Anda di halaman 1dari 5

hotoReading: Membaca Adalah Soal Mengekstrak

Isi Bacaan
December 15, 2009 at 2:36 am | Posted in Books | Leave a Comment
Tags: photoreading, reading

PhotoReading. The PhotoReading Whole Mind System. By Paul R. Scheele, M.A.


Published by Learning Strategies Corporation. Third Edition, 1999. Paperback. ISBN-13: 978-0-
925480-53-8. www.LearningStrategies.com

Buku ini menawarkan peningkatan kemampuan membaca hingga kecepatan 25.000 kata per
menit (kpm). Mengetahui ini, saya jadi excited, apa bisa? Bagaimana caranya?

25.000 kpm, artinya kurang lebih satu halaman per detik. Dengan asumsi 1 halaman buku rata-
rata terdiri dari 300-400 kata. Sounds like too good to be true. Membaca dengan teknik speed-
reading saja, kategori excellent dicapai jika bisa membaca dengan kecepatan 1000 kpm, dengan
tingkat pemahaman sampai 85%.

Setelah dibaca… Prinsip kerja teknik PhotoReading-nya bisa saya terima. Tapi penerapan
konsep PhotoReading-nya, tetap belum bisa saya terima. Kendati kecepatan dan efektifitas saya
membaca meningkat, itu bukan karena teknik PhotoReading-nya sendiri. Melainkan lebih pada
mengubah kebiasaan membaca lama dengan paradigma baru membaca.

Berikut yang bisa saya ekstrak dari buku ini. Terlepas dari semua struktur dan aturan baku
konsep PhotoReading di buku ini, saya mencoba mengekstraknya demi kepentingan pribadi. Jadi
ini hasil ekstrak relatives to me.. Di bawah nanti akan saya tuliskan juga sedikit resume buku
ini.

Pertama-tama yang bisa saya simpulkan adalah bahwa, tidak semua materi bacaan bisa dibaca
dengan teknik PhotoReading. Ada buku yang bisa dinikmati dengan membaca kata per kata alias
dinikmati alur dan rangkaian kalimatnya, seperti karya-karya sastra. Ada buku yang perlu
dicerna mendalam dan diendapkan perlahan. Ada juga buku yang tidak harus dibaca detail, alias
bisa (hanya perlu) dibaca bagian-bagian tertentunya saja. Jadi kalimat saktinya adalah, seperti
yang dikatakan Francis Bacon berikut ini:

“Ada buku yang hanya sekedar untuk dicicipi, ada yang untuk ditelan, ada yang untuk dikunyah
dan dicerna; artinya, ada buku yang hanya perlu dibaca bagian-bagian tertentunya, ada yang
untuk dibaca tapi bukan sesuatu yang benar-benar baru, dan ada yang harus dibaca semuanya,
dengan perhatian lebih dan melibatkan pikiran.” – Francis Bacon, filsuf Inggris abad XVI -

Maka, hal pertama yang harus dilakukan sebelum membaca adalah, tetapkan sebuah tujuan yang
jelas. Untuk apa buku itu dibaca, apa yang ingin kita cari dan dapatkan dari buku tersebut. Sekali
lagi, tujuan harus jelas. Ini penting, karena dalam teknik PhotoReading, paradigma baru
membaca adalah, bahwa: membaca adalah sebuah proses mengekstrak. Sebuah strategi membaca
yang fleksibel untuk mengekstrak dengan efisien dari apapun yang kita baca.

Nilai informasi dalam sebuah buku berbeda-beda. Teknik PhotoReading adalah solusi: sebuah
multipass method of reading. Sehingga kita tidak terjebak pada suatu bacaan yang ternyata hanya
membuang waktu saja ketika kita membacanya. Dengan teknik PhotoReading, sejak awal kita
bisa memutuskan, apakah sebuah buku layak dibaca, bisa dilewatkan, atau hanya untuk dikunyah
bagian-bagian tertentunya saja. Satu buku mungkin bisa diselesaikan 15 menit atau buku lain 2
jam. Asal ide utama sudah diekstrak… that’s all, right?

Langkah selanjutnya menyangkut teknik. Pertama-tama, selalu lakukan preview terhadap materi
bacaan, untuk mengetahui struktur isi buku. Kemudian lakukan PhotoReading, yang tujuan
utamanya adalah mengekstrak isi bacaan. Dalam tahap ini, kita bisa memilah dan memilih
dimana kita akan menenggelamkan diri pada suatu bagian yang kita anggap penting, juga pada
bagian mana kita akan melaluinya dengan cepat. Sekali lagi, goal kita adalah: mengekstrak isi
bacaan. Saya rasa disinilah letak langkah pentingnya: pada memilah dan memilih ini.

Atau kalimat singkatnya: tetapkan tujuan, lakukan preview, ekstrak; bila perlu, buat mind map.
Jika ada bagian yang harus diperdalam, tandailah, dan kembalilah lagi kapan saja. Mudah,
ringan, menyenangkan.

~~~

Resume Buku

Jika speed-reading bekerja berasaskan metode chunking, scanning, skimming dan meta-guiding.
Maka PhotoReading bekerja dengan prinsip mental photographing. (Apa itu? Silakan lihat di
sini.) PhotoReading is mentally photographing the text, lalu membiarkan kemampuan alami otak
untuk memroses informasi yang diserap pada level preconscious mind.

PhotoReading lahir dari studi tentang accelerative learning, rapid reading, neuro-linguistic
programming, dan preconscious mind. Bisa diterapkan pada berbagai jenis materi bacaan dan
berbagai subjek. Teknik PhotoReading whole mind system sendiri terdiri dari 5 langkah. Resume
kelima langkahnya akan saya tulis di bawah.

1 - Prepare. Pertama-tama tetapkan tujuan membaca dengan jelas. Lalu masuk pada kondisi
rileks ideal—ideal state of relaxed alertness, semacam kondisi konsentrasi tinggi namun rileks.

Membaca yang efektif dimulai dengan sebuah tujuan yang jelas. Nyatakan dengan jelas apa
yang ingin diperoleh dari kegiatan membaca. Lakukan ini dengan penuh kesadaran—dalam
pengertian, membaca tidak asal membaca. Contohnya, apakah kita hanya ingin mengetahui
gambaran umum isi buku, atau ingin mengetahui isi buku secara detail, misalnya untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Atau barangkali sekedar mencari poin-poin tertentu yang
kita perlukan. Tujuan ibarat radar yang menuntun pikiran kita untuk menemukan apa yang kita
cari.

(1) Ketika menetapkan tujuan, ajukan pertanyaan berikut: Adakah sesuatu yang ingin dicapai
dengan bacaan ini, atau hanya untuk melewatkan waktu, atau sekedar memperoleh kesenangan
dan pengalaman membaca; (2) Seberapa penting materi ini, misalnya untuk jangka panjang, atau
adakah hal spesifik lain yang bisa diperoleh; (3) Seberapa detail yang ingin diketahui. Gambaran
besarnya saja, poin-poin utama, atau detail keseluruhan. Bilakah yang kita perlukan harus
diperoleh dengan membaca keseluruhan dokumen, atau bisa didapat dari bagian-bagian tertentu
saja; (4)Time commitment, tentukan target waktu untuk mencapai tujuan membaca.

Menetapkan tujuan beberapa menit, menghemat waktu kita ratusan kali lebih banyak.

(Ideal state of relaxed alertness bisa dicapai dengan latihan “tangerine technique“.)

2 – Preview. Previewing didasarkan pada sebuah prinsip penting: bahwa pembelajaran efektif
seringkali memiliki pola “from whole to parts”. Yaitu, dimulai dari sebuah gambaran besar dan
menyeluruh lalu masuk ke bagian lebih kecil, bagian-bagian yang lebih detail.

Previewing meliputi 3 hal: (1) Survei materi bacaan. Tujuannya untuk memperoleh gambaran
umum atau struktur isi buku. (2) Menarik kata-kata kunci atau trigger words dari materi bacaan,
yang menjadi konsep utama. Trigger words memberi rangsangan awal akan hal-hal apa yang
selanjutnya ingin kita explore. (3) Review informasi dan gambaran yang diperoleh untuk
memperjelas tujuan yang telah ditetapkan. Putuskan apakah layak untuk terus dibaca, atau
sebaliknya.

Lakukan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat saja. Sebagai gambaran, 5-10 menit untuk
sebuah buku, 3 menit untuk sebuah laporan, 30 detik saja untuk sebuah artikel.

Previewing memberi gambaran struktur isi buku, sehingga kita bisa memprediksi isi buku secara
keseluruhan (content). Hasilnya, pemahaman dan kenikmatan membaca yang meningkat.

3 – PhotoReading. Konsep PhotoReading adalah menggunakan kemampuan alami otak dalam


memroses informasi pada level preconscious, menggunakan teknik “seeing with soft eyes”, yaitu
dengan mengoptimalkan penggunaan peripheral vision—penglihatan periferal*.

(1) Sebelumnya, lakukanlah persiapan. Ambil posisi duduk tegak, letakkan bahan bacaan di
hadapan pada posisi 45 derajat terhadap meja, atau 90 derajat terhadap mata. Nyatakan kembali
tujuan yang ingin dicapai, fokus pada apa yang akan dilakukan. (2) Selanjutnya, masuki kondisi
accelerative learning. Bebaskan diri dari gangguan, kekhawatiran, dan berbagai tekanan. Duduk
nyaman, tarik nafas dalam, tenangkan pikiran, bayangkan tempat nyaman dan indah, rileks,
rileks, rileks. (3) Masuki tahap PhotoFocus. Alih-alih memfokuskan mata pada kata per kata,
sebuah gambar, frase, atau baris-baris kalimat dengan terfokus (hard/sharp focus), “lembutkan”
pandangan mata Anda dengan tidak terfokus pada suatu objek tertentu, tapi tetap melihat objek
secara keseluruhan (look at nothing, but see everything atau look at nothing but seeing whole),
ini yang disebut melihat dengan soft eyes*.

Pada kondisi PhotoFocus inilah penglihatan periferal kita terbuka dan siap me-mentally
photograph halaman demi halaman materi bacaan. Dalam kondisi ini, informasi diproses pada
level preconscious dan dimasukkan ke dalam sistem penyimpanan memori nonconscious dari
otak. Upayakan seminimal mungkin menggunakan pikiran sadar–-conscious, dan semaksimal
mungkin menggunakan pikiran preconscious.

Pertahankan kondisi ini sampai selesai mem-photoreading keseluruhan bahan bacaan. Lakukan
dengan kecepatan satu halaman per detik.

Di akhir kegiatan PhotoReading, pikiran sadar Anda mungkin akan merasa tidak mendapatkan
apa-apa. Maka langkah selanjutnya adalah mengaktifkan apa yang dibutuhkan oleh pikiran sadar.

(Ini bagian paling berat dalam menulis resume ini.)

4 – Activate. Tahap ini melibatkan semua bagian otak, melihat teks dengan pikiran sadar, dan
mendapatkan hasil akhir yang ingin kita capai dari kegiatan membaca.

(1) Idealnya, tunggu beberapa waktu—bisa beberapa menit atau sampai semalaman, untuk mulai
aktivasi setelah PhotoReading. Tahap ini disebut inkubasi. (2) Rangsang pikiran dengan
pertanyaan, explore bagian-bagian yang dianggap menarik dan dibutuhkan. Super read bagian-
bagian penting itu dengan men-scanning cepat dari atas ke bawah setiap halaman. (3) “Selami”
bagian-bagian yang dianggap paling penting. (4) Lalu, buat “mind map”.

Otak kita tidak pernah berhenti bekerja. Ia tetap bekerja selama 24 jam sehari. Bahkan ketika
tidur, otak membuat hubungan-hubungan antara berbagai persoalan yang kita hadapi dengan
pengetahuan yang telah tersimpan di memori otak, untuk mencari solusi terhadap apa-apa yang
kita hadapi.

Teknik aktivasi lain: Rhythmic perusal—You glide your eyes over the upper half of the letters;
read each line in a single, smooth movement. The technique enhances your concentration and,
with practice, allows you to increase speed and focus. Skittering—To move rapidly along a
surface, usually with frequent light contacts or changes of direction; skip or glide quickly.

5 - Rapid Read.

*) Penjelasan fisiologis untuk peripheral vision dan soft eyes.

Retina mata kita terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama disebut fovea, yang dipenuhi sel-
sel penerima cahaya (photoreceptor) berbentuk kerucut—cone cell. Letaknya di bagian tengah
retina. Sel-sel ini berfungsi mendeteksi warna, dan bekerja dengan baik pada intensitas cahaya
normal. Informasi yang diterima fovea diproses oleh pikiran sadar.

Bagian kedua adalah bagian periphery atau bagian tepi. Bagian ini dipenuhi sel-sel
photoreceptor berbentuk batang—rod cell. Sel-sel batang ini sangat sensitif, sehingga dapat
bekerja dengan baik pada intensitas cahaya sangat rendah, bahkan malam hari. Sel-sel batang ini
berperan dalam mendeteksi pergerakan dan mengenali benda secara keseluruhan tanpa harus
fokus, tetapi tidak sensitif terhadap warna. Bahkan disebutkan bahwa sel ini bisa mendeteksi
cahaya lilin yang berjarak 10 mil. Dan yang dimaksud melihat dengan soft eyes adalah melihat
menggunakan bagian periphery ini.

Bagian periferal ini memiliki wilayah lebih luas dibanding fovea. Maka, bayangkan jika kita bisa
mengoptimalkan kegunaannya. Sayangnya kita lebih banyak menggunakan focal vision daripada
peripheral vision kita. (Sampai di titik ini, prinsip kerja PhotoReading dapat saya terima.
Kendati belum berhasil mempraktikkan PhotoFocus, terutama bagian “flip” satu halaman per
detik.)

Ada penjelasan menarik lain mengenai penggunaan penglihatan periferal, yang ternyata telah
digunakan oleh ksatria favorit saya, Miyamoto Musashi. Musashi dalam The Book of Five
Rings menjelaskan tentang dua jenis penglihatan ini. Ken, melihat apa yang tampak di
permukaan, dan kan, melihat esensi sesuatu. Dengan peripheral vision of kan, seorang prajurit
dapat mengetahui keberadaan musuh dan mendeteksi serangan tidak terduga sebelum itu terjadi.
Dalam PhotoReading kita menggunakan sisi lain dari kan: ketenangan, konsentrasi, kreativitas,
intuisi, dan kemampuan memperluas lapangan pandang. Jadi, PhotoReading bisa dimanfaatkan
dalam berbagai situasi dan keadaan.

Satu fakta lain, dan ini temuan baru bagi saya, ternyata rahasia kepintaran Bung Karno salah
satunya ada pada kemampuan PhotoReading. Di wikipedia saya menemukan kalimat ini: He
(Sukarno) was helped by his photographic memory and precocious mind. Dua kemampuan dasar
dalam PhotoReading.

(Hmmh..! Ini pengalaman menulis resume yang sangat berat. Pertama-tama harus mencerna
(digest) dari bahasa aslinya, menyerap, lalu mengeluarkannya lagi dengan mencari padanan
bahasa Indonesia yang pas. Ditambah materi yang cukup berat terutama ketika mencerna
mekanisme PhotoFocus. Lalu istilah-istilah yang tidak biasa sehingga tidak ada link yang bisa
dirujuk. So, cari pengertiannya, digest lagi, terjemahkan lagi. Bener-bener. Thanks God, I’ve
finished it.)

Anda mungkin juga menyukai