Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dayu Purba

NIM : 55118110110
Mata Kuliah : Business Ethic and Good Governance
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, MM, CMA,MPM
Jurusan : Magister Manajemen
Fakultas : Pasca Sarjana
Universitas Mercu Buana
QUIZ BE & GG Minggu 3
EXECUTIVE SUMMARY
Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia.
Etika merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat istiadat
Sebagai cabang dari filsafat, maka etika berangkat dari kesimpulan logis dan rasio guna untuk
menetapkan ukuran yang sama dan disepakati mengenai sesuatu perbuatan, apakah perbuatan
itu baik atau buruk, benar atau salah dan pantas atau tidak pantas untuk dikerjakan. Dalam
melakukan kegiatan apapun kita harus memiliki etika, termaksud etika bisnis.
Etika bisnis merupakan standard perilaku nilai-nilai moral yang mengendalikan kebijakan
bisnis. Bisnis adalah fenomena social yang secarauniversal harus berpijak pada tata nilai yang
berkembangdi masyarakat yang mencakup:
1. Peraturan peraturan yang dikembangkan oleh pemerintah atau asosiai yang berkaitan
dengan jenis kegiatan bisnis atau niali yang dibangun oleh perusahaan
2. Kaidah-kaidah sosio cultural yang berkembang dimasyarakat dalam masalah kebijakan
etis, organisasi akan mengalami pilihan sulit.
Dalam melakukan bisnis kita harus memiliki etika yang baik salah satunya adalah etika
dalam Perlindungan Konsumen,
Konsumen menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap pemakai barang dan atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan.
Ada dua jenis kunsumen yaitu konsumen akhir dan konsumen antara
Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, dan konsumen
antara adalah jenis konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses
produksi dari suatu produk lainnya. Dalam penjelasan diatas yang dimaksud dalam konsumen
yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah jenis konsumen akhir.
Selain perlindungan terhadap konsumen didalam Undang-Undang juga diatur mengenai Hak
dan Kewajiaban Konsumen yaitu untuk Hak Konsumen diatur dalam Pasal 4 sedangkan
Kewajiban Konsumen diatur dalam pasal 5.
A. Consumer-an important stakeholder
Dalam melakukan bisnis hubungan antar bisnis dan konsumen adalah hubungan yang
saling membutuhkan satu sama lain yang bersifat saling menguntungkan (win-win
relationship), dimana bisnis membutuhkan konsumen dan sebaliknya. Dan dalam melakukan
kegiatan ini harus dilandasi oleh rasa saling mempercai (mutual trust).
Hubungan dan transaksi bisnis antara penjual dan pembeli ataupun konsumen harus dilandasi
dengan aspek dalam pemenuhan hak-hak konsumen yang telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen.
Selain diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ternyata di Indonesia kita
memiliki sebuah lembaga yang mengetur tentang Konsumen yaitu Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI).
Berikut penjelasan mengenai Hak dari Konsumen yang telah diatur dalam Undang – Undang
Nomor 8 Tahun 1999 :
Hak Konsumen
1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi dan
memperoleh barang atau jasa .
2. Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut sesuai
dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang telah dijanjikan diawal.
3. Hak atas informasi yang jelas, benar dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
atau jasa.
4. Hak untuk didengarkan pendapatan dan keluhan atas barang atau jasa yang diguanakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut atau layak.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk dilayani dan diperlakukan secara benar dan jujur serta tidak
mendiskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang atau
jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
9. Dan hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.
Disamping hak-hak dalam pasal 8 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan
dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan
antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak konsumen. selain
hak-hak yang disebutkan tersebut ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan
curang. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan oleh
pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang dalam hukum dikenal dengan terminologi
” persaingan curang”.
Di Indonesia persaingan curang ini diatur dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, juga dalam pasal 382 bis KUHP. Dengan
demikian jelaslah bahwa konsumen dilindungi oleh hukum, hal ini terbukti telah diaturnya
hak-hak konsumenyang merupakan kewajiban pelaku usaha dalam UU No. 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, termasuk didalamnya juga diatur tentang segala sesuatu yang
berkaitan apabila hak konsumen, misalnya siapa yang melindungi konsumen bagaimana
konsumen memperjuangkan hak-haknya.
Berikut penjelasan mengenai Kewajiban dari Konsumen yang telah diatur dalam Undang –
Undang Nomor 8 Tahun 1999 :
Kewajiaban Konsumen
1. Membaca atau pengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan jasa demi keamanan dan keselamatan.
2. Beretikat baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang telah disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Sedangkan menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) merumuskan bahwa
hak-hak konsumen sebagai berikut:
a. Hak keamanan dan keselamatan (the right to be safety). Untuk menjamin bahwa suatu
barang dan/atau jasa dalam penggunaannya akan nyaman,aman maupun tidak
membahayakan konsumen, maka konsumen diberikan hak untuk memilih barang dan/
atau jasa yang dikehendaki berdasarkan keterbukaan informasi yang benar, jelas, dan
jujur. Jika terdapat penyimpangan yang merugikan, konsumen berhak untuk didengar,
memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan yang adil, hingga kompensasi ganti rugi.
b. Hak mendapatkan informasi yang jelas (the right ti be informad). Konsumen berhak
untuk menetahui segala sesuatu produk yang mereka beli dan konsumsi.
Mereka berhak untuk memiliki kemudahan akses kepada segala informasi tentang
produk yang mereka konsumsi, baik merupakan informasi tentang manfaat produk
tersebut ataupun informasi tentang efek samping dan bahaya yang berkaitan
pengkonsumsian produk tersebut. Slah satu respon yang diberikan perusahaan adalah
dengan menyediakan informasi tertentu yang tercantum pada label produk tersebut.
Demonstrasi produk dan Tanya jawab mengenai produk tertentu dengan para ahli dari
perusahaan tersebut merupakan cara lain yang dapat dilakukan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen akan informasi produk.
c. Hak memilih (the right to choose). Dlam membeli dan mengkonsumsi produk, konsumen
berhak untuk memilih produk tertentu yang cocok dengan kebutuhan yang mereka
rasakan. Hak semacam ini telah diperkuat oleh adanya kebebasan dalam indutri untuk
memproduksi produk yang sama dengan produksi perusahaan lain.
d. Hak untuk didengar pendapatnya dan keluhannya (the right to be heard). Selain ketiga
hak di atas, konsumen masih memiliki hak untuk mengelurakan pendapat, baik itu berupa
kritik ataupun saran. Konsumen bahkan memiliki hak untuk bertindak apabila hal itu
dirasa perlu. Di Indonesia ada suatu yayasan yang dikenal sebagai Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) yang berfungsi sebagai pelindung hak-hak konsumen.
Lembaga ini bertugas untuk menampung suara-suara konsumen yang kemudian
disampaikan kepada perusahaan yang bersangkutan dan kemudian disampaikan kepada
kepada perusahaan yang bersangkutan dan bahkan dipublikasikan ke media massa
apabila perlu. Melalui lembaga seperti inilah kepentingan konsumen dapat diperhatikan
dan terpenuhi.
e. Hak atas lingkungan hidup Rekomendasi: dalam melakukan transaksi antara konsumen
dan bisnis, keduanya harus saling memahami hak nya satu sama lain. Seringkali saat ini
ditemukan bisnis yang melanggar etika dari segi ekonomi, karena bisnis ingin
menghasilakn banyak keuntungan namun merugikan orang lain. Ruang konsumen untuk
memberi aduan terhadap produk yang melanggar hak konsumen perlu diperluas dan
diperbanyak. Saat ini banyak Konsumen yang bingung harus memberikan aduan dan
melaporkannya kemana. Begitupun dengan perusahaan, yang harus memahami hak-hak
konsumen yang telah diatur oleh UUPK. Perusahaan yang baik seharusnya tidak akan
melanggar UUPK yang berlaku di Indonesia
B. Hidden Taxation on Society
Pemerintah berupaya mengoptimalkan penerimaan pajak guna meningkatkan pendapatan
negara, namun dalam upaya mengoptimalkan penerimaan pajak tidak terlepas dari beberapa
kendala yang terjadi, salah satunya sistem perpajakan di Indonesia yang menganut sistem self
assessment yang berarti bahwa sistem pemungutan pajak yang memberikan tanggung jawab
kepada para wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah
pajaknya sesuai dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku. Hal inilah
yang menyebabkan banyaknya praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh para wajib
pajak. Pajak mempunyai peran penting setiap negara. Pemerintah menginginkan pajak yang
optimal dari target penerimaan pajak yang sudah ditetapkan. Namun, pendapat ini bertolak
belakang dengan para wajib pajak khususnya wajib pajak. Perusahaan menginginkan beban
pajak yang cukup rendah, karena beban pajak dianggap sebagai beban yang mengurangi
penghasilan yang diperoleh dari suatu perusahaan. Adanya perbedaan kepentingan dari sudut
pandang pemerintah dengan pihak perusahaan sehingga menimbulkan untuk melakukan
penghindaran pajak baik legal maupun illegal. Penghindaran pajak inilah yang menjadi
masalah dan menyebabkan tidak maksimalnya penerimaan pajak bagi pemerintah. Untuk
melakukan perlawanan penghindaran pajak, maka di suatu negara- negara di dunia harus
mempunyai kebijakan yang transparan, kapasitas administrasi untuk mengidentifikasikan
transaksi yang mencurigakan, serta kemampuan dalam melakukan penegasan pajak secara
efektif.
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan
antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan (I
Gusti Ayu Cahya Maharani dan Ketut Alit Suardana 2014). Arah kinerja perusahaan
dipengaruhi oleh pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Corporate
governance berperan dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam keputusan membayar
pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Sebuah perusahan di kategorikan Good
Corporate Governance, apabila prinsip-prinsip pokok corporate governance yang terdiri dari
keterbukaan informasi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibilities), kemandirian (independency), serta kesetaraan dan kewajaran (fairness)
dijalankan dalam perusahaan dengan baik dan benar, sehingga dalam hal membayar pajak
perusahaan akan membayar sesuai dengan jumlah yang sudah ditetapkan sesuai dengan
pendapatan yang diperoleh. Di era keterbukaan informasi dan transparansi seperti sekarang ini
sudah bukan waktunya lagi untuk menggelapkan pajak bagi perusahaan. Setiap bidang usaha
memiliki peraturan dan juga kode etik yang wajib di ikuti dan patuhi oleh semua pelaku usaha.
Transparansi dan akuntanbilitas dari suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan
audit laporan keuangan secara berkala oleh Akuntan Publik yang teregistrasi dan dapat di
pertanggungjawabkan hasil auditnya, sehingga dari hasil audit ini dapat terlihat bagaimana tata
kelola perusahaan dalam hal pembayaran pajak.
Sesuai dengan Pasal. 1 butir 1 UU no. 28 Th 2007 tentang KUP pengertian Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Tax Avoidance (Penghindaran Pajak) diartikan sebagai suatu skema transaksi yang
ditujukanuntuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan2 (loophole)
ketentuan perpajakan suatu negara, skema penghindaran pajak dapat dibedakan menjadi :
 Penghindaran Pajak yang diperkenankan ( acceptable tax avoidance )
• Memiliki tujuan usaha yang baik
• Bukan semata-mata untuk menghindari pajak
• Sesuai dengan spirit & intention of parliament
• Tidak melakukan tranksaksi yang direkayasa

 Penghindaran Pajak yang tidakdiperkenankan ( unacceptable tax avoidance)


• Tidak memiliki tujuan usaha yang baik
• Semata-mata untuk menghindari pajak
• Tidak sesuai dengan spirit & intention of parliament
• Adanya transaksi yang direkayasa agar menimbulkan biaya-biaya atau kerugian
Ronen Palan (2008) menyebutkan suatu transaksi diindikasikan sebagai tax avoidance
apabilamelakukan salah satu tindakan berikut:
• Wajib pajakberusaha untuk membayar pajak lebih sedikit dari yang seharusnya
terutangdengan memanfaatkan kewajaran interpretasi hukum pajak.
• Wajib pajak berusaha agar pajak dikenakan atas keuntungan yang di declare dan bukan
ataskeuntungan yang sebenarnya diperoleh;
• Wajib pajak mengusahakan penundaan pembayaran pajak
Ketentuan tentang anti avoidance :
Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan di Indonesia saat ini, belum ada definisi
yang jelas mengenai tax planning, agresive tax planning, acceptable taxavoidance, dan
unacceptabletax avoidance , dengan demikian dalam praktiknya sering ,menimbulkan
penafsiran yangberbeda antara Wajib Pajak dengan Aparat Pajak. Wajib Pajak & Aparat Pajak
tentu akanmemberikan penafsiran sendiri-sendiri yang menguntungkan mereka, sehingga
menimbulkanketidakpastian hukum.Meskipun saat ini belum ada ketentuan yang jelas-jelas
secara implisit mengatur mengenai tax planning, agresive tax planning, acceptable tax
avoidance, dan unacceptable tax avoidance, maka jika kembali kepada maksud & filosofis
awal dari perpajakandan sesuai dengan konsepdari Corporate Governance makasudah
seharusnya setiap orang/badan membayar pajak sesuaidengan porsi-nya sesuai dengan
ketentuan perpajakan.
a. Stakeholder Alliance
Sebelum melakukan kegiatan bisnis, biasanya para pebisnis harus membangun aliansi
dengan para pemangku kepentigannya. Pemangku kepentingan dapat diukur menggunakan
dua parameter, yaitu tingkat minatnya dalam bisnis dan tingkat pengaruhnya terhadap bisnis
tersebut. Agar bisnis yang akan dijalankan dapat berjalan dengan baik dan lancar maka
pebisnis harus memusatkan upaya dalam membangun aliansi pada para pemangku kepentingan
yang memiliki kepentingan kuat dan pengaruh kuat dapat membuat bisnis tersebut maju dan
berkembang karena mereka adalah pemangku kepentingan yang dapat membantu bisnis dan
dapat dibujuk menjadi aliansi untuk kepentingan bisnis itu sendiri.

a. Kebutuhan bisnis dan keinginan pemangku kepentingan : Setelah bisnis mengetahui


pemangku kepentingan mana yang berguna dalam aliansi, maka bisnis tersebut perlu
meneliti keinginan para pemangku kepentingan dan bagaimana ia dapat memuaskan
keinginannya. Agar aliansi yang dibentuk dapat bertahan lama, maka bisnis perlu
memahami bagaimana cara untuk memuaskan keinginan para pemangku kepentingan
karena kedua belah pihak perlu mendapatkan manfaat dari aliansi tersebut.
b. Menciptakan aliansi bisnis dan pemangku kepentingan : Setelah kedua belah pihak dapat
memahami kebutuhannya, maka bisnis dapat mengunakan informasi tersebut untuk
menciptakan syarat-syarat proposal aliansi, yang diajukan setelah negosiasi lebih lanjut.

Rekomendasi: Hubungan yang terjalin antara bisnis dan pemangku kepentingan harus
bersifat saling menguntungkan. Maksudnya agar tujuan kerjasama dapat tercapai dengan baik
serta syarat-syarat yang diajukan dapat dipenuhi oleh kedua belah pihak. Selain itu, antara
bisnis dan pemangku kepentingan seharusnya tidak ada asas untuk menguntungkan satu pihak
saja tetapi harus dari kedua belah pihak.

Tidak gampang untuk membuat aliansi dikarenakan ereka yang berada dalam lingkaran
utama suatu aliansi bisa saja berbeda pandangan, bahkan beda ideologi politik. Namun hal
tersebut tidak menjadi penghalang dalam mencapai tujuan aliansi tersebut. Berikut ini adalah
beberapa prinsip aliansi:
a. Temukan persamaan visi, bukan perbedaan kepentingan. Aliansi harus dimulai dengan
berbaik sangka.
b. Utamakan untuk menggagas beberapa pencapaian kecil, dan percaya pada harapan Anda,
bukan rasa takut.
c. Lakukan tugas dan kegiatan sesuai dengan rencana. Jika kitai gagal merencanakan, maka
kita berencana untuk gagal.
d. Utamakan isu yang telah disepakati dan bertumpu pada isu tersebut dalam melakukan
gerakan.
e. Selalu terbuka dengan pandangan lain, bersedia bermufakat dan mengedepankan negosiasi
yang saling menguntungkan.

D. Consumer Protection
Perlindungan konsumen adalah terkait dengan gagasan hak-hak konsumen dan
pembentukan organisasi konsumen, yang membantu konsumen membuat pilihan yang lebih
baik di pasar dan mendapatkan bantuan dengan keluhan konsumen. Konsumen dapat
didefinisikan sebagai seseorang yang memperoleh barang atau jasa untuk penggunaan
langsung atau kepemilikan daripada dijual kembali atau digunakan dalam produksi dan
manufaktur. Kepentingan konsumen juga dapat dilindungi dengan mempromosikan
persaingan di pasar yang secara langsung dan tidak langsung melayani konsumen, konsisten
dengan efisiensi ekonomi, tetapi topik ini diperlakukan dalam hukum persaingan.
Perlindungan konsumen juga dapat ditegaskan melalui organisasi non-pemerintah dan
individu sebagai aktivisme konsumen. Hukum perlindungan konsumen atau hukum konsumen
dianggap sebagai area hukum yang mengatur hubungan hukum pribadi antara konsumen
individu dan bisnis yang menjual barang dan jasa tersebut. Perlindungan konsumen mencakup
berbagai topik, termasuk tetapi tidak selalu terbatas pada kewajiban produk, hak privasi,
praktik bisnis yang tidak adil, penipuan, keliru, dan interaksi konsumen / bisnis lainnya. Ini
adalah cara untuk mencegah penipuan dan penipuan dari kontrak layanan dan penjualan,
penipuan yang memenuhi syarat, peraturan penagihan kolektor, penetapan harga, penyerahan
utilitas, konsolidasi, pinjaman pribadi yang dapat menyebabkan kebangkrutan. Dalam dunia
usaha sektor jasa keuangan seperti dibidang pasar modal terdapat klausula dimana apabila
terdapat kerugian konsumen yang ditimbulkan akibat kelalaian dari pihak perusahaan maka
kerugian tersebut akan ditanggung oleh perusahaan serta tanggung renteng oleh Dewan Direksi
dan Dewan Komisaris Perusahaan. Tentu hal ini akan membuat perusahaan akan berfikir
beribu-ribu kali untuk melakukan pelanggaran yang dapat berujung pada kerugian konsumen.
Dalam yurisdiksi peraturan yang menyediakannya (terdiri dari sebagian besar atau semua
negaramaju dengan ekonomi pasar bebas), perlindungan konsumen adalah sekelompok
undang-undang dan organisasi yang dirancang untuk memastikan hak-hak konsumen serta
perdaganganyang adil, persaingan dan informasi yang akurat di pasar.Upaya perlindungan
konsumen di tanah air didasarkan pada sejumlah asas dan tujuan yang telahdiyakini bias
memberikan arahan dalam implementasinya di tingkatanpraktis. Dengan adanyaasas dan
tujuan yang jelas, hukum perlindungan konsumen memiliki dasar pijakan yang benar-benar
kuat.
Asas perlindungan konsumen Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima
asas perlindungan konsumen.
a. Asas manfaat
Maksud dari asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan atau perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kepentingan konsumen dan juga pelau usaha secara keseluruhan.
b. Asas keadilan
Maksud dari asas ini adalah agar partisipasi seluruh rakyat bisa diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan kepada pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
c. Asas keseimbangan
Maksud dari asas ini adalah untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual.
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Maksud dari asas ini adalah untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan
kepadakonsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa yang
dikonsumsi atau digunakan.
e. Asas kepastian hukum
Maksud dari asas ini adalah agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum
danmemperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara
menjaminkepastian hokum
Rekomendasi :
Disini saya merekomendasikan dari dua sisi yaitu dari sisi pemerintah dan juga dari sisi
konsumen. Dari sisi pemerintah saya merekomendasikan untuk selalu mengontrol secara
continew atas semua produk yang telah dikeluarkan atas izin edarnya dan juga melakukan
terjun langsung kelapangan atau pasar dengan dasar add=uan masyarakat ataupun inisiatif dari
pemerintah untuk mengetahui kondisi di pasar atau lapangan, dan juga pemerintah
menyediakan suatu forum untuk masyarakat atau para konsumen mengadu mengenai produk
-produk yang telah di beli masyarakat atau konsumen terhadap keluham mereka mengenai
produk yang sudah di belinya. Tujuannya dari kegiatan ini adalah agar lebih mudah dalam
melakukan pengecekan terhadap produk tersebut sebelum menyebar luas di media sosial dan
menjadi berita yang tidak jelas dikalangan masyarakat atau konsumen yang menyebabkan
kegaduhan ataupun merugikan dari masyarakat dan perusahaan.
Dari sisi masyarakat ataupun konsumen saya merekomendasikan untuk lebih memahami
produk-produk yang akan dibili agar tidak menjadi kerugian bagi konsumen dan
membahayakan bagi diri dan saaran saya lakukanlah pencarian dari produk tersebut sebelum
melakukan pembelian yang bertujuan agar produk yang kita beli sudah sesuai dengan yang
kita inginkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo T. 2016. Pengertian Konsumen serta Hak dan Kewajiban Konsumen. Diakses dari
http://www.jurnalhukum.com/pengertian-konsumen/ ( 23 Maret 2019 Pukul 22.30 Wib )
2. Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung :Citra Aditya
Bakti, 2006, Hlm.68.
3. UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
4. UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun
2007tentang Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan (“KUP”)

Anda mungkin juga menyukai