asap
rokok mengandung banyak sekali zat berbahaya yang jika dihirup akan
mengganggu kesehatan, apalagi jika dihirup anak kecil berusia 1,5 tahun.
Zat-zat dari asap rokok akan terhirup akan menghasilkan keadaan stress
oksidatif dan mengiritasi saluran napas. Epitel saluran napas akan rusak
dan mengganggu kondisi fisiologis dari lingkungan saluran napas,
sehingga akan mudah terkena infeksi juga. Oleh karena itu rokok dapat
menjadi faktor resiko penyakit saluran napas, salah satunya pneumonia.
Sebaiknya anggota rumah dapat menjaga tingkah laku. Karena merokok
bukan hanya berdampak pada diri sendiri, melainkan orang lain apalagi
anak-anak. Bahkan asap rokok yang dihirup tidak secara langsung lebih
berbahaya. Sehingga keluarga pasien perlu mengkondisikan diri masing-
masing.
18
menyebabkan gangguan pernapasan yang dialami oleh anaknya. Dalam
Surat Al Baqarah: 195 Allah SWT berfirman
Jika dilihat dari apa yang dialami pasien, pasien telah demam sejak
seminggu sebelum masuk rumah sakit dan telah mendapat terapi dari
puskesmas Panggang II, akan tetapi kondisi masih belum membaik. Dalam
hal ini pasien dan keluarga diharapkan bersabar dalam menghadapi
cobaan. Pasien diharapkan tetap bersemangat menghadapi sakit dan
bersabar atas apa yang dialaminya. Pasien tidak perlu berputus asa karena
dokter masih mangusahakan untuk pemberian terapi yang maksimal. Hal
tersebut haruslah diseimbangi dengan usaha pasien dengan cara berusaha.
Allah telah menyatakan:
19
Sesungguhnya usaha disertai kesabaran akan membuahkan hasil.
Terbukti setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit kondisi pasien
akhirnya membaik dan dapat berobat jalan.
…………………………….,……
----------------------------------- --------------------------------
20
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Z. 2014. Pneumonia. dalam Setiati, S., et al. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing.
21