BAB II KMB Nopi
BAB II KMB Nopi
PENDAHULUAN
1. Pernyataan Masalah
2. Pernyataan Masalah
1. Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
1. Manfaat Praktis
Baik anggota kelompok maupun para audience bisa memahami bagaimana
askep Striktur Uretra
2. Manfaat Teori
Banyak pengetahuan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.
3. Manfaat Akademisi
Semakin tinggi tingkatan maka semakin tinggi pula ilmu yang didapat.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam karya tulis ini adalah:
1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik
berupa buku maupun informasi di internet.
2. Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan cara bertanya secara langsung kepada
PJ konsultasi dan teman-teman yang mengetahui tentang informasi
yang diperlukan dalam membuat proyek.
BAB II
PEMBAHASAN
Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan
fungsinya menyalurkan urine keluar.
Uretra pria mulai dari orifisium uretra iterna didalam vesika urinaria sampai
orifisium uretra eksterna pada penis, panjangnya 17,5 – 20 cm yang terdiri dari :
1. Uretra prostatika, merupakan saluran terlebar, panjang 3 cm, berjalan hampir
vertikal melalui glandula prostat, mulai dari basis sampai ke apeks dan lebih
dekat ke permukaan anterior. Bentuk salurannya seperti kumparan yang
bagian tengah lebih luas, makin ke bawah makin dangkal kemudian
bergabung dengan pars membranasea. Potongan transversal saluran ini
menghadap ke depan. Pada dinding posterior terdapat krista uretralis yang
berbentuk penonjolan membran mukosa dan jaringan bawahnya dengan
panjang 15 – 17 cm tinggi 3 cm.
2. Uretra pars membranase. Saluran uretra ini yang paling pendek dan paling
dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apeks gradula
prostata dan bulbus uretra.
3. Uretra pars kavernosus, merupakan saluran terpanjang dari uretra, terdapat di
dalam korpus kanvernosus uretra ke orifisium seperfisialis, panjangnya kira-
kira 15 cm mulai dari pars membranasea sampai diafragma urogenetalis.
4. Orifisium uretra eksternal, merupakan bagian erektor yang paling
berkontraksi, berupa sebuah cela vertikal. Kedua sisi ditutup oleh dua bibir
kecil, panjangnya 6 mm.
b. Anatomi dan Fisiologi Uretra Wanita
2.3 Etiologi
Struktur uretra dapat terjadi secara :
1. Kongenital
Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan
anomali saluran kemih yang lain.
2. Didapat
- Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral,
kateter indwelling, atau prosedur sitoskopi).
- Cedera akbiat peregangan
- Cedera akbibat kecelakaan
- Uretritis gonorheal yang tidak ditangani
- Spasmus otot
- Tekanan dari luar misalnya pertubumbuhan tumor
(C.Smeltzer,Suzanne ; 2002 hal 1468 dan C.Loang, Barbara, hal 338)
3. Post Operasi
Beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra,
seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.
4. Infeksi
Merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti
infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoikaatau non
gonorrhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang
sudah jarang akibat pemakian antibiotik, kebanyakkan striktur ini terletak pars
membranasea, walaupun juga terdapat pada tempat lain; infeksi clamidia sekarang
merupakan penyebab utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak
dengan individu yang terinfeksi atau menggunakan kondom.
2.4 Manifestasi Klinis
1. Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
2. Gejala infeksi
3. Retensi urinarius
4. Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis
- Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
- Sedang : oklusi 1/3 s.d ½ diameter lumen uretra.
- Berat : oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.
Ada derajat berat kadang teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang
dikenal dengan spongiofibrosis.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang, penampilan
keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella,
pseudomonas, e. coli.
c. BUN/kreatin : meningkat
d. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk
mengetahui panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto)
uretrografi.
e. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
f. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra (Basuki B.
Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
3. Radiologi
2.7 Prognosis
Jaringan Perut
Perubahan Nutrisi
Retensi Urine
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan system perkemihan dengan
melakukan anamnesa keperawatan dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
diagnostic.
1. Anamnesis
Anamnesa pada klien dengan gangguan system perkemihan
mencakup tanda dan gejala yang cenderung kearah penyakit pada saluran
kemih. Yang meliputi:
1) Rasa nyeri
Rasa nyeri akibat ginjal biasanya disebabkan oleh obstruksi dan distensi
mendadak pada kapsula ginjal. Nyeri ginjal dapat dirasakan sebagai rasa
sakit yang tumpul pada sudut kostovertebral ( daerah yang berbentuk oleh
selubung iga dan kolumna vertebralis ) dan rasa sakit ini dapat menjalar
sampai ke umbilicus.
Kelainan ureter akan menimbulkan rasa nyeri didaerah punggung
dan menjalar ke abdomen, paha bagian atas, testis atau labium. Nyeri
dibagian pinggang yang menjalar ke abdomen bawah ataau epigastrium, dan
sering disertai mual, muntah, serta ilius paralitik dapat menunjukkan adanya
kolik renal.
Nyeri kandung kemih dapat disebabkan oleh distensi yang
berlebihan atau infeksi kandung kemih. Sering dijumpai perasaan ingin
berkemih, tenesmus ( nyeri ketika mengejan ), dan disuria terminal ( nyeri
pada akhir berkemih ).
Nyeri meatus uretra akan terjadi pada iritasi kandung kemih atau
uretra yang disebabkan oleh infeksi ( uretritis ), trauma atau adanya baenda
asing dalam saluran perkemihan bagian anterior ( depan ).
2) Perubahan pada eliminasi ( pengeluaran ) urin
Eliminasi urin atau mikturisi biasanya tanpa nyeri dengan frekuensi 5-6 kali
sehari dan kadang kadang sekali pada malam hari. Rata-rata individu
membentuk dan mengeluarkan urin sebanyak 200-1500 ml dalam waktu 24
jam.
Masalah umum yang menyertai eliminasi urin adalah keluhan sering
berkemih, inkontinensia ( tidak mampu menahan kemih ), poliuria ( sering
berkemih ), oliguria ( sedikit berkemih ), dan hematuria ( air kemih
mengandung darah ).
3) Gejala gastrointestinal ( saluran pencernaan )
Hubungan anatomis ginjal kanan dengan kolon, duodenum, kaput pancreas,
hati dan kandung empedu dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal.
Kedekatan ginjal kiri dengan kolon, lambung, dan pancreas limpa juga
menimbulkn gejala intestinal. Gejala ini mencakup mual, muntah, diare,
gangguan rasa nyaman abdomen dan ilius paralitik.
4) Riwayat keperawatan
pengkajian riwayat keperawatan harus mencakup informasi yang
berhubungan dengan fungsi ginjal dan saluran perkemihan:
a. Keluhan utama klien atau alas an utama mengapa dating kerumah
sakit atau dokter/perawat.
b. Adanya rasa nyeri: lokasi, karakter, durasi dan factor yang
memicunya.
c. Riwayat infeksi saluran perkemihan:
(1) Terapi dan perawatan dirumah sakit yang pernah dialami.
(2) Adanya gejala panas atau menggigil
(3) Riwayat penggunaan kateter atau sistoskopi sebelumnya.
d. Gejala kelainan buang air kemih
(1) Disuria: nyeri pada saat akan berkemih, kapan keluhan ini terjadi.
(2) Hesistansi: nyeri selama dan sesudah berkemih
(3) Inkontinensia
e. Riwayat salah satu keadaan berikut ini:
(1) Hematuri: perubahan warna atau volume urin.
(2) Nokturi ( sering berkemih di malam hari , kapan dimulainya.
(3) Riwayat penyakit pada masa anak-anak sepertiimpetigo atau
sindrom nefrotik.
(4) Riwayat batu ginjal
(5) Riwayat penyakit diabetetes mellitus , hipertensi, trauma abdomen,
cedera medulla spinalis, atau kelainan neurologi lain.
f. Adanya riwayat lesi pada genital atau penyakit menular seksual.
g. Riwayat penggunaan obat-obatan.
h. Riwayat merokok.
i. Riwayat penyalagunaan obat atau alcohol.
2. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (breathing)
Kaji bentuk hidung, pergerakan cuping hidung pada waktu bernafas,
kesimetrisan gerakan dada pada saat bernafas, auskultasi bunyi nafas dan
gangguan pernafasan yang timbul. Apakah bersih atau ada ronchi, serta
frekuensi nafas.
2) B2 (blood)
Adanya peningkatan TD (efek pembesaran ginjal) dan peningkatan
suhu tubuh.
3) B3 (brain)
Kaji fungsi serebral, fungsi saraf cranial, fungsi sensori serta fungsi
refleks.
4) B4 (bladder)
Penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekwensi
berkemih meningkat.
5) B5 (bowel)
Kaji apakah ada nyeri tekan abdomen, apakah ada kram abdomen,
apakah ada mual dan muntah, anoreksia, dan penurunan berat badan.
6) B6 (bone)
Kaji derajat Range of Motion dari pergerakan sendi mulai dari kepala
sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan
klien waktu bergerak, dan toleransi klien waktu bergerak. Kaji keadaan
kulitnya, rambut dan kuku, pemeriksaan kulit meliputi : tekstur, kelembaban,
turgor, warna dan fungsi perabaan.
DS: Klien mengeluh sering Obstruksi saluran kemih Gangguan Eliminasi Urine
kencing dengan jumlah yang bermuara ke vesika
urine sedikit. urinaria
DO: intake dan output tidak ↓
seimbang Peningkatan tekanan vesika
urinaria
↓
Penebalan dinding vesika
urinaria
↓
Penurunan kontraksi otot
vesika urinaria
↓
Kesulitan berkemih
↓
Retensi urine
↓
Sitostomi
↓
Gangguan eliminasi urine
3.3 Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b/d mekanisme regulatori ( gagal ginjal )
dengan retensi urine
2. Perubahan eliminasi urin b/d stimulasi kandung kemih, iritasi
ginjal atau uretra, obstruksi mekanik, inflamasi atau trauma
jaringan
3. Retensi urine ( akut/kronik ) b/d obstruksi mekanik, pembesaran
prostat, ketidakmampuan kandung kemih untuk bermkontraksi
secara adekuat.
4. Nyeri akut b/d iritasi mukosa kandubg kemih, spasme otot, trauma
jaringan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretra.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan
b/d kurang terpajaan informasi, salah mengartikan informasi, tidak
mengenal sumber informasi
3.4 Perencanaan dan implementasi keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b/d mekanisme regulatori ( gagal ginjal )
dengan retensi urine
Perencanaan dan implementasi Rasional
Pantau nadi dan tekanan darah, - Takikardi dan hipertensi
serta central Venous pressure ( terjadi karena kegagalan
CVP ) ginjal mengeluarkan urin;
pemberian cairan berlebihan
selama pengobatan
hipovolemia;perubahan fase
oliguri.
- Manajemen cairan diukur
untuk menggantikan
pengeluaran dari semua
- Batasi cairan sesuai indikasi sumber ditambah insensible
water loss.
- Membantu menghindari
periode tanpa cairan;
menurunkan rasa haus.
4. Evaluasi Keperawatan
a. Haluaran urine tepat, dengan berat jenis ( hasil pemeriksaan laboratorium
) mendekati normal; berat badan stabil; tanda vital dalam batas normal;
tidak ada edema.
b. Buang air kecil dengan pola dan jumlah yang normal tanpa adanya
obstruksi
c. Buang air kecil yang cukup dan tak teraba adanya distensi kandung
kemih.
d. Rasa nyeri klien hilang atau berkurang atau terkontrol dengan
menunjukkan keterampilan relaksasi, tampak rileks dan istirahat/ tidur
dengan nyaman.
e. Klien menyatakan mengetahui proses penyakit, prognosis dan
pengobatan.
BAB III
PENUTUP
3.2 Simpulan
Striktur Uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari lumen uretra akibat
adanya obstruksi. Striktur uretra adalah penyempitan akibat dari adanya
pembentukkan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada uretra atau daerah uretra.
Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas uretra yang
disebabkan oleh jaringan uretra di ganti jaringan ikat yang kemudian mengerut
menyebabkan jaringan lumen uretra mengecil.
Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah :
1. Infeksi
2. Trauma internal maupun eksternal pada uretra
3. Kelainan bawaan dari lahir
3.3 Kritik
Sebagai seorang perawat untuk menanggapi masalah tentang striktur
uretra, perawat harus mempunya skill dan kemampuan untuk mengatasi suatu
masalah yang terjadi pada striktur uretra. Dimana sebagai seorang perawat
berperan sebagai preventif, kuratif, rehabilitatif,promotif. Perawat dituntut untuk
menjadi perawat yang profesional dimana perawat dapat berpikir kritis dalam
mengatasi masalah yang terjadi dimana perawat dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan baik. Perawat harus tanggap dalam menangani setiap
permasalahan yang terjadi. Perawat juga harus tau konsep-konsep dasar dan
sistem anatomi striktur uretra.