Anda di halaman 1dari 18

FUNGI MULTISELULER

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi,


Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi

Kelompok 4
Kelas 3B
Disusun Oleh :

Ilmi Octaviani Geopany 162154004


Lintang 162154097
Nida Audia Rahmawati 162154089

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Fungi Multiseluler”. Makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan memahami tentang jenis-jenis fungi multiseluler.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibu Vita Meylani, S.Pd, M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah
Mikrobiologi;
2. Bapak Mufti Ali, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Mikrobiologi;
3. Orang tua yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada penulis
dalam menyusun makalah ini;
4. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi dalam
menyelesaikanmenyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap semoga gagasan pada makalah ini dapat bermanfaat bagi lingkungan dan
masyarakat.Akhirnya, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan umumnya bagi pembaca.
.
Tasikmalaya, September 2018
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ........................................................................................ 2
D. Manfaat Makalah ...................................................................................... 2
BAB II ISI
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 4
B. Pembahasan .............................................................................................. 6
1. Fungi Multiseluller .............................................................................
2. Struktur Fungi Multiseluller ...............................................................
3. Klasifikasi Fungi ................................................................................
4. Macam-Macam Fungi Multiseluller ..................................................
5. Reproduksi Fungi Multiseluler ..........................................................
6. Peranan Fungi Multiseluler ...............................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................... 25
B. Saran .......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia ini makhluk hidup berbagai macam jenisnya. Ada makhluk hidup
yang digolongkan ke dalam makroskopis yakni makhluk hidup yang berukuran
besar sehingga dapat dilihat dengan mata langsung, contohnya hewan, tumbuhan
dan manusia dan ada pula yang digolongkan menjadi makhluk hidup mikroskopis
yakni makhluk hidup yang berukuran relatif kecil sehingga untuk melihat bentuk
dan strukturnya mesti menggunakan alat bantu berupa mikroskop, contohnya
virus, bakteri, protozoa, alga uniseluler, dan fungi seluler. Cabang ilmu biologi
yang mempelajari mengenai makhluk hidup mikroskopis disebut mikrobiologi.
Penggolongan makhluk hidup juga didasarkan keberadaan membran inti yang
terdapat pada organisme tersebut, sehingga makhluk hidup dibagi menjadi
prokariot, yaitu organisme yang tidak memiliki mebran inti terdapat pada bakteri,
dan cyanobacteria. Sedangkan, organisme yang memiliki membran inti disebut
eukariot, terdapat pada alga, khamir, protozoa, fungi, plantae maupun animalia.
Pengelompokkan makhluk hidup masih banyak ragamnya, 2
pengelompokkan yang telah disebutkan diatas adalah yang umum digunakan. Para
ilmuwan telah merumuskan suatu cara untuk memudahkan klasifikasi makhluk
hidup yakni dengan menciptakan sistem kingdom (kerajaan), yang bermula dari 3
kingdom, 4 kingdom hingga 8 kingdom. Fungi adalah salah satu kingdom diantara
berbagai kingdom yang ada. Awalnya, fungi bukan merupakan kingdom tersendiri
melainkan bergabung dengan kingdom Plantae karena morfologi fungi yang mirip
tumbuhan, namun setelah berkembangnya ilmu biologi molekuler maka fungi
dikelompokkan menjadi kingdom tersendiri karena susunan genetiknya yang
berbeda dengan tumbuhan.
Terdapat beberapa istilah yang dikenal dengan menyebut jamur, diantaranya :
mushroom (jamur yang menghasilkan tubuh buah besar), mold (jamur berbentuk
seperti benang-benang) dan khamir (jamur bersel satu). Untuk memudahkan
proses identifikasi, maka para ilmuwan pun mengklasifikasi fungi berdasarkan

4
berbagai aspek, salah satu diantaranya berdasarkan jumlah sel yang dimiliki oleh
fungi tersebut yakni : fungi uniseluler (jamur bersel satu) dan fungi multiseluler
(jamur bersel banyak), untuk pembahasan kali ini kita akan fokuskan mengenai
fungi multiseluler.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa sajakah keanekaragaman yang dimiliki oleh fungi multiseluler?
2. Bagaimanakah karakteristik yang dimiliki oleh fungi multiseluler ?
3. Bagaimanakah fungi multiseluler dapat bereproduksi?
4. Apa sajakah peranan fungi multiseluler bagi kehidupan?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
1. Mengklasifikasikan keanekaragaman yang dimiliki oleh fungi multiseluler
2. Menjelaskan karakteristik yang dimiliki oleh fungi multiseluler
3. Menjelaskan reproduksi yang dimiliki oleh fungi multiseluler
4. Menyebutkan peranan fungi seluler bagi kehidupan baik menguntungkan
maupun merugikan

D. Manfaat Makalah
Laporan ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis laporan ini berguna sebagai
pengembangan konsep Fungi Multiseluler. Secara praktis laporan ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. Penulis sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang konsep fungi multiseluer;
2. Pembaca atau guru sebagai media informasi tentang konsep fungi
multiseluer.

5
BAB II
ISI
A. Fungi Multiseluller
Fungi adalah eukariota, dan sebagian besar bersifat multiseluler,
namun banyak yang memiliki stuktur tubuh dan moda reproduksi yang
tidak mirip dengan organisme lain apa pun (gambar 16.22). (Simon, Etc.
2015).

Jamur multiseluller berkembangbiak dengan membuat spora,


terdiri dari filament yang disebut hifa yang dapat digabungkan menjadi
struktur yang disebut miselia. Beberapa miselia dikelompokan bersama
adalah miselium dan struktur ini membentuk thalus atau tubuh cetakan.
Contoh jamur multiseluller adalah Rhizopus stolonifera yang merupakan
cetakan roti yang menyebabkan penyakit pada bibit padi.
Jamur di alam beranekaragam jenisnya, baik yang berukuran
makroskopis (yang dapat dilihat secara kasatmata) maupun yang
berukuran mikroskopis. Salah satu kelompok jamur yang dapat dilihat
secara kasat mata adalah Basidiomycota. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Santoso (2004) bahwa, divisi Basidiomycota sering dipresentasikan
sebagai jamur makroskopis. Pernyataan ini didukung juga oleh
Dwidjoseputro (1978) yang menerangkan bahwa karakteristik
Basidiomycota antara lain kebanyakan makroskopis. Basidiomycota
merupakan jamur multiseluler yang hifanya bersekat. Hifa vegetatif
Basidiomycota terdapat dalam substratnya, misalnya pada kulit kayu,
tanah, dan serasah daun. Jalinan hifa generatif ada yang membentuk tubuh
buah dan ada yang tidak. Tubuh buah disebut basidiokarp. Basidiomycota
tumbuh secara alami, umumnya hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa
makhluk hidup, misalnya serasah daun di tanah, merang padi, dan batang
pohon mati (Santoso, 2004).

6
B. Struktur Fungi Multiseluller
Adapun struktur dari jamur multiseluller adalah:
1. Terdiri atas beberapa sel.
2. Umumnya dapat dilihat oleh kasat mata meskipun ada juga
multiseluller mikroskopis seperti Penicillium sp.
3. Tubuh jamur tersusun oleh sel-sel eukariotik yang memiliki dinding sel
dan zat kitin. Zat kitin tersusun atas polisakarida yang mengandung
nitrogen, bersifat kuat, tetapi fleksibel.
4. Fungi tidak memiliki klorofil dan bersifat heterotrof.
5. Terdapat hifa (sel fungi yang memanjang membentuk benang) dan
misellium (jaringan yang terbentuk dari hifa).
6. Memiliki septa dan asepta.
7. Berkembangbiak dengan spora secara aseksual dan atau seksual.

C. Klasifikasi Fungi
Domain Kingdom Filum Classis Ordo Familia Genus Species
Eukaryota Fungi Ascomycota Pezizomycetes Pezizales Pyronemataceae Aleuria A. aurantia

Basidiomycota Homobasidiomycetes Argaricales Pluteaceae Volvariella V. volvacea

Chytridiomycota Chytridiomycetes Chytridiales Chytridiaceae Chytridium C. elegans

Glomeromycota Glomeromycetes Glomerales Glomeraceae Rhizophagus R. irregularis

Zygomycota Zygomycetes Mucorales Mucoraceae Rhizopus R. oligosporus

D. Macam-Macam Fungi Multiseluller


a. Berdasarkan Ukurannya
1. Kapang
Kapang merupakan fungi multiseluller yang memiliki ukuran
mikroskopis namun masih terlihat mata terutama karena serabut-
serabutnya (hifa). Perkembangbiakan dengan menggunakan hifa.
Contoh: Rhizopus sp. (jamur tempe), Aspergillus sp.
2. Cendawan
Cendawan merupakan fungi multiseluller yang memiliki
ukuran makroskopis sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh kasat
mata. Perkembangbiakan dengan menggunakan spora.

7
Contoh : jamur kayu, jamur tirang dan jamur kuping.

b. Berdasarkan filogenetik
1. Ascomicetes
Ciri yang membedakan askomicetes adalah produksi spora
seksual di dalam askus (ascus, jamak asci) serupa kantong;
sehingga mereka umum disebut fungi kantong (sac fungi).
(Campbell,2008). Sejalan dengan Heino Lepp (2011) mengatakan
bahwa Dalam ascomycetes spora diproduksi dalam sel-sel
mikroskopis yang disebut ASCI. Asci bervariasi bentuknya dari
silindris ke bola. Umumnya, setiap ascus memiliki delapan spora,
tetapi ada species dengan hanya satu spora per ascus dan yang yang
lainnya lebih dari 100 spora/ascus.
a) Ciri-Ciri Ascomycota
1. Hifa bersekat
2. Alat reproduksi seksual berupa askus
3. Umumnya hidup saprofit
4. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan
pembentukan konidium, fragmentasi, dan pertunasan
5. Memiliki banyak inti sel
6. Sebagian besar multiseluler
7. Spora tidak berflagela
8. Bentuk tubuh seperti mangkuk
b) Bentuk-Bentuk Ascospora
1. Ascus tanpa ascorcarp (tubuh buah yang beriisi askus).
Contoh: Saccharomyces cerevisiae, Candida albican.
2. Ascus yang bentuk ascorcarpnya seperti mangkok sering
disebut Aposetium. Contoh: Peziza aurantia, hidup sebagai
saprofit di sampah. Marshella esculenta, Tuber sp., dapat
dimanfaatkan sebagai makanan.
3. Ascus yang ascoscarpnya berbentuk seperti bola tanpa
ostilium disebut kleistotesium. Contoh: Penicillium
camemberti dan P. requeforti untuk pembuatan keju. P.
notatum dan P. chrysogenum dapat menghasilkan
antibiotik. Dan Aspergillus wentii untuk pembuatan kecap,
tauco, dan sake.
4. Ascus yan ascocarpnya berbentuk botol dengan lehar dan
memiliki ostilium disebut perisetium. Contoh: Roselinia
arcuata, jamur ini hidup sebagai saprofit pada kayu yang
mati. Xylaria tabacina jamur ini terdapat di pegunungan
pada pohon yang busuk, bentuknya bulat panjang
bertangkai dengan warna kehitam-hitaman.

8
2. Basidiomycota
Basidiomycota adalah divisio dalam Kerajaan (Regnum)
Fungi (cendawan) yang mencakup semua spesies yang
memproduksi spora dalam tubuh berbentuk kotak yang disebut
basidium. Basidiomycotina dibagi menjadi Homobasidimycotina
(jamur yang sebenarnya); dan Heterobasidiomycetes.
Basidimycotina dapat dibagi lagi menjadi tiga kelas:
Hymenomycotina (Hymenomycetes), Ustilaginomycotina
(Ustilaginomycetes), dan Teliomycotina (Urediniomycetes).
Beberapa contoh jamur dalam kelompok Basidiomycota adalah
sebagai berikut. Contoh:
a. Volvariella volvacea (jamur merang), dapat dimakan dan banyak
dibudidayakan.
b. Amanita phalloides menghasilkan racun phalin yang berbahaya.
c. Auricularia polytricha dapat dimakan.
d. Puccinia graminis menimbulkan penyakit pada tanaman tebu
dan jagung.
e. Ustilago scitamanae parasit pada pucuk daun tanaman Graminae.
3. Zygomycota
Zygomycota adalah jamur yang menggunakan zigosporangium
sebagai alat reproduksi seksual dan zigospora sebagai hasil
reproduksi seksual. Selain itu, zygomycota juga dapat melakukan
reproduksi aseksual dengan fragmentasi miselium atau spora
aseksual (spora vegetatif) yang dihasilkan oleh sporangium.
Contoh zygomycota adalah Rizopus Stolonifer, Rhizopus
Oligosporus (jamur tempe), dan Rhizopus Oryzae (jamur tapai).
Berikut adalah ciri-ciri Zygomycota:
1. Memiliki hifa soenositik (bersekat dan tidak bersekat)
2. Alat reproduksi seksual berupa zigosporangium
3. Membentuk zigospora
4. Dinding sel tersusun dari zat kitin
5. Hidup saprofit
6. Miselium bercabang banyak
7. Mempunyai haustoria
8. Tidak memiliki zoospora
9. Spora berupa sel-sel berdinding

9
E. Reproduksi Fungi Multiseluler

1) Ascomycota
Secara vegetatif dapat berkembang biak dengan potongan
hifa, dan pada beberapa jenis dapat menghasilkan konidia secara
aseksual. Secara generatif dapat membentuk badan buah yang
disebut askokarp, yang didalamnya terdapat askus (kantong) yang
menghasilkan askospora. Askospora merupakan hasil kariogami
dan meiosis.
Pembentukan askospora ada 4 cara, yaitu : konjungasi
langsung, pembelahan sel miselium, peleburan sel-sel kelamin
kemudian oogonium menjadi askus, dan dari hifa askogen timbul
organ-organ tertentu yang mengandung inti rangkap.

Siklus hidup ascomycota yaitu :


a) Secara aseksual
Miselium askomisetes dapat breproduksi secara aseksual
dengan menghasilkan spora haploid berpigmen (konidium),
kemudian spora menyebar dan bergerminasi membentuk hifa
membentuk miselium dewasa
b) Secara seksual
1. menghasilkan hifa terspesialisasi. Konidium dari tipe
perkawinan yang berlawanan berfusi ke hifa-hifa ini

10
2. Hifa dikariotik yang dihasilkan dari plasmogami
memproduksi banyak askus dikariotik, dua diantaranya
ditunjukkan disini
3. Kariogami terjadi di dalam setiap askus, menghasilkan satu
nukleus diploid
4. Setiap nukleus diploid membelah melalui meiosis,
menghasilkan 4 nukleus haploid
5. Setiap nukleus haploid membelah sekali melalui mitosis,
menghasilkan 8 nukleus. Dinding sel berkembang di
sekeliling nukleus, membentuk askospora
6. Askospora di dorong dengan kencang hingga terlepas dari
askus melalui bukaan di askokarp. Askospora yang
bergerminasi memunculkan miselium baru

2) Basidiomycota
Ciri khusus jamur ini yaitu mempunyai basidium yang
berbentuk seperti gada, tidak bersekat dan mengandung 4
basidiospora di ujungnya.

11
Basidiomycota hanya memilki fase reproduksi secara
seksual, tahapannya sebagai berikut :
1. Dua miselium haploid dari tipe perkawinan yang berbeda
mengalami plasmogami
2. Sebuah miselium dikariotik terbentuk, tumbuh lebih cepat
daripada, dan akhirnya mengalahkan miselium induk yang
haploid
3. Petunjuk-petunjuk lingkungan seperti hujan atau perubahan
suhu memicu miselium dikariotik untuk membentuk massa
padat yang berkembang menjadi basidiokarpus
4. Bilah-bilah basidiokarpus berjejer dengan sel-sel dikariotik
terminal yang disebut basidium
5. Kariogami pada masing-masing basidium yang menghasilkan
satu nukleus diploid, yang kemudian mengalami meiosis
6. Setiap nukleus diploid menghasilkan 4 nukleus haploid,
masing-masing berkembang menjadi basidiospora (SEM)
7. Ketika matang, basidiospora dikeluarkan lalu disebarkan oleh
angin
8. Pada lingkungan yang cocok, basidiospora bergerminasi dan
tumbuh menjadi miselium haploid yang berumur pendek

3) Zygomycota
Ciri khas zygomycota adalah menghasilkan zigospora
berdinding tebal pada reproduksi seksual dan pada reproduksi

12
aseksual menghasilkan sporangium yang umunya besar bentuk
bulat yang dibentuk oleh sporangiofor. Sporangium berisi
sporangiospora.
Berdasarkan cara reproduksinya, zygomycota dikelompokkan
menjadi dua tahap yaitu :
a. Fase aseksual
Miselium bereproduksi membentuk sporangium yang
menghasilkan spora haploid yang identik secara genetis,
kemudian melakukan penyebaran dan germinasi lalu jika
tumbuh pada habitat yang cocok membentuk miselium.
b. Fase seksual
1. Miselium memiliki berbagai tipe perkawinan (disini
disombolkan +, dengan nukleus merah, dan -, dengan
nukleus biru)
2. Miselium yang bersebelahan dari tipe perkawinan yang
berbeda membentuk perluasan hifa (gametangium), yang
masing-masing menyelubungi beberapa nukleus haploid
3. Zigosporangium terbentuk, mengandung lebih dari satu
nukleus haploid dari kedua induk
4. Zigosporangium mengembangkan pelapis kasar berdinding
tebal yang dapat menahan kondisi-kondisi buruk selama
berbulan-bulan.
5. Sewaktu kondisi menguntungkan, kariogami terjadi, diikuti
dengn meiosis
6. Zigosporangium bergeminasi menjadi sporangium pada
batang tangkai yang pendek
7. Sporangium menyebarkan spora haploid yang beraneka
ragam secara genetis
8. Spora bergerminasi dan tumbuh menjadi miselium baru

13
F. Peranan Fungi Multiseluler
a. Zygomycota
1. Rhizopus sp., digunakan dalam proses pembuatan tempe
2. Mucor sp digunakan pada pembuatan roti dan sebagai ragi
dalam pembuatan tape
3. Pilobolus, sebagai dekomposer berguna untuk
mempertahankan persediaan nutrien organik bagi tanaman
b. Ascomycota
1. Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum digunakan
untuk pembuatan antibiotik penisilin untuk membasmi berbagai
bakteri, antara lain : nisseria meningitidis, streptococus
pneumoniae dan staphylococcus sp.
2. Penicillium roqueforti dan Penicillium camemberti digunakan
dalam pembuatan keju

14
3. Kapang biru (blue mold) yang tumbuh pada buah jeruk
merupakan jamur Penicillium yang hidup saproba
4. Neurospora crassa dan Neurospora sitophila merupakan jamur
oncom berwarna oranye
5. Morchella esculenta, sebagai bahan konsumsi
6. Clavecips purpurea, berwarna ungu biasa yang disebut ergot,
bersifat parasit pada gandum hitam (rye), jika termakan oleh
manusia dapat menimbulkan penyakit gangren.
7. Tuber melanosporum (truffle) merupakan jamur yang hidup
bersimbiosis dengan akar tumbuhan membentuk mikorhiza.
8. Candida albicans, hidup parasit pada jaringan epitel yang
lembap, misalnya pda saluran pencernaan, saluran pernapasan,
dan alat kelamin wanita (penyebab keputihan).
9. Trichophyton mentagrophytes menyebakan penyakit kurap
pada kulit tubuh dan kulit kepala.
10. Aspergillus flavus, menghasilkan spora berwarna cokelat
ehijauan atau kehitaman dan menyekskresikan senyawa
aflatoksin yangbersifat racun bagi manusia.
c. Basidiomycota
1. Volvariella volvacea (jamur merang), sering ditemukan pada
tumpukan jerami (sisa-sisa batang padi). Tubuh buah berbentuk
payung, berwarna putih agak krem, bagian bawah tudung
kecoklatan. Jamur ini dibudidayakan sebagai bahan makanan.
2. Auricularia polytricha (jamur kuping), biasanya ditemukan
pada batang kayu yang sudah mati, berbentuk seperti telinga
manusia, berwarna cokelat kehitaman, serta dimanfaatkan
untuk campuran sop atau kimlo, atau diperdagangkan dalam
bentuk kering.
3. Pleurotus sp. (jamur tiram), tumbuh pada kayu lapuk, berwarna
putih dan dapat dimakan. Jamur tiram dibudidayakan pada
serbuk kayu.

15
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memanfaatkan jenis fungi
tertentu dalam pembuatan beberapa bahan makanan, misalnya tempe dan
oncom. Fungi dikenal dengan istilah kapang (mold), khamir (yeast), ragi,
atau cendawan (mushroom). Sedangkan dalam dunia biologi dikenal
dengan istilah fungi. Ilmu yang mempelajara mengenai fungi yaitu
mikologi, yang berasal dari bahasa yunani mykes (fungi) dan logos (ilmu).
Struktur tubuuh fungi multiseluler tersusun oleh sel-sel eukariotik yang
memiliki dinding sel dari zat kitin. Zat kitin tersusun atas polisakarida
yang mengandung nitrogen, bersifat kuat, tetapi fleksibel. Fungi bersifat
heterotrof. Meskipun bersifat heterotrof, fungi tidak mencerna
makanannya didalam tubuh.
Sel-sel penyusun tubuh fungi memanjang membentuk benang yang disebut
hifa. Hifa bercabang-cabang membentuk jaringan yang disebut miselium.
Miselium menyusun jalinan-jalinan membentuk tubuh buah. Pada
beberapa jenis fungi, hifa memiliki sekat-sekat antarsel yang disebut septa.
Septa memiliki celah atau pori yang cukup besar sehingga organel sel
dapat mengalir dari suatu sel ke sel yang lainnya.
Jenis-jenis fungi multiseluler yaitu:
1. Zygomycetes
Anggota Zygomycetes memiliki hifa yang tidak bersekat dan
memiliki banyak inti disebut hifa senositik. Kebanyakan kelompok ini
saprofit. Berkembang biak secara aseksual dengan spora, dan secara
seksual dengan zigospora. Ketika sporangium pecah, sporangiospora
tersebar, dan jika jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh menjadi
individu baru. Hifa yang senositik akan berkonjugasi dengan hifa lain
membentuk zigospora

16
2. Ascomycetes
Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di dalam
kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar yang
didalamnya terdapat spora yang disebut askospora. Setiap askus
biasanya memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini memiliki 2 stadium
perkembangbiakan yaitu stadium konidium (aseksual) dan stadium
askus (seksual). Sebagian besar Ascomycetes bersifat mikroskopis dan
hanya sebagian kecil bersifat makroskopis yang memiliki tubuh buah
3. Basidiomycota
Kebanyakan anggota Basidiomycetes adalah jamur payung dan
cendawan. Basidiomycetes mempunyai hifa yang bersekat, fase
seksualnya dengan pembentukan basidiospora yang terbentuk pada
basidium sedangkan fase aseksualnya ditandai dengan pembentukan
konidium. Konidium maupun basidiospora pada kondisi yang sesuai
dapat tumbuh dengan membentuk hifa bersekat melintang yang berinti
satu (monokariotik). Selanjutnya, hifa akan tumbuh membentuk
miselium
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadikan tambahan ilmu bagi pembaca pada
umumnya, dan penulis pada khususnya. Namun, penulis juga
membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk meningkatkan
tambahan ilmu bagi penulisnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai