(masa kemerdekaan sampai 1960an) Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana.
2. Masa Pendudukan Jepang dan Awal Kemerdekaan.
Pada tahun 1942-1945 pendidikan, ekonomi, kehidupan sosial, dan kesehatan amat sangat terpuruk dengan pecahnya Perang dunia ke II. Sumber daya alam dan manusia semua dikerahkan untuk kepentingan Jepang. Disorganisasi Usaha Kesehatan Masyarakat sudah kacau berlangsung terus dalam periode revolusi fisik (1945-1949). Banyak fasilitas kesehatan tidak dapat dipergunakan karena rusak bahkan banyak petugas kesehatan yang meninggal di posnya. Kehidupan masyarakat sangat tertekan shingga hanya terlihat kemiskinan, penderitaan, kelaparan, dan penyakit dimana- mana. Setellah penyerahan kedaulatan (27 Desember 1948) pemerintah memberikan perhatian pada kesehatan masyarakat di desa. Pada waktu itu dikembangkan Usaha Pembangunan Masyarakat Desa. kemudian menurut saya bentuk promosi kesehtan pada saat itu adalah mempromosikan tentang masalah kesehatan yang sedang menonjol,baik cara mencegah maupun menanggulangi masalah kesehatan tersebut. Contoh : Pada tahun 1950-an masalah gizi cukup menonjol. Sementara itu ‘”kwarsiorkor dan xerophthalmia” sebagai masalah gizi pada golongan anak pra sekolah mendapat banyak perhatian selain penyelidikan secara mendalam, usaha perbaikan dilakukan dengan melakukan penyuluhan tentang gizi pada saat itu pula diperkenalkan pesan ‘’empat sehat lima sempurna”dan penggalian sumber makanan bernilai gizi.Selanjutnya tahun 1951 oleh Dr. J. Leimena dan Dr. Patah diperkenalkan “Konsep Bandung atau Bandung Plan” yang menggambarkan perpaduan antara upaya kuratif dan preventif. Dengan demikian, masyrakat pedesaan akan mempunyai akses lebih dekat ke pelayanan kesehatan. 3. Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980) a. Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan 1960 b. Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964)
4. Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik
(1975-1995) a. Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978) b. Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) c. Munculnya Posyandu d. Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron).
5. Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005)
a. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada, munculnya istilah promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu : 1). Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (healthy public policy) 2). Menciptakan lingkungan yang mendukung (supportive environment) 3). Memperkuat gerakan masyarakat (community action) 4). Mengembangkan kemampuan perorangan (personnal skills) 5). Menata kembali arah pelayanan kesehatan (reorient health services). b. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988) menekankan 4 bidang prioritas, yaitu: 1). Mendukung kesehatan wanita 2). Makanan dan gizi 3). Rokok dan alkohol 4). Menciptakan lingkungan sehat. c. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991) 4 strategi kunci, yakni: 1). Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat 2). Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan 3). Membangun aliansi 4). Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat. d. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV di Jakarta, Indonesia (Jakarta Declaration on Health Promotion, 1991).