Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan untuk orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009). Sedangkan menurut
World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera
baik secara fisik, mental, dan sosial. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kesehatan merupakan modal utama setiap individu dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Ketika kesehatan mulai terganggu, maka upaya pengobatan
merupakan langkah utama yang harus dilakukan setiap individu. Hal ini
mendorong masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif dan
efisien secara biaya yaitu pengobatan sendiri (swamedikasi).
Swamedikasi adalah upaya yang sering dilakukan oleh seseorang dalam
mengobati gejala sakit atau penyakit yang sedang dideritanya tanpa terlebih
dahulu melakukan konsultasi kepada tenaga medis. Swamedikasi atau
pengobatan sendiri merupakan kegiatan pemilihan dan penggunaan obat baik itu
obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk
mengatasi penyakit atau gejala penyakit (WHO, 1998).
Swamedikasi dapat menjadi masalah terkait obat (Drug Related Problem)
akibat terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya (Nur Aini,
2017). Pelaksanaanya harus memenuhi kriterian penggunaan obat yang rasional
antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis obat, ada tidaknya efek
samping, tidak adanya kontraindikasi, dan tidak adanya interaksi obat
(Depkes RI,. 2008). Pada dasarnya, bila dilakukan secara rasional, swamedikasi
memberikan keuntungan besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan
nasional (Depkes RI., 2008).

1
Menurut data yang didapat oleh World Health Organization (WHO,
1998), lebih dari 60% populasi dunia melakukan swamedikasi, dan 80%
diantaranya mengandalkan obat modern untuk mengobati gejala dan minor illnes.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013 menunjukkan
bahwa 103.860 atau 35,2% dari 294.959 rumah tangga menyimpan obat untuk
swamedikasi (Riskesdas, 2013). Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
tahun 2014 menunjukkan bahwa presentase penduduk yang melakukan
swamedikasi akibat keluhan kesehatan yang dialami sebesar 61,05%. Hal ini
menunjukkan perilaku swamedikasi di Indonesia cukup besar.
Alasan masyarakat Indonesia melakukan swamedikasi atau peresepan
sendiri karena penyakit dianggap ringan (46%), harga obat lebih murah (16%) dan
obat mudah diperoleh (9%) (Kartajaya et al, 2011). Swamedikasi biasanya
dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak
dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, maag,
kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain (Depkes RI., 2010). Kriteria
penyakit ringan yang dimaksud adalah penyakit yang jangka waktunya tidak lama
dan dipercaya tidak mengancam jiwa seseorang. Batuk adalah salah satu penyakit
ringan yang biasa dialami seseorang dan bisa diatasi dengan swamedikasi.
Batuk adalah suatu keadaan (bukan penyakit) ketika tubuh berusaha
mengeluarkan benda asing dari saluran napas. Pravelinsi batuk di Indoneisa pada
tahun 2007 adalah 45% tanpa ada perbedaan signifikan antara penduduk kota dan
pedesaan (Akhtar, 2016). Kemudian pravalensi sebesar 15% pada anak-anak dan
20% pada orang dewasa (Ikawati, 1998). Berdasarkan profil dinas kesehatan di
kabupaten karo tahun 2013, 5 penyakit terbesar di Puskesmas se-kabupaten Karo
tahun 2013 adalah ISPA, TB paru, hipertensi, diare, dan rematik. Batuk memang
bukan penyakit dan tidak akan ditemukan dalam 5 besar penyakit diatas, tetapi
batuk merupakan gejala awal dari penyakit-penyakit seperti ISPA dan TB paru.
Data Direktorat jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan (2004)
menyebutkan, penyakit batuk dan ISPA ternyata menempati jumlah kunjungan
rumah sakit yang tertinggi. Ada 1.040.505 pasien kunjungan penyakit batuk yang

2
berobat ke rumah sakit. Setara dengan 8,5% dari total kunjungan rumah sakit.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan
masyarakat terhadap swamedikasi batuk di Desa Sumber Mufakat Kecamatan
Kabanjahe.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat


terhadap swamedikasi batuk di Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat
terhadap swamedikasi batuk di Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat terhadap
swamedikasi batuk.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap masyarakat terhadap swamedikasi
batuk.
3. Untuk mengetahui gambaran tindakan masyarakat terhadap
swamedikasi batuk.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Untuk memberikan informasi dalam meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam melakukan swamedikasi batuk.
2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

3
4

Anda mungkin juga menyukai