PENDAHULUAN
1
Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak merupakan individu yang
masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungan, artinya membutuhkan
lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
dan untuk belajar mandiri (Supartini, 2012).
2
diselesaikan seluruhnya, sebagaian, atau malah gagal diselesaikan.
Erickson menekankan bahwa manusia harus berubah dan
menyesuaikan perilaku mereka guna mempertahankan kontrol
terhadap hidup mereka. Dalam perkembangannya, tidak ada satu pun
tahap didalam perkembangan kepribadian yang dapat dilewatkan,
tetapi dalam kondisi cemas atau stres, individu dapat terfiksasi pada
tahap perkembangannya tertentu atau mundur ketahap perkembangan
sebelumnya.
c. Piaget (1952)
Perkembangan kognitif merujuk pada cara manusia dalam
belajar berpikir, menalar, dan menggunakan bahasa. Perkembangan
tersebut melibatkan kecerdasan, kemampuan persepsi, dan
kemampuan memproses informasi yang dimiliki oleh individu.
Perkembangan kognitif menggambarkan peningkatan kemampuan
mental dari pikiran yang tidak logis menjadi pemikir logis, dari
pemecahan masalah sederhana menjadi pemecahan masalah
komplek, dan dari pemahaman ide konkrit menjadi pemahaman
konsep abstrak.
3
anak tunggal anak akan dapat lebih cepat berkembang dan
mengembangkan harga diri yang positif karena terus-menerus berinteraksi
dengan orang dewasa, yaitu orang tuanya dan mendapat stimulasi secara
psikososial. Akan tetapi, mereka akan lebih bergantung dan kurang
mandiri. Perkembangan motorik lebih lambat karena tidak ada stimulasi
untuk melakukan aktivitas fisik yang biasanya dilakukan oleh saudara
kandungnya.
3. Faktor lingkungan
Menurut Putra, dkk (2014), terdapat faktor lingkungan internal
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, adalah sebagai berikut :
a. Intelegensi
Kecerdasan anak dimiliki sejak ia dilahirkan. Anak yang
dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah tidak akan
mencapai prestasi yang cemerlang walaupun stimulus yang diberikan
lingkungan demikian tinggi. Sementara anak yang dilahirkan dengan
tingkat kecerdasan tinggi dapat didorong oleh stimulus lingkungan
untuk berprestasi secara cemerlang.
b. Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh 2
kembang antara lain : growth hormone, tiroid, hormone seks, insulin,
IGFs (Insulin Like Growth Factors), dan hormon yang dihasilkan
kelenjar adrenal.
c. Emosi
Pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh pada tumbuh
kembang anak. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dalam
keluarga, apa yang anak rasakan dan apa yang anak lihat akan menjadi
model yang dapat ia tiru dalam berperilaku sehari-hari. Cara anak
berinteraksi dalam anak akan mempengaruhi anak berinteraksi di luar
rumah. Hubungan yang hangat dengan ayah, ibu, saudara akan
berpengaruh terhadap hubungan dengan teman sebaya. Apabila
kebutuhan emosi anak tidak terpenuhi dalam tahap perkembangannya
akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya.
Putra, dkk (2014), terdapat juga faktor lingkungan eksternal yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak, adalah sebagai berikut :
4
a. Budaya lingkungan (mempengaruhi tingkah laku dan pola
pemeliharaan anak).
b. Nutrisi baik kuantitas maupun kualitas.
c. Penyimpangan dari keadaan sehat (sakit atau kecelakaan).
d. Olahraga (mempengaruhi sirkulasi dan menstimulasi perkembangan
otak).
e. Urutan posisi anak dalam keluarga.
f. Status sosial dan ekonomi keluarga.
g. Iklim atau cuaca.
5
c. Mass to spesifik/simple to complex (dari kemampuan yang sederhana
dulu baru kemampuan yang kompleks, contoh melambaikan tangan
dulu baru memainkan jari).
6
b. Fisiologi Sistem Sirkulasi Darah
Sistem peredaran darah berfungsi untuk mengedarkan zat makanan
ke seluruh tubuh.Zat makanan berguna untuk pertumbuhan,
mengganti sel-sel yang rusak, dan untuk beraktivitas. Sistem
peredaran ini dibedakan menjadi:
i. Sistem peredaran darah kecil (sistem peredaran paru-paru)
Merupakan sistem peredaran yang membawa darah dari
jantung ke paru-paru kembali lagi ke jantung. Pada peristiwa
ini terjadi difusi gas di paru-paru, yang mengubah darah yang
banyak mengandung CO2 dari jantung menjadi O2 setelah
keluar dari paru-paru.
Mekanisme aliran darah sebagai berikut:
Ventrikel kanan jantung –> Arteri pulmonalis –> paru-
paru –> vena pulmonalis –> atrium kiri jantung
ii. Sistem peredaran darah besar (peredaran darah sistemik)
Merupakan sistem peredaran darah yang membawa darah yang
membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Darah yang
keluar dari jantung banyak mengandung oksigen.
Mekanisme aliran darah sebagai berikut:
Ventrikel kiri –> aorta –> arteri superior dan inferior –
> sel / jaringan tubuh –> vena cava inferior dan superior
–> atrium kanan jantung
7
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
1.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh
virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga
flaviviridae.Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm
terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x
106.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-
4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam
berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di indonesia dengan
DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Terdapat reaksi silang antara
serotipe dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever, japanese
encehphalitis dan west nille virus(NANDA. 2015).
8
1.3 Manifestasi Klinis
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang
terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan
berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
b. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahan.
c. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam
(konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan
kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan
lain-lainnya.
d. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
e. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
f. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi
penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni),
terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal
(Hemokonsentrasi).
g. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,
muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare,
menggigil, kejang dan sakit kepala.
h. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
i. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan
pegal/sakit pada persendian.
j. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah.
(NANDA. 2015)
9
1.4 Patofisiologi
1.5 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
10
Ureum PH bisa meningkat
NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
Rontgen thorax : Efusi pleura.
Uji test tourniket (+)
11
BAB III
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda tanda perdarahan,
mual muntah, tidak nafsu makan, nyeru ulu hari, nyeri otot dan
sendi, tanda tanda renjatan(denyut nadi cepat dan lemah),
hipotensi, kulit dingin lembab, terutama pada ekstemitas,
sianosis, gelisah dan penurunan kesadaran.
12
Ibu klien mengatakan sering haus.
Ibu klien mengatakan sakit kepala.
Data Objektif :
Klien tampak lemah.
Bibir klien tampak kering.
Klien terlihat muntah – muntah.
Klien batuk.
Kulit klien tampak adanya bintik - bintik merah.
Demam ditandai dengan suhu tubuh meningkat mencapai
38ºC
13
Diagnosa 2 :Kekurangan volume cairan
2.2.4 Definisi :Penurunan cairan intravascular, interstisial, dan/atau
intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa
perubahan pada natrium.
2.2.5 Batasan Karakteristik :
Perubahan status mental
Penurunan turgor kulit dan lidah
Penurunan haluaran urin
Penurunan pengisian vena
Kulit dan membrane mukosa kering
Kematokrit meningkat
Suhu tubuh meningkat
Peningkatan frekuensi nadi, penurunan TD, penurunan
volume dan tekanan nadi
Konsentrasi urin meningkat
Penurunan berat badan yang tiba-tiba
Kelemahan
2.2.6 Faktor Yang Berhubungan :
Kehilangan volume cairan aktif
Konsumsi alcohol yang berlebihan terus menerus
Kegagalan mekanisme pangaturan
Asupan cairan yang tidak adekuat
14
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan
proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang
lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
2.2.9 Faktor Yang Berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 :Hipertermi
2.3.1 Tujuan Dan Kriteria Hasil :
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman
15
2.3.2 Intervensi Keperawatan Dan Rasional
Intervensi Rasional
Beri pasien banyak minum air Dengan minum banyak air diharapkan
(1500-2000 cc/hari) cairan yang hilang dapat diganti
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
16
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
17
2.3.5 Tujuan Dan Kriteria Hasil
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
18
klien terhadap respon nyeri
19
DAFTAR PUSTAKA
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th. Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Pearce, C, Evelyn, 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis, Jakarta :Gramedia.
Suriadi & Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta:
Sagung Seto.
Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
20