Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses yang akan dialami oleh semua wanita yang ada
di dunia. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) hal ini dapat di hitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan
pertama yang dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan
keempat sampai bulan keenam, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
(Saifuddin, 2008).
Kehamilan dan persalinan setiap ibu akan mengalami resiko kematian,
kesakitan ketidakpuasan baik pada bayi maupun pada ibu (Saifuddin, 2008).
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat.Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada
di luar tempat yang semestinya”.Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau
pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini
disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus (Lomboan,
2015).Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopi (90-95%) dengan
70-80% di ampula.Sangat jarang terjadi di ovarium, cavum abdominal, kanalis
servikalis, dan intraligamenter (Dewi, 2017).
Kehamilan ektopik disebabkan oleh banyak faktor, namun diantaranya adalah
faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik yaitu faktor riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya penggunaan kontrasepsi spiral, dan kerusakan dari saluran tuba. Beberapa
faktor resiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba salah satunya yaitu ibu
yang merokok, kehamilan ektopik pada ibu perokok dapat meningkat sebesar 1,6-3,5
kali dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena
merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi, gangguan pergerakan rambut silia
disaluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh (Rahmawaty, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan dibagian rekam medik RSUP Prof. Dr. RD.
Kandou Manado bahwa kasus kehamilan ektopik paling banyak ditemukan pada
kelompok usia 21-35 tahun. (Lomboan, dkk, 2015)

1
Riset World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 menunjukkan
bahwa KET merupakan penyebab satu dari 200 (5-6%) mortalitas maternal di negara
maju.Kasus KET di Indonesia mencapai angka 60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari
populasi masyarakat. Menurut WHO, angka kejadian KET di Indonesia diperkirakan
tidak jauh berbeda dengan negara maju (Aling, 2014).
B. Manfaat Penulisan
1. Bagi klien dan keluarga
Agar klien mampu meningkatkan kualitas kesehatan dan juga tahu proses
terjadinya penyakit,faktor yang harus dihindari dan juga pengobatannya.
2. Bagi mahasiswa
Agar mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuannya tentang penyakit dan
dapat mengaplikasikannya di lahan praktek, baik dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan maupun medis secara teori.Hal ini dapat mempermudah mahasiswa
dalam menerapkan teori ini dalam lahan praktek sesuai keadaan yang terjadi di
lapangan. Teori ini akan terus melekat dan akan terus berkembang bagi tingkat
pengetahuan mahasiswa.
3. Bagi perawat profisional yang bertugas di pelayanan kesehatan
Dapat meningkatkan mutu, kualitas dan kerja dan kinerja serta membantu
meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan dan
perawatan yang profesional.
4. Bagi profesi-profesi terkait:
a. Dokter
Dapat melakukan hubungan kerjasama dengan baik agar terciptanya kerjasama
yang efisien sehingga mempercepat kesembuhan klien.
b. Laboratory tecnician
Agar bekerja sama atau berkolaborasi dalam mengidentifikasi masalah
patologis klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan ataupun
medis apa yang akan dilakukan sehingga mempercepat penyembuhan klien.
c. Dietition
Dapat mempermudah dalam penentuan makanan ataupun nutrisi yang tepat
bagi klien yang di berikan kepada klien sesuai dengan diet yang di tentukan
sesuai dengan penyakit sehingga dapat mempercepat pemulihan dan
adekuatnya asupan nutrisi yang di berikan.

2
d. Physiotherapist
Berguna dalam penyedian obat sesuai dengan penyakit dan kondisi klien
sesuai dengan terapi yang di berikan dokter.
e. Pharmacist
Berguna dalam menyediakan obat yang diperlukan sesuai terapi dari dokter
pada klien sesuai dengan terapi yang diberikan dokter.
C. Batasan Masalah
Laporan asuhan keperawatan hanya pada lingkup asuhan keperawatan klien Ny.
Rdengan kehamilan ektopik di Puskesmas Pekauman Banjarmasin pada tanggal 21
Januari 2019.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan asuhan keperawatan ini adalah untuk
menerapkan asuhan keperawatan kepada Ny.Rdengan kehamilan ektopik.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan kehamilan ektopik
b. Menganalisa data yang sudah di peroleh dari masalah kesehatan klien.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik
d. Memprioritaskan diagnosa keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik.
e. Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah klien.
f. Mengevaluasi asuhan keperawatan.
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
E. Metode
1. Wawancara
Metode yang sifatnya mengidentifikasi masalah kesehatan klien secara langsung
yang melalui tanya jawab tentang tanda dan gejala maupun keluhan yang di rasa
klien dengan alloanamnesa dan autoanamnesa.
2. Observasi
Pengumpulan data adalah dengan melihat langsung keadaan klien secara umum
tingkat kesadaran pasien baik fisik ,sikap dan tingkah laku klien atau respon klien
terhadap penyakit.

3
3. Pemeriksaan fisik
Teknik yang digunakan yaitu:
a. Inspeksi
Observasi menggunakan mata, yang di inspeksi adalah keadaan umum,tingkat
kesadaran ( respon sensorik, motorik, dan verbal ).
b. Palpasi
Metode yang dilakukan dengan sentuhan atau rabaan untuk mendeterminasi
ciri-ciri organ atau jaringan untuk klien.
c. Perkusi
Metode dengan cara mengetuk area yang biasanya diperiksa adalah area dada
dan abdomen.
d. Auskultasi
Metode dengan cara mendengarkan dengan stetoskop. Auskultasi di area dada
untuk mengidentifikasi abnormalitas bunyi jantung dan bunyi paru sedangkan
auskultasai di area abdomen untuk mendengarkan peristaltik usus/bising usus.
4. Diagnostic test review
Pengumpulan data yang diperoleh dari status klien yang berisi program terapi,
pemeriksaan dignostik (tes laboratorium) maupun perkembangan terhadap
kesehatan.
5. Studi kepustakaan
Mengumpulkan bahan melalui beberapa literatur yang ada diperpustakaan dan
bahan dari internet mengenai materi-materi yang berhubungan dengan hamil
diluar kandungan sebagai bahan referensi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Genetalia Interna (bagian dalam).

Sumber : Iskandar, 2012


Genetalia interna antara kandung terdiri dari :
1. Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan uterus dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak di
antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan
dinding belakangnya sekitar 11 cm. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan
melintang disebur rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung)
vagina, menonjol serviks bagian dari uterus. Bagian serviks yang menonjol ke
dalam vagina disebut porsio. Porsio uteri membagi puncak vagina menjadi
forniks anterior (depan), forniks posterior (belakang),forniks dekstra (kanan),
forniks sinistra (kiri). Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi
terhadap infeksi. Fungsi utama vagina adalah:
a. sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah pada waktu
haid dan sekret dari uterus.
b. sebagai alat persetubuhan.
c. sebagai jalan lahir pada waktu partus.

5
2. Uterus (rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam
pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan.
Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti buah alpukat
dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih
sebesar telur ayam kampung. Diding rahim terdiri dari 3 lapisan :
a. Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan penebalan yang
diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat saraf. Bagian ini
meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen (perut).
b. Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos yang disusun
sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar saat proses
persalinan.Diantara serabut-serabut otot terdapat pembuluh darah, pembulh
lymfe dan urat syaraf.
c. Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal untuk
mempersiapkan jika terjadi pembuahan. Tebalnya sususnannya dan faalnya
berubah secara siklis karena dipengaruhi hormon-hormon ovarium. Dalam
kehamilan endometrium berubah menjadi decidua.
d. Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi selama
perkembangan. Sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium, diantarkan
melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara normal terjadi di
dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan untuk penerimaan ovum yang
telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu
hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus
bertambah besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar
sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa
pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus
berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian
kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi.

6
3. Tuba Uterina (saluran telur)
Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum latum,
berjalan ke arah lateral, mulai dari ostium tuba internum pada dinding rahim.Tuba
fallopi merupakan tubulo muskular, dengan panjang sekitar 12 cm dan
diametrnya 3 dan 8 mm. Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian:
a. Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara otot rahim, mulai dari
ostium internum tuba.
b. Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit.
c. Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S
d. Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki umbai yang
disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum yang
dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil
konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula, yang siap
mengadakan implantasi.
4. Ovarium (indung telur)
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan dan kiri
uterus, di bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut
oosit primer. Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan.
Pada setiap siklus haid sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan
kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovari yang vesikuler (folikel
Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-sel ini, dan
cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari membran granulosa menjadi
beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan hormon estrogen. Pada masa
folikel Graff mendekati pengembangan penuh atau pematangan, letaknya
dekat permukaan ovarium, dan menjadi makin mekar karena cairan, sehingga
membenjol, seperti pembengkakan yang menyerupai kista pada permukaan
ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan cairan serta
ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang berbentuk
corong dari tuba uterina. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah

7
ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi.
B. Definisi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang
telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari
95% kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba fallopi) (Sarwono, 2014).
Kehamilan ektopik(ectopic pregnancy, ectopic
gestation dan eccecyesis) adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di
luar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan
ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini dapat berbahaya
bagi wanita tersebut (Rustam Mochtar, 2013).
C. Etiologi
Menurut Sarwono (2014) faktor-faktor yang menyebabkan kehamilan ektopik
diantaranya :
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit
atau buntu. Kerusakan tersebut menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk
masuk ke rahim sehingga akhirnya menempel pada tuba fallopi.
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan
tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh
di saluran tuba.
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral,
dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
4. Faktor hormonal
Pil KB yang mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan tuba
melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan
ektopik.
5. Faktor Risiko
a. Usia
Kehamilan pada wanita dengan usia muda dapat meningkatkan resiko
terjadinya KET

8
b. Pilihan alat kontrasepsi yaitu penggunaan kontrasepsi jenis
spiral(intrauterine device IUD) bertujuan untuk mencegah kehamilan.
Namun, apabila kehamilan tetap terjadi, kemungkinan besar kehamilan
bersifat ektopik.
c. Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Wanita yang mengalami
kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi untuk kembali mengalaminya.
d. Mengidap infeksi atau inflamasi. Wanita yang pernah mengalami inflamasi
tuba fallopi atau penyakit radang panggul akibat penyakit seksual
menular,memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik.
e. Proses sterilisasi pada saat pengikatan tuba atau pembukaan ikatan tuba yang
kurang sempurna juga beresiko memicu kehamilan ektopik.
f. Faktor merokok.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Johnson (2014), tanda dan gejala pada kehamilan ektopik terganggu
diantaranya :
1. Nyeri
Gejalanya bergantung apakah kehamilan ektopik telah ruptur (robekan) atau
belum. Gejala yang paling sering dirasakan adalah nyeri abdomen dan pelvis.
Gejala gastrointestinal dan pusing, mual dan muntah atau kepala terasa ringan
juga sering dijumpai, terutama setelah terjadi ruptur. Nyeri dada pleuritik dapat
terjadi akibat iritasi diafragma yang disebabkan perdarahan.
2. Perdarahan
Mayoritas wanita melaporkan amenore dengan berbagai tingkatan bercak atau
perdarahan pervagina. Perdarahan uterus yang terjadi dengan kehamilan pada
tuba sering kali disangka menstruasi biasa. Perdarahan pada kehamilan ini
biasanya berbau, berwarna cokelat gelap, dan dapat timbul secara intermitten
(terus-menerus).
3. Amenore
Pasien mengeluhkan adanya spotting (bercak) pada saat haid yang dinanti
sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir tidak ada.
4. Sinkope
Pusing, pandangan berkunang-kunang.

9
5. Pingsan (kolaps)
Kehamilan ini akan menyebabkan nyeri dan pingsan akibat anemia. Bila
terjadi perdarahan hebat, maka gejala yang biasanya akan didapatkan adalah
kolaps dan syok.
6. Tekanan darah dan nadi
Sebelum ruptur, biasanya tanda-tanda vital normal. Tekanan darah akan turun
dan nadi meningkat apabila perdarahan berlanjut dan terbentuk kondisi
hipovolemia.
7. Massa Adneksa
Massa adneksa adalah benjolan di jaringan dekat rahim, biasanya di indung
telur atau tuba fallopi. Lakukan palpasi bimanual dengan lembut untuk
mendapatkan adanya massa adneksa di panggul.
8. Perubahan Uterus
Karena hormon plasenta, uterus dapat membesar selama 3 bulan pertama pada
kehamilan tuba. Konsistensinya juga dapat serupa dengan kehamilan normal.
Uterus dapat terdorong ke satu sisi oleh massa ektopik dan apabila ligamentum
latum uteri terisi darah, uterus dapat tergeser dan menyebabkan keluarnya
serpihan. Serpihan tersebut dapat disertai kram dan menimbulkan abortus
spontan.
E. Klasifikasi
Menurut Sarwono (2014) berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik
dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Kehamilan tuba meliputi 95% yang terdiri atas :
a. Ampularis (55%).
b. Isthmus (25%).
c. Fimbrial (17%).
d. Interstisial (2%).
e. Kehamilan ovarial (0,5%)
f. Kehamilan abdominal (0,1%)
g. Kehamilan intraligamenter yaitu pertumbuhan janin dan plasenta diantara
lipatan ligamentum latum dan jumlahnya sangat sedikit.
h. Kehamilan servikal adalah kehamilan servikal jarang terjadi. Pada implantasi
di serviks, dapat terjadi perdarahan tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan
terjadinya abortus spontan sangat besar. Jika kehamilan tumbuh sampai

10
besar, perdarahan atau rupture yang terjadi sangat berat, sehingga sering
diperlukan tindakan histerektomi total.
F. Epidemiologi
Insiden kehamilan ektopik terganggu lebih tinggi daripada jumlah kasus yang
dilaporkan karena pada stadium sangat dini biasanya pasien tidak mengalami
perdarahan yang serius dan rasa nyeri yang sangat minimal.
Wanita kulit hitam lebih sering menderita kehamilan ektopik terganggu
daripada wanita kulit putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak
pada wanita kulit hitam di Amerika Serikat.
Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang adalah 1-14,6%.
Insidennya antara 1 dari 28 kehamilan sampai 1 dari 329 kehamilan. Laporan kejadian
terbanyak berasal dari Jamaika yaitu 1 dari 28 kehamilan. Insidennya di Amerika
antara 1 dari 80 sampai 1 dari 200 persalinan.
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-
40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi
pada wanita 20-30 tahun dengan sosial ekonomi rendah dan tinggi di daerah
prevalensi gonore dan prevalensi tuberkalusa yang tinggi. Di antara kehamilan
ektopik terganggu, yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%) (Wiknjosastro,
2015).
G. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,
serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar
tuba maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada
ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative sedikitmendapat suplai darah,
sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot
yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai
desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus
endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh
darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi
dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.

11
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami
hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun
berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel
endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan
sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-
Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk
berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
1. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
2. Abortus kedalam lumen tuba
3. Ruptur dinding tuba.

Patofisiologi (SKEMA)

Faktor Presipitasi : Faktor Predisposisi :


Faktor merokok. Usia
PROSES
Mengidap infeksi atau Faktor tuba
KONSEPSI
inflamasi. Faktor abnormalitas dari
Pernah mengalami zigot
kehamilan ektopik Faktor ovarium
Pilihan alat kontrasepsi Proses sterilisasi
Faktor hormonal

Lumen Abnormalitas Gerakan Ovum Peradangan pada


tuba Zigot (lebih peristaltik tuba ditangkap oleh endometrium dan
menyempit besar dari melambat tuba endosalping
lummen tuba) kontralateral

Implantasi Zigot tidak terjadi di dalam endometrium

KEHAMILAN EKTOPIK

12
Kehamilan ektopik

L
Pre Operasi Post Oprasi

Proses Perawatan Organ Hasil konsepsi mati Efek Samping obat


Reproduksi Post Operasi dini dan direabsorbsi bius terhadap otak Luka insisi pada
jaringan

Kelemahan pada
Proses Abortus ekstremitas Trauma jaringan
Riwayat ketidak patuhan dan
kurang sumber pengetahuan
serta keterangan yang salah Respon psikologis Keterbatasan Pengeluaran Kerusakan
dari orang lain kehilangan rentang gerak mediator Nyeri Integritas Jaringan

Persepsi nyeri
Hambatan
Kesiapan meningkatkan Berduka oleh hipotalamus
mobelitas fisik
pengetahuan

Nyeri Akut
Kurang pengetahuan
proses kehamilan
melahirkan

13
L

Hasil hidrasi membesar dan


mendesak ruang tumbuh Kurang informasi terkait
penyakit

Sel telur tumbuh ke arah


rongga perinium
Tanda – tanda peradangan
Kurang pengetahuan

Menembus lapisas
peritoneum Pengeluaran mediator nyeri

Ruptur jaringan
Nyeri akut

perdarahan
Kekurangan volume cairan

Resiko perdarahan Ansietas

Ketidak efektipan perfusi jaringan perifer


Terjadi terus menerus
>80 – 100 cc
Distribusi O₂ Pembentukan
Penurunan Intoleransi aktifitas
tidak adekuat energi
hemoglobin

14
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Pada pengobatan konservatif, bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang.
2. Infeksi
3. Sterilitas
(Rustam Mochtar, 2013)
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Hb, hematokrit.
Pemeriksaan Hb dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan
diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan
dalam rongga perut. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan
secara serial dengan jarak 1 jam selama 3 kali berturut-turut. Bila ada penurunan
hemoglobin maka dapat mendukung diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
2. Pemeriksaan leukosit
Penghitungan leukosit secara berturut-turut menunjukkan adanya perdarahan
bila leukosit meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi
pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit yang melebihi 20.000.
3. Kadar HCG (human chorionic gonadotropin ‘β-hCG’) menurun
Peningkatan kadar β-hCG yang berlangsung terus menerus menandakan masih
adanya jaringan ektopik yang belum terangkat. Normal kadar β-hCG
4. Tes kehamilan
a. Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan kadar β-
hCG positif.
b. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat
setiap dua hari.
5. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalamkavum douglasi ada darah. Jika ditemukan butiran darah warna kecoklatan
berarti positif dibrinasi yang menunjukkan adanya hematoma retrouterina. Cara
ini sangat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu. Teknik kuldosintesis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antispetik.

15
c. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks
dengan traksi kedepan sehingga forniks posterior tampak.
d. Suntikan jarum spinal no 18 ke cavum douglasi dan lakukan penghisapan.
e. Bila pada penghisapan keluar darah berwarna cokelat sampai hitam yang
tidak membeku atau berupa bekuan kecil merupakan tanda hematokel
retrouterina.
6. Pemeriksaan Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus.
7. Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk
kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain
meragukan dan pemeriksaan laparoskopi lebih hemat biaya dan masa
penyembuhan nya lebih pendek.
8. Pemeriksaan USG :
a. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri.
b. Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
c. Adanya massa kompleks di rongga panggul
J. Penatalaksanaan
Menurut Johnson (2014), ada 3 pengobatan kehamilan ektopik terganggu,
diantaranya:
1. Methotrexate
Sebagian besar perjalanan klinis kehamilan ektopik bersifat kronik dan
dapat di diagnosis dengan pasti menggunakan ultrasonografi dan pemeriksaan
kadar β-hCG. Untuk menghindari intervensi bedah, pasien dapat ditawarkan
pengobatan ini bila kadar β-hCG < 3000 dan tidak ada gejala ruptur. Bila kadar
β-hCG tidak turun, maka membutuhkan suntikan tambahan berupa methotrexate
dengan dosis 50mg/m2 di area permukaan tubuh melalui intravena. Efek
samping obat ini meliputi mual dan muntah. Sakit perut juga muncul pada 3 hari
atau 1 minggu setelahnya.
Pemberian actinomycin melalui I.V berhasil menterminasi kehamilan
ektopik pada pasien dengan kegagalan terapi methotrexate sebelumnya.
2. Salpingektomi
Tindakan pembedahan ini dapat dilakukan setelah penegakan diagnosis.
Sebelum pengangkatan tuba fallopi, perlu diperiksa keadaan tuba lain nya

16
karena apabila mengalami abnormal, maka pendekatan bedah yang lebih
konservatif perlu dilakukan.
K. Konsep Tumbuh Kembang
Menurut pendapat Mappiare (2012), masa remaja berlangsung dari umur 12
tahun hingga 21 tahun untuk wanita dan juga 13 tahun hingga 22 tahun untuk pria.
Rentang usia remaja tersebut terbagi menjadi 2 bagian yakni usia 12 dan 13 tahun
sampai dengan 17 dan 18 tahun untuk remaja awal dan usia usia 17 dan 18 tahun
sampai 21 dan 22 tahun untuk remaja akhir. Masa remaja akhir adalah masa saat
seseorang berada di usia 17 dan 18 tahun hingga 21 dan 22 tahun dimana pada usia
tersebut rata rata remaja sudah memasuki sekolah menengah tingkat atas dan saat
sudah berada di kelas terakhir maka sudah bisa dianggap hampir dewasa dan berada
pada ambang perbatasan untuk masuk dalam dunia kerja orang dewasa.
Dalam konsep psikologi perkembangan remaja akhir atau adolesence berasal
dari bahasa Latin yakni Adolescere yang memiliki arti tumbuh atau bertumbuh
untuk mencapai kematangan. Istilah adolesence sendiri memiliki arti yang luas
mencakup kematangan mental, sosial, emosional dan juga fisik.
Piaget mengatakan jika secara psikologis, masa remaja merupakan usia
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan usia dimana seorang anak
sudah tidak merasa dibawah tingkat orang yang lebih dewasa melainkan berada di
tingkatan yang sama setidaknya dalam masalah hak. Integrasi dalam masalah
masyarakat dewasa memiliki banyak aspek apektif yang sedikit banyak berhubungan
dengan masalah puber termasuk juga dengan perubahan intelektual yang terlihat
mencolok. Untuk itu, remaja sering disebut dengan fase mencari jati diri atau topan
dan badai dimana remaja masih belum bisa mengurangi dan menggunakan fisik atau
psikis dengan maksimal.
1. Perkembangan dan Kesejahteraan Psikologi Remaja Akhir
Dalam sejarah psikologi perkembangan, Havighrust berpendapat jika tugas
perkembangan merupakan tugas yang harus diselesaikan setiap individu dalam
beberapa fase atau periode kehidupan tertentu. Jika berhasil mencapai hal
tersebut maka kebahagiaan akan dicapai, namun jika sebaliknya maka akan
berbuah kekecewasaan dan dicela oleh orang tua atau masyarakat serta
mengganggu dalam perkembangan selanjutnya.
Ada beberapa hal yang harus dimiliki remaja dalam mempersiapkan diri
untuk masuk ke masa dewasa supaya bisa memiliki pribadi utuh dalam arti luas.

17
Setiap individu, apa yang harus dimiliki setiap individu ini nantinya akan
berhubungan dengan perkembangan pikir, perasaan, sikap, kemauan dan juga
perbuatan yang nyata. Beberapa tugas perkembangan fase remaja akhir
diantaranya adalah:
a. Mencapai hubungan lebih matang dengan teman sebaya
b. Mencapai peran sosial sebagai seorang pria dan wanita
c. Menerima kondisi fisik dan memakainya secara efektif
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan juga orang dewasa
yang lain
e. Memiliki jaminan kemandirian ekonomi
f. Memilh dan mulai mempersiapkan karir
g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan juga beberapa konsep yang
dibutuhkan untuk warga negera
h. Memiliki perilaku bertanggung jawab secara sosial
i. Memiliki dan menerapkan nilai sistem etika sebagai bimbingan dalam
berperilaku.
2. Konsep Perkembangan Remaja Akhir
Banyak tuntutan dari beberapa faktor religius, sosial dan juga nilai serta
norma yang bisa mendorong remaja untuk bisa mulai memikul beban dan
tanggung jawab. Harapan dan juga tuntutan tersebut yang nantinya
melatarbelakangi beberapa tugas baru dalam perkembangan remaja termasuk
juga remaja akhir. Jika dilihat secara sederhana, konsep perkembangan remaja
akhir dalam teori psikologi perkembangan meliputi:
a. Perkembangan Sosial
Satu dari sekian banyak perkembangan remaja yang tersulit adalah
yang berkaitan dengan penyesuaian sosial. Setiap remaja harus bisa
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya
tidak pernah dialami dan harus bisa menyesuaikan dengan orang dewasa
diluar lingkungan sekolah ataupun keluarga. Untuk bisa memperoleh
tujuan dari pola sosialisasi dewasa, maka seorang remaja harus bisa
menyesuaikan dan yang terpenting adalah dalam urusan berperilaku
sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai baru dalam seleksi
persahabatan, nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial serta nilai

18
baru dalam seleksi pemimpin yang juga memiliki hubungan implikasi
psikologi perkembangan dalam pendidikan
Remaja nantinya akan mulai banyak bergaul diluar rumah bersama
dengan teman sebagai dalam kelompok sehingga akan lebih besar
pengaruh dari teman sebaya dari segi sikap, minat, pembicaraan,
penampilan dan juga perilaku mereka dibandingkan dengan pengaruh
keluarga. Jiwa remaja yang selalu ingin terus maju ini juga akan membuat
pengaruh kelompok sebaya mulai berkurang dan disebabkan karena 2
faktor yakni:
1) Remaja ingin menjadi individu yang mandiri dengan cara berusaha
menemukan jati diri.
2) Terjadi dari pemilihan sahabat sehingga remaja tidak lagi memiliki
minat di berbagai kegiatan yang berhubungan dengan masa anak
anak.
Selain itu, ada beberapa karakteristik yang menonjol dari
perkembangan sosial remaja dan beberapa diantaranya adalah:
1) Kesadaran akan kesunyian berkembang yang mendorong remaja
untuk bergaul: Masa remaja disebut dengan masa sosial sebab di
sepanjang masa remaja, hubungan sosial akan semakin terlihat jelas
dan lebih dominan. Kesadaran akan kesendirian membuat remaja
berusaha untuk mencari cara agar bisa berhubungan dengan orang
lain dan mulai bergaul.
2) Usaha untuk memilih nilai nilai sosial: Ada dua kemungkinan yang
bisa diambil oleh remaja saat berhadapan dengan nilai sosial tertentu
yakni menyesuaikan diri dengan beberapa nilai tersebut dan juga tetap
pada pendirian dengan segala sebab akibatnya. Ini mengartikan jika
reaksi terhadap keadaan tertentu nantinya akan berlangsung
berdasarkan norma tertentu. Untuk remaja idealis dan mempunyai
kepercayaan penuh terhadap cita cita, maka menurut norma sosial
mutal walau semua yang sudah dicobanya gagal. Sedangkan untuk
remaja yang berskap pasif pada keadaan maka lebih mudah untuk
menyerah bahkan apatis.
3) Ketertarikan dengan lawan jenis: Masa remaja sering disebut dengan
masa biseksual. Meski kesadaran dengan lawan jenis berhubungan

19
dengan perkembangan jasmani, namun sebenarnya yang lebih
berkembang bukanlah jasmani namun mulai tumbuhnya ketertarikan
dengan lawan jenis.
4) Mulai memilih karir tertentu: Memasuki usia remaja akhir, maka
remaja akan mulai memilih karir tertentu meski dalam proses
memilihnya seringkali mengalami kesulitan. Untuk itu remaja
membutuhkan wawasan karir beserta keunggulan dan juga kelemahan
dari setiap karir tersebut.
b. Perkembangan Moral
Moral pada dasarnya adalah rangkaian nilai dari banyak perilaku yang
harus dipatuhi dan menjadi kaidah norma serta pranta yang mengatur
perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial serta
masyarakat sebagai ruang lingkup psikologi perkembangan. Moral adalah
standar baik buruk yang akan ditentukan individu dari nilai sosial budaya
dimana individu tersebut berperan sebagai anggota sosial.
Remaja nantinya diharapkan bisa mengganti beberapa konsep moral
yang berlaku umum dan kemudian meruuskan dalam kode moral yang
nantinya akan dipakai sebagai pedoman dalam berperilaku. Ada 5 dasar
dalam moral yang nantinya harus dilakukan oleh remaja, yakni:
1) Pandangan moral individu semakin lama semakin abstrak
2) Keyakinan moral akan berpusat pada apa yang benar dan salah dan
keadilan moral sebagai kekuatan moral yang dominan
3) Penilaian moral akan semakin kognitif
4) Penilaian moral atidak terlalu egosentris
5) Penilaian moral secara psikologis semakin mahal sehingga penilaian
moral menjadi bahan emosi dan menyebabkan ketegangan emosi.
c. Perkembangan Seksual
Dalam masa remaja akhir nantinya akan ditemukan 1 identitas diri
berbentuk perwujudan orientasi seksual yang tercermin dari emosional,
hasrat seksual, romantis dan juga kasih sayang pada jenis kelamin yang
sama, berbeda atau bahkan keduanya. Dalam masa remaja akhir nanrinya
akan ditemukan cara untuk mengekspresikan diri mereka secara seksual
sehingga beberapa remaja mulai melakukan cara untuk meredakan
ketegangan seksual lewat masturbasi yang terpicu dari perilaku erotis.

20
d. Perkembangan Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan untuk memakai alat bantu dan pikiran
dengan tepat supaya bisa menyesuaikan diri pada beberapa tuntutan baru
yang juga sangat penting dalam psikologi perkembangan anak usia dini.
Intelegensi mengandung unsur pikiran atau ratio sehingga semakin banyak
unsur yang dipakai dalam tindakan atau tingkah laku, maka semakin
berintegrasi tingkah laku tersebut. Unsur intelegensi nantinya akan
dinyatakan dalam IQ dan juga pengukuran intelegensi yang dilakukan para
ahli nantinya akan diklasifikasikan.
e. Perkembangan Emosi
Dalam perkembangan remaja akhir dan juga perilaku sehari hari,
umumnya akan disertai dengan perbuatan seperti senang dan tidak senang.
Perasaan yang menyertai perbuatan tersebut dinamakan sebagai warna
afektif yang terkadang kuat, lemah dan terkadang tidak jelas. Jika warna
tersebut kuat maka akan dinamakan dengan emosi dalam psikologi yang
nantinya akan membuat beberapa perubahan fisik pada seseorang seperti:
1) Pupil mata membesar saat sedang marah
2) Reaksi elektris pada kulit akan meningkat saat sedang terpesona
3) Darah mengalir lebih cepat saat sedang marah
4) Bernafas panjang saat kecewa
5) Denyut jantung bertambah cepat saat sedang terkejut
6) Air liur mengering saat takut atau tegang
7) Pencernaan terganggu saat tegang
8) Bulu roma berdiri saat sedang takut.
Selain beberapa konsep diatas, ada beberapa konsep psikologi
perkembangan remaja akhir lainnya yang akan terjadi saat tahapan
perkembangan remaja paling akhir ini seperti:
Pembentukan konsep diri: Transisi dari periode anak anak menuju
dewasa dimana secara psikologis kedewasaan tidak hanya sekedar terlihat
dari usia tertentu namun keadaan seorang remaja yang sudah memiliki ciri
psikologis tertentu seperti melihat diri sendiri secara objektif, memiliki
falsafah hidup tertentu dan sebagainya.

21
L. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Kehamilan Ektopik
1. Pengkajian
a. Identitas pasien : Nama ,umur, seks, alamat, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, dan penanggung jawabnya.
b. Keluhan utama : mual, muntah, nyeri abdomen
c. Riwayat penyakit
1) Menanyakan penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya
2) Menanyakan penyakit yang sedang dialami sekarang
3) Menanyakan apakah pasien pernah menjalani operasi
d. Riwayat keluarga
1) Menanyakan apakah di keluarga pasien ada anggota keluarga yang
menderita penyakit menular kronis
2) Menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya ada yang
memiliki penyakit keturunan
3) Menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya pernah
melahirkan atau hamil anak kembar dengan komplikasi
e. Riwayat obstetrik:
1) Menanyakan siklus menstruasi apakah teratur atau tidak
2) Menanyakan berapa kali ibu itu hamil
3) Menanyakan berapa lama setelah anak dilahirkan dapat menstruasi dan
berapa banyak pengeluaran lochea
4) Menanyakan jika datang menstruasi terasa sakit
5) Menanyakan apakah pasien pernah mengalami abortus
6) Menanyakan apakah di kehamilan sebelumnya pernah mengalami
kelainan
7) Menanyakan apakah anak sakit panas setelah dilahirkan
8) Menanyakan apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
f. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Data Fokus).
1) Makan minum tanda : nafsu makan menurun (anoreksia), mual muntah,
mukosa bibir kering, pucat.
2) Eliminasi tanda :
BAB : Konstipasi, nyeri saat BAB
BAK : Sering kencing

22
3) Aktivitas tanda : nyeri perut saat mengangkat benda berat, terlihat
oedema pada ekstremitas bawah (tungkai kaki)
g. Pemeriksaan Umum
1) Inspeksi
a) Terlihat tanda cullen yaitu sekitar pusat atau linia alba kelihatan
biru, hitam dan lebam
b) Terlihat gelisah, pucat, anemi, nadi kecil, tensi rendah
2) Pada palpasi perut dan perkusi
a) Terdapat tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting
dullness)
b) Nyeri tekan hebat pada abdomen
c) Douglas crisp: rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
d) Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
e) Teraba massa retrouterin (massa pelvis)
f) Nyeri bahu karena perangsangan diafragma
g) Nyeri ayun saat menggerakkan porsio dan servik ibu akan sangat
sakit
h. Pemeriksaan Diagnostic
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan Hb setiap satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb
b) Timbul anemia bila telah lewat beberapa waktu
c) Leukositosis ringan ( < 15000)
2) Pemeriksaan tes kehamilan
Tes baru yang lebih sensitive berguna karena lebih mungkin positif
pada kadar HCG yang lebih rendah
3) Pemeriksaan kuldosintesis
a) Untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
b) Untuk memastikan perdarahan intraperitonial dan dapat
memberikan hasil negative palsu atau positif palsu
4) Diagnostic laparoskopi
Untuk mendiagnosis penyakit pada organ pelvis termasuk kehamilan
ektopik

23
5) Ultra sonografi (USG)
Untuk mendiagnosis kehamilan tuba dimana jika kantong ketuban bisa
terlihat dengan jelas dalam kavum uteri maka kemungkinan kehamilan
ektopik terjadi
6) Diagnostic kolpotomi
Infeksi langsung tuba fallopi dan ovarium. Prosedur ini tidak dilakukan
lagi karena hasil kurang memuaskan
7) Diagnostic kuretase
Pembedahan antara abortus iminens atau inkomplitus pada kehamilan
intrauteri dengan kehamilan tuba. Ditemukannya desidua saja dalam
hasil kuret uterus yang menunjukan kehamilan ekstrauter
i. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1) Pre Operasi
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b) Kekurangan Volume cairan
c) Nyeri akut
d) Resiko pendarahan
e) Intoleransi aktivitas
f) Kurang pengetahuan
g) ansietas
2) Post Operasi
a) Nyeri akut
b) Hambatan mobilitas fisik
c) Kerusakan integritas jaringan
d) Berduka
e) Kesiapan meningkatkan pengetahuan
f) Resiko ketidakefektifan proses kehamilan - melahirkan

24
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI (TEORITIS)

1 Ketidakefektifan Perfusi jaringan NOC : NIC :


Perifer  Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen
Definisi : Penurunan sirkulasi darah  Tissue Perfusion : cerebral sensasi perifer)
ke perifer yang dapat mengganggu Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
kesehatan. keperawatan selama ……..klien terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
Batasan karakteristik : menunjukkan keefektifan perfusi 2. Monitor adanya paretese
Renal jaringan dengan 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
 Perubahan tekanan darah di luar Kriteria Hasil : ada lsi atau laserasi
batas parameter a. mendemonstrasikan status 4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
 Hematuria sirkulasi yang ditandai dengan 5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
 Oliguri/anuria : 6. Monitor kemampuan BAB
 Elevasi/penurunan BUN/rasio Tekanan systole dandiastole 7. Kolaborasi pemberian analgetik
kreatinin dalam rentang yang 8. Monitor adanya tromboplebitis
Gastro Intestinal diharapkan 9. Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
 Secara usus hipoaktif atau tidak  Tidak ada
ada ortostatikhipertensi Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor
 Nausea  Tidak ada tanda tanda tekanan intrakranial)
 Distensi abdomen peningkatan tekanan 1. Berikan informasi kepada keluarga
 Nyeri abdomen atau tidak terasa intrakranial (tidak lebih 2. Set alarm
lunak (tenderness) dari 15 mmHg) 3. Monitor tekanan perfusi serebral

25
Peripheral b. mendemonstrasikan 4. Catat respon pasien terhadap stimuli
 Edema kemampuan kognitif yang 5. Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon
 Tanda Homan positif ditandai dengan: neurology terhadap aktivitas
 Perubahan karakteristik kulit  berkomunikasi dengan 6. Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal
(rambut, kuku, air/kelembaban) jelas dan sesuai dengan 7. Monitor intake dan output cairan
 Denyut nadi lemah atau tidak ada kemampuan 8. Restrain pasien jika perlu
 Diskolorisasi kulit  menunjukkan perhatian, 9. Monitor suhu dan angka WBC
 Perubahan suhu kulit konsentrasi dan orientasi 10. Kolaborasi pemberian antibiotik
 Perubahan sensasi  memproses informasi 11. Posisikan pasien pada posisi semifowler
 Kebiru-biruan  membuat keputusan 12. Minimalkan stimuli dari lingkungan
 Perubahan tekanan darah di dengan benar
ekstremitas c. menunjukkan fungsi sensori
 Bruit motori cranial yang utuh :
 Terlambat sembuh tingkat kesadaran mambaik,
 Pulsasi arterial berkurang tidak ada gerakan gerakan
 Warna kulit pucat pada elevasi, involunter
warna tidak kembali pada
penurunan kaki
Cerebral
 Abnormalitas bicara
 Kelemahan ekstremitas atau

26
paralis
 Perubahan status mental
 Perubahan pada respon motorik
 Perubahan reaksi pupil
 Kesulitan untuk menelan
 Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
 Perubahan frekuensi respirasi di
luar batas parameter
 Penggunaan otot pernafasan
tambahan
 Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)
 Abnormal gas darah arteri
 Bronkospasme
 Dyspnea
 Aritmia
 Hidung kemerahan
 Retraksi dada
 Nyeri dada
Faktor-faktor yang berhubungan :

27
 Hipertensi
 Diabetes melitus
 Hipovolemia / Hipervolemia
 Aliran arteri / vena terganggu /
terputus
 Hipoventilasi
 Kerusakan transport oksigen
melalui alveolar dan atau
membran kapiler
 Tidak sebanding antara ventilasi
dengan aliran darah
 Keracunan enzim
 Perubahan afinitas/ikatan O2
dengan Hb
 Penurunan konsentrasi Hb dalam
darah
 Kurang pengetahuan tentang
proses penyakit (mis: DM,
Hiperlipidemia)
 Kurang pengetahuan tentang
faktor pemberat (mis: merokok.

28
Gaya hidup monoton, trauma,
obesitas, asupan garam,
imobilitas)
 Merokok
 Gaya hidup monoton

29
2 Kekurangan Volume Cairan Dalam NOC: NIC :
Tubuh  Fluid balance Fluid management
Definisi : Penurunan cairan  Hydration 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
intravaskuler, interstisial, dan/atau  Nutritional Status : Food and 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
intrasellular. Ini mengarah ke Fluid Intake 3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
dehidrasi, kehilangan cairan dengan Setelah dilakukan tindakan mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
pengeluaran sodium keperawatan selama …….. diperlukan
Batasan Karakteristik : masalah kekurangan volume 4. Monitor vital sign
 Kelemahan cairan dalam tubuh teratasi 5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
 Haus dengan kalori harian
 Penurunan turgor kulit/lidah Kriteria Hasil : 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
 Membran mukosa/kulit kering a. Mempertahankan urine output 7. Dorong masukan oral
 Peningkatan denyut nadi, sesuai dengan usia dan BB, BJ 8. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
penurunan tekanan darah, urine normal, HT normal 9. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
penurunan volume/tekanan nadi b. Tekanan darah, nadi, suhu 10. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
 Pengisian vena menurun tubuh dalam batas normal 11. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
 Perubahan status mental c. Tidak ada tanda tanda meburuk
 Konsentrasi urine meningkat dehidrasi, Elastisitas turgor 12. Atur kemungkinan tranfusi
 Temperatur tubuh meningkat kulit baik, membran mukosa 13. Persiapan untuk tranfusi
 Hematokrit meninggi lembab, tidak ada rasa haus
 Kehilangan berat badan seketika yang berlebihan Hypovolemia Management

30
(kecuali pada third spacing) 1. Monitor status cairan termasuk intake dan ourput
Faktor-faktor yang berhubungan: cairan
 Kehilangan volume cairan secara 2. Pelihara IV line
aktif 3. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
 Kegagalan mekanisme pengaturan 4. Monitor tanda vital
5. Monitor responpasien terhadap penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk menambah intake oral
8. Pemberian cairan Iv monitor adanya tanda dan gejala
kelebihanvolume cairan
9. Monitor adanya tanda gagal ginjal
3. Nyeri akut NOC : NIC :
Pain Level, Pain Management
Definisi : Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Sensori yang tidak menyenangkan dan Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
pengalaman emosional yang muncul Kriteria Hasil : dan faktor presipitasi
secara aktual atau potensial kerusakan Mampu mengontrol nyeri (tahu Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
jaringan atau menggambarkan adanya penyebab nyeri, mampu Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri menggunakan tehnik mengetahui pengalaman nyeri pasien
Internasional): serangan mendadak nonfarmakologi untuk mengurangi Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
atau pelan intensitasnya dari ringan nyeri, mencari bantuan) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

31
sampai berat yang dapat diantisipasi Melaporkan bahwa nyeri Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
dengan akhir yang dapat diprediksi dan berkurang dengan menggunakan tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
dengan durasi kurang dari 6 bulan. manajemen nyeri Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
Mampu mengenali nyeri menemukan dukungan
Batasan karakteristik : (skala, intensitas, frekuensi dan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Laporan secara verbal atau non tanda nyeri) seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
verbal Menyatakan rasa nyaman Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Fakta dari observasi setelah nyeri berkurang Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
- Posisi antalgic untuk Tanda vital dalam rentang farmakologi dan inter personal)
menghindari nyeri normal Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Gerakan melindungi intervensi
- Tingkah laku berhati-hati Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Muka topeng Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Gangguan tidur (mata sayu, Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
tampak capek, sulit atau gerakan Tingkatkan istirahat
kacau, menyeringai) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
- Terfokus pada diri sendiri tindakan nyeri tidak berhasil
- Fokus menyempit (penurunan Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan Analgesic Administration
orang dan lingkungan) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat

32
- Tingkah laku distraksi, contoh : nyeri sebelum pemberian obat
jalan-jalan, menemui orang lain Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang- frekuensi
ulang) Cek riwayat alergi
- Respon autonom (seperti Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
diaphoresis, perubahan tekanan darah, analgesik ketika pemberian lebih dari satu
perubahan nafas, nadi dan dilatasi Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
pupil) beratnya nyeri
- Perubahan autonomic dalam Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
tonus otot (mungkin dalam rentang optimal
dari lemah ke kaku) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
- Tingkah laku ekspresif (contoh nyeri secara teratur
: gelisah, merintih, menangis, Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
waspada, iritabel, nafas analgesik pertama kali
panjang/berkeluh kesah) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
- Perubahan dalam nafsu makan hebat
dan minum Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis)

33
4. Risiko Perdarahan NOC : NIC :

 Status Sirkulasi : TTV Pencegahan Perdarahan


dalam batas Normal
Faktor Risiko : Defenisi : mengurangi stimulus yang mempengaruhi
 Status Koagulasi : Tidak
resiko pendarahan pada pasien.
 Aneurisma terdapat bleeding
 Sirkumsisi  Pengetahuan : Prosedur Aktifitas:
 Kurang pengetahuan pengobatan
 Memonitor pasien secara ketat untuk perdarahan
 Koagulopati intravascular
 Catatan tingkat hemoglobin / hematokrit sebelum
 Riwayat jatuh
dan sesudah kehilangan darah, seperti yang
 Gangguan gastrointestinal
ditunjukkan
(contoh: penyakit gastric ulcer,
 Memantau tanda-tanda dan gejala perdarahan
polip, varises)
yang persisten (misalnya memeriksa semua
 Gangguan fungsi hati (contoh:
sekresi atau darah okultisme)
sirosis dan depatitis)
 Memantau koagulasi, termasuk waktu prothombin
 Koagulopati yang melekat
(PT), waktu tromboplastin parsial (PTT),
(contoh: trombositopenia)
fibrinogen, degradasi / split fibrin produk, dan
 Komplikasi postpartum (contoh: jumlah trombosit, jika diperlukan
atoni postpartum, plasenta yang
 Memantau tanda-tanda vital ortostatik, termasuk
tertahan)
tekanan darah
 Komplikasi kehamilan (contoh:
 Menjaga istirahat selama perdarahan aktif

34
plasenta previa, kehamilan,  Mengelola produk darah
kehamilan molar, robeknya  Melindungi pasien dari trauma, yang dapat
plasenta) menyebabkan perdarahan
 Trauma  Menghindari suntikan (IV, IM, atau SQ), yang
 Efek samping pengobatan sesuai
(pembedahan, pengobatan,  Menginstruksikan pasien ambulasi untuk
pemberian platelet karena memakai sepatu
kekurangan produksi darah,  Menggunakan sikat gigi yang lembut untuk
kemoterapi) perawatan mulut
 Menggunakan pisau cukur listrik untuk mencukur
 Menghindari prosedur invasif, jika mereka
diperlukan, memantau secara ketat untuk
perdarahan
 Mengkoordinasikan waktu prosedur invasif
dengan transfusi trombosit atau plasma beku
segar, jika sesuai
 Menahan diri dari memasukkan benda ke lubang
berdarah
 Menghindari mengambil suhu rectal
 Hindari mengangkat benda berat
 Mengelola obat-obatan (e.g., antasida), yang

35
sesuai
 Menginstruksikan pasien untuk menghindari
aspirin atau antikoagulan lainnya
 Menginstruksikan pasien untuk meningkatkan
asupan makanan yang kaya vitamin K
 Gunakan kasur terapi untuk meminimalkan
trauma kulit
 Menghindari sembelit (misalnya, mendorong
asupan cairan dan pelunak tinja), yang sesuai
 Menginstruksikan pasien dan / atau keluarga pada
tanda-tanda perdarahan dan tindakan yang tepat
(misalnya, memberitahukan perawat)

36
5. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Energy conservation Energy Management
Definisi : Ketidakcukupan energu secara Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
fisiologis maupun psikologis untuk Kriteria Hasil : aktivitas
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas Berpartisipasi dalam aktivitas Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
yang diminta atau aktifitas sehari hari. fisik tanpa disertai peningkatan keterbatasan
tekanan darah, nadi dan RR Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Batasan karakteristik : Mampu melakukan aktivitas Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
a. melaporkan secara verbal adanya sehari hari (ADLs) secara mandiri Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
kelelahan atau kelemahan. secara berlebihan
b. Respon abnormal dari tekanan darah Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
atau nadi terhadap aktifitas Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
c. Perubahan EKG yang menunjukkan
aritmia atau iskemia Activity Therapy
d. Adanya dyspneu atau Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
ketidaknyamanan saat beraktivitas. dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
Faktor factor yang berhubungan : mampu dilakukan
Tirah Baring atau imobilisasi Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai
Kelemahan menyeluruh dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
Ketidakseimbangan antara suplei Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber

37
oksigen dengan kebutuhan yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Gaya hidup yang dipertahankan. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
6 Kurang Pengetahuan NOC : NIC :
Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
Definisi : Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
Tidak adanya atau kurangnya informasi Kriteria Hasil : tentang proses penyakit yang spesifik
kognitif sehubungan dengan topic Pasien dan keluarga menyatakan 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
spesifik. pemahaman tentang penyakit, ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
kondisi, prognosis dan program yang tepat.
Batasan karakteristik : pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
memverbalisasikan adanya masalah, Pasien dan keluarga mampu penyakit, dengan cara yang tepat
ketidakakuratan mengikuti instruksi, melaksanakan prosedur yang 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

38
perilaku tidak sesuai. dijelaskan secara benar 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang
Pasien dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali apa yang 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
Faktor yang berhubungan : keterbatasan dijelaskan perawat/tim kesehatan cara yang tepat
kognitif, interpretasi terhadap informasi lainnya 7. Hindari harapan yang kosong
yang salah, kurangnya keinginan untuk 8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
mencari informasi, tidak mengetahui pasien dengan cara yang tepat
sumber-sumber informasi. 9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat

39
7. Ansietas NOC : NIC :
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau  Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
kekhawatiran yang samar disertai  Anxiety Level 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
respon autonom (sumber seringkali  Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh Kriteria Hasil : pasien
individu). Perasaan takut yang  Klien mampu mengidentifikasi 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
desebabkan oleh antisipasi terhadap dan mengungkapkan gejala selama prosedur
bahaya. Hal ini merupakan isyarat cemas 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
kewaspadaan yang memperingatkan  Mengidentifikasi, mengurangi takut
individu akan adanya bahaya dan mengungkapkan dan 5. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
memberi kemampuan individu untuk menunjukkan tehnik untuk tindakan prognosis
bertindak menghadapi ancaman. mengontol cemas 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
Batasan Karakteristik:  Vital sign dalam batas normal 7. Lakukan back / neck rub
 Perilaku:  Postur tubuh, ekspresi wajah, 8. Dengarkan dengan penuh perhatian
 Penurunan produktivitas bahasa tubuh dan tingkat 9. Identifikasi tingkat kecemasan
 Gerakan yang ireleven aktivitas menunjukkan 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
 Gelisah berkurangnya kecemasan kecemasan
 Melihat sepintas 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
 Insomnia ketakutan, persepsi
 Kontak mata yang buruk 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Affektif 13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

40
 Fisiologis
 Simpatik
 Parasimpatik
 Kognitif
Faktor yang berhubungan:
 Perubahan dalam (status ekonomi,
lingkungan, kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status
peran)
 Pemajanan toksin
 Terkait keluarga
 Herediter
 Infeksi / kontaminan interpersonal
 Penularan penyakit interpersonal
 Kirisis situasional, krisis maturasi
 Stress, ancaman kematian
 Penyalahgunaan zat
 Ancaman pada(status ekonomi,
lingkungan, kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, status
peran, konsep diri)

41
 Konflik tidak disadari mengenai
tujuan penting hidup
 Konflik tidak disadari mengenai
nilai yang esensial/penting
 Kebutuhan yang tidak dipenuhi

42
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI (TEORITIS)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
jaringan Setelah dilakukan dan faktor presipitasi
tinfakan keperawatan  Observasi reaksi nonverbal dari
DS: selama …. Pasien tidak ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal mengalami nyeri, dengan  Bantu pasien dan keluarga untuk
DO: kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik  Kurangi faktor presipitasi nyeri
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, menentukan intervensi
menyeringai) mencari bantuan)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
- Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
- Fokus menyempit nyeri berkurang dengan hangat/ dingin
(penurunan persepsi menggunakan  Berikan analgetik untuk mengurangi
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri nyeri: ……...
berpikir, penurunan  Mampu mengenali nyeri  Tingkatkan istirahat
interaksi dengan orang (skala, intensitas,  Berikan informasi tentang nyeri seperti
dan lingkungan) frekuensi dan tanda penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
- Tingkah laku distraksi, nyeri) berkurang dan antisipasi
contoh : jalan-jalan,  Menyatakan rasa ketidaknyamanan dari prosedur
menemui orang lain nyaman setelah nyeri  Monitor vital sign sebelum dan sesudah

43
dan/atau aktivitas, berkurang pemberian analgesik pertama kali
aktivitas berulang-ulang)  Tanda vital dalam
- Respon autonom (seperti rentang normal
diaphoresis, perubahan  Tidak mengalami
tekanan darah, perubahan gangguan tidur
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :


 Joint Movement : Exercise therapy : ambulation
Berhubungan dengan :
Active  Monitoring vital sign sebelm/sesudah
- Gangguan metabolisme
 Mobility Level latihan dan lihat respon pasien saat
sel
 Self care : ADLs latihan
- Keterlembatan
 Transfer performance  Konsultasikan dengan terapi fisik
perkembangan
Setelah dilakukan tentang rencana ambulasi sesuai
- Pengobatan
tindakan keperawatan dengan kebutuhan
- Kurang support
selama….gangguan  Bantu klien untuk menggunakan
lingkungan
mobilitas fisik teratasi tongkat saat berjalan dan cegah
- Keterbatasan ketahan
dengan kriteria hasil: terhadap cedera
kardiovaskuler
 Klien meningkat  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
- Kehilangan integritas
dalam aktivitas fisik lain tentang teknik ambulasi
struktur tulang
 Mengerti tujuan dari  Kaji kemampuan pasien dalam
- Terapi pembatasan gerak

44
- Kurang pengetahuan peningkatan mobilitas mobilisasi
tentang kegunaan  Memverbalisasikan  Latih pasien dalam pemenuhan
pergerakan fisik perasaan dalam kebutuhan ADLs secara mandiri
- Indeks massa tubuh diatas meningkatkan sesuai kemampuan
75 tahun percentil sesuai kekuatan dan  Dampingi dan Bantu pasien saat
dengan usia kemampuan mobilisasi dan bantu penuhi
- Kerusakan persepsi berpindah kebutuhan ADLs ps.
sensori  Memperagakan  Berikan alat Bantu jika klien
- Tidak nyaman, nyeri penggunaan alat memerlukan.
- Kerusakan Bantu untuk  Ajarkan pasien bagaimana merubah
muskuloskeletal dan mobilisasi (walker) posisi dan berikan bantuan jika
neuromuskuler diperlukan
- Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
- Depresi mood atau cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot,
kontrol dan atau masa
- Keengganan untuk
memulai gerak
- Gaya hidup yang
menetap, tidak digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau
umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai

45
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik
kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
- Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat
dan tidak terkoordinasi

Kerusakan integritas NOC: NIC :


jaringan  Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention
berhubungan dengan: and mucous Wound care
Gangguan sirkulasi, iritasi membranes - Anjurkan pasien untuk menggunakan
kimia (ekskresi dan sekresi  Wound healing : pakaian yang longgar
tubuh, medikasi), defisit primary and secondary - Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
cairan, kerusakan mobilitas intention - Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
fisik, keterbatasan Setelah dilakukan setiap dua jam sekali
pengetahuan, faktor tindakan keperawatan - Monitor kulit akan adanya kemerahan
mekanik (tekanan, selama …. kerusakan - Oleskan lotion atau minyak/baby oil
gesekan),kurangnya nutrisi, integritas jaringan pada daerah yang tertekan
radiasi, faktor suhu (suhu pasien teratasi dengan - Monitor aktivitas dan mobilisasi
yang ekstrim) kriteria hasil: pasien
DO :  Perfusi jaringan - Monitor status nutrisi pasien
- Kerusakan jaringan normal - Memandikan pasien dengan sabun dan
(membran mukosa,  Tidak ada tanda-tanda air hangat
integumen, subkutan) infeksi - Kaji lingkungan dan peralatan yang
 Ketebalan dan tekstur menyebabkan tekanan
jaringan normal - Observasi luka : lokasi, dimensi,
 Menunjukkan kedalaman luka, karakteristik,warna
pemahaman dalam cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
proses perbaikan kulit tanda-tanda infeksi lokal, formasi

46
dan mencegah terjadinya traktus
cidera berulang - Ajarkan pada keluarga tentang luka
 Menunjukkan dan perawatan luka
terjadinya proses - Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
penyembuhan luka TKTP, vitamin
- Cegah kontaminasi feses dan urin
- Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
- Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
- Hindari kerutan pada tempat tidur
Berduka NOC : NIC :
Definisi: sesuatu respon Setelah dialakukan 1. Membina hubungan saling percaya
terhadap kehilangan yang tindakan keperawatan antara klien, keluarga, dengan sikap jujur,
nyata maupun yang selama 1 x 24 jam, dapat menerima, ikhlas, dan empati

dirasakan dimana individu menyelaesaikan masa 2. Menunjukan perhatian pada klien baik

tetap terfiksasi dalam satu berkabung dengan tuntas melalui kata-kata maupun dengan sikap.

tahap proses berduka untuk dengan kriteria hasil : 3. Menanyakan kepada klien

suatu periode waktu yang 1. Klien dapat mengerti pengalamannya tentang kematian.

terlalu lama, atau gejala arti sakit dan 4. Menjelaskan pada klien bahwa suaminya

berduka yang normal kematian meninggal bukan tidur.


5. Meminta kepada keluarga/ orang yang
menjadi berlebih-lebihan 2. Klien
berarti agar menemani klien selama
untuk suatu tingkat yang dapatmengungkapkan
masa berduka bila perlu mengijinkan
mengganggu fungsi perasaaanya
untuk tinggal bersama mereka.
kehidupan. 3. Klien dapat
6. Mendorong klien untuk mengungkapkan
Berhubungan dengan : mengurangi rasa
perasaannya dengan menanyakan apa
1. Kehilangan yang nyata bersalah melalui
yang dipikirkan selama suaminya masih
atau dirasakan dari proses berkabung.
hidup sampai sekarang.
beberapa konsep nilai
7. Menjelaskan pada klien bahwa suaminya
untuk individu
meninggal bukan karena akibat dia.
2. Kehilangan yang terlalu
8. Menejlaskan kepada klien bahwa orang
berat (penumpukan rasa
yang sudah meninggal tidak perlu
berduka dari kehilangan
ditangisi

47
multiple yang belum
terselesaikan)
3. Menghalangi respon
berduka terhadap suatu
kehilangan Tidak adanya
antisipasi proses berduka
4. Perasaan bersalah yang
disebabkan oleh
hubungan ambivalen
dengan konsep
kehilangan.

Kesiapan meningkatkan NOC : 1. Kaji pengetahuan dan kesiapan menjadi


proses kehamilan-persalinan Knowledge : labor and deliver orang tua
b/d kesiapan menjadi orang tua  Signs and symproms of 2. Kaji rencana untuk persalinan dan
labor kelahiran bayi misalnya tempat, siapa

 Birthing options yang akan mendampingi ibu, teknolagi

 Strategies to control pain apa yang akan digunakan dll.

 Stages of labor and 3. Monitor status nutrisi, monitor BB pada

deli!ery saat hamil dan Informasikan kepada

 "otential complitations klien nutrisi apa saja yang dibutuhkan

of birthing pada saat hamil

Setalah diberikan asuhan 4. Monitor tekanan darah, glukosa urin

keperawatan selama 3x24 dan protein


5. Monitor DJJ
jam diharapkan ibu dan
6. Intruksikan klien untuk memantau
partnernya siap
pergerakan fetal
meningkat proses
7. Diskusikan dengan ibu macam-macam
kehamilan dan persalinan
opsi pengontrol nyeri
8. Informasikan kepada ibu kapan harus
ke rumah sakit untuk persiapan
kelahiran
9. Edukasi ibu dan partnernya tentang
tanda-tanda persalinan

48
Risiko Ketidakefektifan NOC : NOC :
Proses Kehamilan- Setelah dilakukan asuhan 1. Instruksikan pasien didalam pentingnya
Melahirkan keperawatan 3x24 jam, perawatan prenatal secara reguler
Definisi: Rentan terhadap Proses Kehamilan- sejak awal kehamilan.

tidak cocoknya konteks Melahirkan klien akan 2. Dorong pasien untuk mengikuti kelas

lingkungan,norma, dan membaik dengan kriteria prenatal.

harapan tentang kehamilan, hasil : 3. Instruksikan pasien dalam pentingnya

proses melahirkan, dan nutrisi selama penghasilan.


1. Pentingnya Perawatan
perawatan bayi baru lahir. 4. Monitor status nutrisi.
Prenatal yang sering
5. Monitor kelebihan berat badan selama
2. Pentingnya edukasi
Faktor Resiko: kehamilan.
prenatal
6. Monitor glukosa urin dan tingkat
 Distres psikososial 3. Tanda dari komplikasi
protein.
ibu kehamilan
7. Monitor tingkat hemoglobin.
 Kehamilan tidak 4. Pola Gerakan janin
8. Monitor kaki, tangan dan muka dari
direncanakan 5. Perubahan anatomi dan
udem.
 Kehamilan yang fisiologi selama
9. Instruksikan pasien tanda-tanda
tidak diinginkan kehamilan
bahaya dan menyarankan untuk segera
 Kekerasan dalam 6. Praktik gizi sehat
melaporkan.
rumah tangga 7. Pola berat badan sehat
10. Beri pasien cara pencegahan mengenai
 Kepercayaan diri ibu 8. Penggunaan obat
perubahan psikologis dan fisik selama
rendah dengan benar
kehamilan.
 Ketidakberdayaan 11. Instruksikan pasien dalam
ibu pertumbuhan dan perkembangan fetal.
 Kunjungan 12. Monitor heart rate fetal.
perawatan prenatal 13. Instruksikan pasien untuk memonitor
tidak konsisten aktifitas fetal.
 Kurang kesiapan
kognitif menjadi
orang tua
 Kurang model peran
menjadi orang tua
 Kurang nutrisi ibu
 Kurang pengetahuan

49
tentang proses
kehamilan-
melahirkan
 Kurang perawatan
prenatal
 Kurang sistem
pendukung
 Penyalahgunaan zat
 Rencana melahirkan
tidak realistis

50
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN SESUAI KASUS

A. Pengkajian

PEDOMAN PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA WANITA DENGAN PERMASALAHAN REPRODUKSI

I. Identitas Diri Klien : Istri : Ny. R Suami : Tn. F


Nama Klien : Ny. R
Umur Klien : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Tembus Mantuil Gg. Mekar Sari RT.XX
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Tgl Berobat : 21-01-2019
Sumber Informasi : Klien
Keluarga terdekat yang dapat segera dihubungi : 0823-5863-XXXX (Ny. S/Ibu Klien)
II. Status Kesehatan sat ini
1. Alasan kinjungan/keluhan utama :
Klien mengatakan “ingin ganti perban
luka post salpingostomi”
2. Faktor pencetus : Adanya luka
jahitan post salpingostomi dibalut kasa
yang tampak kotor sepanjang 21,5 cm
setelah dibuka tampak luka jahitan
sepanjang 11 cm
3. Lamanya keluhan : Klien mengatakan “10 hari setelah
operasi tidak ada control jahitan dan tidak ada mengkonsumsi obat yang
diberikan RS”
4. Timbulnya keluhan : ( ) Bertahap
: ( ) Mendadak
5. Factor yang memperberat : Tidak ada
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Tidak ada

51
7. Diagnose Medis : Hamil diluar kandungan atau kehamilan ektopik
III. Riwayat Keluarga
a. Riwayat Haid : Menache : 12 Tahun
Siklus : 30 hari Hari ,Teratur
Lama : 6-8 Hari
Masalah Haid : Tidak ada
b. Riwayat Kontrasepsi
Type : Pil tablet oral
Waktu : 1 bulan sekali
Masalah : Tidak ada
Berhenti : Klien mengatakan “menikah umur 13 tahun, mengkonsumsi alat
kontrasepsi selama kurang lebih 2,5 tahun setelah 2 bulan paska
keguguran anak pertama, Alasan berhenti karena ingin hamil

52
Genogram Keluarga Ny.

Pasien

Keterangan :

: Laki-laki : Meninggal

: Perempuan : Pasien

: Menikah : Tinggal bersama

: Keturunan/anak

53
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
a. Kanak-kanak : Pilek
b. Kecelakaan : Tidak ada
c. Pernah dirawat: Tanggal 12-01-2019 di RSUD Dr, H, Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin
d. Operasi : Salpingostomi tanggal 12-01-2019 di RSUD Dr, H,
Moch. Ansari Saleh Bnajarmasin
2. Alergi
a. Tipe : Tidak ada
b. Reaksi : Tidak ada
c. Tindakan : Tidak ada
3. Imunisasi
a. Tipe : TT
b. Reaksi : Tidak ada
c. Tindakan : Tidak ada
V. Pemeriksan fisik dan keluhan fisik yang dialami
Keadaan umum ; Klien tampak hati-hati saat berjalan, klien tampak
sehat
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign : T (36,60 C), P (78x/menit), R (19x/menit), BP (110,70
mmHg)
Kepala : Bersih, warna rambut hitam lebat, warna kulit putih,
tidak ada luka ataupun benjolan
Bentuk : Bulat
Keluhan yang berhubungan : Tidak ada

Mata : Simetris kiri dan kanan


Ukuran Pupil : Normal (3-4 mm)
Isokor : Isokor
Reaksi terhadap cahaya : RCL dan RCTL ada
Akomodasi : Ada
Konjungtiva : Merah muda
Fungsi Penglihatan : Baik

54
Tanda-tanda radang : Tidak ada
Pemeriksaan Mata akhir : Tidak ada
Operasi : Tidak ada
Kacamata : Tidak ada
Lensa kontak : Tidak ada

Hidung : Bersih, ada lubang kiri dan kanan, tidak ada polif
Reaksi Alergi : Tidak ada
Cara mengatasinya : Tidak ada
Pernah mengalami flu : Pernah, jarang kadang-kadang pada waktu musim
penghujan
Bagaimana frekuensinya dalam setahun: 1-2x dalam satu tahun
Sinus : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada

Mulut dan tenggorokan : Mukosa bibir lembab, merah muda


Gigi- Geligi : Ada, pertumbuhan merata
Kesulitan atau gangguan bicara: Tidak
Kesulitan menelan : Tidak
Pemeriksaan gigi terakhir : Tidak ada

Pernafasan : 19x/menit, simetris kiri dan kanan, retraksi dinding


dada normal, tidak ada pernapasan paradoksal
Suara paru : vesikuler (auskultasi), sonor (perkusi)
Pola nafas : Normal (eupnea)
Batuk : Tidak ada
Sputum : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Kemampuan melakukan aktivitas: ADLs Mandiri
Batuk darah : Tidak ada
Rontgen foto terakhir : Tidak ada
Hasil : Tidak ada

55
Sirkulasi
Nadi perifer : Regular, kuat dan cepat
Capillary refill time : < 2 detik
Distensi vena jugularis : Tidak ada
Suara jantung : S1=S2 tunggal
Suara jantung tambahan : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Odema : Tidak ada
Palpitasi : Tidak ada
Baal : Tidak ada
Clubbing finger : Tidak ada
Keadaan ekstremitas : Simetris kiri dan kanan
Sinkop : Tidak ada

Nutrisi
Berat badan : 46 kg
Tinggi badan : 158 kg
Status Gizi : LILA (23 cm)
Nafsu makan : Baik
Rasa Mual : Tidak ada
Muntah : Tidak ada
Intake Cairan : Biasa minum air putih 6-8 gelas belimbing/hari

Eliminasi
BAB : Ada
Pola Rutin : 1 kali sehari
Penggunaan pencahar : Tidak ada
Coloctomy atau ileostomy : Tidak ada
Konstipasi atau obstipasi : Tidak ada
Diare : Tidak ada

56
BAK : Ada
Pola Rutin : Sering tidak menghitung
Inkotinensia : Tidak ada
Infeksi : Tidak ada
Hematuria : Tidak ada
Kateter : Tidak ada
Urin Output : Tidak ada

Reproduksi : Kehamilan G2, P0, A2

57
No. Gg. Kehamilan Proses Lama Tempat Masalah Masalah Nifas Masalah Bayi Keadaan
Anak persalinan Persalinan Persalinan/peno persalinan dan Laktasi saat ini
long

1 Abortus Normal Klien Rumah Tidak ada Tidak ada Bayi belum cukup Meninggal
tidak tahu pribadi/dukun bulan (usia 6 bulan)
kampong

OK, RSUD Dr. Bayi belum cukup Meninggal


2 Ektopik Salpingostomi Klien H. Moch. Ektopik Tidak ada bulan (usia 7
tidak tahu Ansari Saleh minggu)
Banjarmasin/
Tim medis

58
A. Inspeksi
1. Mamae : Simetris
Bentuk pembesaran merata kiri dan kanan
Putting susu tampak menonjol keluar; Aerola mamae tampak
coklat gelap
2. Abdomen : Permukaan perut rata tampak bekas luka
operasi salpingostomi yang ditutupi kassa tampak kotor
sepanjang 21,5 cm, setelah dibuka tampak luka jahitan
sepanjang 11 cm
3. Vagina : Tidak ada pengeluaran cairan seperti darah dari vagina
4. Vulva : Tidak ada luka
5. Servik : Tidak di kaji
6. Portio : Tidak di kaji
B. Palpasi
1. Mammae : Terasa lunak dan tidak ada benjolan
2. Abdomen : Klien mengatakan “Ada nyeri tekan saat beraktivitas daerah
jahitan post sc, rasanya seperti nyit ditusuk, skala nyerinya 2 (ringan).
Tidak ada distensi abdomen, dan tidak teraba benjolan/pembesaran pada
daerah perut”
3. Pemeriksaan dalam
1. Portio : Tidak di kaji
2. Corpous uteri : Tidak di kaji
3. Papsmear : Tidak di kaji
VI. Kesehatan Lingkungan
Kebersihan : Cukup bersih
Bahaya : Tidak ada
Polusi : Tidak ada
VII. Psikososial
1. Pola pikir yang digunakan
a. Alat bantu yang digunakan : Tidak ada
( ) Kacamata
( ) Alat Bantu pendengaran

b. Kesulitan yang dialami : Tidak ada

59
( ) sering pusing
( ) menurunnya sensitifitas terhadap sakit
( ) menurunnya sensitifitas terhadap panas/dingin
( ) membaca/menulis
2. Suasana Hati
Rentang perhatian : Klien mengatakan “Suasana hatinya baik, tapi ada
kalanya kadang sedih keingatan anak sudah tidak ada”
3. Hubungan atau Komunikasi
a. Bicara
(√) Jelas
(√) Relevan
(√) Mampu mengekspresikan
(√) Mampu mengerti orang lain
b. Tempat Tinggal
( ) Sendiri
(√) Bersama orang lain, yaitu suami, mertua dan 5 saudara suami
Kehidupan Keluarga
 Adat Istiadat yang dianut : adat istiadat banjar
 Pembuat keputusan dalam keluarga : Suami
 Keuangan
(√) Memadai
( ) Kurang
Kesulitan dalam keluarga : Tidak ada
( ) Hubungan dengan orang tua
( ) Hubungan dengan sanak keluarga
( ) Hubungan perkawinan
4. Kebiasaan Seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut
( ) Fertilitas
( ) Libido
( ) Ereksi
( ) Menstruasi
( ) Kehamilan
( ) Alat Kontrasepsi

60
(√) Tidak ada
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual : Klien mengatakan tahunya
tentang fungsi seksual adalah untuk keturunan (hubungan intim)
c. Masalah kebiasaan seksual yang dialami : Tidak ada
5. Pertahanan Koping
Pengambilan keputusan
( ) sendiri
(√) dibantu orang lain, sebutkan:
Yang dilakukan jika stress
(√) Pemecahan masalah dengan keluarga
( ) makan
( ) tidur
( ) makan obat
( ) cari pertolongan
( ) lain-lain ( missal: marah.diam,dll), sebutkan:
6. System Nilai-Kepercayaan
Siapa/apa sumber kekuatan: Allah dan keluarga
Apakah Tuhan,Agama,kepercayaan penting untuk anda: Iya, sangat penting
Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan : Sholat, pengajian
7. Tingkat perkembangan
Usia : 16 tahun
Karakteristik : Remaja akhir
Persepsi klien terhadap penyakit : Klien mengatakan “dulu awal-awal saya merasa sedih
karena sudah 2 kali saya mengandung namun keduanya
meninggal. Tapi sekarang tidak sedih lagi karena sudah
diberi penjelasan oleh dokter bahwa saya masih bisa
punya anak karena masih muda, akan tetapi menunggu
usia 20 tahun dulu, supaya waktu hamil dan melahirkan
tidak ada masalah lagi”.

Kesan perawat terhadap klien : Klien tampak baik/sehat, sangat kooperatif baik klien
maupun keluarganya

61
Patofisiologi Singkat :

Abnormalitas Zigot Konsumsi pil KB

Zigot terlalu Peningkatan produksi


besar/tumbuh terlalu progesteron
cepat

Gerakan tuba
Zigot susah melalui melambat
tuba

Pasien tidak tahu Defisit


Kehamilan mengenai penyakitnya
Ektopik Pengetahuan
karena tidak pernah
diperiksa/konsultasi

A
B

62
Terjadi penembusan villi
korialis kedalam lapisan
A muskularis menuju
peritoneum B
Pelepasan mediator nyeri
Ruptur tuba (histamin, bradikmin,
prostaglandin,serotonin)

Perdarahan
Merangsang nosiseptor

:
Keadaan umum Dibawa melalui
menurun medula spinalis

Insisi abdomen Classio Sampai ke korteks


Sepanjang 11 cm somatosensorik

Kerusakan integritas Terputusnya kontinuitas Persepsi nyeri Pengobatan


jaringan jaringan tradisional
(dukun
kampung)
Nyeri akut
Fisiologi post operasi
63
Analisa Data

Data Kemungkinan Penyebab Masalah


Ds. kurang pengetahuan tentang Kerusakaan integritas
Klien mengatakan “ingin perlindungan integritas jaringan
ganti perban luka post jaringan.
salpingostomi, 10 hari setelah
operasi tidak ada control
jahitan”
Do.
 Adanya luka jahitan post
salpingostomi dibalut
kasa yang tampak kotor
sepanjang 21,5 cm
setelah dibuka tampak
luka jahitan sepanjang
11 cm”
 Luka tampak kering
 Tidak ada tanda-tanda
infeksi
Ds. Kurang informasi Defisiensi pengetahuan
Klien mengatakan “
mengkonsumsi alat
kontrasepsi selama kurang
lebih 2,5 tahun setelah 2
bulan paska keguguran anak
pertama, Alasan berhenti
karena ingin hamil
Do.
 Usia klien menikah 13
tahun
 Usia klien sekarang 16
tahun

64
 Riwayat G2, P0, A2
 Pendidikan terakhir klien
SD sedangkan suami
SMA
Ds. Agen cidera fisik Nyeri Akut
Klien mengatakan “ada nyeri
tekan saat beraktivitas daerah
jahitan post sc, rasanya
seperti nyit ditusuk, skala
nyerinya 2 (ringan)

Do.
 KU : saat berjalan
ataupun menggeser tubuh
klien tampak hati-hati
 Tampak luka post SC
sepanjang 11 cm
Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


perlindungan integritas jaringan ditandai dengan lien mengatakan “ingin ganti perban
luka post salpingostomi, 10 hari setelah operasi tidak ada control jahitan”. Hasil
pengkajian ditemukan adanya luka jahitan post salpingostomi dibalut kasa yang tampak
kotor sepanjang 21,5 cm setelah dibuka tampak luka jahitan sepanjang 11 cm, luka
tampak kering, tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan klien mengatakan “ada
nyeri tekan saat beraktivitas daerah jahitan post sc, rasanya seperti nyit ditusuk, skala
nyerinya 2 (ringan). Hasil pengkajian KU : saat berjalan ataupun menggeser tubuh klien
tampak hati-hati, tampak luka post salpingostomi sepanjang 11 cm
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan Klien
mengatakan “ mengkonsumsi alat kontrasepsi selama kurang lebih 2,5 tahun setelah 2
bulan paska keguguran anak pertama, Alasan berhenti karena ingin hamil. Hasil
pengkajian mencatat usia klien menikah 13 tahun, usia klien sekarang 16 tahun, riwayat
G2, P0, A2. Pendidikan terakhir klien SD sedangkan suami SMA

65
B. Nursing Care Plan

Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perlindungan integritas jaringan.
TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KRITERIA HASIL

Setelah dilakukan 1. Kaji TTV 1. Peningkatan suhu dapat 1. Mengkaji TTV S :


tindakan keperawatan mengidentifikasi adanya proses pasien dengan cara
Pasien mengatakan :
selama 1×24 jam infeksi mengukur
“Balutan luka operasi
kerusakan integritas temperatur, denyut
sudah terasa nyaman”
jaringan dapat teratasi 2. Membantu dalam menentukan nadi, pernapasan,
dengan kriteria hasil : 2. Kaji karakteristik perawatan luka dan penanganan dan tekanan darah.
luka (meliputi yang sesuai untuk pasien Pada pukul 09.00 O :
- Tidak ada tanda-
warna, ukuran, bau wita.
tanda infeksi 1. Keadaan umum baik
dan pengeluaran Hasil :
- Perfusi jaringan 2. Tidak ada tanda-
pada luka) 3. Bahan acuan untuk melakukan TTV :
normal tanda infeksi
intervensi selanjutnya. T : 36,9oC
- Ketebalan dan tekstur 3. Perfusi jaringan
P : 85 x/menit
jaringan normal normal
3. monitor adanya 4. Agar tidak terjadi reaksi inflamasi R : 19 x/menit
- Menunjukkan 4. Luka tampak kering
tanda dan gejala BP : 110/70 mmHg
terjadinya proses dan tidak ada
infeksi sistemik dan
penyembuhan luka perluasan tepi luka.
local
- Tidak ada perluasan

66
tepi luka 2. Mengkaji
4. Lakukan perawatan 5. Untuk melindungi jaringan. karakteristik luka
A : Kerusakan integritas
luka dengan pasiendengan cara
jaringan teratasi
mempertahankan melakukan inspeksi
sebagian
teknik bersih dan 6. Mencegah resiko infeksi pada pada area luka.
teknik aseptic luka. Pada pukul 09.15
wita. P : Lanjutkan intervensi :
5. berikan balutan Hasil :
- Kaji karakteristik
yang sesuaidengan Luka tampak
luka (meliputi
jenis luka 7. Pemenuhan nutrisi yang baik kering, luka
warna, ukuran,
membantu proses penyembuhan memanjang
bau dan
6. Pertahankan teknik luka. horizonal dengan
pengeluaran pada
balutan steril ketika panjang 11 cm.
luka)
melakukan
perawatan luka. 8. Mencegah pergerakan luka 3. Melakukan - Lakukan
perawatan luka perawatan luka
7. Tingkatkan asupan 9. Mengetahui tindakan yang dapat pasien dengan dengan
nutrisi yang cukup dilakukan pada luka. mempertahankan mempertahankan
teknik bersih dan teknik bersih dan
teknik aseptic. Pada teknik aseptic.
10. Keluarga dapat melaporkan pukul 09.30 wita.
- berikan balutan

67
ataumencegahkemungkinanterjadi yang
nya infeksi. Hasil : sesuaidengan
Mempertahankan jenis luka
8. Anjurkan istirahat
11. Mengetahui hal-hal yang dapat teknik bersih dan
- Pertahankan
menimbulkan infeksi teknik aseptic saat
teknik balutan
melakukan
9. Ajarkan pasien atau steril ketika
perawatan luka.
keluarga pada melakukan
Luka dibersihkan
prosedur perawatan perawatan luka.
dengan cairan
luka.
normal saline. - Ajarkan pasien
12. Membantu dalam pencegahan atau keluarga
10. Ajarkan pasien dan infeksi.
4. Melakukan pada prosedur
keluarga untuk
pembalutan luka perawatan luka.
mengenal tanda dan
dengan cara - Ajarkan pasien
gejala infeksi.
memasang adhesive dan keluarga
13. Mengetahui adanya infeksi bila
wound dressing. untuk mengenal
terjadi peningkatan.
Pada pukul 09.40 tanda dan gejala
11. Ajarkan pasien dan
wita. infeksi.
anggota keluarga
Hasil :
bagaimana cara
Luka dibalut
menghindari -
menggunakan
infeksi.

68
adhesive wound
dressing.

12. Instrusikan pasien 5. Menganjurkan


untuk minum pasien meningkatkan
antibiotik yang asupan nutrisi yang
diresepkan. cukup. Pada pukul
09.45 wita
13. Kolaborasi dengan Hasil :
petugas medis Pasien dianjurkan
untuk pemantauan perbanyak konsumsi
WBC. daging ikan gabus
untuk membantu
mempercepat proses
penyembuhan.

6. Menginstruksikan
pasien untuk
meminum antibiotik
yang diresepkan.
Pada pukul 09.50

69
wita.
Hasil :
Pasien mengatakan
akan meminum
antiotik yang
diberikan sesuai
resep.

70
Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KRITERIA HASIL

Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Respon nyeri 1. Mengobservasi TTV S :


tindakan keperawatan ditunjukkan dengan klien dengan cara
Klien mengatakan “nyeri
selama 1×6 jam nyeri peningkatan nadi dan mengukur
pada luka operasi diperut
akut dapat berkurang tekanan darah temperature, pulse,
berkurang.”
atau teratasi dengan respirasi dan blood
kriteria hasil : 2. Observasi 2. Skala nyeri diketahui pressure. Pada pukul O :
karakteristik nyeri untuk memberikan 09.00 wita. 1. Keadaan umum baik
- TTV dalam batas
dengan PQRST intervensi selanjutnya Hasil : 2. TTV :
normal
TTV : T : 36,9oC
- Mampu mengontrol
3. Berikan posisi yang 3. Posisi yang nyaman T : 36,9oC
nyeri (menggunakan P : 85 x/menit
nyaman kepada klien mengurangi rasa P : 85 x/menit
teknik non-
nyeri R : 19 x/menit R : 19 x/menit
farmakologi)
4. Kontrol lingkungan 4. Membuat rasa BP : 110/70 mmHg
- Melaporkan bahwa BP : 110/70 mmHg
klien (pencahayaan nyaman sehingga
nyeri berkurang
3. Karakteristik nyeri
dan kebisingan) mengurangi nyeri 2. Mengobservasi
- Menyatakan rasa
- Pencetus
karakteristik nyeri
nyaman setelah nyeri
Luka post operasi
dengan teknik P, Q,
berkurang
- Quality

71
5. Ajarkan teknik non- 5. Relaksasi dapat R, S dan T. Pada Nyut-nyutan
farmakologi teknik mengurangi spasme pukul 10.00 Wita
- Regio
relaksasi dan otot dan distraksi Hasil :
Daerah perut
distraksi) dapat menurunkan P : Luka post operasi
stimulus nyeri Q : nyut-nyutan - Scale

6. Lakukan perawatan 6. Melakukan perawatan R : di perut 2 (0-10)

luka dan berikan luka dan balutan yang S : skala ringan 2 (0 - - Time
pembalutan luka sesuai akan 10) saat ditekan
dengan teknik yang membantu T : nyeri jika lukanya
4. Klien dapat
sesuai meningkatkan proses tertekan
mengontrol nyeri
penyembuhan luka
dengan teknik
dan mencegah 3. Memberikan posisi
relaksasi.
bertambah parahnya yang nyaman kepada
kondisi luka. klien. Pada pukul
7. Kolaborasi dalam 7. Obat analgetik dapat 10.05 wita. A : Nyeri akut teratasi
pemberian analgetik mengurangi nyeri Hasil :
dengan cara Posisi klien berbaring
menghambat reseptor telentang
nyeri menghindari daerah
perut tertekan.
P:

72
4. Mengajarkan teknik - Anjurkan klien
non-farmakologi, untuk tidak
teknik relaksasi menekan lukanya
seperti menarik napas atau hindari luka
dalam. Pada waktu dari tertekan
10.10 wita.
- Lakukan perawatan
Hasil :
luka dan berikan
Klien memperagakan
pembalutan luka.
teknik relaksasi
menarik napas dalam

5. Melakukan perawatan
luka dan memberikan
pembalutan luka
dengan teknik yang
sesuai. Pada pukul
09.30 wita.
Hasil :
Luka dibersihkan
dengan cairan
normal saline dan

73
luka dibalut
menggunakan
adhesive wound
dressing.

74
Diagnosa Keperawatan :Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
KRITERIA HASIL

Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian 1. Mengetahui 1. Memberikan S:


tindakan keperawatan tentang tingkat pengetahuan dasar penilaian tentang Pasien mengatakan
selama 1×24 jam pengetahuan pasien pasien tingkat pengetahuan memahami tentang
Defisiensi tentang kondisinya pasien tentang kondisinya dan mau
pengetahuandapat 2. Jelaskan patofisiologi 2. Memberi informasi kondisi nya. Pada mengikuti program KB
teratasi dengan kriteria dari penyakit dan pada pasien pukul 10.10 wita. sampai umur 20 tahun.
hasil : bagaimana hal ini mengenai penyakit
Hasil :
berhubungan dengan O:
- Pasien menyatakan
anatomi dan fisiologi Pasien tidak Pasien mampu
pemahaman tentang
3. Identifikasi mengetahui bahwa menjelaskan kembali
penyakit, kondisi, dan 3. Untuk mengetahui
kemungkinan organ reproduksi tentang kondisinya
program pengobatan. penyebab terjadinya
penyebab belum optimal untuk
- Pasien mampu kondisi tersebut pada
usia pasien.
menjelaskan kembali pasien.
4. Sediakan informasi
apa yang dijelaskan tim 4. Melalui informasi 2. Mengidentifikasi
pada pasien tentang kemungkinan
kesehatan meningkatkan
kondisi penyebab. Pada A :
pengetahuan pasien.
5. Diskusikan pukul 10.15 wita. Kesiapan meningkatkan
5. untuk mencegah

75
perubahan gaya komplikasi dimasa Hasil : pengetahuan teratasi.
hidup yang mungkin yang akan datang dan
Kemungkinan pasien
diperlukan atau proses P : anjurkan pasien untuk
mengalami kondisi
pengontrolan kontrol ke poli KIA
nya saat ini karena
penyakit untuk diskusi masalah
faktor usia dan
6. Diskusikan pilihan 6. untuk penanganan KB yang akan
menikah dini.
terapi atau lebih lanjut. digunakan.
penanganan 3. Menyediakan
informasi pada pasien
tentang kondisi. Pada
pukul 10.20 wita.

Hasil :

Menjelaskan pada
pasien bahwa organ
reproduksi pasien
belum optimal
sehingga mudah
mengalami abortus
dan kehamilan diluar
kandungan.

76
4. Mendiskusikan
perubahan gaya
hidup yang
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
selanjutntya dan
proses pengontrolan
penyakit. Pada pukul
10.25

Hasil :

Menyarankan pasien
untuk menggunakan
KB sampai umur 20
tahun ketika organ
reproduksi sudah
optimal.

77
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Assessment
Pengkajian adalah tahap pertama yang kelompok lakukan didalam proses asuhan
keperawatan. Pengkajian ini dilakukan untuk memperoleh data demografik, riwayat
penyakit, riwayat kehamilan dan persalinan, pola fungsional, pemeriksaan fisik dan
data subyektif dari hasil wawancara dengan pasien dan keluarga.
Menurut Nurarif, Amin dan Hardi Kusuma (2015) hasil pengkajian yang didapat
dari kasus kehamilan ektopik post operasi salpingostomi adalah sesuai dengan tanda
dan gelaja. Keluhan utama pada Ny R. adalah ingin mengganti pembalut luka post
operasi hari ke 10 didapatkan panjang balutan luka adalah 21,5 cm, tampak kotor
namun setelah balutan luka dibuka tampak luka sepanjang 11 cm, luka tampak kering
dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Klien juga mengeluhkan adanya perasaan nyeri di
area sekitar luka, namun tidak sampang menggangu aktivitas.Klien juga
mengungkapkan sejak selesai keluar dari rumah sakit, tidak pernah melakukan kontrol
luka dan jahitan serta tidak melanjutkan konsumsi obat dari rumah sakit.

B. Nursing Diagnosis
Menurut NANDA NIC-NOC 2015-2017 terdapat beberapa masalah keperawatan
yang mungkin muncul pada pasien dengan kehamilan ektopik yang dikelompokan
menjadi 2 yaitu Diagnosa Keperawatan sebelum operasi dan sesudah operasi.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien yang mengalami kehamilan
ektopik sebelum operasi adalah : a) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer,
b) Kekurangan Volume cairan, c) Nyeri akut, d) Resiko pendarahan, e) Intoleransi
aktivitas, f) Kurang pengetahuan, g) ansietas. Diagnosa Keperawatan yang mungkin
muncul pada klien yang mengalami kehamilan ektopik post operasi adalah : a) Nyeri
akut, b) Hambatan mobilitas fisik, c) Kerusakan integritas jaringan, d) Berduka,
e) Kesiapan meningkatkan pengetahuan, f) Resiko ketidakefektifan proses kehamilan
– melahirkan.
Berdasarkan hasil pengkajian fisik, observasi langsung, wawancara dengan klien
dan keluarga, didapatkan masalah keperawatan klien Ny. R (16 tahun) yang datang
untuk mendapatkan perawatan di Puskesma Pembantu Basirih Selatan adalah (1)
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

78
perlindungan integritas jaringan, (2) Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera
fisik, dan (3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Pada kasus Ny. R kelompok mengangkat 3 diagnosa keperawatan saja. Hal ini
berdasarkan hasil identifikasi masalah utama dan masalah keperawatan utama yang
muncul pada klien selama proses pengkajian. Kelompok tidak mengangkat diagnosa
berduka berhubungan dengan respon psikologis (kehilangan) karena klien memiliki
keyakinan dapat memiliki anak lagi karena usia yang masih muda dan klien sudah
melewati masa 10 hari pasca operasi sehingga diagnosa berduka tidak menjadi
prioritas dalam kasus kelompok.
Pada proses pelaksanaan asuhan keperawatan dari ke tiga diagnosa sesuai dengan
teori, kelompok mengangkat diagnosa Kerusakan integritas jaringan, dikarenakan
klien masih memerlukan perawatan luka post operasi, kemudian nyeri akut
dikarenakan klien masih mengalami rasa nyeri pada abdomen, namun hasil
pengkajian menyatakan nyeri yang klien alami hanya nyeri ringan dan selama
pengkajian klien tidak merasa terganggu dengan masalah nyeri, sehingga diangkat
menjadi diagnosa prioritas ke 2. Defisiensi pengetahuan juga menjadi diagnosa
keperawatan yang menurut kelompok perlu diangkat sehubungan dengan hasil
wawancara, didapatkan data bahwa klien memiliki riwayat ketidakpatuhan minum
obat, riwayat kekeliruan proses pengobatan dan umur yang masih sangat belia saat
hamil. Sehingga menurut kelompok klien perlu di berikan intervensi untuk
meningkatkan pengetahuan terkait masalah kesehatan yang klien alami saat ini.

C. Intervention
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua rencana
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
Perencanaan menurut Nanda NIC-NOC 2015-2018 pada kasus asuhan
keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik dilakukan perdiagnosa.Diagnosa
yang pertama yaitu kerusakan integritas jaringan.Perencanaan yang dilakukan adalah
tindakan yang dapat menjadikan jaringan memiliki integritas yang baik. Perencanaan
tersebut dimulai dengan mengkaji karakteristik luka, melakukan tindakan madiri
untuk mengembalikan integritas jaringan yang baik serta kolaborasi untuk
memaksimalkan proses perbaikan integritas jaringan.

79
Diagnosa kedua adalah nyeri akut.Perencanaan yang dilakukan adalah tindakan
yang dapat meningkatkan rasa nyaman, mengontrol nyeri dan dapat menurunkan
skala nyeri yang klien alami.Perencanaan yang dirasa perlu untuk dilakukan pada
diagnosa kedua ini yaitu melakukan pengkajian nyeri sesuai pengalaman nyeri yang
klien alami, melakukan tindakan madiri untuk memvalidasi nyeri yang klien alami
dan tindakan mandiri untuk klien dapat mengontrol nyeri, serta tindakan kolaborasi
untuk mengurangi rasa nyeri klien secara maksimal dan cepat.
Diagnosa ketiga yaitu defisiensi pengetahuan. Perencanaan yang dilakukan adalah
tindakan yang dapat meningkatkan pengetahuan klien mengenai penyakit yang
dialami, perawatan luka post operasi dan pengetahuan tentang usia yang baik untuk
kesiapan kehamilan. Tindakan yang direncanakan adalah mengkaji kemampuan klien
untuk menerima informasi, pemberian informasi yang sehubungan dengan penyakit
dan konseling keluarga.

D. Implementation
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah disusun
pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda NIC-NOC 2015-2017).Berdasarkan hal
tersebut penulis dalam mengelola pasien dalam implementasi dengan masing –
masing diagnosa.
1. Implementasi untuk diagnosa kerusakan integrtas jaringan
Mengkaji TTV klien dengan cara mengukur temperature peraxila menggunakan
termometer digital, menghitung denyut nadi radialis (pulse) dengan palpasi selama
satu menit, menghitung frekuensi pernapasanan (respirasi)selama satu menit dan
mengukur tekanan darah (blood pressure) di humerus (lengan atas) dengan
mendengarkan pulsasi nadi branchialis dimana posisi klien berbaring.
Hasil :
T : 36,9oC
P : 85 x/menit
R : 19 x/menit
BP : 110/70 mm

Mengkaji karakteristik luka pasiendengan cara melakukan inspeksi pada area


luka.

80
Hasil :
Luka tampak kering, luka memanjang horizonal dengan panjang 11 cm.

Melakukan perawatan luka pasien dengan mempertahankan teknik bersih dan


teknik aseptic.Luka dibersihkan dengan cairan normal saline.Sesuai dengan jurnla
yang kami temukan, perbandingan penyembuhan luka terbuka menggunakan
madu atau normal saline povidone iodine.Dimana madu dan normal saline povide
iodine sama-sama efektif dalam pnyembuhan luka walaupun memang lebih
unggul madu.
Hasil :
Mempertahankan teknik bersih dan teknik aseptic saat melakukan perawatan
luka.Luka dibersihkan dengan cairan normal saline.

Melakukan pembalutan luka dengan cara memasang adhesive wound dressing.


Pada pukul 09.40 wita.
Hasil :
Luka dibalut menggunakan adhesive wound dressing.

Menganjurkan pasien meningkatkan asupan nutrisi yang cukup, seperti perbanyak


mengkonsumsi daging ikan gabus.
Hasil :
Pasien dianjurkan perbanyak konsumsi daging ikan gabus untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan.

Menginstruksikan pasien untuk meminum antibiotik yang diresepkan.Pada pukul


09.50 wita.
Hasil :
Pasien mengatakan akan meminum antiotik yang diberikan sesuai resep.

2. Implementasi untuk diagnosa Nyeri Akut


Mengobservasi TTV klien dengan cara mengukur temperature peraxila
menggunakan termometer digital, menghitung denyut nadi radialis (pulse) dengan
palpasi selama satu menit, menghitung frekuensi pernapasanan (respirasi)selama

81
satu menit dan mengukur tekanan darah (blood pressure) di humerus (lengan atas)
dengan mendengarkan pulsasi nadi branchialis dimana posisi klien berbaring.
Hasil :
TTV :
T : 36,9oC
P : 85 x/menit
R : 19 x/menit
BP : 110/70 mm

Mengobservasi karakteristik nyeri dengan teknik P, Q, R, S dan T yaitu


menanyakan secara verbal pencetus dari nyeri yang klien rasakan, kualitas nyeri
yang klien rasakan, letak (regio) dari nyeri yang klien rasakan, skala nyeri yang
klien rasakan dan kemudian divalidasi dengan ekspresi klien, posisi klien dan
perilaku klien selama nyeri berlangsung serta menanyakan waktu terjadinya nyeri
yang klien rasakan.
Hasil :
P : Luka post operasi
Q : nyut-nyutan
R : di perut
S : skala ringan 2 (0 -10)
T : nyeri jika lukanya tertekan

Memberikan posisi yang nyaman kepada klien


Hasil :
Posisi klien berbaring telentang menghindari daerah perut tertekan

Mengajarkan teknik non-farmakologi, teknik relaksasi seperti menarik napas


dalam. Sesuai dengan jurnal yang kami temukan, pengaruh teknik relaksasi
benson terhadap skala nyeri pada pasien post operasi. Dimana merupakan teknik
relaksasi pernafasan dengan melibatkan keyakinan yang mengakibatkan
penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh menjadi
rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.
Hasil :
Klien memperagakan teknik relaksasi menarik napas dalam

82
Melakukan perawatan luka pasien dan memberikan pembalutan luka dengan
teknik yang sesuai.
Hasil :
Luka dibersihkan dengan cairan normal saline dan luka dibalut menggunakan
adhesive wound dressing.

3. Implementasi untuk diagnosa Defisiensi pengetahuan


Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi nya.
Hasil :
Pasien tidak mengetahui bahwa organ reproduksi belum optimal untuk usia
pasien.

Mengidentifikasi kemungkinan penyebab.


Hasil :
Kemungkinan pasien mengalami kondisi nya saat ini karena faktor usia dan
menikah dini.

Menyediakan informasi pada pasien tentang kondisi.


Hasil :
Menjelaskan pada pasien bahwa organ reproduksi pasien belum optimal sehingga
mudah mengalami abortus dan kehamilan diluar kandungan.

Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk mencegah


komplikasi selanjutntya dan proses pengontrolan penyakit.
Hasil :
Menyarankan pasien untuk menggunakan KB sampai umur 20 tahun ketika organ
reproduksi sudah optimal.

83
E. Evaluation
Menurut Mareelli, 2007 evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari tahap –
tahap proses keperawatan untuk mengetahui apakan masalah – masalah keperawatan
yang muncul pada kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus
teratasi atau tidak.
Berdasarkan hal tersebut kelompok melakukan evaluasi keperawatan pada kasus
ini antara lain :
1. Diagnosa Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan
Pada diagnosa ini kelompok sudah melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan semaksimal mungkin dengan tujuan
masalah kerusakan integritas jaringan dapat teratasi.Pada proses keperawatan
sebelumnya yaitu implementasi keperawatan sudah dijabarkan bagaimana
kelompok melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Dan evaluasi
keperawatan yang diperoleh penulis dari asuhan keperawatan yang dilakukan
selama 1 x 24 jam yaitu Klien mengatakan :“Balutan luka operasi sudah terasa
nyaman”. Keadaan umum klien baik.Tidak ada tanda-tanda infeksi.Perfusi
jaringan normal.Luka tampak kering dan tidak ada perluasan tepi luka.
Dari data diatas maka kelompok menyimpulkan bahwa masalah keperawatan
Kerusakan integritas kulit sebagian dan membuat perencanaan untuk melanjutkan
intervensi :
a. Kaji karakteristik luka (meliputi warna, ukuran, bau dan pengeluaran pada
luka)

b. Lakukan perawatan luka dengan mempertahankan teknik bersih dan teknik


aseptic.

c. berikan balutan yang sesuaidengan jenis luka

d. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka.

e. Ajarkan pasien atau keluarga pada prosedur perawatan luka.

f. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi.

84
2. Diagnosa keperawatan Nyeri Akut
Pada diagnosa ini kelompok sudah melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan semaksimal mungkin dengan tujuan
masalah nyeri akut dapat berkurang atau teratasi. Pada proses keperawatan
sebelumnya yaitu implementasi keperawatan sudah dijabarkan bagaimana
kelompok melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Dan evaluasi keperawatan
yang diperoleh penulis dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 1-6 jam
yaituKlien mengatakan “nyeri pada luka operasi diperut berkurang.”Keadaan
umum klien baik, dengan TTV :
T : 36,9oC
P : 85 x/menit
R : 19 x/menit
BP : 110/70 mmHg
Karakteristik nyeri
- Pencetus
Luka post operasi
- Quality
Nyut-nyutan

- Regio
Daerah perut

- Scale
2 (0-10)

- Time
saat ditekan

Sehingga disimpulkan bahwa masalah keperawatan Nyeri akut teratasi, dan


membuat perencanaan untuk :
a. tidak menekan lukanya atau hindari luka dari tertekan

85
3. Diagnosa Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
Pada diagnosa ini kelompok sudah melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan semaksimal mungkin dengan tujuan
masalahdefisiensi pengetahuan dapat teratasi. Pada proses keperawatan
sebelumnya yaitu implementasi keperawatan sudah dijabarkan bagaimana
kelompok melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Dan evaluasi keperawatan
yang diperoleh penulis dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 1 x 24
jam, yaitu Klien mengatakan :memahami tentang kondisinya dan mau mengikuti
program KB sampai umur 20 tahun. Pasien mampu menjelaskan kembali tentang
kondisinya.
Kelompok menyimpulkan bahwa masalah keperawatan defisiensi pengetahuan
teratasi dan membuat perencanaan untuk :
a. kontrol ke poli KIA untuk diskusi masalah KB yang akan digunakan.

86
BAB V
PENUTUP
Demikian berdasarkan tujuan asuhan keperawatan maternitas yang dilakukan penulis
pada pasien dengan Kehamilan Ektopik Post Salpingostomi di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin, maka kelompok memberikan kesimpulan serta saran untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan antara lain :
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuang laporan kasus yang penulis buat maka penulis
menyimpulkan beberapa hal antara lain :
1. Pengkajian pada pasien Kehamilan Ektopik Post Salpingostomi terfokus pada
pengkajian pengkajian nyeri, perkembangan kesembuhan luka dan pengetahuan
dari klien. Semua pengkajian diperoleh langsung dari pasien serta keluargapasien
mengguanakan metode wawancara dan di dukung dengan pemeriksaan fisik dan
diagnostik test.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada laporan kasus ini ada tiga yaitu
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
perlindungan integritas jaringan, kedua Nyeri Akut berhubungan dengan agen
cidera fisik, dan diagnose ketiga yang penulis tegakkan yaitu Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
3. Dalam perencanaan keperawatan laporan kasus asuhan keperawatan pada pasien
Kehamilan Ektopik Post Salpingostomi adalahmanajemen nyeri, manajemen
perawatan luka dengan teknik bersih dan aseptik. Perencanaantersebut dilakukan
kelompok sesuai dengan tinjauan teori menurut Nanda NIC-NOC ( ).
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah – masalah
keperawatan yang muncul pada kasus ini tidak jauh berbeda dengan tinjauan teori
menurut Nanda NIC-NOC ( ) dan didukung dengan intervensi berdasarkan jurnal
ilmiah. Fasilitas yang berada di ruangan mendukung kelompok dalam melakukan
tindakan – tindakan kepada pasien.
5. Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dimana
dalam metode ini menggunakan SOAP (Nursalam, 2011). Berdasarkan hal
tersebut kelompok menetapkan ketiga permasalahan tersebut belum teratasi
secara penuh dan harus dilanjutkan intervensi untuk masing – masing
permasalahan.

87
B. Saran
Berdasarkan kasus yang diambil penulis dengan judul asuhan keperawatan pada
pasien dengan kehamilan ektopik post salpingostomi di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin demi kebaikan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada :
1. Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kinerja perawat
dan tenaga medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan
pada pasien kehamilan ektopik post salpingostomi. Sebaiknya dalam perawatan
luka, manajemen nyeri dan tingkat pengetahuan.
2. Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan untuk melanjutkan asuhan
keperawatan yang sudah dikelola oleh kelompok yang bertujuan untuk pemulihan
kesehatan pasien dan dalam perawatan luka disesuaikan dengan kebutuhan pasien
hanya sebagai rutinitas sehari – hari.
3. Pasien dan Keluarga pasien diharapkan mampu mengenali atau mengetahui
bagaimana proses penanganan nyeri, cara perawatan luka dan tingkat
pengetahuan serta mematuhi anjuran petugas kesehatan.

88

Anda mungkin juga menyukai