Anda di halaman 1dari 7

01 Paraf

RANGKAIAN BIAS STABIL


Dosen
Nama : Andromed Nurul Huda
Hari/tgl : Selasa, 9 Oktober 2018
NIM : 5215162962
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 2

A. KERANGKA TEORI
Bias dalam Transistor BJT
Analisis atau disain terhadap suatu penguat transistor memerlukan informasi
mengenai respon sistem baik dalam mode AC maupun DC. Kedua mode tersebut bisa
dianalisis secara terpisah. Dalam tahap desain maupun sintesis, pilihan parameter
untuk level DC yang dibutuhkan akan mempengaruhi respons AC-nya. Demikian juga
sebaliknya.Dalam mencari solusi dari suatu rangkaian, umumnya nilai arus basis IB
yang pertama dihitung. Ketika IB sudah diperoleh, hubungan persamaan di... atas bisa
digunakan untuk mencari besaran yang diinginkan.

Titik Operasi (Q)


Bias pemberiaan tegangan DC untuk membentuk tegangan dan arus yang tetap.
Tegangan dan arus yang dihasilkan menyatakan titik operasi (quiescent point) atau
titik Q yang menentukan daerah kerja transistor.
Pada gambar di bawah ditunjukkan 4 buah titik kerja transistor. Rangkaian bias bisa
di-disain untuk memperoleh titik kerja pada titik-titik tersebut, atau titik lainnya
dalam daerah aktif. Rating maksimum ditentukan oleh Icmax dan VCE max.
Daya maksimum dibatasi oleh kurva Pcmax. BJT bisa di-bias di luar batasan
maksimum tersebut, tapi bisa memperpendek usia piranti atau bahkan merusaknya.

Untuk kondisi tanpa bias, piranti tidak bekerja, hasilnya adalah titik A dimana arus
dan tegangan bernilai nol.
Supaya BJT bisa di-bias dalam daerah linear (daerah aktif), beberapa syarat berikut
harus dipenuhi:
- Junction base-emitter dibias maju (forward bias)
- Junction base-collector dibias mundur (reverse bias)

Daerah kerja transistor (cut-off, aktif atau saturasi) ditentukan oleh bias yang
diberikan pada masing-masing junction :

1. Daerah aktif/daerah linear


- Junction base-emitter dibias maju (forward bias)
- Junction base-collector dibias mundur (reverse bias)

2. Daerah saturasi
- Junction base-emitter dibias maju (forward bias)
- Junction base-collector dibias maju (forward bias)

3. daerah cut-off
- Junction base-emitter dibias mundur (reverse bias)
- Junction base-collector dibias mundur (reverse bias)
Arus basis IB menjadi :

IB = VCC - VBE / RB

dan
VBE = VB - VE

Loop collector-emitter
VCE = VCC – ICRC
VCE = VC - VE
Transistor saturasi jika juction base collector tidak lagi di bisa mundur

Loop Base-Emitter

VCC – IBRB – VBE – IERE = 0


Loop Collector - Emitter
VCC = IERE + VCE + ICRC
Saturasi :
ICsat = VCC/(RC+RE)

B. KOMPONEN DAN ALAT


1. Resistor 18 kΩ, 8 kΩ, 1 kΩ, 560 Ω (masing-masing 1 buah)
2. Transistor NPN 2N 3904 (1 buah)
3. Kapasitor 25 µF (2 buah) , 100 µF (1 buah)
4. Proto Board
5. Regulator (lab mini)
6. Multimeter Analog

C. GAMBAR RANGKAIAN
D. LANGKAH KERJA
1. Periksalah terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Rakitlah rangkaian penguat (gambar 1) pada protoboard, kemudian beri tegangan
kerja + 9 vdc.
3. Tutup saklar S1. Menggunakan multimeter digital, ukurlah arus kolektor (ic),
tegangan basis-emitter ( VBE), tegangan emitter (VE) dan tegangan kolektor
emitter ( VCE). Masukkan hasil pengukuran pada table 1.
4. Hubungkan generator sinyal audio (AVG), set pada 1 kHz dengan output
minimum ke terminal input dari rangkaian penguat. Hubungkan terminal
osciloskop, CH1 pada terminal input rangkaian penguat dan CH2 pada terminal
output rangkaianpenguat. Ukur dan gambarlah tegangan puncak-puncak (Vp-p)
dari sinyal input dan sinyal output rangkaian penguat. Masukkan hasil pengukuran
pada table 1.
5. Naikkan secara perlahan sinyal output pada AVG ke nilai maksimum, tanpa
distorsi sinyal sinusoida. Ukur dan gambarlah tegangan puncak-puncak (Vp-p)
dari sinyal input ( pada terminal input rangkaian penguat) dan sinyal output ( pada
terminal output rangkaian penguat). Masukkan hasil hasil pengukuran kedalam
table 1.
6. Ulangi langkah no.4 , tetapi dengan mengurangi besarnya sinyaloutput AVG ke
nilai minimum, tanpa distorsi sinyal. Masukkan hasil pengukuran kedalam table 1.
No. Ic Tegangan Ukur Bentuk Gelombang

VBE VCE VE Input Vp-p Output Vp-p


1
7mA 0,8V 6,2V 2,7V 1kHz 2V 1kHz 14V

E. PERTANYAAN
1. Jelaskan kesimpulan praktimum di atas !
2. Hitunglah IE dengan menggunakan kaidah hokum ohm (VE/RE) dengan β = 100.
Bandingkan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran !
Jawab :
𝑅1 10𝑘2
𝑉𝐵 = . 𝑉𝐶𝐶 = . 9 = 5 Volt
𝑅1 + 𝑅2 18𝑘

𝑉𝐸 = 𝑉𝐵 - 𝑉𝐵𝐸 = 5 – 0,7 = 4,8 Volt


𝑉𝐸
𝐼𝐸 = = 2,7/560 = 0,00482142857mA = 4,82 A
𝑅𝐸

F. ANALISIS PRAKTIK
Dalam bias transistor tersebut dimaksudkan bahwa transistor tersebut memerbaiki
titik kerja tranistor tersebut pada perubahan faktor (β). Dalam rangkaian tersebut juga,
rangkaian bias dapat dipandang sebagai pembagi tegangan sederhana yang terdiri
dari R1 dan R2 , seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas. Apabila arus base
tidak cukup kecil untuk diabaikan dibandingkan dengan 𝐼2 , maka resistansi input dc,
𝑅𝑖𝑛(𝑏𝑎𝑠𝑒) , dari base transistor ke ground harus ikut diperhitungkan. Transistor NPN
yang dibias pembagi tegangan (voltage divider ditunjukkan pada gambar tersebut.
Untuk menentukan tegangan base dengan menggunakan formula pembagian tegangan
tegangan adalah sebagai berikut. Resistansi total dari base ke ground adalah 𝑅2 // β
. 𝑅𝐸 . Pembagian tegangan pun dibentuk oleh 𝑅1 dan 𝑅2 paralel dengan resistansi dari
dari base ke ground.
G. KESIMPULAN
Dari analisis terkait praktik yang telah dilakukan oleh kelompok kami, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dalam bias transistor tersebut dimaksudkan bahwa transistor tersebut memerbaiki
titik kerja tranistor tersebut pada perubahan faktor (β)
2. Apabila arus base tidak cukup kecil untuk diabaikan dibandingkan dengan 𝐼2 ,
maka resistansi input dc, 𝑅𝑖𝑛(𝑏𝑎𝑠𝑒) , dari base transistor ke ground harus ikut
diperhitungkan.
3. Untuk menentukan tegangan base dengan menggunakan formula pembagian
tegangan tegangan adalah sebagai berikut. Resistansi total dari base ke ground
adalah 𝑅2 // β . 𝑅𝐸 . Pembagian tegangan pun dibentuk oleh 𝑅1 dan 𝑅2 paralel
dengan resistansi dari dari base ke ground.
4. Analisis pada audio generator dan osiloskop dapat dilihat bahwa memang tranistor
tersebut memperbaiki titik-titik pada pembagi tegangan dengan menampilkan
output yang tertera pada lampiran terkait.
5. Transistor pada rangkaian tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan transistor
dapat digunakan sebagai pembagi tegangan perihal rangkaian tersebut.
H. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai