Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “CONTOH
PERMASALAHAN PADA REMAJA”. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman yang telah
membantu, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca
khususnya mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aufa Royhan
Padangsidimpuan dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengatahuan bagi kita semua.
penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pergaulan Bebas
Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya
(BNNRI, 2007). Narkoba adalah obat, bahan, atau zat dan bukan tergolong
makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh
terutama pada kerja otak (susunan syaraf pusat), dan sering menyebabkan
ketergantungan. Akibatnya kerja otak berubah (meningkat atau menurun),
demikian juga fungsi vital organ tubuh lain ( jantung, peredaran darah, pernapasan
dan lainnya). Narkoba digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Narkotika, termasuk kedalam jenis ini antara lain adalah: heroin, kokain,
ganja, morfin, petidin, kodein.
2. Psikotropika, termasuk kedalam jenis ini antara lain adalah: ekstasi,
amfetamin, pil koplo, diazepam, dll.
3. Bahan adiktif lainnya, termasuk kedalam jenis ini antara lain adalah:
alcohol, nikotin, inhalasi/solven (BNNRI, 2007).
Ada beberapa istilah berkait dengan pengguna narkoba yaitu :
1. Penggunaan obat (drug user)
Yaitu menggunakan obat-obatan terlarang dengan tujuan untuk memperoleh
kesenangan, relaksasi atau menghilangkan stress atau kepenatan setelah
bekerja. Mereka tidak mengalami ketergantungan, obat-obatan ini hanya
digunakan sebagai pelarian saat menghadapi masalah dalam hidup saja.
2. Penyalahgunaan obat (drug abuser)
Yaitu mereka yang terbiasa menggunakan obat-obatan terlarang itu dan
tidak dapat menghentikannya. Mereka tau bahwa hal tersebut
membahayakan dirinya, namun tidak mampu mengontrol untuk tidak
menggunakannya. Pada umumnya drug abuser akan berlanjut menjadi
ketergantungan.
3. Ketergantungan obat (drug alcohol addiction)
Yaitu suatu gangguan atau penyakit individu yang bersifat fisik, mental,
dan emosional, sehingga individu merasa tidak mampu menghentikan
kecenderungan untuk menggunakan obat-obatan terlarang tersebut.
Penyebab penggunaan narkoba
Kesalahan didikan yang diberikan dan diterapkan oleh orang tua di dalam
lingkungan keluarga, akan membuat anak melakukan tindakan menyimpang
melanggar norma-norma yang ada di masyarakat. Salah satunya yaitu
menyalahgunaan atau mengkonsumsi NAPZA. Menurut Hawari (2006: 31-32)
kesalahan dalam mendidik dan yang membuat suatu lingkungan keluarga tidak
kondusif sehingga menyebabkan anak-anak mereka terjerumus menyalahgunakan
atau mengkonsumsi narkoba yaitu faktor:
a. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau kakek/nenek
b. Sikap orangtua yang kasar dan keras (otoriter) terhadap anak
c. Campur tangan atau perhatian yang berlebihan orangtua terhadap anak
(intervensi proteksi dan kemanjaan yang berlebihan)
d. Sikap atau kontrol yang tidak cukup dan tidak kosisten (berubah-ubah)
Upaya penanggulangan penggunaan narkoba pada remaja
Mengingat betapa dahsyatnya bahaya yang dapat ditimbulkan oleh narkoba
dan begitu cepatnya menular dikalangan generasi muda untuk mengonsumsi
narkoba, maka diperlukan upaya-upaya konkrit untuk mengatasinya seperti :
1. Meningkatkan iman dan taqwa melalui pendidikan agama, baik disekolah
maupun dimasyarakat.
2. Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga sakinah, sebab
peran keluarga sangat besar terhadap pembinaan diri seseorang.
3. Penanaman sejak dini bahwa narkoba adalah haram.
4. Meningkatkan peran orang tua dalam mencegah narkoba, dirumah oleh
ayah dan ibu, disekolah oleh guru dan dimasyarakat oleh tokoh agama dan
tokoh masyarakat serta aparat penegak hokum.
Upaya pencegahan penggunaan narkoba
Upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah penyalahgunaan
narkoba dikalangan remaja meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengaruh jangka panjang pemakaian narkoba, yang dapat
menurunkan prestasi sekolah.
2. Menekankan pentingnya keteladanan remaja kepada adik-adiknya.
3. Melibatkan remaja dalam berbagai kegiatan keluarga.
4. Menetapkan cara untuk membatasi waktu remaja diluar rumah tanpa
pengawasan.
5. Mendorong anak agar mau mengikuti program pencegahan narkoba
disekolah atau dilingkungannya jika ada.
6. Makin sibuk remaja, makin sedikit kemungkinannya terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba.
7. Merencanakan kegiatan bebas narkoba bagi keluarga selama liburan
sekolah, yang sering merupakan masa rawan bagi remaja.
8. Mencari informasi tentang kecenderungan pemakaian narkoba yang baru
dan populer, pelajari pengaruh dan bahayanya.
9. Mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan
narkoba dilingkungan.
C. Tawuran
Pengertian tawuran
Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap
lumrah oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang
menganggap bahwa tawuran merupakan salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang
menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar
yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju.
Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari
tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan
aksi tersebut. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau
bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka
hanya lari setelah puas melakukan tawuran.
Penyebab terjadinya tawuran
1. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang
berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam
menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang
dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu
melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak
dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi,
budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin
bermacam-macam.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
a. Faktor keluarga
b. Faktor sekolah
c. Faktor lingkungan
Upaya penanggulangan tawuran
1. Memberi efek jera
Bisa dikatakan dalam poin ini akan sedikit keras dan memaksa maupun
mempermalukan pelaku tawuran tersebut. Tapi itu tidak ada salanya untuk
memebrikan efek jera kepada si pelaku agar dia merasa enggan untuk
mengulanginya kembali perbuatannya dikemudian hari.
2. Memberikan penyuluhan secara efektif
Penuluhan terkadang terabaikan oleh segelintir para petugas keamanan
yang mengamankan dan menagkap para pelaku tawuran. Mereka hanya
memebrikan penyuluhan kepada pelaku dikala pelaku menjadi tersangak
dalam tawuran itu saj, namun selepas itu maka dia akan dibebaskan dan
hanya diberikan beberpa penyuluhan yang hanya beberapa menit saja.
Tentunya hal ini bukalah menjadi sebuah penyuluhan yang efektif untuk
menyadarkan para pelaku. Semestinya para aparat dalam memeberikan
penyuluhan tersebut mencoba menumbuhkan kesadaran dalam jangka
yang bisa dikatakan lama, agar dia sadar akan apa yang dialakuakannya itu
tidak benar dan merugiakan banyak orang disekelilingnya.
3. Memberikan ruang positif
Ruang ini lah yang menjadi penampun mereka sebagai mantan pencinta
tawuran. “Manusia tidak akan benar selamanya, namun manusia juga
tidak akan salah selamanya.” Dalam pasilitas ini yang akan
mengembangkan potensi pada diri mereka yang matanya telah tertutup
gelap oleh gemerlap dunia tawuran. Seperti; Adanya pasilitas atau
lembagai yang menyediakan atau menampung para mantan pecinta
tawuran, dengan menggali potensi dalam dirinya dan meng
inflementasikannya pada masyarakat luas agar bisa bermanfaat untuk
orang banyak.
Upaya pencegahan tawuran
1. Perbanyak silaturahmi
Bisa dikatakan poin ini adalah poin yang sangat berpengaruh pada setiap
terjadinya tawuran, dimana ketika suatu kelompok maupun individu itu
sendiri tidak mengenal anatar satu sama lain dan tidak ada ikatan yang erat
maka akan terjadi sebuah kesalah pahaman antara kedua belah pihak yang
ujung-ujungnya akan terjadi tawuran besar denga melibatkan setiap
individu dengan modal memprovokasi.
2. Adanya delegasi-delegasi yang kuat
Hal ini perlu dilakukan agar ketika adanya sebuah permasalahan maka
delegasi itu lah yang memperkuat akan pengambilan kesimpulan masalah
tersebut. Terlebih dalam membuat jera pala pelaku tawuran itu sendiri
dengan hukuman yang akan membuatnya jera dan enggan mengulanginya
lagi dikemudian hari.
3. Mediasi
Membuka komunikasi antara kedua belah pihak.
4. Memperluas pengetahuan dalam konteks agama
Konteks ini akan menjadikan pertimbangan bagi pelaku tawuran tersebut
sebelum melakukan tawuran itu sendiri. Dimana ketika suatu kelompok
ataupun individu akan berpikir secara rasional maupun religus dalam
tindakannya yang mengakibatkan dia enggan untuk melakukan hal itu,
tersebab dilarangnya oleh agama karena mempunyai banyak kemudharatan
ketimbang manfaatnya sendiri.
5. Menumbuhkan karakter bangsa yang sesungguhnya
Kurangnya Karakter Bangsa pada masyarakat maupun anak sekolah ini
menjadikan pemicu terjadinya tawuran (peperangan). Ketika dia tidak
memahami bagaimana Karakter Bangsa Indonesia? Seperti apa Karakter
Bangsa Indonesia?. Tentunya si pelaku tidak akan mempertimbangkan
keputusannya untuk tindakannya. Sebab dia tidak memahami Karakter
Bangsanya sendiri.
D. Aborsi
Pengertian Aborsi
Aborsi adalah tindakan penghentian atau pengakhiran kehamilan sebelum
janin dapat hidup diluar rahim yang terjadi pada usia 28 minggu yang dilakukan
melalui pertolongan orang lain seperti dokter, dukun bayi, dukun, pijat maupun
dilakukan sendiri dengan cara meminum obat-obatan atau ramuan tradisional.
Pengertian Remaja
Remaja adalah usia dimana terjadi masa transisi atau peralihan dari anak-anak
menuju dewasa, usia yang diperkirakan 12 sampai 21 tahun untuk anak gadis dan
antara 13 sampai 22 tahun bagi anak laki-laki.
Penyebab Terjadinya Aborsi
Faktor penyebab terjadinya aborsi menurut Tirthahusada (1993) antara lain yaitu:
1. Alasan medis atau alasan dokter
Disini keputusan diambil karena kesehatan ibu atau ancaman nyawa ibu
yang sedang menderita suatu penyakit.
2. Alasan non medis
Biasanya alasan social, ekonomi seperti kehamilan sebelum atau diluar
nikah, sudah terlalu banyak anak, kesulitan dalam hal biaya hidup atau
lainnya.
Upaya Penanggulangan Terjadinya Aborsi
Upaya-upaya dan pelayanan tersebut dapat kita rangkum dalam penjelasan berikut
ini:
1. Memberikan edukasi seks di kalangan remaja. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya para remaja kita yang mempelajari fungsi reproduksi para
sudut “kenikmatan” nya saja tanpa memandang efek-efek negatif di
kemudian hari. Maka harapannya dengan pemahaman yang tepat dan
lengkap, maka remaja akan dapat membuat keputusan yang tepat untuk
menjaga kesucian dirinya masing-masing.
2. Menanamkan kembali nilai-nilai moral sosial dan juga keagamaan akan
penting dan mulianya untuk menjaga kehormatan diri. Kebanyakan, para
remaja ini karena memang semenjak kecil sudah dijauhkan oleh norma-
norma yang mengatur hubungan antar laki-laki dan perempuan sedangkan
media gencar mempromosikan tayangan-tayangan yang berbau
seksualitas dengan mengedepankan nafsu semata. Ditambah lagi akses
pornografi yang dapat dengan mudah didapatkan melalui internet via
komputer maupun handphone.
3. Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat. Tidak dipungkiri yang
menjadikan remaja bebas melakukan apa saja adalah karena semakin
melemahnya kontrol sosial dari lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Misalkan saja ada sepasang pelaku “pacaran” yang diperbolehkan orang
tuanya berdua-duaan di dalam kamar. Meskipun tidak terjadi perzinahan
di sana, namun itu dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan
yang “lebih” untuk dilakukan pada lain kesempatan dan lain tempat.
Begitu juga kontrol dari masyarakat itu penting ketika melihat ada
pasangan muda-mudi yang menginap di kamar kostan dan bahkan terjadi
berhari-hari. Hal ini sudah barang tentu dapat semakin mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku dalam artian melakukan tindakan-
tindakan yang seharusnya baru boleh dilakukan oleh pasangan suami
isteri yang resmi.
4. Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat dipandang
sebelah mata. Mereka mempunyai hak untuk dapat kita tolong karena bisa
saja hal telah mereka lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan yang tak
ingin diulanginya lagi. Maka, bagi para penyandang PAS, dapat kita
tolong dengan memberikan pelayanan konseling serta dukungan sosial
untuk dapat bangkit kembali menjalani kehidupan secara normal dengan
diiringi taubat yang sebenar-benarnya (taubat nasukha).