Anda di halaman 1dari 20

CASE REPORT

SEORANG WANITA USIA 36 TAHUN DENGAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK TIPE BENINGNA AURICULA


DEXTRA

Disusun Oleh:

Baiq Yunita Haptianingsih, S.Ked J510170044

Pembimbing:

KRH. Dr. H. Djoko Shindusakti Widyodiningrat, Sp. THT-KL, MBA.,


MARS., M. Si., Audiologist
DR. Dr. H. Iwan SetiawanAdji, Sp. THT-KL
Dr. Dimas AdiNugroho, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN UMUM ILMU PENYAKIT THT


RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
CASE REPORT

SEORANG WANITA USIA 36 TAHUN DENGAN

OTITIS MEDIA SUPURATIFA KRONIK TIPE BENINGNA AURICULA


DEXTRA

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Program Profesi Dokter Stase Ilmu THT
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh :

Baiq Yunita Haptianingsih, S.Ked J510170044

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari

Pembimbing:
KRH. Dr. H. Djoko Shindusakti Widyodiningrat, Sp. THT-KL, MBA., MARS.,

M. Si., Audiologist (............................)

DR. Dr. H. Iwan SetiawanAdji, Sp. THT-KL (............................)

Dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. THT-KL (............................)

Dipresentasikan dihadapan
KRH. Dr. H. Djoko Shindusakti Widyodiningrat, Sp. THT-KL, MBA., MARS.,

M. Si., Audiologist (............................)

DR. Dr. H. Iwan SetiawanAdji, Sp. THT-KL (............................)

Dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. THT-KL (............................)

2
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. D
Umur : 36 Tahun
Alamat : Wukirsawit Jatiyoso
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Masuk RS : 7 Oktober 2018

II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Keluar cairan dari telinga kanan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang wanita usia 36 tahun datang ke RSUD Karanganyar
dengan keluhan keluar cairan dari telinga sebelah kanan yang dirasakan
sejak kurang lebih 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengatakan cairan yang keluar berwarma bening dan berbau.
Sebelumnya pasien pernah mengeluarkan darah dari telinga kanannya
namun tidak banyak. Selain itu pasien mengeluhkan telinga kanannya
terasa nyeri. Nyeri terutama dirasakan semakin memberat sejak
telinganya mengeluarkan cairan. Pasien juga mengalami penurunan
pendengaran. Keluhan telinga berdenging disangkal. Pasien mengaku
terkadang pusing. Keluhan Hidung seperti batuk, pilek, hidung
tersumbat, hidung keluar cairan, nyeri di sangkal pasien. Keluhan
tenggorokan seperti nyeri telan, amandel membengkak, suara sengau,
suara serak, suara hilang disangkal. Keluhan mual, muntah dan demam
disangkal.

3
C. Riwayat Penyakit Dahulu
 Sakit Serupa : disangkal
 Hipertensi : disangkal
 Diabetes Melitus : disangkal
 Alergi : disangkal
 Hepatitis : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


 Keluhan serupa : disangkal
 Hipertensi : disangkal
 Diabetes Melitus : disangkal
 Asma : disangkal
 Alergi : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK (7 Oktober 2018)

Status Generalis
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Vital Sign
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Nadi : 72 kali/ menit
 Suhu : 36,6 oC
 Frekuensi Pernafasan: 20 kali/menit
- Berat badan : 65 kg

A. Pemeriksaan Fisik Generalis

1. Kepala/Leher : nafas cuping hidung (-), sianosis (-), peningkatan


JVP (-)
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
3. Thoraks

4
a. Paru
 Inspeksi: gerakan nafas simetris (+), retraksi interkosta (-/-),
jejas (-)
 Palpasi : fremitus normal (+/+), ketertinggalan gerak (-/-)
 Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru (+/+)
 Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
b. Jantung
 Inspeksi: iktus cordis tidak terlihat (+)
 Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC V linea midklavikularis
sinistra (+)
 Perkusi : Batas jantung tidak membesar,
Batas kanan jantung
o Atas : SIC II dextra di sisi lateral linea parasternalis
dextra
o Bawah: SIC IV dextra di sisi lateral linea parasternalis
dextra
Batas kiri jantung
o Atas : SIC II sinistra di sisi lateral linea parasternalis
sinistra
o Bawah: SIC V sinistra 1 jari di sisi medial linea
midklavikularis sinistra
 Auskultasi: Suara Jantung I-II reguler (+), murmur (-),
gallop (-)
4. Abdomen
 Inspeksi : Jejas (-), distensi (-), massa (-)
 Auskultasi : Peristaltik (+), bising usus normal
 Perkusi : Timpani pada semua regio (+), pekak pada
hepar(+)
 Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), defans muscular (-),
hepar dan lien tak teraba

5
5. Ekstremitas
 Atas : edema (-/-), luka terbuka (-/-), akral dingin (-/-), CRT <
2 detik (+/+)
 Bawah: edema (-/-), luka terbuka (-/-), akral dingin (-/-), CRT <
2 detik (+/+)

B. Status Lokalis
1. Telinga

Bagian Telinga
Pemeriksaan
Telinga Kanan Telinga Kiri
Bentuk telinga normal, Bentuk telinga normal,
deformitas (-), bekas luka deformitas (-),bekas
Inspeksi
(-), bengkak (-), luka (-), bengkak (-),
hiperemis (-),sekret (-) hiperemis (-),sekret (-)
Palpasi Tragus pain (-) Tragus pain (-)
Hiperemis (-), serumen (- Hiperemis (-), serumen
Otoskopi
), membrana timpani (-), membrana timpani
perforasi, cairan (+) utuh, cone of light (+)
bening

2. Hidung
- Inspeksi : deformitas (-), bekas luka (-), sekret (-), edema (-)
- Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-)
- Rinoskopi Anterior:

Hidung kanan Hidung kiri


Mukosa hiperemis (-), concha Mukosa hiperemis (-), concha
media dan inferior hipertrofi (-), media dan inferior hipertrofi (-),
sekret (-), septum nasi deviasi (- sekret (-), septum nasi deviasi (-

6
), udem (-), massa dirongga ), udem (-), massa dirongga
hidung (-) hidung (-)

3. Pemeriksaan Rongga Mulut:

Inspeksi : tonsil T1-T1, tonsil hiperemis (-), kripte melebar (-),


detritus (-), uvula di tengah

Palpasi : limfadenopati (-), nyeri tekan (-)

4. Pemeriksaan Leher
Inspeksi : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah
Darah Rutin Nilai Nilai Normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin 14.1 12.3-15.3 g/Dl
Hematocrit 43.4 35.0-47.0 Vol%
Leukosit 9.16 4.4-11.3 10^3/uL
Trombosit 216 170-394 10^3/uL
Masa 03.30 2-8 Menit
pembekuan
(CT)
Masa 01.30 1-3 Menit
Perdarahan
(BT)
GDS 107 70-150 MG/DL
HBs Ag Non reaktif Non reaktif
HIV Non reaktif Non reaktif

7
Foto MSCT Mastoid Polos
Kesan : Gambaran otomastoiditis kanan, mastoiditis kiri, sinusitis maksilaris
kanan kiri ringan

Pemeriksaan audiometri

D. Resume Pemeriksaan
1. Anamnesis
Keluhan keluar cairan dari telinga kanan
2. Pemeriksaan Fisik
Telinga kanan : inspeksi bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka
(-), bengkak (-), hiperemis (-),sekret (-). Palpasi Tragus pain (-). Otoskopi
hiperemis (-), serumen (-), membrana timpani perforasi. Telinga kiri :
inspeksi bentuk telinga normal, deformitas (-),bekas luka (-), bengkak (-),
hiperemis (-), sekret (-). Palpasi tragus pain (-). Otoskopi hiperemis (-),
serumen (-), membrana timpani utuh, cone of light (+)

8
E. Diagnosis Banding
1. OMSK tipe benigna
2. OMSK tipe maligna
3. Barotitis Media

F. Diagnosis
Otitis Media Supuratifa Kronik Tipe Benigna Auricula Dextra

G. Terapi
- Operatif : Mastoidektomi
- Medikamentosa
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
- Inj. Dexametason 5mg/8j
- Inj. Santagesik/8j
- Inj. Mecobalamin/8j
- Betaserc 1x1 tab p.o.
- Loratadin 1x1 tab (sore)

- Non Medikamentosa
- Hindari telinga dari kemasukan air
- Menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek
telinga
- Menjaga pola hidup sehat
- Menutup telinga dengan alat penutup saat mandi

H. Prognosis
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanam : Bonam
Qua ad fungsionam : Dubia ad bonam

9
BAB II

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

A. Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media
Perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek.
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga
tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah.

Jenis-jenis perforasi (central, subtotal, atik, marginal)


B. Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi,
kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan
nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak
termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data
yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.

C. Patofisiologi
Karena OMSK didahului OMA, maka penjelasan tentang patofisiologi
OMSK, akan dijelaskan dengan patofisiologi terjadinya OMA. OMA
biasanya disebabkan oleh Infeksi di Saluran Nafas Atas (ISPA), umumnya
terjadi pada anak karena keadaan tuba eustakius , yang sangat berperan
penting dalam patofiologi OMA pada anak berbeda dengan orang dewasa.

10
Tuba eustakius pada anak lebih pendek, lebih horizontal dan relatif lebih
lebar daripada dewasa.
Infeksi pada saluran nafas atas akan menyebabkan edema pada
mukosa saluran nafas termasuk mukosa tuba eustakius dan nasofaring
tempat muara tuba eustakius. Edema ini akan menyebabkan oklusi tuba
yang berakibat gangguan fungsi tuba eustakius yaitu fungsi ventilasi,
drainase dan proteksi terhadap telinga tengah.

1. Gangguan fungsi Ventilasi


Normalnya tuba akan berusaha menjaga tekanan di telinga
tengah dan udara luar stabil, ketika terdapat oklusi tuba, maka udara
tidak akan dapat masuk ke telinga tengah, sedangkan secara fisiologis
udara (Oksigen dan Nitrogen) akan diabsorbsi di telinga tengah 1 ml
tiap hari pada orang dewasa. Keadaan ini kan menyebabkan tekanan
negatif pada telinga tengah, keadaan vacum di telinga tengah
menyebabkan transudasi cairan di telinga tengah.

2. Gangguan Fungsi drainase


Dalam keadaan normal mukosa telinga tengah akan
menghasilkan sekret yang akan di dorong oleh gerakan silia ke arah
nasofaring, ketika terjadi oklusi tuba fungsi ini akan terganggu,
sehingga terjadi penumpukan sekret di telinga tengah. Akumulasi cairan
di telinga tengah akan lebih banyak dengan adanya transudasi akibat
tekanan negatif. Sekret ini merupakan media yang baik untuk
tumbuhnya kuman.

3. Gangguan fungsi proteksi


Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring
masuk ke telinga tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi
oklusi tuba, fungsi silia tidak efektif untuk mencegah kuman dan sekret
dari nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi sekret yang baik

11
untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga
tengah. Proses supurasi akan berlanjut dengan peningkatan jumlah
sekret purulen, penekanan pada membran timpani oleh akumulasi sekret
ini kan menyebabkan membran timpani (bagian sentral) mengalami
iskemi dan akhirnya nekrosis, dengan adnya tekanan akan
menyebabkan perforasi dan sekret mukopurulen akan keluar dari telinga
tengah ke liang telinga.
Jika proses peradangan ini tidak mengalami resolusi dan
penutupan membran timpani setelah 6 minggu maka OMA beralih
menjadi OMSK.
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam
hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan
perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang
terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa
kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa
penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis
media kronis.
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada
menetap. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan
stadium dari pada keseragaman gambaran patologi. Secara umum
gambaran yang ditemukan adalah:
a. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral
b. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
c. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung
pada beratnya infeksi sebelumnya
d. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi
mastoid paling akhir terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini
sering terhenti atau mundur oleh otitis media yang terjadi pada usia
tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut, mastoid

12
mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid
berkurang.

D. Tanda dan Gejala


Gejala klinis yang sering ditemukan pada otitis media supuratif
kronis diantaranya
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium
peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang
tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga
tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret
biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai
adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa
secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya
jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya
kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa
nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara
ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat.
3. Nyeri Telinga (Otalgia)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase
pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis
sinus lateralis.

13
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel
labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul
biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada
panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam
labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi
akibat komplikasi serebelum.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yang perlu diperhatikan
mengingat OMSK tipe ini seringkali menimbulkan komplikasi yang
berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini yang menjadi pedoman
yaitu adanya perforasi pada marginal atau pada atik. Sedangkan pada
kasus yang lanjut dapat terlihat adanya Abses atau fistel retroaurikular,
jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom) dan
foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

E. Klasifikasi
OMSK dapat dibedakan menjadi beberapa macam, tergantung dari
perjalanan penyakit dan tergantung jenis aktifitas sekret yang dihasilkan
oleh telinga tersebut. Berikut ibi pembagian OMSK

1. Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna.
a. OMSK tipe Benigna
Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya
tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK
tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada
OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.
b. OMSK tipe Maligna

14
Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.
Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kongenital dan
didapat. OMSK tipe maligna dikenal juga dengan OMSK tipe berbahaya
atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya di
atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan
perforasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.
Berikut ini adalah perbedaan antara OMSK benigna dan maligna,
terlihat dari tabel berikut ini.

Tabel Perbedaan OMSK benigna dan maligan

2. Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan
OMSK tenang.
a. OMSK aktif
Merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif. Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan
tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas
melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk

15
melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai
mukopurulen
b. OMSK tenang
OMSK yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau
kering. Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang
kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang
dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai
seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

F. Jenis Pembedahan pada OMSK

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat


dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya,
antara lain.

1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)


2. Mstoidektomi radikal
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combine approach tympanoplasty)

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi


atau kolesteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator.

Sesuai dengan luasnya infeksi atau luas kerusakan yang sudah terjadi,
kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.

1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)


Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tiindakan operasi ini
dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya

16
ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini
fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK berbahaya dengan infeksi atau
kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini, mastoid dan kavum
timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara
liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik
dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur
hidupnya. Pasien harus datang dengan teraturuntuk control, supaya tidak
terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat
menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada
rongga operasi serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga
operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang
telinga luar menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah
atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinsing posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik
dan rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan,
dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya
dilakukan pada membrane timpani.
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinnga
tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap.

17
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang
dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane
timpani.
5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan
yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan
dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali
harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan
bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal
istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi
kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan
jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua
tahap dengan jarak waktu 6 sampai 12 bulan.
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combine approach tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang
dikerjakan pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan
jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum
timpani, dikerjakan melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui
liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi
posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakati
oleh para ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma
kembali.

G. Komplikasi

18
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan
kematian. Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada
kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme
yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan
komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe
maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman
yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada
eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
1. Komplikasi ditelinga tengah
a. Perforasi persisten membrane timpani
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi telinga dalam
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf (sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hindrosefalus otitis

19
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,


Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007.
2. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah Dan
Mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997.
3. Helmi. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis Dan Mastoiditis. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007.
4. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial Complication Of Chronic Suppuratif
Otitis Media, Attico-Antral Type: Experience At TUTH. J Neuroscience.
2004; 1: 36-39 Available from URL: http://www.jneuro.org/ diunduh
tanggal 4 Mei 2012. Pkl 22.00 WIB
5. Dugdale AE. Management Of Chronic Suppurative Otitis Media. Medical
Journal of Australia. 2004. Available from URL: http://www.mja.com.au/.
6. http://emedicine.medscape.com/article/784176-overview
http://www.scribd.com/doc/41793489/Guideline-OtitisMedia

20

Anda mungkin juga menyukai