Tugas Metlit Fix
Tugas Metlit Fix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Manfaat
1.2.1 untuk mengetahui pengaruh gender terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan
1.2.2 untuk mengetahui pengaruh keahlian terhadap kemampuan auditor
mendeteksi kecurangan
1.2.3 untuk mengetahui pengaruh skeptisisme professional terhadap kemampuan
auditor mendeteksi kecurangan
BAB 2
PEMBAHASAN
2. Tinjauan pustaka
2.1. Teori – Teori yang Melandasi
2.1.1.1. Definisi
Menurut Mulyadi (2010) auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas
laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain, dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
2.1.2. Kecurangan
2.1.2.1. Definisi
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, penipuan, penyembunyian atau penggelapan, dan
penyalahgunaan kepercayaan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara tidak sah
yang dapat berupa uang, barang/harta, jasa, dan tidak membayar jasa, yang dilakukan oleh
satu individu atau lebih dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, pegawai, atau
dikuasai auditor sebagai bekal dalam menjalankan tugasnya. Teknik yang dimaksud dapat
berupa teknik dalam mengaudit laporan keuangan, kemampuan audit investigatif untuk
2.3 Hipotesis
Keahlian (expertise) berkaitan dengan pengalaman khusus dan pelatihan yang menciptakan
pengetahuan, dan pengetahuan dikombinasikan dengan kemampuan auditor untuk
melakukan tugas audit yang spesifik (Bonner dan Lewis, 1990). Fullerton dan Durtschi (2004)
menemukan bahwa auditor yang memiliki tingkat skeptisisme yang tinggi memiliki sertifikasi
keahlian dan pengalaman terhadap kecurangan sepanjang masa masa karirnya. Charron dan
Lowe (2008) juga menemukan hal yang sama bahwa auditor yang memiliki sertifikat keahlian
seperti CMA, CPA, maupun keduanya memiliki tingkat skeptisisme yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak memiliki sertifikasi. Berdasarkan teori atribusi, keahlian
merupakan bagian atribusi internal yang keberadaannya sangat ditentukan oleh faktor-
faktor dari dalam diri individu meliputi kemampuan (ability) dan usaha (effort). Individu yang
berusaha dengan seluruh kemampuannya untuk meningkatkan keahliannya akan memiliki
pengetahuan yang lebih baik sehingga dalam menjawab persepsi sosial di sekitarnya juga
akan lebih baik. Auditor yang memiliki keahlian yang lebih banyak akan semakin baik dalam
memahami tanda-tanda kecurangan (red flags) yang terjadi di sekitarnya.
Dalam teori atribusi sikap skeptis berasal dari internal individu yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan (ability) dan dapat diusahakan melalui serangkaian effort. Seorang auditor yang
memiliki kemampuan mendeteksi kecurangan akan lebih skeptis ketika dihadapkan dengan
tanda-tanda kecurangan yang terjadi di sekitarnya. Auditor yang skeptis akan lebih baik
mengenali serangkaian red flags yang ada. Hal ini berarti semakin tinggi sikap skeptis yang
dimiliki oleh auditor maka akan semakin peka terhadap red flags sehingga kemampuan
mendeteksi kecurangan juga semakin baik.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Tabel 1
Ringkasan menurut Bem’s Role Inventory (BSRI)
Kategori Gender Keterangan
Feminin Skor feminin tinggi, skor maskulin rendah.
Maskulin Skor maskulin tinggi, skor feminin rendah.
Androgini Skor maskulin tinggi, skor feminin tinggi.
Undifferentiated Skor feminin rendah, skor maskulin rendah.
Intepretasi skor BSRI terbagi kedalam empat kategori yaitu feminin, maskulin, androgini, dan
undifferentiated. Setelah diperoleh skor BSRI selanjutnya menentukan median untuk masing-masing
karakteristik feminin, maskulin, dan netral. Skor BSRI yang berada di bawah median karakteristiknya
digolongkan pada karakteristik rendah, sedangkankan skor BSRI di atas median masuk dalam
kategori karakteristik tinggi.
Tabel 2
Intepretasi Skor Bem Sex Role Inventory
Kode
No. Maskulin Feminim Kode Akhir Peran gender
1. 2 2 4 Androgini
2. 2 1 3 Maskulin
3. 1 2 2 Feminin
4. 1 1 1 Undifferentiated
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menguji variable independen yaitu gender (X1),keahlian (X2) dan
professional skeptisme (X3) terhadap variable dependen yaitu kemampuan auditor mendeteksi
kecurangan (Y)
GENDER
(X1)
Kemampuan auditor
KEAHLIAN
mendeteksi kecurangan
(X2)
PROFESSIONAL
SKEPTISMPE (X3)
Keahlian
Keahlian dalam penelitian ini dihitung melalui tiga indikator : jumlah sertifikasi keahlian
yang dimiliki, sertifikasi peran pemeriksa yang terakhir diikuti, dan skor keahlian auditor berdasarkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Jumlah sertifikasi keahlian diukur menggunakan
skala nominal, berupa banyaknya sertifikasi keahlian yang dimiliki (pendidikan profesi, gelar Ak, CA,
CPA, CFE, CMA, dan lainnya).
Sertifikasi peran pemeriksa diukur menggunakan skala interval 1 hingga 5, mulai dari
Anggota Tim Yunior (ATY), Anggota Tim Senior (ATS), Ketua Tim Yunior (KTY), Ketua Tim Senior (KTS),
dan Pengendali Teknis (PT). Sedangkan skor keahlian auditor berdasarkan persyaratan keahlian
dalam SPKN diukur melalui delapan pernyataan dalam kuesioner. Pertanyaan tersebut maka akan
dijadikan sebagai skor dengan membagi total skor seluruh pernyataan dengan jumlah item
pernyataan. Skor maksimum untuk persyaratan keahlian ini adalah 6.
Skeptisisme Profesional
Pengukuran Skeptisisme ini menggunakan model pengukuran profesional Hurrt, Eining, dan
Plumlee (HEP) (2003). Model pengukuran skeptisisme HEP meliputi enam dimensi meliputi pikiran
yang selalu mempertanyakan (questioning mind/ QM), menunda dalampengambilan keputusan
(suspension of judgement/ SJ), mencari pengetahuan (search for knowledge/SK), pemahaman
pribadi (interpersonal understanding/ IU), kepercayaan diri (self confidence/ SC),dan keyakinan diri
(self determination/ SD). Skala pengukuran menggunakan likert 1 sampai 6. Skor dimulai dari likert 1
tidak setuju sama likert 6 sangat setuju. Semakin tinggi skor yang diberikan responden maka
menunjuakan tingkat skeptitisme yang tinggi.
Skala pengukuran menggunakan skala likert 1 hingga 6. Skala dimulai dari 1 untuk sangat tidak
setuju, sampai dengan skala 6 untuk sangat setuju. Semakin tinggi skor yang diberikan responden
menunjukkan tingkat skeptisisme profesional yang semakin tinggi.
Menurut Arens (2011 : 109) mendefenisikan skeptisisme profesional sebagai suatu perilaku
pemikiran yang secara 7 kritis atas bahan bukti audit. Auditor tidak harus menganggap bahwa
manajemen telah berlaku tidak jujur, namun kemungkinan bahwa adanya ketidakjujuran harus
dipertimbangkan. Pada saat yang sama, auditor juga harus menganggap bahwa manajemen telah
berlaku jujur.
International Standards on Auditing menjelaskan bahwa skeptisisme profesional auditor adalah
penting untuk penilaian yang kritis (critical assessment) terhadap bukti-bukti audit, yaitu auditor
harus memiliki pikiran yang selalu mempertanyakan kehandalan dokumen-dokumen yang diperoleh
dari pihak manajemen dan juga mempertimbangkan kecukupan dan kesesuaian bukti yang
diperoleh.
Daftar Pustaka
http://lib.ibs.ac.id/materi/Prosiding/SNA%20XIX%20(19)%20Lampung%202016/makalah/131.pdf
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/viewFile/2594/2090
https://media.neliti.com/media/publications/191586-ID-pengaruh-skeptisisme-profesional-
pengala.pdf
http://jurnal.uny.ac.id/index.php/nominal/article/2697