Anda di halaman 1dari 3

3.

Tinjauan pustaka
3.1 Teori – Teori yang Melandasi

3.1.1. Teori Atribusi


3.1.1.1. Definisi
Dalam penelitian ini pada dasarnya menjelaskan kesimpulan atau judgement yang dibuat
auditor.Teori atribusi ini pada dasarnya ingin menjelaskan mengenai penyebab perilaku orang
lain.Apakah disebabkan disposi internal atau eksternal.Disposi internal merupakan berasal dari
individu,sedangkan eksternal berasal dari lingkungan.
3.1.1.2. Konteks Audit
Mendukung atau menambah kejelasan makna teori atribusi banyak digunakan peneliti untuk
menjelaskan mengenai penilaian auditor,penilaian kinerja dan pembuatan keputusan
auditor.Kemampuan auditor dalam mendetekri kecurangan banyak ditentukan oeh atribusi internal
dan kemampuan dapat dibentuk melalui usaha seseorang misalnya dengan pencarian pengetahuan,
mempertahankan indepensi dan meningkatkan sikap skeptitisme profesional.
Kelley (1973)menyebutka bahwa teori atribusi daat menjawab pertanyaan mengenai persepsi
social namun juga sekaigus berhubungan dengan persepsi diri.Ketika auditor menemukan red flags
pada saat melakukan audit ,maka auditor tesebut akan mencari penyebab dan kesimpulan tentang
red flags tersebut.Persepsi diri seorang auditor berperan penting apakah red flags tersebut
mengarah ke gejala kecurang atau hanya kesalahan (error)

3.2 Variabel yang diteliti


3.2.1 Variabel Dependen : Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan
Kemampuan mendeteksi kecurangan auditor dapat diukur melalui pertanyaan seputar red
flags yang dilakukan selama proses audit.Semakin banyak keinginan tahuan auditor mengenai red
flags maka semakin besar peluang mendeteksi kecurangan.
Pengukuran kemampuan mendeteksi kecurangan dalam penelitian ini merujuk pada
Fullerton dan Durtschi (2004). Terdapat sepuluh dimensi kemampuan mendeteksi kecurangan
meliputi highfraud corporate cultures (HFCC), questionable relations with outside parties (QROP),
fraud opportunities (FO), personal symptoms (PO), personal rationalizations (PR), demographic
indicators (DI), accounting practice indicators (API), financial statement indicators (FSI), dan neutral
fraud situation (NFS). Masing-masing dimensi tersebut dijelaskan oleh beberapa indikator ABILITY
(ABLTY) dimulai dari ABLTY 1 hingga ABLTY 28. Skala pengukuran menggunakan skala likert 1
hingga 6. Skala dimulai dari 1 untuk sangat tidak ingin mencari informasi, sampai dengan skala 6
untuk sangat ingin mencari informasi.
3.2.2 Variabel Independen : Gender,Keahlian,dan Skeptitisme Profesional Gender
Gender
Gender berhubungan dengan perbedaan peran antara pria dan wanita . Sifar pria identik
dengan citra maskulin, sedangkan wanita identik dengan citra feminim.dalam peneitian dilakuan
,variabel gender diukur menggunakan Bem’s Role Inventory (BSRI) terdiri 60 pertanyaan ,antara lain
20 pertanyaan yang sesuai dengan karakteristik feminim,20 pertanyaan dengan karakteristik
maskulin dan 20 pertanyaan emnunjukan gender netral.skala pengukuran menggunakan skala likert
1 sampai 7 , dimana 1 = tidak pernah terjadi sampai 7 =selalu terjadi.

Tabel 1
Ringkasan menurut Bem’s Role Inventory (BSRI)
Kategori Gender Keterangan
Feminin Skor feminin tinggi, skor maskulin rendah.
Maskulin Skor maskulin tinggi, skor feminin rendah.
Androgini Skor maskulin tinggi, skor feminin tinggi.
Undifferentiated Skor feminin rendah, skor maskulin rendah.

Setelah terbagi menjadi empat kategori selanjutnya menentukan median dari empat
kategori gender tersebut. Skor BSRI yang berada di bawah median karakteristiknya digolongkan pada
karakteristik rendah, sedangkankan skor BSRI di atas median masuk dalam kategori karakteristik
tinggi.

Tabel 2
Intepretasi Skor Bem Sex Role Inventory
Kode
No. Maskulin Feminim Kode Akhir Peran gender

1. 2 2 4 Androgini

2. 2 1 3 Maskulin

3. 1 2 2 Feminin

4. 1 1 1 Undifferentiated
Keahlian
Keahlian dalam penelitian ini dihitung melalui tiga indikator : jumlah sertifikasi keahlian
yang dimiliki, sertifikasi peran pemeriksa yang terakhir diikuti, dan skor keahlian auditor berdasarkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Jumlah sertifikasi keahlian diukur menggunakan
skala nominal, berupa banyaknya sertifikasi keahlian yang dimiliki (pendidikan profesi, gelar Ak, CA,
CPA, CFE, CMA, dan lainnya).
Sertifikasi peran pemeriksa diukur menggunakan skala interval 1 hingga 5, mulai dari
Anggota Tim Yunior (ATY), Anggota Tim Senior (ATS), Ketua Tim Yunior (KTY), Ketua Tim Senior (KTS),
dan Pengendali Teknis (PT). Sedangkan skor keahlian auditor berdasarkan persyaratan keahlian
dalam SPKN diukur melalui delapan pernyataan dalam kuesioner. Pertanyaan tersebut maka akan
dijadikan sebagai skor dengan membagi total skor seluruh pernyataan dengan jumlah item
pernyataan. Skor maksimum untuk persyaratan keahlian ini adalah 6.

Skeptisisme Profesional
Pengukuran Skeptisisme ini menggunakan model pengukuran profesional Hurrt, Eining, dan
Plumlee (HEP) (2003). Model pengukuran skeptisisme HEP meliputi enam dimensi meliputi pikiran
yang selalu mempertanyakan (questioning mind/ QM), menunda dalampengambilan keputusan
(suspension of judgement/ SJ), mencari pengetahuan (search for knowledge/SK), pemahaman
pribadi (interpersonal understanding/ IU), kepercayaan diri (self confidence/ SC),dan keyakinan diri
(self determination/ SD). Skala pengukuran menggunakan likert 1 sampai 6. Skor dimulai dari likert 1
tidak setuju sama likert 6 sangat setuju. Semakin tinggi skor yang diberikan responden maka
menunjuakan tingkat skeptitisme yang tinggi.

4.1 Hipotesis

H1: Gender berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor mendeteksi


kecurangan

H2: Keahlian berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor mendeteksi


kecurangan

H3: Skeptisisme professional berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor


mendeteksi kecurangan.

Anda mungkin juga menyukai